2.4 JAWA TIMUR Di Jawa-Timur tidak atau belum pernah dilaporkan munculnya batuan yang berumur pra-Tersier. Bagian tengahnya ditempati oleh jalur volkanik Kuarter. Satuan-satuan fisiografi yang ada dapat dibedakan 5 (lima) satuan, dari Selatan ke Utara masing-masing : (a) Pegunungan Selatan (b) Jalur depresi tengah (c) Jalur Kendeng (d) Depresi Randublatung dan (e) Zona Rembang yang dapat diteruskan ke P.Madura. Pegunungan Selatan di Jawa Timur berkembang sebagai fasies volkanik dan karbonatan yang berumur Miosen. Di sebelah Utara dari Jalur Volkanik Kuarter adalah Jalur Kendeng, yang terdiri dari endapan-endapan Tersier yang amat tebal. Menurut Genevraye dan Samuel (1972), tebalnya lapisan Tersier disini mencapai beberapa ribu meter. Dekat kota Cepu mereka terlipat dan tersesarkan dengan kuat. Di beberapa tempt lapisan-lapisan itu bahkan terpotong-potong oleh sesar naik dengan sudut kemiringan yang kecil.
2.4.1 Pola struktur Berdasarkan
pola
strokturnya,
Jalur
Kendeng
merupakan
bentuk
“antiklinorium”dengan arah Barat-Timur dan terutama melibatkan batuan sedimen marin. Sebarannya kurang-lebih 250 Km panjang dan rata-rata 20 Km lebar.
Kearah Timur
antiklinorium ini menunjam kebawah dataran aluvial dan Selat Madura. Pola strukturnya sangat ketat dengan lipatan-lipatan bentuk a-simetris dengan disertai sesar-sesar yang rumit di bagian dalamnya (hasil penafsiran seismik). Depresi Randublatung, secara struktural merupakan suatu bentuk negatip yang didisi umumnya oleh endapan aluvial, dan hanya sedikit sekali mengalami pengaruh deformasi. Terdapat beberapa antiklin seperti “Ngimbang”dan “Pegat”, namun itupun hanya merupakan lipatan yang lebar, landai dan tidak begitu komplek seperti yang dijumpai di Zona Kendeng, Panjangnya hampir sama dengan Zona Kendeng dan lebarnya sekitar 10 Km sampai 20 Km. Zona Rembang merupakan suatu bentuk “antiklinorium”dengan lebar 80 Km. Pola strukturnya terdiri dari bentuk-bentuk perlipatan yang intensip dengan bentuk a-simetri dan sempit. Seringkali berurutan secara “merencong” (en-echelon). Sayap yang curam mengarah ke Utara, tetapi di bagian tengah justru mengarah ke selatan. Masip Muria yang berada disebelah baratnya merupakan bentuk gunung-api yang menyendiri (menyimpang dari busur
utama Jawa) atau “soliter”, dan dikenal sebagai gunung-api yang mengandung mineral “leusit” (juga menyimpang dari susunan umum di Jawa). Muria dan Lasem yang terletak agak kesebelah Timurnya, keduanya berada di luar dari jalur uatama busur gunung-api Kuarter. Suatu penelitian gayaberat semi-detil yang dilakukan oleh Pertamina di daerah Semarang-Purwodadi-Cepu (Gatot Karyoso dkk.1977), memperlihatkan adanya suatu pola yang menarik, yaitu adanya suatu anomali Bouguer yang tinggi yang ditafsirkan sebagai tinggian batuan dasar, yang arahnya Timur Laut-Barat Daya. Pegunungan Selatan Jawa-Timur sebenarnya bukan merupakan suatu rangkaian yang menerus, tetapi diselingi oleh dataran-dataran rendah seperti Dataran Lumajang. Satuan satuan batuan yang membentuk Pegunungan Selatan,nmenurut beberpa tulisan (Sartono, 1964; Jan Sopa Heluwaken, 1976 dan Nahrowi dkk 1978 ), umumnya terdiri dari : lava bantal dengan sisipan breksi polimik, endapan turbidit yang terdiri dari pasir-tufaan, pasir, tufa dan batugamping dengan matrik tufa. Di beberapa tempt satuan batuan andesit ini diterobos oleh andesit-porfir. Satuan batuan tersebut didalam literatur lama dikenal sebagai “Formasi Andesit Tua”. Sekarang sudah mempergunakan nama-nama resmi yang memenuhi persyaratan kode stratigrafi seperti “Formasi Besole” dsb. Adjat Sudrajat serta Untung dkk (1975) telah menyusun suatu peta struktur Jawa Timur dari hasil penafsiran citra Landsat dan gayaberat.
Dalam peta tersebut nampak
bahwasanya Pegunungan Selatan Jawa-Timur terpotong-potong oleh pola kelurusan yang menyerupai huruf “V”. Pola tersebut diduga merupakan pencerminan dari pola sesar bongkah. Dengan demikian, maka dataran Lumajang diatas dapat ditafsirkan sebagai suatu struktur amblesan atau “graben”. Berdasarkan data sesar dan gayaberat tersebut, maka Pegunungan Selatan Jawa-Timur dapat dibagi menjadi beberapa bentuk “tinggian”dan “depresi”.