Teknik_pembesaran_ikan_lele.docx

  • Uploaded by: Satya Wardhana
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Teknik_pembesaran_ikan_lele.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,194
  • Pages: 39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele adalah jenis ikan yang memiliki banyak nama dan julukan yang berbeda di beberapa negara, bahkan di indonesia, ikan lele dumbo memiliki nama yang berbeda pada beberapa daerah, hal ini disebabkan karena ikan lele termasuk jenis ikan yang banyak species, namun demikian secara ilmiah ikan lele lebih dikenal dengan nama clarias, berasal dari kata Chlarosbahasa yunani yangberarti kuat atau lincah, seperti pada kenyataannya di alam bebea, ikan lele memang terkenal lincah dan mampu bertahan hidup meskipun dalam kondisi air dan kadar oksigen yang minimum, karena ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirin. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sedang digemari oleh masyarakat khususnya di Kabupaten kapuas hulu salah satu daerah tingkat II di Provinsi Kalimantan Barat, Ibu Kota Kabupaten ini terletak di Putussibau. Seiring dengan semakin tingginya permintaan ikan lele, membuat peluang bisnis budidaya semakin terbuka. Budidaya ikan lele baik pembenihan maupun pembesaran dapat dijalankan dengan modal besar, tetapi dengan modal terbatas pun dapat dilakukan. budidaya lele umumnya dikelola secara intensif dan budidaya lele pun sebagai rantai awal bisnis mempunyai peluang yang cukup besar untuk mendukung pemerintah dalam program membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat.. Secara ekonomis, usaha budidaya lele sangat menguntungkan karena ikan lele memiliki nilai ekonomis yang tinggi, tidak memerlukan perawatan yang rumit asalkan airnya cukup dan layak, penghasilan protein yang tinggi sehingga sangat baik untuk pemenuhan gizi masyarakat, harga jual terjangkau oleh masyarakat serta mudah didapatkan. Adapun judul yang kami pilih yaitu teknik pembesaran ikan lele dumbo(Clarias gariepinus.)Ikan ini tidak hanya memiliki nilai ekonomis yang tinggi,menghasilkan protein yang tinggi tetapi ikan lele dumbo(Clarias gariepinus) ini banyak diminati oleh masyarakat setempat, karena ikan lele

1

dumbo (Clarias gariepinus) ini sangat mudah di budidayakan dan harganya terjangkau. 1.2 Batasan Masalah Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) III mencakup batasan masalah yang akan difokuskan pada teknik pembesaran ikan lele dumbo(Clarias gariepinus) meliputi : 1) Persiapan Wadah dan Media 2) Penebaran Benih 3) Pemberian Pakan 4) Pengendalian Hama dan Penyakit 5) Pemanenan 6) Pemasaran 7) Analisa Usaha 1.3 Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) III antara lain : 1. Mempelajari,

memahami,

dan

melaksanakan

secara

langsungteknik

pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam teknik pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). 3. Mengetahui cara menganalisis kegiatan usaha yaitu teknik pembesaran ikan lele dumbo(Clarias gariepinus). 1.4 Manfaat Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan(PKL) III ini supaya mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan yang luas, ketrampilan dan menambah wawasan terhadap masalah dilapangan, sehingga mahasiswa dapat memahami langkahlangkah apa saja yang dibutuhkan di lapangan.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Menurut (Saparinto, 2012)klasifikasi ikan lele dumbo sebagai berikut : filum

: Chordata

Class

: Actinopterygii

Ordo

: Ostariophysi

Subordo

: Silaroidae

Family

: Claridae

Genus

: Clarias

Spesies

: Clarias gariepinus

Gambar 1. Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) (sumber : SNI 01-6484-1-2000)

2.2 Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Ikan lele dumbo dikenal sebagai ikan berkumis atau tubuh ikan lele dumbo ini berlendir dan tidak bersisik serta memiliki mulutyang relatif lebar yakni ¼ dari panjang total tubuhnya. Untuk lebih jelas posisi sungut dan jenis sungut pada ikan lele dumbo bisa dilihatpada Gambar 2.

Gambar 2. Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) Sumber : Google Image, 2018

3

Ikan lele dumbo memiliki kepala yang pipih pada bagian mulutnya dan melebar ke arah samping atau gempeng ke bawah memanjang hampir seperempat dari tubuhnya. Pada kepala ini terdapat sepasang mata, mulut, sepasang lubang hidung, alat pernapasan dan antena/sungut antenya ada 4 pasang.Pada mulut terdapat gigi atau tonjolan-tonjolan kasar yang berfungsi untuk menyergap dan merobek mangsa. Mata dapat bergerak-gerak dan lubang hidung berfungsi untuk mengedus bau. Alat pernapasan berupa insang dan labirin. Sungut/kumis berfungsi sebagai alat peraba sewaktu mencari makan. Tubuh lele berbentuk gilig, memanjang dengan kulit halus, licin, tidak bersisik, berwana hitam coklat pada bagian atas dan agak terang pada bagian bawah (Cahyo, 2012). Hal ini menjadi salah satu ciri khas dari ikan lele dibandingkan jenis ikan yang lainnya. 2.3 Habitat dan TingkahLaku Menurut Najiyati (2007) dalam Ratnasari, (2011) ikan lele dumbo termasuk ikan air tawar yang menyukai genangan air yang tidak tenang. Ikan lele lebih banyak dijumpai ditempat-tempat yang aliran airnya tidak terlalu deras kondisi yag ideal bagi hidup ikan lele dumbo adalah air yang mempunyai pH 6,5-9 dan bersuhu 24-26 ºC suhu air yang akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan nafsu makan ikan serta kelarutan oksigen didalam air. Habitat ikan lele adalah air tawar, air yang baik untuk pemeliharaan lele adalah air sungai, air dari saluran irigasi, air tanah dari mata air,maupun air sumur tetapi lele dumbo relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik. Ikan lele dumbo hidup dengan baik didaratan rendah sampai perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya di bawah 20ºC pertumbuhan sedikit lambat. Didaerah pergunungan dengan ketinggian diatas 700 meter diatas permukaan laut, pertumbuhan ikan lele dumbo kurang begitu baik (Suyanto 2009 dalam Ratnasari, 2011).

4

2.4 Pakan dan Kebiasaan Makan Pakan merupakan faktor penting dalam budidaya lele dumbo. Tanpa pakan, pertumbuhan tidak akan terjadi. Pakan untuk lele dumbo dapat berupa pakan alami atau pakan buatan. Pakan alami berupa pakan hidup yang berasal dari alam, dapat berupa tumbuhan atau hewan yang merupakan pakan asli lele dumbo tersebut. Sedangkan pakan buatan merupakan pakan yang dibuat dari berbagai macam bahan makanan. Jenis pakan untuk ikan ada bermacam-macam, tergantung jenis ikan dan umurnya. Untuk lele dumbo, saat berupa burayak mula-mula makanan zooplankton (plankton hewani) dan setelah dewasa lele dumbo makan hewan yang lebih besar. Pemberian pakan dilakukan untuk semua tingkatan umur ikan. Idealnya, ukuran pakan disesuaikan dengan ukuran bukan mulut ikan.Selain ukuran,bau dan rabaan juga berpengaruh terhadap daya rangsang pakan terhadap ikanuntuk menimbulkan daya rangsang pada pakan buatan, pakan itu harus

memenuhi

persyaratan kandungan nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Pakan yang diberikan harus baik kondisinya, tidak rusak dan tidak berbau (Cahyo, 2012). 2.5 Pertumbuhan dan Perkembangbiakan Pertumbuhan didefenisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Perubahan ikan di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan linkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas. Ikan lele dumbo biasanya memiliki kecepatan tumbuh yang lebih besar dibandingkan ikan lele lokal dan ikan lele dumbo mencapai kedewasaanya setelah ukuran 100 gram atau lebih (Mudjiman1998 dalam Ratnasari, 2011).

5

2.6 Kegiatan Pembesaran Beberapa halyang harus diperhatikan dalam melakukan pembesaran ikan lele dumbo yaitu persiapan wadah,Penebaran Benih dan Pemeliharaan. A. Wadah dan Media Persiapan untuk budidaya lele dumbo dengan kolam terpal meliputi persiapan lahan kolam, persiapan terpal dan persiapan persyaratan pendukung. Lahan yang perlu disediakan disesuaikan dengan keadaan dan jumlah lele yang akan dipelihara untuk pembesaran sampai tingkat konsumsi bisa digunakan lahan dengan ukuran 2x1x0,6 meter dan jumlah penebaran 100 ekor lele dengan ukuran 5-7cm. Model pembuatan kolam bisa dengan menggali tanah kemudian diberi terpal atau dengan membuat rangka kayu yang kemudian diberi terpal (Prihartono dkk 2009 dalam Ratnasari 2011). Dari data yang ada dilapangan dapat disesuaikan dengan (Prihartono dkk 2009 dalam Ratnasari 2011) yaitu persiapan wadah harus meliputi persiapan lokasi, persiapann material terpal dan persiapan persyaratan pendukung. Langkah-langkah pembuatan kolam terpaladalah sebagai berikut: a.Persiapkan lahan untuk kolam terpal dengan membersihkannya dari benda benda yang mengganggu seperti rumput dan lainnya, dilanjutkan dengan meratakan tanah. b.Jika tanah tidak rata atau miring, perataan dilakukan dengan menggunakan pelepah pisang atau sekam padi dengan ketebalan sekitar 10 cm. Selain dapat meratakan tanah, kedua bahan tersebut juga dapat menstabilkan suhu. c.Dinding wadah berupa bambu atau kayu dan tancapkan di setiap sudut kolam.

Jika

kolam

terpal yang dibangun lebih dari satu petak, atur tata

letaknya agar terlihat rapi. d.Dalam membuat kerangka, bambu/kayu dipotong sesuai ukuran kolam yang akan dibuat. Untuk menyatukan kerangka ke tiang, dapat menggunakan paku, tali atau kawat. Sedangkan untuk membuat dinding bisa menggunakan bambu, kayu atau papan. e.Jika kerangka sudah terbentuk, atur kemiringannya ke salah satu sisi untuk memudahkan pengeringan kolam dan pemanenan ikan dengan kemiringan 5 %.

6

f.Setelah kerangka kolam terpal selesai, langkah selanjutnya adalah memasang plastic terpal. Siapkan terpal sesuai ukuran kolam. Untuk kolam berukuran 6x4x1 meter gunakan terpal berukuran 8x6 meter, sedangkan untuk kolam ukuran 4x5 meter gunakan terpal berukuran 6x7 meter. Bagian sudut terpal dilipat agar terlihat rapi dan tidak mengerut, dan dibagian dinding kolam paling atas terpal dijepit dengan bilah bambu. g.Pada salah satu sudut yang telah diatur kemiringannya dipasang paralon sebagai saluran pembuangan air. h.Sebelum mempersiapkan kolam terlebih dahulu kita harus mempersiapkan kolam tempat penampungan air supaya mempermudah kita dalam pergantian air. i.Kemudian isi air ke dalam kolam hingga mencapai kedalaman sesuai kebutuhan. Bila bocor, segera lakukan penambalan. B. Penebaran Benih Penebaran benih dilakukan pada sore hari pada pukul 15:00 WIB, Ukuran benih yang ditebar adalah 4-5 gram. Sebelum ditebar, dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu dengan cara wadah benih diapungkan dalam wadah pemeliharaan selama 10-15 menit. Aklimatisasi bertujuan untuk menyesuaikan suhu lingkungan yang ada didalam kantog plastik dengan suhu kolam pemeliharan. Benih yang sudah diteraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) menuju lingkungan yang baru. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air.Benih lele yang ditebar adalah 100 ekor/m2 dengan ukuran ikan 8-12cm menurut (SNI,2000). C. Pemeliharaan Proses kegiatan pemeliharaan meliputi pemberian pakan, kualitas air, analisis perumbuhan, serta hama penyakit pada ikan lele. a.

Pemberian Pakan Pakan merupakan unsur penting dalam budidaya ikan karena pakan yang

harus diberikan memenuhi standar nutrisi (gizi) bagi ikan agar kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhan cepat. Pakan yang baik memiliki komposisi zat gizi yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidat, vitamin, dan mineral. Pemberian pakan yang nilai nurisinya kurang baik dapat menurunkan

7

kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhan lambat (kerdil), bahkan dapat menimbulkan penyakit yang kemungkinan disebabkan oleh adanya kekurangan gizi (Cahyo, 2012). b. Kualitas Air Kualitas air memegang peranan penting terutama dalam kegiatan budidaya. Penurunan mutu air dapat mengakibatkan kematian, pertumbuhan terhambat dan timbulnya hama penyakit. Faktor yang berhubungan dengan air perlu diperhatikan antara lain : oksigen terlarut, suhu, pH, amoniak, dan lain-lain. Sumber air yang baik dalam pembesaran ikan harus memenuhi kriteria kualitas air. Untuk kegiatan pembenihan lele, air yang digunakan sebaiknya berasal dari sumur walaupun dalam pemeliharaan di kolam, ikan lele tidak memerlukan air yang jernih seperti ikan-ikan lainnya menurut (Ardyansah, 2006). Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan yang dapat dibudidayakan pada lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar yang tinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ikan lele dumbo memiliki daya tahan yang baik terhadap

stress dan buruk kualitas air media budidaya. Menurut

Murhananto (2002), ikan lele dumbo memiliki toleransi terhadap suhu 22–34 ºC,

oksigen terlarut (DO) > 4 mg/L. Sedangkan untuk kandungan amoniak menurut (Lovshin 1996 dalam Ratnasari 2011) kandungan amoniak yang masih dapat ditolerir oleh hewan akuatik adalah berkisar antara 0,08–0,2 mg/L dan pH berkisar 6,5-8,5 serta kecerahan air umumnya pada ikan lele 25-30 cm. c. Analisis Pertumbuhan Menurut (Mudjiman 1998 dalam Ratnasari 2011), pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Dengan demikian pertumbuhan dapat dilihat dari fisik, berupa perubahan panjang dan berat. Berupa perubahan komposisi tubuh, seperti : protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan air. Seluler berupa perubahan ukuran,jumlah, volume dari sel dan kandungan mineralnya. Energi, berupa perubahan kandungan energi, pada dasarnya merupakan konfersi protein, lemak, dan karbohidrat. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri

8

seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas (Effendi 2002 dalam Ratnasari 2011). Ketersedian pakan dan oksigen sangat penting bagi ikan untuk keberlansungan pertumbuhannya. Bahan buangan metabolik akan juga mengganggu pertumbuhan ikan, konsentrasi dan pengaruh dari faktor-faktor diatas terhadap ikan dapat dipengaruhi olah tingkat kepadatan ikan. Pada kondisi kepadatan ikan yang tinggi, ketersediaan pakan dan oksigen bagi ikan dikolam akan berkurang, sedangkan metabolisme bahan buangan ikan tinggi. Jika faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan maka peningkatan kepadatan akan mungkin dilakukan tanpa menurunkan laju pertumbuhan ikan. d. Pengendalian Hama Penyakit Ikan lele dumbo termasuk jenis ikan yang tidak besisik padahal pada jenis ikan lain yang besisik, sisik digunakan untuk melindungi kulit bagian dalam. Oleh karena itu, ikan lele dumbo tidak memiliki pelindung tubuh dari gangguan lingkungan. Akibatnya, bila terluka dengan sangat mudah terjadi pengeluaran lendir yang berlebihan dari tubuhnya. Lendir tersebut dapat dijadikan media hidup bakteri dan menempelnya bakteri pada lendir menyebabkan penyakit dapat masuk kedalam tubuh ikan lele dumbo (Prihartono dkk 2009 dalam Ratnasari 2011). Hama pada ikan lele merupakan gangguan yang bersumber dari organisme besar baik yang sifatnya, pengganggu, dan pesaing. Hama ikan lele yang bersifat predator adalah munsang dan ular. Di daerah perkotaan kucing pun kadang kala menjadi hama yang perlu diwaspadai, Selain itu ada juga katak yang merupakan predator bagi benih lele yang masih keci (Prihartono dkk 2009 dalam Ratnasari 2011).Hama yang dikategori sebagai pengganggu adalah belut, terutama untuk yang beternak lele dikolam tanah. binatang ini seringkali membuat lubang dipematang sehingga kolam bocor. Hama yang dikategori pesaing adalah ikan gabus atau mujair, karena ikan ini bisa berkembang biak dalam kolam memalui saluran masuk dan keluar airPenanggulangan dari serangan hama bisa dilakukan dengan berbagai hal seperti memagari pinggiran kolam, menyaring jalan masuk

9

dan keluar air, sampai menutup kolam dengan paranet. Apabila kita beternak secara intensif, biasanya gangguan hama jaran terjadi karena kolam relatif terawasi terus menerus. Penyakit menurut (Nico 2007dalam Ranasari, 2011) yang diketahui menyerang ikan lele ialah: a.Penyakit bintik putih Penyakit ini disebabkan oleh protozoa (binatang bersel satu) Ichthyophthirius multifilis.Gejala yang timbul berupa bintik-bintik putih pada permukaan kulit dan juga insang ikan. Penyakit ini banyak timbul pada kolam yang airnya tidak berganti (air tergenang). b.Penyakit bakterial Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomonas telah banyak dijumpai menyerang ikan lele dan menimbulkan kematian massal pada lele di negeri kita. Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada organ dalam (hati, limpa), daging, dan menimbulkan gejala bisul-bisul yang menyebabkan borokborok. c.Penyakit oleh jamur Ada jamur yang tumbuh di dalam lingkungan air seperti Saprolegnia dan Achlya. Jamur ini tumbuh pada ikan-ikan yang sebelumnya memang sudah menderita luka-luka, lemah, sakit, atau pada ikan yang sudah mati. Jamur juga menyerang telur ikan yang gagal menetas, dan kemudian menulari telur-telur lain yang sehat. Tanda adanya jamur ini terlihat sebagai serabut putih seperti kapas yang tumbuh pada bagian tubuh ikan yang luka. D. Pemanenan Pemanenan sebaiknya pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Sebelum dipanen, lele jangan diberi makan dalam waktu 12 jam, tujuannya agar lele tidak mudah mati saat hendak dijual kepasar atau kepengepul. Cara panen kolam dikeringkan sebagian sebelum ikan ditangkap menggunakan seser halus, tangan, lambit, atau dengan jaring. Setelah dipanen, biarkan selama 1 hari didalam tong/bak tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau hamisnya hilang (Ardyansah, 2006).

10

E. Pemasaran Pemasaran lele sebaiknya dengan menggunakan jasa para pengepul, hal ini bisa dilakukan jika ingin perputaran modal lebih cepat, pasalnya para pengepul biasanya akan membeli lele dalam jumlah besar tidak jarang mereka akan memborong hasil panen

secara keseluruhan, walaupun harga yang mereka

tawarkan pastinya lebih murah dibandingkan kita harus menjualnya sendiri (Ardyansah, 2006). F. Analisa Usaha Analisa keuanganpendapatan/laba-rugi yaitu seluruh penerimaan dikurangi dengan biaya total (tetap dan variabel) maka dari itu kita bisa melihat keuntungan dan kerugian yang kita peroleh.Benefit/cost ratio (B/C ratio) Perhitungan ini lebih ditekankan pada kriteria investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha untuk membandingkan, mengukur serta perhitungan tingkat keuntungan usahamenambahkan bahwa studi kelayakan usaha adalah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terusmenerus. Analisa titik impas atau Break Event Pointmerupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian akan mengalami titik impas yaitu titik untung dan titik rugi. Untuk menentukan BEP, ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu biaya atau modal (baik itu modal tetap atau variabel) harga jual dan tingkat produksi (Cahyo, 2012).

11

BABIII METODOLOGI 3.1 Waktu Dan Tempat PKL III Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai pada tanggal 02 November 2017 s/d 02Februari 2018, Pelaksaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) III ini bertempat di Unit Usaha Sikamali Kecamatan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu. 3.2 Metode Pengambilan Data Metode yang di gunakan dalam pengumpulan data pada praktek adalah dengan metode survei dan observasi dengan pola praktek lapangan yaitu pengamatan langsung kegiatan pembesaran ikan lele dumbo di Unit Usaha Sikamali Kecamatan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu. Data yang diolah berupa data primer dan data sekunder, Data primer diperoleh dengan melaksanakan praktek kerja lapangan dan mengikuti semua kegiatan yang dilakukan karyawan dan teknisi. A. Data Primer Data Primer diperoleh melalui wawancara dengan semua pihak terkait mengenai proses pemeliharaaan ikan lele dumbo mulai persiapan hingga panen. Data hasil pengamatan dianalisa dan dijelaskan dengan berpedoman kepada dasar teori, agar diperoleh kesesuaian dan keterkaitan antara teori, agar diperoleh kesesuaian dan keterkaitan antara teori dengan kenyataan dilapangan. B. Data Sekunder Data sekunder jugadiperoleh dari wawancara dengan petani lele dumbo disekitar lokasi untuk mengetahui data finansial dari pemeliharaan pada siklussiklus sebelumnya untuk menunjang dan melengkapi pembahasan terutama yang berhubungan dengan analisa finansial perusahaan tersebut. Pengamatan dilakukan selama 90 hari yang meliputi kegiatan persiapan kolam, penebaran benih, pengelolaan pakan, sampling pertumbuhan, monitoring kesehatan, pengukuran parameter kualitas air dan pemanenan.

12

3.3 Analisis Data Analisis data yang akan dilakukan pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) III terdiri dari 2 yaitu: A. Analisis Teknik Pembesaran Usaha pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) III kami dimulai dari persiapan wadah, untuk ukuran benih yang ditebarkan 4-5 cm dengan berat rata-rata 0,98 gram/ekor. Adapun beberapa data yang dianalisis dalam kegiatan pembesaran ini adalah sebagai berikut : a. Persiapan Wadah Adapun persiapan yang harus dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan pembesaran dapat dilihat dari Tabel 1 dibawah ini: Tabel 1. Persiapan wadah No 1 2 3

Uraian Kayu Terpal Paku

Spesifikasi 3-4m 6 x7m 1 – 2 in

Kegunaan Untuk menahan terpal Untuk penampung air Untuk memperkuat kayu

4 5

Palu Air

40 cm

Untuk memperkuat paku Sebagai media hidup ikan

b. Penebaran Benih Data benih yang kami lakukan dalam praktek kerja lapangan (PKL) III dapat di lihat di Tabel 2 berikut ini : Tabel 2 . Penebaran Benih No 1 2

Bahan Jumlah benih Berat benih

Banyak 1000 ekor Timbangan

c. Pembesaran Alat dan bahan yang digunakan dalam pembesaran benih dapat dilihat pada: Tabel 3.Alat dan Bahan Pembesaran No 1 2 3 4 6 7

Parameter Pengamatan Benih 1000 0.5 mm – 2 cm/Ekor Berat Panjang Luas wadah Pakan

Cara Pengambilan Data Mempraktikan Mempraktikan Mempraktikan Mempraktikan Mempraktikan Mempraktikan

Alat Yang Digunakan Penggaris (cm) Timbangan (kg) Penggaris (cm) Meteran (cm) F 999 + 781

8

Kualitas air

Mempraktikan

PH Meter, Thermometer

13

d. Pertumbuhan Mutlak Untuk menghitung pertumbuhan yang akan dihasilkan yaitu dengan cara mengurangi berat awal dengan berat akhir setelah pemeliharaan ikan. Rumus yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan bobot menurut (Effendi 2002 dalam Ratnasari, 2011) adalah sebagai berikut: W = Wt – Wo

Keterangan : W

= Pertumbuhan bobot mutlak (g)

Wt

= Bobot ikan akhir pemeliharaan (g)

Wo

= Bobot ikan awal pemeliharaan (g)

e. Laju Pertumbuhan Harian Laju pertumbuhan harian ikan dihitung dengan menggunakan rumus (Huisman 1987 dalam Ratnasari, 2011) sebagai berikut: 𝐿𝑃𝐻 =

Keterangan: LPH

𝑊𝑡 − 𝑊𝑜 𝑥100% 𝑡

= Laju pertumbuhan harian (%)

Wo

= Bobot tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g)

Wt

= Bobot tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)

t

= Waktu pemeliharaan (hari)

f. Jumlah Pemberian Pakan Jumlah pemberian pakan dihitung berdasarkan jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya). g. Rasio Konversi Pakan Konversi pakan dihitung dengan menggunakan rumus (Huisman 1987dalam Ratnasari, 2011) sebagai berikut: 𝑅𝐾𝑃 = Keterangan: RKP

𝛴𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑤𝑡 + 𝑤𝑚) − 𝑤𝑜

= konversi pakan

∑ Pakan = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g) Wt

= Biomassa ikandi akhir pemeliharaan (g)

Wm

= Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (g)

Wo

= Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)

14

h. Tingkat Kelangsungan Hidup/ Survival Rate (SR) Rumus yang digunakan untuk mengetahui persentase kelangsungan hidup ikan uji menurut Effendi (2002): 𝑆𝑅 =

Keterangan :SR Nt No

𝑁𝑡 𝑋100 𝑁𝑜

=Survival Rate (%)

= Jumlah ikan akhir pemeliharaan = Jumlah ikan awal pemeliharaan

i. Kualitas Air Alat yang digunakan pada pengontrolan kualitas air pada kegiatan pembesaran dapat dilihat pada tabel 4 berikut : Tabel 4.Alat dan bahan pengontrolan kualitas air pembesaran No

Uraian

Alat yang digunakan

Cara

1 2 3 4

pH Suhu Tinggi air DO

pH meter Termometer Meteran DO meter

Partisipasi Partisipasi Partisipasi Partisipasi

j. Hama dan Penyakit Dalam membuka usaha baik pembenihan maupun pembesaran hal yang sering membuat kerugian yaitu dari segi hama dan penyakit. 3.4 Analisis Finansial Data finansial kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) III dianalisis berdasarkan (Effendi dan Wawan, 2006). Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan, pengembalian investasi, maupun titik impas suatu usaha. a. Analisa laba rugi Menurut Effendi dan Wawan, (2006)bertujuan untuk mengetahui berapa besar keuntungan/kerugian dari usaha yang dikelola. Suatu usaha yang menguntungkan akan memiliki nilai penerimaan > daripada total pengeluaran. Dirumuskan Penerimaan = total produksi x harga jual per unit b. Revenue cost ratio (R/C) > 1 keuntungan = penerimaan – (total biaya tetap + total biaya variabel)

15

Menurut Effendi dan Wawan, (2006)merupakan alat analisa untuk melihat keuntungan relative suatu usaha dalam 1 tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Dirumuskan: R/C=

𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒑𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒂𝒏 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 +𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒗𝒂𝒓𝒊𝒂𝒃𝒆𝒍

c. Payback Period (PP) Menurut Effendi dan Wawan(2006) bertujuan untuk mengetahui waktu tingkat pengembalian investasi yang telah ditanam pada suatu jenis usaha. Secara umum dirumuskan: PP =

𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒊𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝒙 𝟏 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒌𝒆𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏

d. Break Event Point (BEP) Menurut Effendi dan Wawan (2006)Alat analisis untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik impas.usaha dinyataka layak apabila nilai BEP produksi > dari jumlah unit yang sedang diproduksi saat ini. Sementara BEP harga harus lebih rendah dari harga yang berlaku saat ini. BEP produksi =

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂

=. . 𝒌𝒈 atau ekor

BEP harga= 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 = 𝑹𝒑 …

16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambara Umum Usaha Di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu khususnya di Putussibauikan lele dumbo (Clarias gariepinus) banyak diminati oleh masyarakat setempat karena lele memiliki protein yang tinggi, harga yang terjangkau, mudah di budidaya dan sebagai peluang usaha. Selain itu pasaran ikan leledumbo tidak kalah saing dengan ikan-ikan yang lain seperti patin dan nila yang menjadi kegemaran masyarakat khususnya di Putussibau. 4.2 Letak Geografis Lokasi Lokasi budidaya ikan di unit usaha Sikamali terletak di Dusun Pangilingan Desa Sibau Hilir, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu. Jarak tempuh dari kota Putussibau menuju ke lokasi Budidaya Ikan di unit usaha Sikamali sekitar 8km. Adapun letak geografis budidaya ikan di unit usaha Sikamali yaitu: - Timur berbatasan dengan jalan raya Lintas Utara - Barat berbatasan dengan SDN 18 Sibau Hilir - Utara berbatasan dengan rumah Betang Sikamali - Selatan berbatasan dengan simpang wisata mupa

Sumber : Data Lapangan PKL III 2018 Gambar 3. Lokasi Di Usaha Budidaya Ikan Sikamali

17

4.3 Struktur Organisasi Pada setiap usaha pasti memiliki suatu struktur organisasi yang mana struktur organisasi tersebut supaya mudah mengontrol setiap usaha yang dilakukan sesuai dengan tugas dengan fungsi masing-masing, karena tugas dan fungsi dari tiap-tiap anggota memliki tanggung jawab tersendiri. Adapun strukur organisasi yang kami bentuk dalam usaha pembesaran ikan lele dumbo di Unit Usaha Sikamali ialah sebagai berikut: Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Kerja KETUA LUKMAN NIM. 3201525049

SEKRETARIS APENDI NIM. 3201525042

BENDAHARA M. HIZBUN NASYAR NIM. 3201525056

PEMASARAN REKI KURNIA AZIS NIM 3201525037

ANGGOTA RAHMAD NIM. 3201525033

Sumber : Data Lapangan PKL III 2018 Gambar 4. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Kerja

4.4 Sarana dan Prasarana Di Usaha Budidaya Ikan Sikamali telah dilengkapi sarana dan prasarana yang di persiapkan untuk menunjang suatu kegiatan pembesaran. Saat ini Di Usaha Budidaya Ikan Sikamali tidak hanya mempersiapkan sarana dan prasarana untuk kegiatan pembesaran saja, namun juga untuk mendukung kegiatan pembenihan dan pembesaran yang berkelanjutan.

18

Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Usaha Budidaya Sikamali adalah sebagai berikut: Tabel 5. Sarana di usaha budidaya ikan sikamali NO 1 2 3 4

Jenis Bak Bak pemijahan Bak pendederan Bak penampungan air

Ukuran wadah 3x4x80 cm 1x3x80 cm 3x4x80 cm 4x3x1 cm

Jumlah 8 buah 3 buah 10 buah 3 buah

Kegunaan Pembesaran benih Memijah ikan Tempat pemeliharaan benih Tempat ketersedian air

Sumber : Data Lapangan PKL III 2018

Tabel 6. Prasarana pada usaha budidaya ikan sikamali No

Jenis wadah

Ukuran wadah

Jumlah

Kegunaan

1 2 3 4

Hapa Waring Serokan Pompa

1x2x1 4x3 -

3 2 5 1

Tempat penampungan benih ikan Tempat pembesaran ikan Untuk memanen benih Untuk mengambil air

Sumber : Data Lapangan PKL III 2018

4.5 Hasil dan Pembahasan 4.5.1 Persiapan Wadah Persiapan wadah yang dilakukan dilokasi Praktek Kerja Lapangan (PKL) III meliputi pembersihan bak, pengeringan bak serta pengisian air didalam bak. adapun bak yang digunakan dalam proses pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gaiepinus) di usaha budidaya ikan sikamaliyaitu menggunakan bak terpal.

Gambar 5. Persiapan Wadah

19

Adapun jenis dan ukuran wadah dari hasil persiapan wadah dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini: Tabel 7. Spesifikasi wadah dan media No

Spesifikasi wadah dan media

Keterangan

Proses kegiatan

1 2 3 4

Jenis wadah yang digunakan Bentuk Ukuran wadah Tinggi air

Bak terpal Persegi empat 3x4 m 50 cm

Pertama pembersihan bak dan memperbaiki bak yang sudah rusak, lalu pengeringan bak yang telah dibersihkan selama 1 hari kemudian isi kan air sebanyak50cm setelah pengisian air 50cm tebarkan benih sebanyak yang kita inginkan

Sumber: Data Hasil Lapangan PKL III 2018

4.5.2 Penebaran Benih Penebaran benih dilakukan setelah dipastikan bak pembesaran benar-benar telah siap untuk digunakan. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada sore hari karena suhu air pada sore hari mulai rendah berkisar antara 27-28 0C. Tujuan dari suhu air

yang rendah agar benih ikan lele tidak mengalami stres pada saat

ditebarkan kedalam kolam pemelihaan sesuai dengan pendapat Suyanto (2006)untuk penebaran benih dilakukan sore atau pagi hari karena pada saat itu

suhu air masih rendah. Benih yang ditebar di bak pemeliharaan dilakukan pada saat Praktek Kerja Lapangan (PKL) III sebanyak 1000 ekor dan memiliki ukur4-5cm/ekor. Keadaan benih yang ditebar tidak cacat dan sehat dengan gerakannya yang lincah menurut (Khairuman 2005 dalam Ratnasari, 2011) bahwa sebelum benih ditebar benih terlebih dahulu harus disortir atau dipisahkan sesuai dengan ukurannya. Biasanya benih yang siap ditebar untuk pembesaran yang berukuran 4-5 cm/ekor. Berikut ini adalah Tabel untuk penebaran benih.

20

Tabel 8. Pengambilan Data Penebaran Benih No. 1

Uraian Ukuran Benih

Data Yang Diperoleh 4-5 cm

2 3 4

Jumlah Benih Berat Benih keseluruhan Asal Benih

1000 ekor 0,98 gram/ekor Anjungan

5

Waktu Penebaran

Sore

6

Padat Tebar

83/m²

Sumber: Data Hasil Lapangan PKL III 2018

Gambar 6. Penebaran Benih

4.5.3 Pemeliharaan Adapun kegiatan dalam pemeliharaan pembesaran ikan lele dumbo yang dilakukan selama praktek kerja lapangan (PKL III) meliputi: 1. Pemberian Pakan Adapun pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pada jam 08.00-16.00 dan 20.00 WIB. Untuk jenis pakan yang diberikan untuk ikan lele yaitu jenis pakan terapung yakni pakan F 999 dan pakan 781 dari awal pemeliharaan sampai dengan ikan berumur kurang lebih satu bulan ikan diberikan pakan F 999 dan ketika ikan berumur satu bulan sampai panen ikan diberi pakan 781. Pemberian pakan dilakukan dengan selang waktu 7 jam supaya makanan yang diberikan sebelumnya tercerna dengan baik . Pemberian pakan yang di lakukan di lapangan dengan cara menebar di beberapa titik, sampai ikan mulai kenyang atau respon ikan terhadap pakan berkurang atau disebut dengan adh-libithum. Bahwa metode pemberian pakan yang biasa digunakan adalah metode adh-libithum yaitu pemberian pakan (selalu tersedia) yang diberikan secara bertahap dalam jumlah yang banyak dan dihentikan setelah ikan kenyang.

21

Untuk Komposisi pakan F 999 dan 781 dapat dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Komposisi pellet Jenis

Kandungan yang terdapat pada pakan induk lele

Pakan

Protein (%)

Lemak (%)

Serat (%)

Abu (%)

Kadar Air (%)

781

31-33

3-5

4-6

10-13

11-13

F 999

40

6

3

11

Gambar 7. Pakan Ikan Lele Dumbo

2. Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air berpengaruh besar terhadap pemeliharaan ikan. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan mengamati kualitas air di bak pemeliharaan. Data kualitas air yang diamati selama praktek adalah suhu, pH dan karena keterbatasan alat yang ada di tempat praktek.Adapun hasil yang kami dapatkan dilapangan untuk pengecekan kualitas air yaitu untuk suhu pagi: 27ºC sore 280C dan malam 260C, sedangkan untuk pH yang kami dapatkan dilapangan 6,3. Untuk lebih lengkap bisa dilihat pada lampiran 4.

3. MonitoringPertumbuhan Selama pemeliharaan, pertumbuhan ikan diamati dengan cara dilakukan sampling setiap minggu dengan mengambil 5 ekor ikan lele yang akan dilakukan sampling untuk mengetahui berat serta panjang pertumbuhan ikan perminggunya.

22

Tabel 10. Pengambilan data sampling Berat ∑ ikan rata-rata (Ekor) (gram)

Minggu

Hari ke-

Biomassa (kg)

Jumlah pakan minggu

Jumlah pakan total

SR

1

0

0,98

2

7

3 10

ADG

FCR

1000

1,0

5

5

100%

2,9

980

2,8

7

10

98%

2,76

3,5

14

3,76

910

3,4

8

16

91%

3,6

4,7

70

100,0

800

80,0

12

80

80%

99,9

1,0

5,1

Sumber: Data Hasil Lapangan PKL III 2018

 Tingkat Kelangsungan Hidup/Survival Rate (SR) Dari hasil diatas perkembangan jumlah ikan selama 10 minggu pemeliharaan, SR (Survival Rate) 80 %. Pada minggu ke-4 angka kematian ikan lele dumbo tertinggi setelah minggu ke-3. Hal ini dikarenakan pada waktu itu terjadi Banjir jadi tidak bisa berangkat ke tempat budidaya sehingga lama baru pergantian airnya.  Berat Rata-Rata Harian/Average Daily Gain (ADG) Dari hasil data diatas dapat kita lihat bahwa ADG untuk perkembangan ikan lele dumbo yang kami pelihara selama praktikum ialah 99,9 jadi untuk perkembangan ikan selama pemeliharaan belum efektif dikarenakan ada kendala pada saat pemberian pakan yang tidak teratur karena kondisi tempat budidaya jauh dari tempat tinggal.  Rasio Konversi Pakan/Feed Conversion Ratio (FCR) Pakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ikan lele dumbo. Banyaknya pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi konversi pakan, konversi pakan merupakan perbandingan antara total pakan yang diberikan dibagi biomas yang dihasilkan. Nilai konversi pakan ikan lele dumbo yang dilakukan di lapangan pada perlakuan kepadatan penebaran 83 ekor/m² adalah 1,0. 4. Penanggulangan Hama dan Penyakit Salah satu faktor yang dapat merugikan dalam usaha pembesaran yaitu terdapatnya hama dan penyakit. Faktor ini dapat mengganggu kehidupan ikan bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan. Untuk menghindari tumbuh dan berkembangnya penyakit maka bak tersebut harus di jaga kebersihan serta dapat memberikan probioik untuk membantu proses penguraian sisa pakan dan kotoran yang mengendap dalam bak. 23

Pada saat praktikum tidak ditemukan hama dan penyakit tetapi ikan lele dumbo banyak mengalami kematian di karenakan lele dumbo memiliki sifat kanibalisme yang di akibatkan ukuran ikan tidak seragam. 5. Pemanenan Pemanenan yang kami lakukan ialah pemanenan secara parsial atau memilih yang mana pertumbuhan ikan yang tidak segaram jadi dilakukan menyortiran atau memilih yang mana ikan yang sudah bisa dipanen. Pemenenan dilakukan pada sore hari dengan jumlah ikan 10 ekor/kg dengan berat ikan 100 mg/ekor pemanenan pertama menghasilkan 30 kg kemudian pemanenan kedua menghasilkan 20 kg dan pemanenan ketiga sebanyak 30 kg untuk selang waktu pemanenan pertama dengan kedua yaitu 10 hari kemudian pemanenan kedua dan ketiga yaitu 17 hari.

Gambar 8.Pemanenan

4.5.4 Pemasaran Pemasaran lele sebaiknya dengan menggunakan jasa para pengepul, hal ini bisa dilakukan jika ingin perputaran modal lebih cepat, pasalnya para pengepul biasanya akan membeli lele dalam jumlah besar tidak jarang mereka akan memborong hasil panen

secara keseluruhan, walaupun harga yang mereka

tawarkan pastinya lebih murah dibandingkan kita harus menjualnya sendiri ke pasar. Adapun proses pemasaran yang kami lakukan untuk praktek kerja lapangan III ialah penjualan dilakukan kepada banyak pengempul seperti rumah makan sebanyak 40 kg dengan harga 30.000/kg, kemudian tentara batalion sebanyak 10 kg dengan harga 30.000/kg dan kemudian kepada bapak taufik 30 kg dengan harga 30.000/kg jadi total semua hasil yang kami dapatkan selama praktek sebanyak 80 kg dengan penghasilan uang sebanyak Rp.2.400.000;.

24

4.5.5 Analisis Finansial Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha yang dilakukan. Namun sebelum memulai usaha ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk menujang keiatan yang akan dilakukan. Adapun biaya yang diperlakukan dalam kegiatan usaha pembesaran lele dumbo meliputi biaya investasidan biaya operasional. Dari biaya-biaya yang dikeluaran serta jumlah produksi yang dihasilkan baru kita dapat menghitung analisis usahanya. Adapun kelayakan usaha yang dihitung yaitu Laba Rugi, Revenue cost ratio, Payback, period, dan Break Event Point. A. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada saat dimulainya produksi. Biaya investasi untuk memulai usaha pembesaran lele dumbo saat diamati selama praktek adalah sebesar Rp.610.000.,-. Biaya ini digunakan untuk penyediaan sarana dan pasarana yaitu menyediakan kolam yang berukuran 4x3x1m dll..Adapun uraian dari tabel biaya investasi ialah dapat dilihat pada lampiran 4. B. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarka selama kegiatan produksi berlangsung, terdiri atas benih, pakan, obat-obatan maupun yang lainnya yang diperlukan dalam kegiatan produksi dalam waktu yang singkat. Di dalam biaya operasional, ada dua biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap maupun biaya variabel. berdasarkan fungsinya biaya operasional dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.Adapun uraian dari tabel biaya investasi ialah dapat dilihat pada lampiran 4. 1.) Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang tetap dan tidak berubah meskipun unit produksi yang dihasilkan mengalami perubahan. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam kegiatan PKL III ialah sebesar Rp. 400.000;-.

2.) Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang dapat berubah apabila unit yang dihasilkan berubah. Biaya variabel pada pembesaran ikan lele dumbo dikeluarkan pada setiap

25

siklus produksi. Pada usaha yang kami lakukan terdiri dari satu siklus yaitu selama 2 bulan dan biaya yang dikeluarkan selama satu siklus sebesar Rp. 1.360.000. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan analisa usaha; Tabel 11. Perhitungan Analisa Usaha No 1 2

Keterangan Laba rugi/ keutungan Revenue Cost Ratio(R/C)

Hasil Rp. 640.000 1,36

3 4

Payback Period (PP) Break Event Point (BEP) BEP Produksi BEP Harga

095

 

59 kg Rp. 22.000

Sumber: Data Hasil Lapangan Pkl III 2018

1. Laba Rugi Perhitungan laba rugiBertujuan untuk mengetahui berapa besar keuntungan/ kerugian dari usaha yang dikelola. Suatu usaha yang menguntungkan akan memiliki nilai penerimaan > daripada total pengeluaran. Produksi yang dihasilkan dari kegiatan praktek kerja lapangan (PKL III) sebanyak 80 kg dengan harga jual perkilo sebesar Rp. 30.000;-. Maka penerimaan yang didapatkan sebesar Rp. 2.400.000;-. Dari lampiran 5 diketahui total biaya tetap dan biaya variabel sebesar Rp. 1.760.000;-. Maka biaya pendapatan yang di hasilkan dari PKL III adalah Rp. 640.000;-. 2. Revenue Cost Ratio(R/C) >1 Berdasarkan hasil perhitung R/C, usaha pembesaran ikan lele dumbo sebesar 1,36. Nilai R/C 1,36 bearti bahwa biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp.100.000 akan menghasilkan Rp.136.000. 3. Payback Period (PP) Nilai Payback Period (PP) untuk usaha pembesaran ikan lele dumbo sebesar 0,95. Artinya, dalam jangka waktu 0,95 tahun biaya investasi akan kembali.

26

4. Break Event Point (BEP) BEP break event point dibagi menjadi dua yaitu BEP produksi dan BEP harga BEP Produksi yang dihasilkan sebanyak 59 kg. Artinya, titik impas pada usaha pembesaran ikan lele dumbo akan tercapai pada saat produksi lele dumbo konsumsi terjual sebanyak 59 kg. BEP Harga ialah sebesar Rp. 22.000/kg. Artinya titik impas pada usaha pembesaran ikan lele dumbo ini akan tercapai dengan harga jual lele konsumsi sebesar Rp. 22.000.

27

BAB V PENUTUP 5.1 kesimpulan Berdasarkan hasil dari kegiatan PKL III maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Jenis wadah yang digunakan dalam kegiatan budidaya pembesaran ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada kegiatan PKL III berupa bak terpal dengan ukuran 3x4 m. Ukuran benih yang ditebar 4cm dengan jumlah benih sebanyak 1000 ekor dan padat tebar 83 ekor/m².Kualitas air yang optimal didapatkan dilapangan untuk suhu 27-30ºC dan pH 5,9-6,7. 2. Dari hasil yang kami dapatan selama Praktek Kerja Lapangan PKL III yaitu untuk tingkat kelangsungan hidup (SR) ialah 80% dengan pertambaha berat (ADG) selama pemeliharaan 99,9 dan untuk (FCR) yang diperoleh sebesar 1,0. 3. Dari

usaha

yang

kami

lakukan

untuk

pembesaran

ikan

Lele

Dumbo(Clarias gariepinus) selama satu siklus dengan Biaya Investasi sebesar Rp.610.000 dan Biaya Operasional Rp. 1.760.000;-. 4. Untuk analisis finansial yang kami lakukan selama Praktek Kerja Lapangan PKL III terdiri dari perhitungan analisa laba rugi,B/C Rasio,PP,dan BEP. Untuk hasil usaha yang kami dapatkan dari Analisa Laba Rugi yaitu penerimaan sebesar Rp.2.400.000 dan pendapatan sebesar Rp.640.000. Nilai B/C Rasio yang diperoleh sebesar Rp.1,36. Payback periode (PP) pada usaha pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada PKL III dalam jangka waktu 0,95 satu siklus. Untuk nilai titik impas (BEP) Produksi sebanyak 59 kg, sedangkan nilai titik impas harga adalah Rp.22.000.

28

5.2 Saran Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh, maka saran adalah sebagai berikut: 1. Untuk menpercepat pertumbuhanikan lele dumbo yang dipelihara maka untuk pemberian pakan, pengontrolan kualitas air lebih dilakukan dengan semaksimal mungkin 2. Melihat dari peluang pasar masih yangterbuka untuk ikan lele, kegiatan budidaya harus meningkatkan produksi dengan melihara ikan lebih banyak lagi. 3. Pada kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) III hasil yang diperoleh belum semaksimal mungkin, maka untuk pembesaran beriktnya harus lebih intensif dalam memelihara.

29

DAFTAR PUSTAKA Ardiyansah Sajid, 2006. Pemanenan.Penebar Swadaya. Jakarta. Cahyo Saparinto, 2012.Klasifikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. Effendi dan Wawan, 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta. Murhananto. 2002. Pembesaran Lele Dumbo . Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta

Ratnasari , 2011. Teknik Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Klarias Gariepinus) Fakultas Perikanan Dan Kelautan, Universitas Airlangga Surabaya. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6484.2-2000 Penebaran Benih.

30

LAMPIRAN 1 Profil Usaha/Gambaran Umum Usaha yang Dilakukan Nama Usaha

: Pembesaran Ikan Lele Dumbo

Alamat

: Jl.Lintas utara, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.

Berdiri

: 01 November 2017

Jenis Usaha

: Industri Rumah Tangga (Home Industry)

Jumlah Karyawan

: 5 orang

Produk

: Benih Lele Dumbo

Telp

: 085822044307

Visi, Misi dan Tujuan Usaha A. Visi Usaha Menjadi usaha pembudidaya ikan air tawar dengan produk unggulan khususnya pembesaran ikan lele dumbo yang maju, berdaya saing, dan berkelanjutan dengan berwawasan lingkungan dan kemasyarakatan dengan kualitas produksi ikan yang baik. B. Misi Usaha Misi yang dijalankan oleh Usaha “Pembesaran Ikan Lele Dumbo” yaitu :  Menambah peluang usaha dan menambah produk kepada masyarakat dan toko.  Pengusaha dan pengepul saling menguntungkan  Mengutamakan kepuasan pelanggan atau konsumen melalui pelayanan yang baik. C. Tujuan Usaha  Meningkatkan permintaan pasar atau konsumen  Meningkatkan kapasitas sumberdaya perikanan yang berkelanjutan  Meningkatkan mutu produk yang dihasilkan  Sebagai pelengkap mata kuliah PKL III dan Aquabisnis

31

LAMPIRAN 2 Profil SDM Pelaksana 1. Ketua Nama

: Lukman

Nim

: 3201525049

PendidikanTerakhir

: MA NURUL YAQINBUNUT HILIR

Pengalaman PKL

:TeknikPembenihan Ikan Patin

2. Sekretaris Nama

: Apendi

Nim

: 3201525042

PendidikanTerakhir

: SMAN 01 EMBALOH HILIR

Pengalaman PKL

:TehnikPembenihan Ikan Gurame

3.Bendahara Nama

: M. Hizbun Nasyar

Nim

: 3201525056

PendidikanTerakhir

: SMAN 1 PUTUSSIBAU

Pengalaman PKL

: Teknik Pembesaran Belut

4.Pemasaran Nama

: Reki Kurnia Azis

Nim

: 3201525037

PendidikanTerakhir

: SMKN 01 PUTUSSIBAU

Pengalaman PKL

: Teknik Pembesaran Udang Vaname

5.Anggota Nama Nim PendidikanTerakhir Pengalaman PKL

: Rahmad : 320152502133 : MAN PUTUSSIBAU : Pembesaran Ikan Nila

32

LAMPIRAN 3 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Kerja Pemilik Usaha KETUA LUKMAN NIM. 3201525049

SEKRETARIS APENDI NIM. 3201525042

BENDAHARA M. HIZBUN NASYAR NIM. 3201525056

PEMASARAN REKI KURNIA AZIS NIM 3201525037

ANGGOTA RAHMAD NIM. 3201525033

A. Ketua atau Pemimpin Dalam struktur anggota, ketua bertugas memimpin, mengkoordinasi, mengendalikan dan menyelenggarakan kegiatan di bidang perikanan yang ditetapkan di organisasi kegiatan usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo. B. Sekretaris Sekretaris mempunyai kewajiban untuk membantu pimpinan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan teknis. C. Bendahara Bendahara merupakan seseorang yang bertugas menerima, menyimpan, membayarkan, menata usaha, dan bertanggung jawabkan uang untuk keperluan belanja organisasi. D. Pemasaran Seseorang yang telah ditetapkan untuk memasarkan hasil dari sebuah usaha yang dijalankan agar usaha dapat berjalan dengan baik dan produk yang pasarkan terjual. E. Anggota Anggota berada dibawah kepemimpinan manager pemasaran, anggota memiliki fungsi sebagai pembantu pemasaran dalam memasarkan produk, tidak

33

jauh berbeda dengan tugas sesorang yang bekerja dibidang penjualan, hanya saja anggota disini tidak hanya terikat pada manajer pemasaran, anggota dapat bekerja dibawah kepemimpinan sekretaris, bendahara maupun pemimpin langsung.

34

LAMPIRAN 4 Tabel Pengamatan Kualitas Air Suhu (0ºC) No

Minggu

pH

Pagi

Sore

Malam

1

1

6,3

27

28

26

2

2

6,5

27

29

26

3

3

6,1

26

28

27

4

4

5,9

30

29

27

5

5

6,2

28,2

29

27,6

6

6

5,9

28,8

29,3

26,8

7

7

6,2

29,5

30,4

28,6

8

8

6,7

27,7

29,5

28,2

9

10

6,1

29,3

30,2

26,5

35

LAMPIRAN 5 

Biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha

Biaya Invenstasi

Uraian

Juml ah

Satuan

1

Bak terpal

2

Unit

2

Kayu

1

Bak

3

Serokan benih

2

Unit

4

Paku

2

5

Palu

6 7 8

No

Harga (Rp)

UE (th)

Penusutan/ Bulan (Rp)

Rp.300.000

2

Rp.12.500

Rp.100.000

2

Rp.4.167

Rp.15.000

Rp.30.000

2

Rp.1.250

Kg

Rp.20.000

Rp.40.000

2

Rp.1.667

1

Unit

Rp.35.000

Rp.35.000

2

Rp.1.458

Gergaji

1

Unit

Rp.45.000

Rp.45.000

2

Rp.1.875

Selang Jumlah

3

Meter

Rp.20.000

Rp.60.000 Rp.610.000

2

Rp.2.500 Rp.25.427

Satuan

Harga

Rp.150.00 0 Rp.100.00 0

Total (Rp)

Biaya Oprasional No

Uraian

Jumlah

(Rp)

Total (Rp)

Biaya Tetap

Biaya Variable

1

Benih ikan lele

1000

Ekor

400

400.000

400.000

2 3

Pakan F 999 Pakan 781

1 2

Karung Karung

170.000 330.000

170.000 660.000

170.000 660.000

4 5 6

Prebiotik EM 4 Bahan Bakar Biaya penyusutan Biaya Lain-Lain

1 10 3

Botol Liter Bulan

30.000 10.000 100.000

30.000 100.000 300.000

30.000 100.000 300.000

1

Siklus

100.000

100.000

100.000

1.760.000

400.000

7

Jumlah Biaya

36

1.360.000

LAMPIRAN 6 Perhitungan Analisis Finansial 1.Analisa Laba Rugi Penerimaan = total produksi x harga jual per unit keuntungan = penerimaan – (total biaya tetap + total biaya variabel) Penerimaan = total produksi x harga jual per unit 80 kg × 30.000 kg = 2.400.000 Keuntungan = penerimaan – (total biaya tetap + total biaya variabel) 2.400.000- 1.760.000 = 640.000 Produksi yang dihasilkan dari kegiatan praktek kerja lapangan (PKL III) sebanyak 80 kg dengan harga jual perkilo sebesar Rp. 30.000;-. Maka penerimaan yang didapatkan sebesar Rp. 2.400.000;-. diketahui total biaya tetap dan biaya variabel sebesar Rp. 1.760.000;-. Maka biaya pendapatan yang di hasilkan dari PKL III adalah Rp. 640.000;-. 2.Revenue Cost Ratio (R/C) > 1 R/C=

𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒑𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒂𝒏 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 +𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒗𝒂𝒓𝒊𝒂𝒃𝒆𝒍

R/C =

𝟐.𝟒𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 𝟏.𝟕𝟔𝟎.𝟎𝟎𝟎

= 𝟏, 𝟑𝟔

Berdasarkan hasil perhitung R/C, usaha pembesaran ikan lele dumbo sebesar 1,36. Nilai R/C 1,36 bearti bahwa biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp.100.000 akan menghasilkan Rp.136.000 3. Payback Period (PP) PP =

𝐏𝐏 =

𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒊𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝒙 𝟏 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒌𝒆𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏

𝟔𝟏𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = 𝟎, 𝟗𝟓 𝟔𝟒𝟎. 𝟎𝟎𝟎

Nilai Payback Period (PP) untuk usaha pembesaran ikan lele dumbo sebesar 0,95. Artinya, dalam jangka waktu 0,95 tahun biaya investasi akan kembali.

37

4.Break Event Point (BEP) 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂

BEP produksi = 𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 =. . 𝒌𝒈 atau ekor 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂

BEP harga= 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 = 𝑹𝒑 … a. BEP Produksi

=

b. BEP Harga

=

𝟏.𝟕𝟔𝟎.𝟎𝟎𝟎 𝟑𝟎.𝟎𝟎𝟎 𝟏.𝟕𝟔𝟎.𝟎𝟎𝟎 𝟖𝟎

= 𝟓𝟗 𝐤𝐠

=

𝑹𝒑. 𝟐𝟐. 𝟎𝟎𝟎

BEP Produksi yang dihasilkan sebanyak 59 kg. Artinya, titik impas pada usaha pembesaran ikan lele dumbo akan tercapai pada saat produksi lele dumbo konsumsi terjual sebanyak 59 kg. BEP Harga ialah sebesar Rp. 22.000/kg. Artinya titik impas pada usaha pembesaran ikan lele dumbo ini akan tercapai dengan harga jual lele konsumsi sebesar Rp. 22.000.

38

LAMPIRAN 7 Jadwal Produksi / Kegiatan

BULAN Nov 2017 No

1 2 3

Pembuatan wadah Pergantian air

4

Tebar Pemberian pakan

5

Pemanenan

6

Pemasaran Pembuatan laporan

7

Des 2017

Kegiatan

39

Jan2018

Feb2018

More Documents from "Satya Wardhana"