1
TEKNIK MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH Penulisan karya tulis ilmiah memerlukan persyaratan baik formal maupun materiil. Persyaratan formal menyangkut kebiasaan yang harus diikuti dalam penulisan; sedangkan persyaratan materiil menyangkut isi tulisan. Sebuah tulisan akan mudah difahami dan menarik apabila isi dan cara penulisannya memenuhi persyaratan dan kebiasaan urnum. Dalam tulisan singkat ini akan digambarkan beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan oleh penulis sebuah karya tulis ilmiah termasuk laporan penelitian. I. T O P I K Topik atau pokok pembicaraan berasal dari kata Yunani "topoi". Dalam suatu karangan, topik merupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang pengarang untuk menyampaikan maksudnya. Banyak hal yang dapat dipergunakan sebagai sumber penentuan topik sebuah karangan, misalnya: pengalaman, keluarga, karier, alam sekitar, masalah kemasyarakatan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, citacita, dan sebagainya. Dari bermacam-macam hal yang dijadikan topik tersebut, seorang pengarang dapat menyusun karangan dalam bentuk: a.Kisahan (Narasi): karangan yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa. b.Perian (Deskripsi): karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya. c.Paparan (Eksposisi): karangan yang berusaha menerangkan atau menjelaskari pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan itu. d.Bahasan (Argumentasi): karangan yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Syarat-syarat perumusan topik: 1.Topik harus menarik perhatian penulis Untuk dapat menghasilkan karangan yang baik dengan data yang lengkap, seorang penulis harus memilih topik yang menarik perhatiannya. Topik yang tidak disenangi a.kan menimbulkan keengganan penulis dalam menyelesaikan tulisan.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
2 Sehingga pencarian data dan informasi untuk melengkapi karangan akan dilakukan dengan terpaksa. 2.Topik harus diketahui oleh penulis Seorang penulis sebelum memulai menulis seyogyanya sudah mempunyai pengetahuan tentang hal-hal atau prinsip-prinsip dasar dari topik yang dipilih. Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, seorang penulis dapat mengembangkan tulisannya menjadi suatu tulisan menarik, dengan cara melengkapi tulisan tersebut melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan. 3.Topik yang dipilih sebaiknya: a. Tidak terlalu baru Topik yang terlalu baru memang menarik untuk ditulis, akan tetapi seringkali penulis mengalami hambatan dalam memperoleh data kepustakaan yang akan dipakai sebagai landasan atau penunjang. Data kepustakaan yang diperoleh mungkin terbatas pada berita
dalam
surat
kabar
atau
majalah
populer.
b. Tidak terlalu teknis Karangan yang terlalu teknis kurang dapat menonjolkan segi ilmiah. Tulisan semacam ini biasanya bersifat sebagai petunjuk tentang bagaimana tata cara melakukan sesuatu, tanpa mengupas teori-teori yang ada. c. Tidak terlalu kontroversial Suatu tulisan yang mempunyai topik krontroversial menguraikan hal-hal di luar hal yang menjadi pendapat umum. Tulisan semacam ini sering menimbulkan permasalahan bagi penulisnya. II. TEMA Tema berasal dari kata Yunani "tithenai". Tema mempunyai dua pengertian yaitu : 1. Suatu pesan utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya. 2. Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang ingin dicapai. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila tema dikembangkan secara terinci dan jelas. Adanya gagasan sentral, rincian yang teratur dan susunan kalimat yang jelas akan menghasilkan karangan yang menarik dan enak dibaca. Di samping itu, seorang penulis juga harus menampilkan keaslian tulisannya. Keaslian tersebut dapat dilihat
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
3 dari beberapa hal, misalnya pokok permasalahan, sudut pandangan, cara pendekatan atau gaya bahasa dan tulisannya. III. JUDUL Apabila topik dan tema sudah ditentukan barulah penulis merumuskan judul katya tulisnya. Judul yang dirumuskan sifatnya tentatif, karena selama proses penulisan ada kemungkinan judul berubah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merumuskan judul: 1. Judul hendaknya relevan dengan tema dan bagian-bagian dari tulisan tersebut; 2. Judul menimbulkan rasa ingin tahu seorang lain untuk membaca tulisan itu (bersifat provokatif); 3. Judul tidak mempergunakan kalimat yang terlalu panjang, jika judul terlalu panjang, dapat dibuat judul utama dan judul tambahan (subjudul); 4. Pada penulisan tertentu (yang ada hubungan sebab-akibat) seyogyanya judul harus memiliki independent variable (variabel bebas) dan dependent variable (variahel terikat). IV. KERANGKA KARANGAN Agar penulis dapat menerangkan isi karangannnya secara teratur dan terinci, diperlukan suatu kerangka karangan. Kerangka karangan akan membantu penulis untuk menyusun karangan yang logis dan teratur, karena kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja seorang penulis. Kegunaan kerangka karangan: 1. Untuk menyusun karangan secara teratur. 2. Membantu penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. 3. Menghindari penguraian topik secara berulang-ulang. 4. Memudahkan mencari materi pembantu. Perumusan kerangka karangan dapat dilakukan dengan dua cara: 1. Kerangka kalimat Kerangka kalimat merumuskan tiap bagian karangan dengan kalimat berita yang lengkap. Dengan demikian tujuan dan pokok pembahasan akan dapat diketahui secara jelas baik oleh penulis sendiri maupun orang lain. Menyusun Karya Tulis Ilmiah
4 2. Kerangka topik Perumusan kerangka topik dilakukan dengan menggunakan kata atau frasa. Kerangka semacam ini kurang memberikan kejelasan bagi orang lain yang membacanya. V. BENTUK LAHIRIAH Karya tulis dari sudut bentuk dibedakan atas karya formal, semi formal, dan non formal, sebaliknya informal bukan menyangkut bentuk tetapi menyangkut keresmian. Tulisan dari sudut ini dibedakan atas tulisan formal (=formil) dan informal (=informil).. Karya tulis formal adalah suatu tulisan/karangan yang memenuhi semua persyaratan lahiriah yang ditentukan oleh kebiasaan; sedangkan karya tulis yang memenuhi sebagian dari syarat formal disebut semi formal. Apabila suatu tulisan tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka tulisan tersebut disebut non formal. Tulisan disebut informal apabila tidak menggunakan bahasa resmi, di samping itu penulis juga memakai kata ganti orang pertama sebagai pengganti nama dirinya seolah-olah ia berhadapan dengan pembacanya (personal). Bentuk lahiriah yang harus dipenuhi oleh suatu tulisan formal: 1. Bagian pelengkap pendahuluan a. Judul pendahuluan b.Halaman pengesahan c. Halaman judul d. Halaman persembahan e. Kata pengantar f. Daftar isi g. Daftar gambar, tabel, keterangan 2. Bagian isi karangan a. Pendahuluan b. Tubuh karangan c. Penutup/Simpulan (dan saran) 3. Bagian pelengkap penutup a. Daftar pustaka b. Indeks c. Lampiran Menyusun Karya Tulis Ilmiah
5
Karya tulis formal harus memakai bahasa resmi dan tanpa menyebutkan nama diri atau nama pengganti penulis .(impersonal) misalnya kata saya, kami, kita, kecuali hanya pada kata pengantar. VI. TEKNIK PENULISAN Agar penulisan karya tulis sempurna, setelah isi dan bentuk lahiriah disusun dengan cara yang semestinya, penulis juga harus mernpertahankan teknik penulisan berdasarkan persyaratan yang lazim. Masalah teknis yang perlu diperhatikan, adalah: 1. Ukuran kertas Karya tulis ilmiah umumnya mengggunakan kertas jenis HVS (60-80 gram) putih dengan ukuran kuarto (215 x 280 mm, jangan keliru dengan ukuran kertas A4 yaitu 210 x 297 mm) . 2. Mesin tulis Mesin tulis yang digunakan hendaknya memakai pika 10 (dalam satu inci dapat diketik 10 karakter). Pengetikan dapat juga dilakukan memakai komputer, tetapi pemilihan huruf seyogyanya hanya Courier 12 (Contoh huruf Courier 12) di samping itu hasil cetakannya (print out) hendaknya tidak berbentuk titik-titik (dot matric) melainkan berbentuk seperti huruf pada mesin tulis biasa. Dalam istilah komputer disebut NLQ (Near Letter Quality) atau LQ (Letter Quality). 3. Pita dan karbon Pita maupun karbon yang digunakan hendaknya dalam keadaan baik:, sehingga menghasilkan cetakan yang jelas dan tidak kabur. 4. Margin/pias (batas pinggir pengetikan) Batas pengetikan adalah 4 cm untuk tepi kiri, 2,5 cm untuk tepi kanan, 4 cm untuk tepi atas dan 3 cm untuk tepi bawah. Nomor bab diketik 6,5 cm dari tepi atas dan judul bab dimulai 8 cm dari tepi atas. 5. Pemisahan/pemenggalan kata Pemenggalan kata ditandai dengan garis penghubung pada suku kata sebelumnya. Garis penghubung tidak ditempatkan di bawah suku kata yang dipenggal. Seorang
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
6 penulis juga harus memperhatikan adanya awalan atau akhiran dari sebuah kata yang dipenggal. 6. Spasi/kait Jarak antara baris dengan baris mempergunakan spasi rangkap (dua spasi). Sedangkan untuk catatan kaki, bibliografi dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris dipergunakan spasi rapat (satu spasi). Apabila awal alinea (paragraf dimulai dari pias paling kiri (tidak menjorok masuk ke dalam 5-7 ketikan), maka jarak antar alinea 3-4 spasi. Tetapi jika awal alinea dimulai dengan menjorok/masuk ke dalam sebanyak 5-7 ketikan, rnaka jarak antar alinea tetap dengan spasi ganda (2 spasi). Sedangkan jarak antara judul bab dan naskah dipakai 3-4 spasi. 7. Nomor halaman Halaman pendahuluan ditandai dengan angka Romawi kecil, sedangkan halamanhataman selanjutnya menggunakan nomor dengan angka Arab. Nomor halaman dapat dicantumkan pada tengah halaman sebelah bawah atau sudut kanan atas. 8. Judul Judul bab ditulis di bagian tengah atas dengan huruf kapital dan tidak digaris bawahi atau tidak ditulis di antara tanda kutip. Judul bab juga tidak diakhiri dengan tanda titik. 9. Huruf miring Huruf miring berfungsi menggantikan garis bawah. Huruf miring biasanya digunakan untuk: a. Penekanan sebuah kata atau kalimat; b. Menyatakan judul buku atau majalah; c. Menyatakan kata atau frasa asing. 10. Penulisan angka Untuk menuliskan angka dalam karangan, perlu diperhatikan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Bilangan di bawah seratus, yang terdiri dari satu atau dua kata, bilangan seratus dan kelipatannya, seribu dan kelipatannya ditulis dengan huruf; b. Bilangan terdiri dari tiga kata atau lebih, ditulis dengan angka; c. Bilangan pecahan biasanya ditulis dengan huruf,
kecuali
pecahan
dari
bilangan yang besar; d. Persentase tetap ditulis dengan angka; Menyusun Karya Tulis Ilmiah
7 e. Nomor telepon, nomor jalan, tanggal dan nomor halaman ditulis dengan angka; f. Angka tidak boleh dipergunakan untuk mengawali sebuah kalimat. 11.Penulisan kutipan Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat, atau ucapan orang lain yang terdapat pada buku, majalah, bahkan bunyi pasal dalam peraturan perundang-undangan. Untuk itu seorang penulis harus memperhatikan prinsip-prinsip mengutip, yaitu: a.Tidak mengadakan pengubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu mengadakan pengubahan, maka seorang penulis harus memberi keterangan bahwa kutipan tersebut telah diubah. Caranya adalah dengan memberi huruf tebal, atau memberi keterangan dengan tanda kurung segi empat; b.Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda [sic!] langsung di belakang kata yang salah. Hal itu berarti bahwa kesalahan ada pada naskah asli dan penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan tersebut; c.Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itii dinyatakan dengan cara membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik). Penghilangan bagian kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan makna asli naskah yang dikutip
(lihat cof.!toh pada lampiran 1, halaman 19). Cara mengutip: a Kutipan langsung terdiri dari tiga baris atau kurang
Cara menulis kutipan langsung yang panjangnya sampai dengan tiga baris, adalah sebagai berikut: (1) kutipan diintegrasikan dengan naskah; (2) jarak antara baris dengan baris dua spasi; (3) kutipan diapit dengan tanda kutip; (4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas. (Lihat contoh pada lampira» 1, halamarr 19) b. Kutipan langsung terdiri lebih dari tiga baris
Sebuah kutipan langsung yang terdiri lebih dari tiga baris, ditulis sebagai berilut: (1) kutipan dipisahkan dari naskah dengan jarak 3 spasi; (2) jarak antara baris dengan baris satu spasi; (3) kutipan bisa diapit tanda kutip, bisa juga tidak;
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
8 (4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas; (5) seluruh kutipan diketik menjorok ke dalam antara 5-7 ketikan; (Lihact contoh pada lampiran 1, halarnan 16 dan 17) a Kutipan tidak langsung
Dalam kutipan tidak langsung penulis tidak mengutip naskah sebagaimana adanya, . melainkan mengambil sari dari tulisan yang dikutip. Cara menulis kutipan seperti ini adalah sebagai berikut: (1) kutipan diintegrasikan dengan naskah; (2) jarak antara baris dua spasi; (3) kutipan tidak diapit dengan tanda kutip; (4) akhir lnttipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas. (Lihat contoh pada lampiran 1, halaman 18-19) 12. Penulisan sumber kutipan Seorang penulis yang mengutip pendapat orang lain harus mencantumkan sumber kutipan yang bersangkutan. Ada tiga cara penulisan sumber kutipan, yaitu: a. American Psycological Associations Manual (APA) Mencantumkan langsung surnber kutipan di akhir kutipan yang ditulis dalam tanda kurung. Contoh: (Soerjono Soekanto, 1983: 23), artinya: Kutipan tersebut diambil dari buku karangan Soerjono Soekanto yang terbit tahun 1983 pada halaman 23. (hihal cc»r1o% lordcr lanrhircur 1, halaman 20) Dalam penulisan sumber semacam ini, tidak mudah untuk langsung menemukan dari sumber manaJapa kutipan tersebut diambil. Pembaca sulit mengetahui judul t•uku yang dikutip. Seyogyanya pada setiap akhir bab dibuat daftar pustaka. Adapun cara menuliskan Daftar Pustaka dengan cara ini ialah, 1) nama pengarang; 2) tahun terbit; 3) judul; 4)cetakan/edisi; 5) nama kota; 6) nama penerbit. (Lihat contoh pada Iampiran 2) b. Modern Language Associations Handbook (MLA): Memberi nomor urut pada setiap alr.hir kutipan, kemudian menulis sumber kutipannya di akhir bab, pada lembar khusus yang disebut "Catatan" Cara menuliskan sumber kutipan sama seperti menulis pada Catatan Kaki. Contoh :
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
9 Catatan 1
Buchari Zainun, Manajemen dan Motivas(Jakarta: Balai
Aksara, 1979), hal. 27. 2
A. Hamzah, Hukum Pidana Ekonomi, cet.II, (Jakarta:
Erlanqga, 1977), hal. 21. 3
Ibid.
4
CFG
Sunarjati
Hartono,
Hukum
Ekonomi
Pembangunan
Indonesia (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum NasionalDe!partemen Kehakiman, 1982), hal. 148. SHamzah, op.cit.,hal. 45. c. Chicago Manual of Style (Kate L. Turabian): Cara yang lazim adalah dengan memberikan nomor unit kutipan, kemudian sumber kutipan ditulis pada kaki halaman diawali dengan nomor urut kutipan. Sumbe:r kutipan dipisahkan dari naskah dengan garis lurus sepanjang lima belas ketikan, d:iapit oleh .
ruang kosong masing-masing empat kait (spasi).
Catatan kaki diketik menjorok ke dalam 5-7 ketikan dan dilanjutkan p;ada baris berikutnya dimulai pada margin kiri dengan jarak satu spasi, sedangkan jarak antara baris terakhir satu catatan dengan baris pertama catatan kaki berikutnya, dua spasi. Keuntungan cara penulisan sumber kutipan dengan catatan kaki ialah, jika pada suatu ketika penulis ingin membandingkan dengan sumber lain, atau penulis ingin menerangkan suatu tulisan yang bukan menjadi konteks penulisan. Apabila mer,:erangkan sesuatu - langsung pada naskah dianggap akan mengganggu kesinambunga:n tulisan, maka dengan catatan kaki keterangan tentang sesuatu tersebut dapat dilakukan. Hal itu tidak akan mengganggu naskah dimaksud. (Lihat contoh pada 1, hal. 19)
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
10
13. Penulisan daftar pustaka Daftar pustaka atau bibliografi merupakan suatu daftar yang memuat pustaka yang dipergunakan sebagai acuan dalam karya tulis yang disusun. Daftar pustaka dari suatu karya akan berguna bagi orang lain yang mempunyai perhatian, minat atau bidang keahlian yang sama dengan penulis karya tulis tersebut. Daftar pustaka selain dapat dipakai untuk menilai kebenaran tulisan atau pendapat yang dikutip, juga dapat memperluas pengetahuan orang lain akan bahan bacaan yang ada kaitannya dengan pokok bahasan dalam tulisan tersebut. Cara menyusun penulisan deskripsi daftar pustaka, baik untuk model MLA maupun Turabian sama, yaitu: 1) nama pengarang; 2) judul; 3) cetakan/edisi; 4) nama kota; S) nama penerbit; dan 6) tahun terbit (Lihat contoh pada lampiran 3, halaman 2324). Sedangkan untuk APA (Lihat contoh pada lampiran 2, halaman 21-22) dan yang telah diterangkan di muka. Penyusunan daftar pustaka dilakukan menurut urutan abjad (alfabetis) nama pengarang. Dalam hal ini penulisan nama pengarang dibalik susunannya, yaitu dimulai dengan nama keluarga diikuti tanda baca koma. Nama keluarga di sini termasuk nama ormg tua atau nama suami. Bagi pengarang yang tidak mempunyai nama keluarga, maka penulisan nama diawali dengan menuliskan nama terakhir pengarang tersebut. Jarak antara baris adalah satu spasi, sedangkan jarak antara satu sumber dengan sumber yang lainnya dua spasi. Pengetikan dimulai pada margin kiri dan baris selanjujtnya diketik menjorok ke dalam 3-5 ketikan. Bila ada lebih dari satu pustaka yang dikarang oleh seorang pengarang yang sama, maka nama pengarang tersebut tidak perlu diulang. Pengulangan nama pengarang dapat diganti dengan membubuhkan sebuah garis panjang, sepanjang 5-7 ketikan yang diakhiri dengan sebuah titik. Selanjutnya data bibliografi ditulis seperti biasa. Namun perlu diperhatikan bahwa urutan penulisan karya pengarang tersebut dilakukan secara kronologis menurut tahun diterbitkannya karya-karya tersebut. Berikut ini diberikan contoh cara penulisan catatan kaki dan bibliografi (daftar pustaka). Untuk mempermudah pengertian dan mengetahui perbedaan antara cara penulisan catatan kaki dan bibliografi, pemberian contoh disusun secara berurutan, 1raitu urutan periama adalah catatan kaki dan urutan kedua bibliografi.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
11 Untuk jelasnya diberikan pula cara menyusun urutan daftar pustaka baik untuk model MLA dan Turabian (Lihat corrtoh Ixrda lampiran 3.) di satu pihak dan contoh untuk APA di lain pihak (Lihat contoh pada lampiran 2).
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
12 I.
B U K U:
A. Satu orang pengarang: 1
Ismail Suny, Pembagian Kekuasaan Negara, cet.2,
(Jakarta: Aksara Baru, 1978), hal. 41. Suny,
Ismail.
Pembagian
Kekuasaan
Negara.
Cet.2.
~'akarta: Aksara Baru, 1978. B. Dua orang pengarang: 2
Purnadi
Purbacaraka
dan
Soerjono
Soekanto,
Perundang-undangan dan Yurisprudensi (Bandung: Alumni, 1979), hal.8. Purbacaraka,
Purnadi
Perundang-undangan
dan
dan
Soerjono
Soekanto.
Yurisprudensi.
Bandung:
Alumni, 1979. C. Tip orang pengarang: 3
Arif
Budijanto,
Purwadianto,
Siswandi
Kejahatan
Seks
Sudiono,
dan
dan
Aspek
Agus
Medikolegal
_Gangguan Psikoseksual (Jakarta: Kalman Media Pusaka, 1982), hal. 14-15. Budijanto,
Arif;
Kejahatan
Siswandi
Seks
dan
Sudiono;
Aspek
dan
Agus
Medikolegal
Purwadianto.
Gangguan
Psiko-
seksual. Jakarta: Kalman Media Pusaka, 1982. D. Lebih dari tip orang pengarang: 4
Padmo Wahyono _et al., Kerangka Landasan Pembangunan
Hukum
(Jakarta:
Pustaka
Sinar
Harapan,1989)
ha1.37.
Wahyono, Padmo et _al. Kerangka Landasan Pembangunan Hu kum. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1989. E. Editor (penyunting)/penghimpun: SSoerjono Soekanto, ed., Identifikasi Hukum Positif Tidak Tertulis Melalui Penelitian Hukum _Normat.if dan Empiris `
(Jakarta: Ind. Hill-Co, 1988),
hal _ 105.
Soekarito, Soerjono, ed. Identifikas_i Hukum Positif: Tidak Tertulis Melalui Penelitian Hukum Normati.f darl Empiris. Jakarta: Ind. Hill-Co, 1988. F. Terjemahan/Saduran: Menyusun Karya Tulis Ilmiah
13 6
J.G.
Starke,
Pengantar
Hu}=
_Intei-nasiona_l
[An
Introduction to International ~Law], diterjemahkan oleh F. Isjwara (Bandung: Alumni, 1972), hal. 21. Starke, J.G. Pengantar Hukum _Internasional [An Introduction to International Law]. Diterjemahkan (Dleh F. Tsjwara. Bandung: Alumni, 1972. G. Bab / chapter dad buku yang merupakan kumpulan karangan: 7
Marian
Gold
Gallagher,
"Legal
Encylopedias"
dalam How _to Find the Law, 7thed. edited by Morris L.
Cohen,
(St.
Paul,
Minnesota:
West
Publishing,
1976), p.272. Gallagher,
Marian
Gold.
"Legal
Encylopedias"
dalam
How
_to Find the haw. 7thed. Edited by Morris h.Cohen. St.Paul, Minnesota: West Publishing, 1976. pp. 264 284. H. Badan Korporasi: BBadan Sistim
Pembinaan
Penyebarluasan
Hukum
Nasional,
Peraturan
Lokakarya
Perundang-undangan
(Bandung: Binacipta, 1977), hal. 51. Badan Pembinaan Hukum Nasional. Lokakarya Sis.tim Pen ebarluasan
Peraturan
Perundang-undangan.
Bandu:zg:
Binacipta, 1977. II. ARTIK
A.
EL:
Majala h: 9
di
INyoman Nurjaya, "Azas Presumption of Innocence
Negara
Hukum
Indonesia
(Suatu
Pemahaman
Empirik),'"' Hukum dan Pembangunan 1 (Januari 1982): 63. Nurjaya, I Nyoman. "Azas Presumption of Innocence di Ne'
gara
Hukum
Indonesia
(Suatu
Pemahaman
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
14 Empirik)." Hukum dan Pembangunan 1 ( Januari 1982 ): 60 - 67. B. Harian: lOSatjipto
Rahardjo,
"Batas-batas
Kemampuan
clan
Be-
kerjanya Hukum," Suara Pembaharuan (30 Desember 1988): 6.
Rahardjo,
Satjipto.
"Batas-batas
Kemampuan
dan
Bekerjanya Hukum," Suara Pembaharuan (30 Desember 1.988) : E.
III. SKRIPSI l TESIS l DISERTASI llSoerjono Kepatuhan
Soekanto,
Hukum
Yuridis-Empiris
"
Kesadaran
Hukum
dan
(Suatu
Percobaan
Penterapan
Metode
untuk
Mengukur
Kesadaran
Hukum
Mahasiswa Hukum terhadap Peraturan Lalu-lintas)," (Disertasi doktor Universitas Indonesia, Jakarta, 1977), ha1.113. Soekanto, Soerjono."Kesadaran Hukum dan Kepatuhar.. Hukum (Suatu Percobaan Penterapan Metode Yuridis - Empiris untuk
Mengukur
terhadap
Kesadaran
Peraturan
Hukum
Mahasiswa
Hukum
Lalu-lintas)."
Disertasi
Doktor
Kearah
Sistim
Universitas Indonesia, Jakarta, 1977. IV. MAKALAH: 12
Mardjono
Reksodiputro,
Penemuan
Kembali
(Makalah
disampaikan
kembali
"Usul
Peraturan
Peraturan
pada
Perundang-undangan
Lokakarya
Sistim
Perundang-undangan,
RI,"
Penemuan
Malang,
24-26
Maret 1977), hal. 88. Reksodiputro,
Mardjono.
"Usul
kem-bali
Peraturan
Perundang-undangan
disampaikan Peraturan
pada
Lokakarya
Ke
arah
Sistim
Perundang-undangan,
Sistim
penemu,3n
RI."
Makalah
Penemuan
Kembali
Malang,
24-26
Maxet
1977. Y. PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN:
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
15 13 14
Indonesia,
lndonesia,
Undang-Undang
Undang-Undang
Dasar
Tentang
1945,
ps.
Penanaman
2.
Modal
Asing, W No.l, LN No. 1 tahun 1967, TLN. No. 2818, ps.4.
15
Kitab Undang Undang Hukum Perdata [Burgerli=_jk
Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. rjitrosudibio,
cet.
8,
(Jakarta:
Pradnya
Paramita,
1976),
ps. 1338. , Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945. . Undang-Undang Tentang Penanaman Modal As_Lng. UU No.l, LN No.1 Tahun 1967, TLN No. 2818. Kitab Undang Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek]. Di terjemahkan
oleh
R.
Subekti
dan
R.
Tj
itrosudibio.
Cet. 8. Jakarta: Pradnya Paramita, 1976. (Unttik lebih jelasrtya diberikan cortlvh pnda Ianrpircnn -i) Crouse,
Maurice.
. "Citing
Information
in
History
.
10
rev,
people.
Khusus
ed.
memphis.edu/-
Februari 199E.
Otonomi Bali,"
Papers."
Electronic
Kelakan,Alit.
dalam
Perspekti
. Diakses
f 15
November 201--10. Mamudj i,
Sri. . "Satuan Acara
Perkul
iahan
Metode Penelitian Hukum." e-mail kepa.da ;-_)aly Erni. 1 September 2000. Page,Melvin E. "A Brief Citation Guide for Internet Sources in History and the Humanities." .
2 0
February
1996. "Peneqakan Hukum bagi Pelestarian Lingkungan Masih Lemah. "
htm>.
11
Juli
2000.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
16 Surbakti,
Ramlan.
"Harus
Dipertimbangkan
Munculnya
Partai di Era Otonomi. " . . 15 November 2000. Crouse,
Maurice.
.
"Citing
E:_ectronic
Information in History Papers." rev.ed. .
10 Februari 1996.
Kelakan,Alit. Otonomi Iihusus dalam Perspekti f Bali," . 2000. Mamudj i,
Sri.
15
Novembe!r
"Satuan
Acara
~,makara.cso.ui.ac.id > . Perkuliahan
Diakses
Metode
Penelitian
Hukum."
e-mail
kepada Daly Erni. 1 September 2000. Page,Melvin E. "A Brief Citation Guide for Internet Sources in History and
the
Humanities."
africa.citation. html >. "Penegakan
Hukum
bagi
msu.edu/-
20 February 1996. Pelestarian
Lingkungan
Me.sih
Lemah.
"'.
11
Juli 2000. Surbakti, Ramlan. "Harus Dipertimbangkan Munculnya Partai di Era Otonomi.
".
.-terba:ru/0011/15/
headline109htm >. 15 November 2000.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
17
PENGULANGAN Dalam pengetikan sumber kutipan pada catatan kaki sering terjadi pengulangan sumber kutipan. Seorang penulis perlu memperhatikan penggunaan singkatan seperti di bawah ini: L Ibid singkatan dari ibidem artinya pada tempat yang sama Digunakan apabila catatan kaki yang berikut menunjuk kepada sumber yang telah disebut dalam catatan nomor sebelumnya. 3ika halamannya sama hergunakan singkatan Ibid.; saja; namun bila halamannya berbeda setelah singk:atan Ibid. dicantumkan nomor halamannya. Contoh : 1
Dedi
Soemardi,
Sumber
Sumber
Hukum
Positip
(F;andung: Alumni, 1980), hal. 10. 2
Ibid. 3
Ibid.,
hal. 34. . OP cit ..
. " singkatan dari opere citato
artinya pada karya yang telah dikutip
Digunakan apabila sumber pertama ingin diulang, padahal ada sisipan dari sumber lain. Contoh : 1
Wirjono
Prodjodikoro,
Azas-Azas
Hukum
Perdata
(tanpa tempat: Sinar Bandung, 1981), hal. 20. 2
Ismail Suny, Mekanisme Demokrasi Pancasila (Jakar-
ta: Aksara Baru, 1980), hal. 60. 3
Prodjodikoro,
op.
cit.,
hal. 51. IM Loc. cit singkatan dari loco citato artinya pada tempat yang telah dikutip.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
18
.
Hal ini digunakan apabila sumber pertama (yang berupa buku) dengan halaman yang sama diulang, padahal ada sisipan dari sumber lain. Tetapi ada juga yang memakainya khusus untuk artikel majalah, harian atau ensiklopedi. Contoh : 1
Koma r Kan taa tmad j a , "Hukum Pe ru sahaan bag i
Pe r v sahaan -
pe ru sahaan Asean , "Hukum Nas i ona l, 1 (1984): 45. 2
R.M. Suryodiningrat, Azas-azas Hukum _Perikatan (Bandung:
Tarsito, 1982), hal. 59. SKantaatmadj a, ,
loc. cit.,
hal.
46.
4
Suryodiningrat, loc.
cit . Catatan: .
Jika pada mesin ketik ada fasilitas huruf miring (italic), maka garis bawah dapat diganti dengan huruf miring. Contoh: Salim, Emil. Lingkungan Hidup dan Pembangunan ..Jak;arta: Mutiara Sumber Widya, 1985.
'
dapat ditulis -
Salim, / Emil. Lingkungan K.idup dan Pembangunan. Jak;arta: Mutiara Sumber Widya, 1985.
Akhiraya haros disadari, bahwa seyogyanya dalam menyusun sebuah
karya
menerapkan
tuais,
pola,
seorang
penulis
aturan-aturan
atau
memperhatikan
dan
kebiasaan-kebiasaan
yang bd'laku umum. Ada baiknya apabila seorang penulis mengikuti suatu pola tertentu secara ; tut
a9as
(konsisten)
tanpa
mencampur adukkan pola tersebut dengan pola-pola lain.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
19
DAFTAgt PUSTAKA Keraf, Gorys. Komposisi, Sebuah Pertgantar Kemahiran Baha.sa. Cet.6. Ende: Nusa Indah, 1980. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pettn#uk Praktis BerbahasGr htdortesia. Jakarta: Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga dan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kanttis Besar Bahasa Indonesia. Cet.l. Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Turabian, Kate L. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations. First British Ed. Prepared by John E. Spink. London: Heinemann, 1983.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
20
Lampiran 1 AWALBAB J U D U LBAB A. SUBBAB (Huruf Kapital seluruhnya) Awal ALINEA/PARAGRAF dimulai dari sini, alinea adalah rangkaian kalimat yang mempunyai satu pengertian. Jika masih merupakan satu pengertian jangan sekali-kali pindah alinea baru. Ingat ada beberapa kata yang tidak dapat dipakai sebagai awal alinea, seperti: "NAMUN", "MESKIPUN", "DAN", dan lain sebagainya. Tetapi ada kata-kata transisi dalam suatu alinea yang dapat dipakai, seperti: Transisi tambahan: lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, dan lain sebagainya. Transisi pertentangan:tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun, dan lain sebagainya, serta masih ada beberapa lagi transisi-transisi lainnya yang dapat dipakai antar kalimat dalam satu alinea. (Gorys Keraf, tanpa tahun: 20) Contoh kutipan di atas sekaligus memperlihatkan penulisan sumber kutipan yang langsung diintegrasikan dengan teks kutipan (Model APA). Selanjutnya dapat dimulai ALINEA/PARAGRAF baru. Jika dalam uraian ternyata memerlukan subsubbab, maka cara menulisnya ialah: 1. Sub Sub Bab(Huruf kapital hanya pada awal kata dan garis bawah sepanjang ada hurufnya, atau dengan kata lain dengan memakai garis putus antar kata). Jika akan menyebutkan sumber kutipan dengan memakai catatan kaki, perhatikan kapan akhir teks harus berhenti. Catatan kaki perlu dipisahkan dari teks,dengan memakai garis lurus sepanjanq 15 ketuk yang diapit oleh ruang kosong masing-maSing sebanyak empat spasi.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
21 Perhatikan pula jarak antar baris pada catatan kaki, yaitu satu spasi, sedang antar catatan kaki adalah dua spasi. Lihat cara mengutip kutipan langsung lebih dari empat baris:
Lampiran 1 Meskipun Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa kekuasaan pemerintah negara (executive power) akan dipegang oleh Presiden, seperti dinyatakan pula dalam Undang-undang Dasar Amerika Serikat, Presiden Indonesia tidak menjadi Kepala Eksekutif atau Pemimpin yang sebenarnya dari Eksekutif seperti halnya Presiden Amerika.1 Tulisan selanjutnya mulailah dari sini, sehingga selesai seluruh tulisan yang Saudara kehendaki. Terlihat di sini bagaimana cara membuat catatan kaki supaya tetap berjarak 3 cm ke bawah. Caranya, ialah bahwa baris terakhir catatan kaki harus berada di baris ke 50 (baris paling bawah). Perlu Saudara ketahui, bahwa dengan modifikasi seperti ini, setiap halaman hanya berisi 50 baris tunggal, atau 25 baris spasi ganda. (Kecuali pada awal bab, hanya terdiri dari 44 baris spasi tunggal atau sebanyak 22 baris spasi ganda). Perlu pula dikemukakan di sini bahwa fungsi catatan kaki selain untuk menulis sumber kutipan, kadang-kadang penulis juga ingin menerangkan suatu tulisan yang bukan menjadi konteks penulisan, seperti dicontohkan di halaman berikut i n i . ...Strategi tersebut pelaksanaanya diawali dengan melibatkan berbagai unsur aparatur pemerintah dan pihak swasta dalam suatu jaringan operasional yang terpadu. Pada akhirnya kelembagaan seperti ini sangat menyokong program tadi menuju sasaran. Sasaran tersebut memang tidak semata-mata merupakan objek yang pasif, melainkan sebagi objek pelaku yang menentukan sesuai dengan asas prakasa swadaya. Hasil yang berbentuk fisik akan lebih diharapkan dari langkah-langkah pembangunan perumahan kota, pembangunan perumahan desa, pembangunan asrama mahasiswa,
1
Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif’ cet. IV, (Jakarta : Aksara Baru,1981), hal.42.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
22 pembanguan rumah susun dengan sistem pemilikan bersama (Condominium)2 dan perbaikan kampung3.
Lampiran 1 Selain itu dicontohkan pula mengenai kutipan langsung tiga baris atau kurang, misalnya ".. ilmu urai tubuh memberikan kepada mahasiswa ilmu pengetahuan tentang alat tubuh serta letaknya di dalam tubuh, seperti otot,...”4 Untuk selanjutnya mengenai tata cara mengutip silahkan menggunakan ketentuan yang telah diuraikan di depan. Namun yang perlu diperhatikan adalah, bahwa cara apapun yang dipilih, seyogyanya dilakukan secara taat asas (konsisten).
2
Condomium menurut kamus Fockema Andreae berarti pemilikan bersama; tetapi dapat juga berarti benda yang dimiliki bersama. Menurut Boedi Harsono, dalam perkembangannya, condomium menunjuk kepada bangunan-bangunan, yang terdiri atas bagian-bagian yang masing-masing merupakan suatu kesatuan, yang dapat digunakan atau dihuni secara terpisah. Bagian-bagian yang merupakan kesatuan , dan dapat digunakan atau dihun secara terpisah. Bagian-bagian itu disebut “apartment”. Biarpun pengertian apartemen umumnya menunjuk kepada peruntukannya sebagai tempat tinggal, namun dapat diartikan juga sebagai tempat melakukan kegiatan-kegiatan usaha. Lihat Boedi Harsono “Berbagai Masalah Hukum Bersangkutan Dengan Rumah Susun dan Pemilikan suatu Rumah Susun,” dalam Hukum dan Pembangunan No. 6 Tahun XVI (Desember 1986) : 617. Bandingkan dengan ketentuan Undang-undang No. 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun. 3 Analisa Keadaan Rumah di Indonesia, op. cit. hal. 4. 4 CST. Kansil Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia, Cet. I, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), hal. 28
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
23
Lampiran 2 CONTOH BIBLIOGRAFI MODEL AMERICAN PSYCOLOGICAL ASSOCIATIONS MANUAL (APA) DAFTAR PUSTAKA Alrasid, Harun. 1993. "Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Sidang Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 1993." Disertasi Doktor Universitas Indonesia, Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 1989 Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Cet VI. Jakarta: Bina Aksara. Atamimi, A. Hamid S. 1990. "Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahaan Neqara." Disertasi Doktor Universitas Indonesia, Jakarta. ______1992. "Teori Perundang Undangan Indonesia. "Pidato Penqukuhan Guru Besar Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. ______1993. "Hukum Tentang Peraturan Perundang Undangan dan Peraturan Kebijakan (Hukum Tata Pengaturan)." Pidato Purna Bakti Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. Black, James A. 1992 Metode dan Masalah Penelitian Sosial.(Methods and Issues in social Research). Diterjemahkan oleh E. Koswara dkk. Cet.I Jakarta:Eresco. Guwandi, J. 1991. Etika dan Hukum Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1991. Malpraktek Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
24 Hoe s s ei n, Bhe n ya mi n. 1993. " Be r b a g ai Fa kt o r ya n g M e mp e n g a r u hi Be s ar n ya Ot ono mi Da e r a h Ti n g k at I I Su at u Ka j i a n De s e n tr a sl i s a si da n Ot ono mi Da er a h Da ri Se gi Il mu A d mi n i st r a si Ne q a ra . " Di se r ta s i Dokt or Uni ve r si t a s I n d o n e si a, J a ka r t a.
Kansil, CST. 1991 Pe nga nt a r Hu k u m Ke s e ha t a n I n d o n e si a . Ce t. I. J a k a rt a : Ri ne ka Ci pt a . Kri e khoff, Val e r i ne J a que l i ne Le o n o re . 1 9 9 1 . " Ke d u d u k a n ta n a h Dat i Se ba ga i Tana h Ada t d i Ma l u k u Te n g a h Su a t u Kaj i a n De n g a n me ma nf a at ka n Pe nde ka t a n An t r o p o l o gi Hu k u m. " Di s e rt a s i Do k t o r Uni ver s it a s I ndone s i a, Ja k a r ta . Kus u ma h, M ul ya na W. ; Pa ul S. Ba u t ; d a n Be n y Ha r ma n K. 1 9 8 9 . Kons e p da n Pe n yul uha n Hu k u m . Ja k a r ta ; Ya ya s a n LBH.
Lampiran 2 Manan, Ba qir. 1992. Da s a r Da s ar Pe r u n d a n g - Un d a n g a n In d o n e s ia J a k ar t a: Ind- Hi ll . Co. Ma r da li s. 1990. Me t ode Pe n e li t ia n Su at u Pe n d e k at a n Pr o v o s a l. C et.I . Ja ka r ta : Bu mi Aks a r a.
Mo l eo ng , Le x y J. 1991. Me t o d o l o gi Pe n el it i a n Ku a l it a ti f. C e t I II . Ba ndung: Re ma j a Ros d a ka r ya . Soe ma r dj a n, Se l o. ( Pe n yu nti n g ) . 1 9 9 3. Indone s i a . Ja ka r ta : Gr a s i n d o.
Soekanto,
Hu k u m
Ke n e g ar a a n
Soe r j ono. 1986. Be b er a p a Ca r a d a n Me k a n i s me Pe n yul uha n Huku m . Ce t. I. J a k ar t a: Pr a n d ya Pa r a mi t a .
Re p u b l i k Da l a m
Sur kh ma d, Wi na r no. 1989 Pe n g a n t ar Pe n e li ti a n I l mi a h . Ed is i VI I. Ce t. I II . Ba ndung: Tar si t o.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
25
Lampiran 3 CONTOH BIBLIOGRAFI MODEL MODERN LANGUAGE ASSOCIATION HANDBOOK (MLA) DAN CHICAGO MANUAL OF STYLE (KATE L. TURABIAN) DAFTAR PUSTAKA Alrasid, Harun. "Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Bidang Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 1993." Disertasi Doktor Universitas Indonesia, Jakarta, 1993 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cet VI. Jakarta: Bina Aksara, 1989. Atamimi, A. Hamid S. "Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahaan Negara." Disertasi Doktor Universitas Indonesia, Jakarta, 1990. _____. "Teori Perundang Undangan Indonesia". Pidato Pengukuhan Guru Besar Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 1992. _____. "Hukum Tentang Peraturan Perundang Undangan dan Peraturan Kebijakan (Hukum Tata Pengaturan) ". Pidato Purna Bakti Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 1993. Black, James A. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. [Methods and Issues in social Research]. Diterjemahkan oleh E. Koswara dkk. Cet.I. Jakarta: Eresco, 1992. Guwandi, J. Etika dan Hukum Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991. ______. Malpraktek Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
26
Hoessein, Bhenyamin. "Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Otonomi Daerah Tingkat II Suatu Kajian Desentraslisasi dan Otonomi Daerah Dari Segi Ilmu Admini strasi Negara. "Disertasi Doktor Universitas Indcnesia, Jakarta, 1993. Kansil, CST. Pengantar Hukum Kesehatan_ Indonesia. Cet. I. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Kriekhoff, Valerine Jaqueline Leonore. "Kedudukan tanah Dati Sebagai Tanah Adat di Maluku Tengah Suatu Kajian Dengan memanfaatkan Pendekatan Antropologi Hukum." Disertasi Doktor Universitas Indonesiam, Jakarta, 1991.
Lampiran 3 Kusumah, Mulyana W.; Paul S. Baut; dan Beny Harman K.Konsep dan Penyuluhan Hukum.Jakarta; Yayasan LBH. 1989. Manan,Bagir. Dasar Dasar Perundang Undangan Indonesia Jakarta: Ind-Hill. Co, 1992. Mardalis. Metode Penelitian Cet.I. Jakarta: Bumi Aksara, 1990.
Suatu
Pendekatan Proposal.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. CetIII. ; Bandung: Rosdakarya, 1991.
Remaja
Soemardjan, Selo. (Penyunting) . Hukum Kenegaraan Republik Indonesia. Jakarta: Grasindo, 1993. Soekanto, Soerjono. Beberapa Cara dan Mekanisme Dalam Penyunting Hukum. Cet.I. Jakarta: Prandya Paramita, 1985. Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian _Ilmiah. Edisi VII. III. Bandung: Tarsito, 1989.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
27
Lampiran 4 CONTOH PEMBUATAN CATATAN KAKI DAN DAFTAR PUSTAKA KHUSUS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG Indonesia, Undang-Undang Tentang Penanaman Modal Asing, No.l tahun 1967, TLN No. 1 tahun 1967, TLN N0.2818, ps. 4. Indonesia. Undang-Undang Tentang Penanaman Modal Asing. UU No. 1 Tahun 1967 LN No. l Tahun 1967,TLN No.2818. PERATURAN PEMERINTAH Indonesia. Peraturan Pemerintah Tentang Perwakafan TaMilik, PP No. 28 tahun 1977, LN NO.38 Tahun 1977, TLN 3107, ps.7. Indonesia. Peraturan Pemerintah Tentang Perwakafan Tanah Milik, PP No.28 Tahun 1877 LN No. 38 Tahun 1977, TLN 3107. KEPUTUSAN PRESIDEN Indonesia, Keputusan Presiden Tentang Kebijaksanaan Pencetakan Sawah, Kepres No. 54 tahun 1980, ps.5.
Mengenai
Indonesia. Keputusan Presiden tentang Kebijaksanaan Mengenai Pencetakan Sawah, Kepres No. 54 Tahun 1980, Lembaran Lepas 1980. PERATURAN MENTERI Departemen Agraria, Peraturan Menetri Agraria T'entang Pelaksanaan Beberapa Ketentuan Undang-Undang Pokok Aqraria, Permen Agraria No.2, tahun 1960, ps.22.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
28 Departemen Agraria. Peraturan Menteri Agraria Tentang Pelaksanaan Beberapa Ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria. Permen Agraria No.2 Tahun 1960.
KEPUTUSAN MENTERI Departemen Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Bagi Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional, Kepmen Keuangan no. 330/KMK.05/1992. Departemen Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Bagi Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional. Kepmen Keuangan no.330/KMK.04/1992.
Lampiran 4 SURAT EDARAN Badan Pengawas Pasar Modal, Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Tentang Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan, SE no. SE05/PM/1992, butir 2. Pengawas Pasar Modal. Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Tentang Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan: SE No. SE05/PM/1992.
PERATURAN DAERAH Jakarta, Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tentang Ketertiban Umum Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Perda DKI Jakarta No. 3 tahun 1972, Lembaran Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 101, ps.22. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta tang Ketertiban Umum Da1am Wilayah Daerah khusus Ibukota Jakarta. Perda DKI Jakarta No.3 Tahun 1972, Lembaran Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 101 . KEPUTUSAN GUBERNUR Jakarta. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tentang Pembetukan Tim Pembinaan dan Pengendalian Usaha kakilima di Wilayah DKI Jakarta. SK Gubernur KDKI Jakarta No.968 Tahun 1986, Lembaran Lepas 1986. Jakarta. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tentang Pembentukan Tim Pembinaan dan Pengendalian Usaha Kakilima di Wilayah DKI Jakarta, SK Gubernur KDKI Jakarta No.968 tahun 1986, Lembaran Lepas 1986, ha1.7. INSTRUKSI GUBERNUR
Menyusun Karya Tulis Ilmiah
29 Jakarta, Instruksi Gubernur KDKI Jakarta Perihal Pedoman Penetapan Lokasi Kakilima di Wilayah DKI Jakarta, Instruksi Gubernur KDKI Jakarta No.274 tahun 1985, Lembaran Lepas, butir 3. Jakarta. Instruksi Gubernur KDKI Jakarta Perihal Pedoman Penetapan Lokasi kakilima di Wilayah DKI Jakarta, Instruksi Gubernur KDKI Jakarta No.274 Tahun 1985, Lembaran Lepas
Menyusun Karya Tulis Ilmiah