TB PARU
Ko-infeksi
Epidemiologi ko-infeksi TB-HIV
3,2 juta koinfeksi TB-HIV terdapat di Asia Selatan & Tenggara
Diperkirakan dalam 3-5 tahun mendatang, 20-25% kasus TB pada beberapa negara di Asia Selatan & Tenggara berhubungan langsung dengan HIV
1/04/2019
Patofisiologi
1/04/2019
Robert Koch 24 March 1882
1/04/2019
Kuman Penyebab : M. Tuberculosis -Berbentuk batang -Basil Tahan Asam Cara Penularan : Droplet Infection
1/04/2019
Perkembangan Penyakit
Tuberkulosis Primer Tuberkulosis Pasca Primer
1/04/2019
Infeksi TB vs Penyakit TB (TB aktif)
Infeksi TB – organisme ada, tetapi bersifat dormant (tidur), tidak dapat menginfeksi orang lain Penyakit TB – orang tsb sakit dan dapat menularkan penyakitnya ke orang lain 10% orang dgn infeksi TB akan menjadi penyakit TB Setiap orang dgn TB aktif dapat menginfeksi 10-15 orang/tahun
1/04/2019
Kapan infeksi TB menjadi penyakit? Kebanyakan terjadi dalam 2 tahun pertama setelah infeksi Jika orang menjadi immunocompromised HIV Kanker Khemoterapi Diabetes yang tidak terkontrol Malnutrisi
1/04/2019
Klasifikasi Penyakit
1/04/2019
KLASIFIKASI PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU TBC PARU BTA POSITIF TBC PARU BTA NEGATIF TUBERKULOSIS EKSTRA PARU TBC EKSTRA PARU RINGAN TBC EKSTRA PARU BERAT
1/04/2019
TB Ekstra Paru yang sering ditemukan
Jenis
Lokasi
Gejala Klinis
Diagnosis
1.
Limfadenitis TB
Leher
Nyeri tekan (-) Dpt menjadi abses G/ lain: - demam - keringat malam - nafsu makan ↓
Aspirasi jarum halus Biopsi
2.
TB milier
Paru
Batuk, nafsu makan ↓ Sesak napas G/ lain yg berhubungan dengan organ yg terkena
1/04/2019
TB ekstra paru, lanjutan
3.
Jenis
Lokasi
Gejala Klinis
Diagnosis
Efusi pleura TB
Rongga pleura
Sesak napas, nyeri dada, demam
Foto toraks: perselubungan homogen Pungsi aspirasi
4.
Meningitis TB
Otak
Sakit kepala, kesadaran ↓ Pungsi lumbal kaku kuduk (+), kelainan neurologi lainnya
5.
Efusi perikardium TB
Perikardium
Lemah, pusing, nyeri dada, napas pendek, nyeri hipokondrium, kaki bengkak
1/04/2019
Foto toraks EKG Echocardiography Perikardiocentesis
TB ekstra paru, lanjutan
Jenis 6.
Spinal
Lokasi
Gejala Klinis
Diagnosis
Nyeri punggung, gibus, nyeri radikuler, abses psoas, kompresi medula spinalis
Foto sinar X (polos) Biopsi jaringan
7.
Tulang
Osteomielitis kronis
Biopsi jaringan
8.
Sendi perifer
Monoartritis
Foto sinar X Biopsi cairan sendi
9.
Usus
Diare, massa di perut
Barium sinar X
10.
Hati
Nyeri/massa di perut kuadran kanan atas
USG, Biopsi
11.
Ginjal & saluran kemih
Sering b.a.k, dysuri, hematuri, nyeri/bengkak di punggung
Steril piuria, biakan urin Pielogram intravena
1/04/2019
TB ekstra paru, lanjutan
Jenis
Lokasi
Gejala Klinis
Diagnosis
12.
Kelenjar adrenal
Gambaran hipoadrenal (hipotensi, Na ↓, K ↑/tetap, urea ↑, glukosa ↓
Foto sinar-X (polos) USG
13.
Infeksi sal napas atas
Suara serak, nyeri telinga, bengkak & sakit
Biasanya komplikasi TB paru
14.
Salura genital wanita
Infertilitas, infeksi panggul, kehamilan ektopik
15.
Saluran genital laki-laki: Epididimidis
1/04/2019
Pemeriksaan panggul Foto sinar-X sal genital Biopsi jaringan
Seringkali terjadi akibatTB ginjal/saluran kemih
Kasus TB ekstra paru berat dan ringan Berat
Ringan
Meningitis
Kelenjar limfe
Milier
Efusi pleura (unilateral)
Perikarditis
Tulang (kecuali tl. belakang)
Efusi pleura bilateral atau ekstensif
Sendi perifer
Spinal (tl. Belakang) Intestinal 1/04/2019 TB/HIV,
A Clinical Manual, World Health Organization 1996
TB dan HIV
1/04/2019
DOTS Epidemi TB Epidemi HIV
1/04/2019
Interaksi TB-HIV HIV merupakan faktor risiko utama menyebabkan TB aktif Jumlah progresi menjadi TB aktif: > 40 % pada pasien dengan HIV 5 % pada pasien tanpa HIV
Risiko reaktifasi infeksi TB: 2.5-15 % setiap tahun pada pasien dgn HIV < 0.1 % setiap tahun pada pasien tanpa HIV 1/04/2019
Interaksi TB-HIV • TB mempercepat perjalanan infeksi HIV • Pasien dgn koinfeksi TB-HIV mempunyai viral load sekitar 1 log lebih besar daripada pasien tanpa TB • Angka mortalitas pada ko-infeksi TB-HIV k.l. 4 x lebih besar daripada pasien dengan hanya TB sendiri
1/04/2019
Interaksi TB-HIV Kerentanan Presentasi
TB
HIV
1/04/2019
Progresi Penyakit Mortalitas
Relative life time risk of tuberculosis
4.0
3.0
2.0
1.0
0
200
400
CD4+/uL 1/04/2019
600
800
Masalah
Tuberkulosis – kedaruratan global Tuberkulosis di populasi dgn prevalensi HIV yg tinggi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di antara ODHA Ke-2 penyakit menimbulkan stigma Ke-2 penyakit memerlukan perawatan jangka panjang
1/04/2019
Korelasi antara beratnya HIV mensupresi imun dengan manifestasi klinis TB Correlation Between Extent of HIV-Induced ImmunoSuppression and Clinical Manifestation of Tuberculosis
Median CD4 cell count / mm3
500
400
300
200
Pulmonary tuberculosis
Lymphatic, serous tuberculosis
Tuberculous meningitis Disseminated tuberculosis
100
0
Duration of HIV infection 1/04/2019
De Cock KM, et al. J Am Med Assoc 1992;268:1581-7
Gejala Klinis
1/04/2019
Gejala Penyakit TB aktif
Batuk > 3 minggu (memproduksi sputum)* Nyeri dada* Hemoptysis* Demam Menggigil
Keringat malam Lemas Napsu makan menurun Berat badan menurun atau tidak naik-naik
*Gejala yang sering terdapat pada kasus TB paru 1/04/2019
Diagnostik
1/04/2019
DIAGNOSIS TB • • • • • • 1/04/2019
Riwayat penyakit (anamnesis) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Sputum Foto Toraks Tes Tuberkulin Kecurigaan
Diagnostik – Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan laboratorium BTA 3 kali Kultur Identifikasi
Pemeriksaan BTA satu kali negatif , TB belum dapat disingkirkan
BTA positif memerlukan pengobatan
Kultur darah bisa positif 20 sampai 40% koinfeksi HIV-TB
1/04/2019
TB Diagnostic Testing in Endemic Countries
Fundamental diagnostic: 1882
Fundamental diagnostic: 2007
ALUR DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA Tersangka Penderita TBC (Suspek TBC) Periksa dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS)
Hasil BTA
+++ ++ -
Hasil BTA
Hasil BTA
+ - -
- - Beri Antibiotik Spektrum Luas
Periksa Röntgen Dada
Tidak ada perbaikan Hasil Mendukung TBC
Penderita TBC
BTA Positif
Hasil Tidak Mendukung TBC
Ada perbaika n
Ulangi periksa dahak SPS
Hasil BTA +++ ++ + - -
Hasil BTA - - -
Periksa röntgen dada
Hasil mendukung TBC
TBC BTA Neg
36Pos Röntgen
Hasil Röntgen Neg
Bukan TBC,
Penyakit Lain
Semua psn diduga TB Dahak mikroskopis 3 kali negatif
AB spektrum luas,kec.quinolon
TAK ADA PERBAIKAN
PERBAIKAN
Ulang dahak mikroskopis 1 atau lebih sediaan apus pos
Semua sediaan apus neg
Foto toraks dan penilaian dokter
TB
BUKAN TB
1/04/2019
1/04/2019
Penatalaksanaan
1/04/2019
The 5 elements of DOTS Political commitment Drug availability
1
4
Microscope 2
WHA 1991
5
3 Directly Observed Treatment Short-course
R&R
DOT
Efek samping OAT OAT Isoniazid
Efek samping l Neuropati perifer l Hepatitis l Gastroentestinal (anorexia, nausea,
Rifampisin
Pyrazinamide Etambutol
vomitus, nyeri abdomen) l Hepatitis l Mengurangi efektifitas pil KB l Nyeri sendi l Hepatitis l Neuritis optik l Kerusakan saraf auditorik &
Streptomisin
1/04/2019
keseimbangan (juga terhadap janin) l Kerusakan ginjal
PADUAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS Program Nasional Kategori Pengobatan
Paduan Obat
Kategori I
2 RHZE/ 4 R3H3
Kategori II
2 RHZES/ 1 RHZE/ 5 R3H3E3
Anak
2RHZ/4RH
Kemasan Obat Program Nasional
- Kombinasi dosis tetap (KDT) - Kombipak Obat yang diresepkan - Obat lepas (bukan kombinasi) - Kombinasi Dosis Tetap (KDT)
PADUAN OAT, DOSIS DAN PERUNTUKANNYA Kategori-1 • Pasien TB paru baru BTA positif • Pasien TB paru BTA negatif, foto toraks gambaran proses spesifik. • Pasien TB ekstraparu ringan dan berat. 2 RHZE/ 4RH 2 RHZE/ 4 R3H3
Kategori -2 Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya • Pasien kambuh • Pasien default (lalai) • Pasien gagal pengobatan
2 RHZES/ 1 RHZE/ 5 R3H3E3 2 RHZES/ 1 RHZE/ 5 RHE
Dosis OAT lini pertama OAT (Singkatan)
Isoniazid (H)
Dosis yg dianjurkan (mg/kg) Setiap hari
(4-6)
10 (8-12)
Rifampicin (R)
10 (8-12)
10 (8-12)
Pyrazinamide (Z)
25 (20-30)
35 (30-40)
Streptomycin (S)
15 (12-18)
15 (12-18)
Ethambutol (E)
15 (15-20)
30 (25-35)
2.5
---
Thiacetazone (T)
5
Intermiten 3x/minggu
Semua OAT sebaiknya diberikan dosis harian tunggal. Observasi langsung dianjurkan untuk semua pasien terutama jika rejimen intermiten digunakan. Thiacetazone tidak efkektif jika diberikan intermiten dan tidak dianjurkan pada daerah dgn prevalensi yg tinggi. 1/04/2019
ISTC
4/1/2019
48
International Standards TBCTA KNCV
FHI
ATS
ISTC WHO
4/1/2019
CDC
IUATLD 49
STANDARD 2 • Semua pasien (dewasa,remaja,dan anak yang dpt mengeluarkan dahak)yg diduga menderita tuberkulosis paru harus menjalani pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 kali dan sebaiknya 3 kali.Jika mungkin paling tidak satu spesimen harus berasal dari dahak pagi hari
STANDARD 3 International Standards for TB Care
• Pada semua pasien(dewasa,remaja,dan anak) yg diduga menderita
tuberkulosis ekstra paru,spesimen dari bagian tubuh yg sakit seharusnya diambil utk pemeriksaan mikroskopik dan jika tersedia fasiliti dan sumber daya,dilakukan pemeriksaan biakan dan histopatologi
STANDARD 4
International Standards for TB Care
Semua orang dgn temuan foto toraks diduga tuberkulosis harus menjalani pemeriksaan dahak secara mikrobiologi
STANDARD 5.
Diagnosis TB Paru Sediaan apus dahak negatif harus didasarkan kriteria berikut:
minimal pemeriksaan
tidak ada respons terhadap
antibiotika spektrum luas. dahak mikroskop (fluorokuinolon harus dihindari 3 kali negatif (termasuk karena memiliki efek anti TB, minimal 1 kali dahak pagi) gambaran foto toraks sehingga dapat menyebabkan sesuai kelainan tuberkulosis perbaikan sesaat pd penderita tb) *Untuk pasien seperti ini, jika ada fasiliti, biakan M.tb harus dikakukan *Pada pasien yg diduga terinfeksi HIV evaluasi diagnostik harus disegerakan
Standard 6
Diagnosis TB intratoraks
( paru, pleura, kelenjar getah bening hilus/mediastinum ) pada anak dengan gejala namun sediaan apus dahak negatif
harus didasarkan atas *kelainan radiografi toraks sesuai Tb dan **paparan kepada kasus Tb yg menular atau bukti
infeksi Tb
(uji kulit tuberkulin positif atau interferron gamma release assay).
Untuk pasien seperti ini, bila fasiliti tersedia, bahan dahak harus diambil untuk biakan (dgn cara batuk, bilasan lambung atau induksi dahak)
Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat
SITUASI TB MDR INDONESIA • Tahun
Lokasi Survei
Data TB MDR di antara:
TB Kasus Baru Pernah diobati 2% -
2004
Kab. Timika Papua
2006
Prov. Jawa Tengah
1,9%
17,1%
2007
Kota Makassar
4,1%
19,2%
2009
Prov Jawa Timur
2%
9,7%
• OAT lini kedua yang beredar: kuinolon dan kanamisin sering banyak “disalahgunakan” sehingga berpotensi timbulnya TB-XDR
Estimasi Kasus TB MDR, Indonesia TB Global Report, 2012 ESTIMASI TB MDR DI ANTARA KASUS YG TERNOTIFIKASI % TB MDR di antara TB kasus baru
1,9 (1,4 – 2,5)
% TB MDR di antara kasus TB yang pernah 12 (8,1 -17) mendapatkan pengobatan Estimasi TB MDR di antara TB kasus baru yg 5700 (4200 – 7500) ternotifikasi pada thn 2011 Estimasi TB MDR di antara kasus TB yang 920 (620 – 1300) pernah mendapatkan pengobatan pada tahun 2011
Pencapaian PMDT di Indonesia • Sampai bulan November 2012 : telah terdiagnosis 27 pasien TB XDR
• -
Sampai bulan Februari 2013 : Telah terjaring 4770 suspek TB MDR 1177 pasien TB-MDR 976 diantaranya sudah menjalani pengobatan
• Angka keberhasilan pengobatan pada pasien TB MDR sekitar 71%.
TB Resistan Obat: Definisi • Mono-resistant : resistan terhadap satu obat • Poly-resistant : resistan terhadap lebih dari satu obat, tapi bukan terhadap kombinasi isoniazid dan rifampisin • Multidrug-resistant (MDR) : resistan terhadap paling sedikit isoniazid dan rifampisin • Extensively drug-resistant (XDR) : MDR ditambah resistan terhadap fluoroquinolon dan sedikitnya 1 dari 3 obat suntik (amikasin, kana-misin, kapreomisin)
TB resistan Obat: Definisi • resistansi primer: “Kasus Baru” resistansi obat pada pasien yang belum pernah mendapat OAT atau pernah mendapatkan OAT kurang dari satu bulan
• resistansi sekunder/diperoleh (acquired): “Kasus yang Pernah Diobati” resistansi obat pada pasien yang sudah pernah menjalani pengobatan OAT selama paling sedikit satu bulan
Patogenesis Resistensi Obat
Frekuensi Mutasi Menuju Resistensi INH = 1 dalam 106
RIF = 1 dalam 108 EMB = 1 dalam 106
Strep = 1 dalam 106 INH + RIF = 1 dalam 1014
Pengembangan Resistensi Obat Multiple Drugs vs. Monoterapi
INH RIF PZA EM B
1
2
I
R E
P INH
I
I I
I
I I
I = resisten thd INH, R = resisten thd RIF, P = resisten thd PZA, E = resisten thd EMB
3
Pengembangan Resistensi Obat Perolehan resistensi berikutnya setelah penambahan satu obat
I I
I I
I
I
I
INH
I
I I
INH RIF
IR I
I
I I
I
I I
I
IP I I
IR
IR IR
IR IR IR IR IRP IR IR IR IR IR IR
I = resisten thd INH, R = resisten thd RIF, P = resisten thd PZA
Pengembangan Resistensi Obat Basil campuran (sensitif dan resisten) Basil resisten thd INH Pengembangan strain resisten thd INH karena pengobatan tidak memadai (INH monotherapy)
Pengobatan multi-drug yg berhasil
0
2
4
6
8
10
12
14
Minggu
16
18
20
22
24
Resistensi Obat: Faktor Pendukung Lima Faktor: • Pengobatan tidak lengkap atau tidak adekuat sehingga menimbulkan mutan M.tb yang resisten • Terlambat didiagnosis MDR dan tidak mendapat pengobatan efektif sehingga menjadi sumber penularan pada individu yang rentan • Pasien dengan TB resisten obat yg diobati dgn short course chemotherapy tidak sembuh sumber penularan
Resistensi Obat: Faktor Pendukung Lima Faktor (lanjutan): • Pasien dengan TB resisten terpajan dgn short course chemotherapy bisa mengembangkan resistensi sekunder (efek penggandaan) • Ko-infeksi HIV (resistensi primer ataupun sekunder )
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat
Jejaring PMDT RS Rujukan PMDT Penemuan dan penetapan suspek KIE, informed consent, PMO
Lab Rujukan DST
Rawat inap dan rawat jaan
Diagnostik
Manajemen ESO
Follow up
Evaluasi pengobatan Manajemen logistik Pencatatan dan Pelaporan
Fasyankes Satelit
RS Sub Rujukan PMDT
Penemuan suspek
Penemuan dan penetapan suspek
Meneruskan pengobatan
KIE, informed consent, PMO
KIE, PMO
Rawat inap dan rawat jaan
Manajeman ESO (ringan), Manajemen logistik, pencatatan
Manajemen efek ESO Evaluasi pengobatan Manajemen logistik, RR
Sumber Daya Manusia RS Rujukan PMDT TAK dan TAK ad hoc
Lab Rujukan DST
Perawat
Microbiologist
Petugas Farmasi
Lab technician
Teknisi lab
Petugas RR
RS Sub Rujukan Fasyankes Satelit
TAK
Dokter
Perawat
Perawat
Petugas Farmasi Petugas lab Petugas RR
Kriteria suspek TB MDR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9.
Kasus kronik Tidak konversi pengobatan ulang (kategori 2) Pasien TB yang pernah diobati, termasuk pemakaian OAT lini kedua seperti kuinolon dan kanamisin (pengobatan Non DOTS) Gagal pengobatan kategori 1 Hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah pemberian OAT sisipan (OAT kategori 1) Kambuh (Relaps) Kembali setelah lalai/default (setelah pengobatan kategori 1 dan atau kategori 2) Suspek TB yang kontak erat dengan pasien TB-MDR, termasuk petugas kesehatan yang merawat pasien TB-MDR Ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara klinis terhadap pengobatan TB
Definisi Kasus • • • •
Kasus Kronik Kasus Gagal Pengobatan Kasus Kambuh ( Relaps ) Kembali Setelah lalai Berobat/ Default
Diagnosis MDR-TB
Prinsip dasar diagnosis TB MDR • Diagnosis berdasarkan hasil uji kepekaan OAT (DST) • DST dilaksanakan di laboratorium yang tersertifikasi oleh Lab. Supranasional • DST dilaksanakan pada suspek TB MDR.
Diagnosis MDR-TB Diagnosis dan pengobatan yg cepat dan tepat untuk MDR-TB didukung oleh:
•Identifikasi faktor risiko MDR-TB •Identifikasi gagal pengobatan •Lakukan Uji kepekaan obat (jika tersedia)
Suspek Klinis MDR-TB Mengenali faktor-faktor risiko: • Riwayat pengobatan (faktor utama) • Gagal Pengobatan • Riwayat tidak patuh (non-adherence) atau putus berobat (default) • Penduduk dari daerah endemis MDR • Pajanan dgn kasus MDR atau diduga MDR-TB (TB yg memerlukan pengobatan ber-ulang2 dan tidak sembuh) • Infeksi HIV (di daerah tertentu)
DIAGNOSIS a. Metode konvensional : menggunakan media padat (LJ) atau media cair (MGIT) b. Tes Cepat (Rapid Test). Hain atau Gene Xpert. - Pemeriksaan uji kepekaan M.tb lini 1 &2
Diagnosis Laboratorium MDR Uji kepekaan obat, jika tersedia, seharusnya dilakukan bila: • Terdapat faktor risiko MDR • Terdapat gagal pengobatan
Hasil uji kepekaan obat dapat: • Mengkonfirmasi diagnosis resistensi • Menjadi acuan pilihan Rejimen pengobatan
Suspek TB MDR
Dahak sewaktu Tes Cepat (GeneXpert)
MTB Pos, Rif Resistan
MTB Pos, Rif Sensitif
MTB Tidak terdeteksi
Dahak sewaktu (S) dan pagi hari (P) Biakan M. tuberculosis
M. tuberculosis
M. tuberculosis tak tumbuh DST FLD
Semua FLD sensitif Mono resisten
Semua suspek TB MDR dengan Resistan Obat
Bukan TB MDR
Poli resisten TB MDR
DST SLD
Keterangan : DST = Drug Sensitivity Testing (uji kepekaan) FLD = First Line Drug (OAT Lini 1) SLD = Second Line Drug (OAT lini 2)
TB MDR dan Semua SLD sensitif
TB MDR + resistan Oflx atau Km
TB MDR + Resistan Oflx dan Km/ Am
TB MDR
TB MDR dengan potensial TB XDR/ Pre XDR
TB XDR
TB Resisten Obat: Prinsip Penatalaksanaan dan Pengobatan
Prinsip dasar pengobatan TB MDR • Harus paduan/ kombinasi OAT: • Paduan OAT : – berdasarkan riwayat pengobatan dan OAT yang pernah digunakan sebelumnya. – Paling sedikit terdiri atas 4 obat yang kemungkinan besar masih efektif (pasien belum pernah menggunakansebelumnya atau hasil tes kepekaan menunjukkan masih peka terhadap obat tsb)
Prinsip dasar pengobatan TB MDR • Tim Ahli klinis (TAK)inisiasi pengobatan, perubahan regimen, penetapan hasil akhir pengobatan • Pengawasan langsung oleh petugas kesehatan minum obat di depan petugas kesehatan • Obat suntik diberikan sbg dosis harian minimal 6 bln Tahap awal • Pemberian obat sbg dosis harian • Total lama pengobatan sekitar 19 – 24 bulan
Prinsip dasar pengobatan TB MDR • Untuk memantau kemajuan pengobatan (follow up) biakan • Memperhatikan pengendalian infeksi
– Cara menentukan lama pengobatan.
• • • • • • • •
Tahap awal, lama pengobatannya adalah: Rumus: a + 4 bulan, dimana a = bulan pertama tercapai konversi biakan. Lama tahap awal minimal 6 bulan. Bila sampai bulan ke-8 pasien tidak konversi maka pengobatan dinyatakan gagal. Tahap lanjutan, lama pengobatan tahap lanjutan adalah total lama pengobatan dikurangi dengan lama pengobatan tahap awal. Total lama pengobatan adalah: Rumus: a + 18 bulan, dimana a = bulan pertama tercapai konversi biakan.
• Lama dan cara pemberian pengobatan – Lama pengobatan adalah minimal 18 bulan setelah konversi biakan. Pengobatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. – – Cara pemberian obat: • Tahap awal: suntikan diberikan 5 kali seminggu, baik selama rawat inap dan rawat jalan. Obat per-oral diminum/ditelan 7 kali dalam seminggu didepan petugas kesehatan. - Tahap lanjutan: obat oral diberikan dan diminum/ditelan setiap hari 6 kali dalam seminggudidepan petugas kesehatan
Kategori OAT: WHO Grup 1 - OAT lini pertama: isoniasid, rifampisin, etambutol, pirasinamid Grup 2 - Obat suntik: kanamisin, amikasin, capreomisin, streptomisin Grup 3 - Fluoroquinolon: levofloxasin, moxifloxasin, ofloxasin
Grup 4 - Obat bakteriostatis oral: etionamid, cicloserin, paraaminosalicylic acid (PAS); protionamid, terisadon Grup 5 - Obat belum terbukti: linezolid, claritromisin, amoxicillin/klavulanat, imipenem/cilastatin, tioasetason, isoniasid dosis tinggi, clofasamin
Jenis OAT lini 2 yang digunakan pada PMDT di Indonesia Kanamicin
Tersedia di Indonesia
Levofloksasin, Moksifloksasin
Tersedia di Indonesia
Kapreomisin
Tidak tersedia di Indonesia
Sikloserin
Tidak tersedia di Indonesia
PAS
Tidak tersedia di Indonesia
Etionamid
Tidak tersedia di Indonesia
Hierarki dari OAT untuk penatalaksanaan MDR TB Obat lini ke 1 : (HR)ZE Sebagian besar manjur dan toleransi baik Suntikan : S, Km, Cm, Am
Bakteriosid
Fluorokuiolon : Cfx, Ofx, Mfx, Lfx, Bakteriosid tinggi Gfx. Kurang manjur & Toleransi kurang
Obat lini ke 2 lainnya : Cs, PAS, Pto/Eto, Trd Anti TB khasiatnya Obat belum jeas : Cla, CoA, Clofa kurang
Paduan Obat STANDAR TB-MDR di Indonesia
Resistan Terhadap Kanamisin
Resistan Terhadap Kuinolon
DOSIS OAT MDR OAT Pirazinamid (Tablet, 500 mg) Etambutol
< 33 kg 30-40 mg/kg/hari
Berat Badan 33-50 kg 51-70 kg >70 kg 1000-1750 mg 1750-2000 mg 2000-2500 mg
25 mg/kg/hari
800-1200 mg
500-750 mg
1000 mg
1000 mg
(Vial, 1000 mg) Kapreomisin
15-20 mg/kg/hari 15-20mg/kg/hari
500-750 mg
1000 mg
1000 mg
(Vial, 1000 mg) Levofloksasin
750 mg per hari
750 mg
750 mg
750-1000 mg
15-20 mg/kg/hari
500 mg
750 mg
750-1000 mg
15-20 mg/kg/hari
500 mg
750 mg
750-1000 mg
150 mg/kg/hari
8g
8g
8g
(Tablet, 400 mg) Kanamisin
(Kaplet, 250 mg) Sikloserin (Kapsul, 250 mg) Etionamid (Tablet, 250 mg) PAS (Granula, 4 gr)
1200-1600 mg 1600-2000 mg
Pengendalian dan Pencegahan Infeksi
Penularan Tuberkulosis
• Infeksibila seseorang menghirup percik renik yang mengandung M.Tb dan akhirnya sampai di alveoli. • Gejala timbul beberapa saat setelah infeksi, umumnya setelah respons imun terbentuk 2-10 minggu setelah infeksi. • Sejumlah kuman tetap dorman bertahun-tahun yang disebut dengan infeksi laten.
Penularan Tuberkulosis • Penularan MTb terjadi melalui udara (airborne) yang menyebar melalui partikel percik renik (droplet nuclei) saat seseorang batuk, bersin, berbicara, berteriak atau bernyanyi.
Percik renik ini berukuran 15 mikron dan dapat bertahan di udara selama beberapa jam sampai beberapa hari sampai akhirnya ditiup angin.
Droplet Nuclei Sekali batuk akan menghasilkan 500 droplets Rata rata pasien TB memproduksi 75,000 droplets per hari sebelum pengobatan • Dalam 2 minggu pengobatan yang efektif jumlah terjadi penurunan sampai 25 droplet
ISTC Training Modules 2009
Penularan TB
ISTC Training Modules 2009
Penularan TB
ISTC Training Modules 2009
Penularan TB
ISTC Training Modules 2009
Komponen Dasar PengendalianInfeksi:
Aktifitas Manajerial Pengendalian Administrasi
Pengendalian Lingkungan Proteksi Personal ISTC Training Modules 2009
PengendalianLingkungan di RS Persahabatan
Ruang tunggu Poliklinik Paru
Pemeriksaan pasien di poliklinik TB-MDR
Poliklinik rawat TB MDR
Ruang tunggu poliklinik TB MDR
4. Perlindungan diri • Penggunaan respirator (N95) pada petugas • Edukasi dan penerapan etika batuk • Keselamatan dan keamanan tenaga kesehatan Lab TB • Cara penampungan sputum yang benar ( sputum booth ) • Proteksi saat transportasi pasien
Masker Bedah
Masker N 95
DOTS vs DOTS Plus DOTS
1. 2. 3. 4. 5.
Komitmen Diagnosis : pem sputum mikroskopis (BTA) DOT : anggota keluarga Ketersediaan obat : OAT lini pertama RR : TB reguler paper based >>
DOTS Plus
1. 2. 3. 4. 5.
Komitmen Diagnosis : biakan dan DST DOT : petugas kesehatan Ketersediaan OAT : OAT lini kedua RR : e-TB Manager electronic based >>