Pengertian Tawassul Secara etimologi tawassul berasal dari kata “tawassala – yatawassalu – tawassulan ” yang berarti mengambil perantara (wasilah), taqarrub atau mendekat. Sedangkan secara terminologi : tawassul adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menggunakan wasilah (perantara). Wasilah sendiri berarti kedudukan di sisi Raja, jabatan, kedekatan dan setiap sesuatu yang dijadikan perantara pendekatan dalam berdo’a. Imam An-Nasafi berkata: “Wasilah adalah semua bentuk di mana seseorang bertawassul atau mendekatkan dirinya dengannya.”Pemahaman tawassul sebagaimana yang dipahami oleh umat islam selama ini adalah bahwa Tawassul adalah berdoa kepada Allah melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah. Jadi tawassul merupakan pintu dan perantara doa untuk menuju Allah SWT. • Orang yang bertawassul dalam berdoa kepada Allah menjadikan perantaraan berupa sesuatu yang dicintainya dan dengan berkeyakinan bahwa Allah SWT juga mencintai perantaraan tersebut. • Orang yang bertawassul tidak boleh berkeyakinan bahwa perantaranya kepada Allah bisa memberi manfaat dan madlorot kepadanya da. Jika ia berkeyakinan bahwa sesuatu yang dijadikan perantaraan menuju Allah SWT itu bisa memberi manfaat dan madlorot, maka dia telah melakukan perbuatan syirik, karena yang bisa memberi manfaat dan madlorot sesungguhnya hanyalah Allah semata. • Tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa. Banyak sekali cara untuk berdo’a agar dikabulkan Allah, seperti berdoa di sepertiga malam terakhir, berdoa di Maqam Multazam, berdoa dengan mendahuluinya dengan bacaan alhamdulillah dan sholawat dan meminta doa kepada orang sholeh. Demikian juga tawassul adalah salah satu usaha agar do’a yang kita panjatkan diterima dan dikabulkan Allah s.w.t. Dengan demikian, tawasul adalah alternatif dalam berdoa dan bukan merupakan keharusan. Tawasul adalah berdoa kepada Allah dengan melalui wasilah (perantara). Salah satu landasannya adalah : Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, …. (QS.Al-Ma’idah 5:35) Misalnya dalam doa Dluha : …. Allahuma in kaana rizka fis samaa fa anzilhu, wa inkaana fil ardli fa akhrijhu…. bihaqi dhuha-ika, wa quwatika, wal qudratika … ( Ya Allah jika rizki di langit turunkanlah, jika di bumi keluarkanlah … dengan haq dhuha-Mu, kekuatan-Mu, kekuasaan-Mu, …..) Dalam shalawat badar : …. tawassalna bi bismillah wa bil hadi rasulillah, wa kulli mujahidin lillah bi ahlil badri, Ya Allah (… Kami bertawasul dengan bismillah dan petunjuk rasulillah, dan seluruh mujahidin di jalan Allah pada perang Badar) Hukum tawassul adalah sunah, kecuali kepada orang yang sudah meninggal (dalam contoh di atas Mujahidin badar) terdapat ikhtilaf. Ada yang melarang, sedang yang lain memperbolehkan/sunah.
Saeran, S.Kom - @ Halaman : 1
Imam Ibnu Taimiah dalam Kitabnya Al-Fataawaa berkata: “Dinukil dari Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya tentang tawassul dengan Nabi dan sebagian yang lain melarangnya. apabila maksud mereka adalah tawassul dengan dzatnya, maka inilah tempatnya perselisihan pendapat (di antara mereka/Ulama). Dan apa-apa yang diperselisihkan oleh mereka harus dikembalikan kepada Allah dan RasulNya.” (Al-Fataawaa, Ibnu Taimiah 1/264) “Do’a apabila disertai dengan bertawassul kepada Allah lewat perantara seorang makhluk adalah khilaf far’I dalam tatacara berdo’a dan bukan merupakan masalah aqidah” (Asy-Syahid Hasan Al-Banna) MACAM-MACAM TAWASSUL 1. Tawassul dengan Iman kepada Allah dan RasulNya. Tawasul kepada Allah dengan nama-nama Allah yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi. Hal ini Allah tegaskan dalam firman-Nya: َو ِهللِ األ َ ْس َما ُء ْال ُح ْسنَى فَادْع ُْوه ِب َها “Dan hanya milik Allah nama-nama yang baik. Maka berdo’alah kalian dengan (wasilah) namanama tersebut”. (Al A’raaf : 180) Asy Syaikh Abdurrahaman As Sa’di rahimahullah menafsirklan ayat ini dengan ucapan beliau: “Dan diantara kesempurnaan nama-nama Allah yang baik tersebut adalah tidaklah Dia diseru melainkan dengan (wasilah) nama-nama-Nya dan seruan (do’a) tersebut mencakup do’a ibadah dan do’a permintaan. Dia diseru di dalam setiap permintaan dengan nama yang sesuai dengan permintaan tersebut. Contohnya seseorang berdo’a: “Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Terimalah taubatku wahai Dzat yang Maha Memberi taubat. Berilah aku rizki wahai Dzat yang Maha Memberi rizki. Berilah kelembutan padaku wahai Dzat yang Maha Lembut dan lain-lain”. Tidaklah diragukan bahwa sifat-sifat Allah yang tinggi juga termasuk di dalam wasilah tersebut karena nama-nama-Nya yang baik sekaligus mengandung sifat-sifat bagi-Nya. Terlebih lagi Rasululullah amalkan di dalam do’anya yang shohih: ق أَحْ يِنِي َما َع ِل ْمتَ ال َحيَاةَ َخيْر ِ َا لي َوت ََوفَّنِي إَذَا كَان َ الوفَاة ُ َخيْرا ليًالل ُه َّم بِ ِع ِلمكَ ْالغَي ِ ْب َو قُد َْرتِكَ على ْالخ َْل َ ت “Ya Allah dengan ilmu-Mu tentang yang ghaib dan kekuasaan-Mu terhadap makhluk-Mu, hidupkanlah aku yang Engkau telah ketahui bahwa hidup itu lebih baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku”. ( H.R An Nasa’i dan Al Hakim serta dishohihkan Asy Syaikh Al Albani di dalam “Shohih An Nasa’i no. 1304). Disini beliau bertawasul kepada Allah dengan wasilah dua sifat-Nya yaitu “Al Ilmu” dan “Al Qudrah” (kekuasaan). Allah tetapkan perkara ini di dalam firman-Nya: س ِيئ َا ِتنَا َو ت ََوفَّنَا َم َع األَب َْر ِار َ ان أ َ ْن ِآمنُ ْوا بِ َربِ ُك ْم فَآ َمنَّا َربَّنَا فَا ْغ ِف ْرلَنَا ذُنُ ْوبَنَا َو ك َِف ْر َعنَّا ِ إل ْي َم ِ َربَّنَا إِنَّنَا َس ِم ْعنَا ُمنَادَيا يُنَادِي ِل “Wahai Rabb kami sesungguhnya kami telah mendengar seruan orang yang menyeru (Muhammad ) kepada keimanan yaitu: “Berimanlah kalian kepada Rabb kalian”. Maka kami pun beriman. Wahai Rabb kami ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang baik”.(Ali Imran : 193) Maka lihatlah mereka menyebutkan keimanan terlebih dahulu sebelum berdo’a ! Bahkan iman dan amalan sholih sendiri merupakan sebab dikabulkannya sebuah do’a sebagaimana firman Allah : ض ِل ِه ْ َت ِو َي ِزدْ ُه ْم من ف ِ صا ِل َحا َّ َو َي ْست َِجيْبُ الَّ ِذيْنَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا ال “Dan Dia memperkenankan do’a orang-orang yang beriman dan beramal sholih serta menambah Saeran, S.Kom - @ Halaman : 2
balasan kebaikan kepada mereka dari keutamaan-Nya”. (Asy Syura :26). Demikian keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam “Al Qo’idah Al Jalilah” hal. 97 dan 241. Tawasul dengan menyebutkan keadaannya yang sangat membutuhkan sesuatu kepada Allah, sperti misal Do’a Nabi Zakariya ? yang Allah kisahkan di dalam firman-Nya menunjukkan bolehnya perkara ini. Dia berfirman: ْ ب ِإنِي َوهَنَ ْال َع شيْبا َولَ ْم أَ ُك ْن ِبدُ َعائ َ س َ ب َّ ظ ُم ِمنِي َوا ْشتَ َع َل ُ ْالرأ ِ ش ِقيًّاًِقَا َل َر ِ كَ َر “Wahai Rabbku sesungguhnya tulangku telah melemah, rambutku telah ditumbuhi uban dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada-Mu, wahai Rabbku”. (Maryam : 4) Kemudian beliau pun meminta kepada Allah untuk dianugerahi seorang putera yang sholih. Dan Allah pun mengabulkannya. 2. Tawassul dengan amal sholeh kita Para ulama sepakat memperbolehkan tawassul terhadap Allah SWT dengan perantaraan perbuatan amal sholeh, sebagaimana orang yang sholat, puasa, membaca al-Qur’an, kemudian mereka bertawassul terhadap amalannya tadi. Seperti hadis yang sangat populer diriwayatkan dalam kitab-kitab sahih yang menceritakan tentang tiga orang yang terperangkap di dalam goa, yang pertama bertawassul kepada Allah SWT atas amal baiknya terhadap kedua orang tuanya, yang kedua bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang selalu menjahui perbuatan tercela walaupun ada kesempatan untuk melakukannya dan yang ketiga bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang mampu menjaga amanat terhadap harta orang lain dan mengembalikannya dengan utuh, maka Allah SWT memberikan jalan keluar bagi mereka bertiga.. (Ibnu Taimiyah mengupas masalah ini secara mendetail dalam kitabnya Qoidah Jalilah Fii Attawasul Wal wasilah hal 160) Adapun yang menjadi perbedaan dikalangan ulama’ adalah bagaimana hukumnya tawassul tidak dengan amalnya sendiri melainkan dengan seseorang yang dianggap sholeh dan mempunyai amrtabat dan derajat tinggi dei depan Allah. sebagaimana ketika seseorang mengatakan : ya Allah aku bertawassul kepada-Mu melalui nabi-Mu Muhammmad atau Abu bakar atau Umar dll. Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini. Pendapat mayoritas ulama mengatakan boleh, namun beberapa ulama mengatakan tidak boleh. Akan tetapi kalau dikaji secara lebih detail dan mendalam, perbedaan tersebut hanyalah sebatas perbedaan lahiriyah bukan perbedaan yang mendasar karena pada dasarnya tawassul kepada dzat (entitas seseorang), pada intinya adalah tawassul pada amal perbuatannnya, sehingga masuk dalam kategori tawassul yang diperbolehkan oleh ulama’. Diriwayatkan dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar berkata,”Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda,’Pernah terjadi pada masa dahulu sebelum kamu. Tiga orang berjalanjalan hingga terpaksa bermalam didalam sebuah goa. Tiba-tiba ketika mereka sedang berada didalam goa itu jatuhlah sebuah batu besar dari atas bukit dan menutupi pintu goa itu hingga mereka tidak dapat keluar. Berkatalah mereka,’Sungguh tiada sesuatu yang dapat menyelamatkan kalian dari bahaya ini kecuali jika kalian berdoa kepada Allah dengan (perantara) amal-amal shaleh yang pernah kalian lakukan dahulu. Maka berkata seorang dari mereka,’Wahai Allah dahulu saya mempunyai ayah dan ibu dan saya biasa tidak memberi minuman susu pada seorang pun sebelum keduanya (ayahibu), baik pada keluarga atau hamba sahaya. Pada suatu hari saya menggembalakan ternak Saeran, S.Kom - @ Halaman : 3
ditempat yang agak jauh sehingga tidaklah saya pulang pada keduanya kecuali sesudah larut malam sementara ayah ibuku telah tidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya dan saya pun segan untuk membangunkan keduanya dan saya pun tidak akan memberikan minuman itu kepada siapa pun sebelum ayah ibu. Lalu saya menunggu keduanya hingga terbit fajar, maka bangunlah keduanya dan minum dari susu yang saya perah itu. Padahal semalam anak-anakku menangis didekat kakiku meminta susu itu. Wahai Allah jika saya melakukan itu semua benarbenar karena mengharapkan keridhoan-Mu maka lapangkanlah keadaan kami ini. Lalu batu itu pun bergeser sedikit namun mereka belum dapat keluar darinya. Orang yang kedua berdoa,’Wahai Allah saya pernah terikat cinta kasih pada anak gadis pamanku, karena sangat cintanya saya selalu merayu dan ingin berzina dengannya akan tetapi ia selalu menolak hingga terjadi pada suatu saat ia menderita kelaparan dan datang minta bantuan kepadaku maka saya memberikan kepadanya seratus duapuluh dinar akan tetapi dengan perjanjian bahwa ia akan menyerahkan dirinya kepadaku pada malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada diantara dua kakinya, tiba-tiba ia berkata,’Takutlah kepada Allah dan jangan kau pecahkan ‘tutup’ kecuali dengan cara yang halal. Saya pun segera bangun daripadanya padahal saya masih tetap menginginkannya dan saya tinggalkan dinar mas yang telah saya berikan kepadanya itu. Wahai Allah jika saya melakukan itu semata-mata karena mengharapkan keredhoan-Mu maka hindarkanlah kami dari kemalangan ini. Lalu batu itu pun bergeser sedikit namun mereka belum dapat keluar. Orang yang ketiga berdoa,’Wahai Allah dahulu saya seorang majikan yang mempunyai banyak buruh pegawai dan pada suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu dan ia segera pergi meninggalkan upah, terus pulang ke rumahnya dan tidak kembali. Maka saya pergunakan upah itu sehingga bertambah dan berbuah menjadi kekayaan. Setelah beberapa waktu lamanya buruh itu pun datang dan berkata,’Wahai Abdullah berilah kepadaku upahku dahulu itu?’ Saya menjawab,’Semua kekayaan yang didepanmu itu adalah dari upahmu yang berupa onta, lembu dan kambing serta budak penggembalanya itu.’ Orang itu berkata,’Wahai Abdullah kau jangan mengejekku.’ Saya menjawab,’Saya tidak mengejekmu.’ Lalu diambilnya semua yang disebut itu dan tidak meninggalkan satu pun daripadanya. Wahai Allah jika saya melakukan itu semua karena mengharapkan keredhoan-Mu maka hindarilah kami dari kesempitan ini. Tiba-tiba batu itu pun bergeser hingga mereka dapat keluar darinya dengan selamat.” (HR. Bukhori Muslim) Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa kisah diatas merupakan contoh berdoa dengan perantara amal-amal shaleh. Setiap mereka menyebutkan suatu amal besar yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah karena amal tersebut diantara perbuatan-perbuatan yang dicintai dan disenangi oleh Allah swt dengan harapan mendapat pengabulan-Nya. Ada yang berdoa dengan menyebutkan perbuatan baiknya kepada kedua orang tuanya, ada yang berdoa dengan menyebutkan sifat iffahnya dan ada yang berdoa dengan menyebutkan sifat amanah dan ihsannya. Karena itulah Ibnu Mas’ud mengatakan di waktu sahur,”Wahai Allah Engkau telah memerintahkanku maka aku menaati-Mu dan Engkau telah menyeruku maka aku pun menyambut-Mu. Dan (dengan) sahur ini maka ampunkanlah (dosa) ku.” Hadits Ibnu Umar yang mengatakan di bukit Shafa,”Wahai Allah sesungguhnya Engkau pernah mengatakan dan perkataan-Mu adalah benar,”Berdoalah kepada-Ku (maka) Aku kabulkan (doa) Saeran, S.Kom - @ Halaman : 4
mu.’ Dan sesungguhnya Engkau tidaklah menyalahi janji.” Kemudian dia menyebutkan doa yang ma’ruf dari Ibnu Umar… (Majmu al Fatawa Dan tidak ada pelarangan terhadap seseorang untuk meminta kepada Allah swt berbagai permintaan yang dikehendakinya baik terkait dengan urusan-urusan dunia maupun akherat melalui berdoa dengan perantara suatu amal shaleh yang paling afdhal yang pernah dilakukannya. Firman Allah swt : َّ سو َل فَا ْكت ُ ْبنَا َم َع ال ْ ََربَّنَا آ َمنَّا ِب َما أَنزَ ل َشا ِهدِين ُ الر َّ ت َواتَّبَ ْعنَا Artinya : “Ya Tuhan kami, kami Telah beriman kepada apa yang Telah Engkau turunkan dan Telah kami ikuti rasul, Karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)”. (QS. Al Imron : 53) سلِكَ َوالَ ت ُ ْخ ِزنَا يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة إِنَّكَ ال ُ ًَ َربَّنَا َوآتِنَا َما َو َعدتَّنَا َعلَى ُر١٩٤﴿ َف ْال ِميعَاد ُ ﴾ت ُ ْخ ِل Artinya : “Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, Maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang Telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (QS. Al Imron : 193 – 194) 3. Tawassul kepada Allah dengan (perantaraan) para waliNya ada beberapa macam. Pertama. Seseorang memohon kepada wali yang masih hidup agar mendoakannya supaya mendapatkan kelapangan rezeki, kesembuhan dari penyakit, hidayah dan taufiq, atau (permintaan-permintaan) lainnya. Tawassul yang seperti ini dibolehkan. Termasuk dalam tawassul ini adalah permintaan sebagian sahabat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar beristsiqa (meminta hujan) ketika hujan lama tidak turun kepada mereka. Akhirnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon kepada Allah agar menurunkan hujan, dan Allah mengabulkan doa beliau itu dengan menurunkan hujan kepada mereka. Begitu pula, ketika para sahabat Radhiyallahu ‘anhum beristisqa dengan perantaraan Abbas Radhiyallahu ‘anhu pada masa kekhalifahan Umar Radhiyallahu ‘anhu. Mereka meminta kepadanya agar berdoa kepada Allah supaya menurunkan hujan. Abbas pun lalu berdoa kepada Allah dan diamini oleh para sahabat Radhiyallahu ‘anhum yang lain. Dan kisah-kisah lainnya yang terjadi pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan setelahnya berupa permintaan seorang muslim kepada saudaranya sesame muslim agar berdoa kepada Allah untuknya supaya mendatangkan manfaat atau menghilangkan bahaya. Kedua. Seseorang menyeru Allah bertawassul kepadaNya dengan (perantaraan) rasa cinta dan ketaatannya kepada nabiNya, dan dengan rasa cintanya kepada para wali Allah dengan berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu agar Engkau memberiku ini (menyebutkan hajatnya)’. Tawassul yang seperti ini boleh karena merupakan tawassul dari seorang hamba Saeran, S.Kom - @ Halaman : 5
kepada rabbnya dengan (perantaraan) amal-amal shalihnya. Termasuk tawassul jenis ini adalah kisah yang shahih tentang tawassul tiga orang, yang terjebak dalam sebuah goa, dengan amalamal shalih mereka. [Hadits Riwayat Imam Ahmad II/116. Bukhari III/51,69. IV/147. VII/69. dan Muslim dengan Syarah Nawawi XVII/55] Ketiga. Seseorang meminta kepada Allah dengan (perantaraan) kedudukan para nabi atau kedudukan seorang wali dari wali-wali Allah dengan berkata -misalnya- ‘Ya Allah, sesunguhnya aku meminta kepadaMu dengan kedudukan nabiMu atau dengan kedudukan Husain’. Tawassul yang seperti ini tidak boleh karena kedudukan wali-wali Allah dan lebih khusus lagai kekasih kita Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, sekalipun agung di sisi Allah, bukanlah sebab yang disyariatkan dan bukan pula suatu yang lumrah bagi terkabulnya sebuah doa. Karena itulah ketika mengalami musim kemarau, para sahabat Radhiayallahu ‘anhum berpaling dari tawassul dengan kedudukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdoa meminat hujan dan lebih memilih ber-tawassul dengan doa paman beliau, Abbas Radhiyallahu ‘anhu, padahal kedudukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada diatas kedudukan orang selain beliau. Demikian pula, tidak diketahui bahwa para sahabat Radhiyallahu ‘anhum ada yang ber-tawassul dengan (perantraan) Nabi setelah beliau wafat, sementara mereka adalah generasi yang paling baik, manusia yang paling mengetahui hak-hak Nabi Shallalalhu ‘alaihi wa sallam, dan yang paling cinta kepada beliau. Keempat. Seorang hamba meminta hajatnya kepada Allah dengan bersumpah (atas nama) wali atau nabiNya atau dengan hak nabi atau wali dengan mengatakan, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku meminta ini (menyebutkan hajatnya) dengan (perantaraan) waliMu si-Fulan atau dengan hak nabiMu Fulan’, maka yang seperti ini tidak boleh. Sesungguhnya bersumpah dengan makhluk terhadap makhluk adalah terlarang, dan yang demikian terhadap Allah Sang Khaliq adalah lebih keras lagi larangannya. Tidak ada hak bagi makhluk terhadap Sang Khaliq (pencipta) hanya semata-mata karena ketaatannya kepadaNya Subahanhu wa Ta’ala sehingga dengan itu dia boleh bersumpah dengan para nabi dan wali kepada Allah atau ber-tawassul dengan mereka. Inilah yang ditampakkan oleh dalil-dalil, dan dengannya aqidah Islamiyah terjaga dan pintu-pintu kesyirikan tertutup. Tawasul jenis ini pernah dipraktekkan baik di jaman Nabi masih hidup maupun setelah sepeninggal beliau . Di dalam riwayat Muttafaqun ‘Alaihi dari hadits Anas bin Malik ? menceritakan tentang tawasul orang Arab Badui dengan do’a Nabi agar Allah menurunkan hujan ketika terjadi kekeringan dan menahan hujan ketika terjadi banjir. Maka Allah mengabulkan do’a beliau . Demikian juga apa yang diriwayatkan Al Bukhori di dalam “Shohih”-nya dari Umar bin Al Khoththob ? bahwa beliau pernah bertawasul dengan do’a Abbas bin Abdul Muththolib ? agar Allah menurunkan hujan. Di dalam tawasul jenis kelima ini terdapat satu kaidah yang sangat penting bahwa yang dijadikan sebagai wasilah adalah do’a seorang yang sholih. Sehingga kalaupun orang sholih tersebut tidak memanjatkan do’anya atau mendo’akan sesuatu yang tidak mungkin dikabulkan maka tentunya tidaklah mungkin untuk ditunaikan tawasul jenis ini. Walillahil Hamdu. Penyebutan macam-macam tawasul yang diperbolehkan secara syariat ini apabila dipadukan Saeran, S.Kom - @ Halaman : 6
dengan kaidah bahwa penentuan tawasul syar’iyah itu hanya dengan keterangan Al Qur’an dan As Sunnah maka mengeluarkan segala bentuk tawasul yang tidak termasuk di dalamnya, walaupun dengan berbagai dalih dan alasan. Asy Syaikh Al Albani rahimahullah di dalam “At Tawasul” hal. 50 memberi nasehat mulia kepada kita dengan ucapannya: “Dan diantara perkara yang sangat aneh, engkau melihat mereka (orang-orang yang bertawasul dengan wasilah yang tidak disyari’atkan) itu berpaling dari macam-macam tawasul yang disyariatkan. Hampir-hampir mereka tidak lagi melakukan satupun darinya di dalam do’a ataupun tatkala membimbing manusia untuk melakukan tawasul. Padahal itu telah ditetapkan di dalam Al Qur’an, As Sunnah dan kesepakatan umat ini. Engkau melihat mereka menggantinya untuk kemudian sengaja membuat do’a-do’a dan tawasul-tawasul sendiri yang tidak pernah disyariatkan Allah . Tidak pula pernah dipraktekkan Rasulullah dan ternukilkan dari pendahulu umat ini dari kalangan tiga generasi terbaik. Minimal yang mereka katakan bahwa tawasul yang diluar tawasul syar’i itu diperselisihkan hukumnya oleh para ulama. Maka betapa pantas keadaan mereka dengan firman-Nya : أَت َ ْست َ ْب ِدلُ ْونَ الَّذِي ه َُو أَدْنَى بِالَّذِي ه َُو َخيْر “Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?”.(Al Baqarah : 61) Dan nampaknya pemandangan amaliah mereka memperkuat kebenaran ucapan seorang tabi’in yang mulia Hassan bin Athiyyah Al Muhasibi rahimahullah tatkala berkata: “Tidaklah suatu kaum membuat kebid’ahan di dalam agama mereka kecuali Allah cabut sunnah setimpal dengan perbuatan bid’ah itu. Kemudian Allah tidak mengembalikannya kepada mereka sampai hari kiamat”. (Diriwayatkan Ad Darimi 1/45 dengan sanad shohih)”. Beliau pun juga mengajak kita untuk berpikir jernih tentang permasalahan besar itu di dalam “Silsilah Adh Dha’ifah” 1/94. Beliau berkata: “Kalaulah tawasul bid’ah itu dianggap tidak keluar dari lingkup khilafiyah, maka jika manusia mau bersikap adil pastilah mereka akan berpaling darinya dalam rangka hati-hati dan mengamalkan ucapan beliau : ْ َد َع َما يَ ِر ْيبُكَ إلَي َماالَ يَ ِر ْيبُك “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu”. Untuk kemudian engkau beramal dengan apa yang kami isyaratkan dari bentuk-bentuk tawasul yang disyariatkan. Namun ternyata mereka – ironis sekali – berpaling dari perkara ini. Lalu berpegang teguh dengan tawasul yang diperselisihkan tadi seakan-akan tawasul bid’ah tersebut sebagai suatu keharusan yang mereka tekuni sebagaimana halnya perkara yang wajib !”. Setelah itu kita pun harus mengerti bagaimana bentuk tawasul bid’ah yang sebenarnya telah diperingatkan para ulama sebelum munculnya nama besar Asy Syaikh Al Albani rahimahullah sekalipun !. Bentuk tawasul bid’ah yang sering diterangkan para ulama di dalam banyak karya mereka adalah seperti apa yang Allah tegaskan di dalam firman-Nya: َما نَ ْعبُدُ ُه ْم ِإالَّ ِليُقَ ِربُونَا ِإلي هللاِ ُز ْلفَى “Tidaklah kami (orang-orang musyrik) beribadah kepada mereka (orang-orang sholih) melainkan agar mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.(Az Zumar: 3) Hakekat bentuk tawasul mereka ini adalah menjadikan dzat dan kedudukan orang-orang sholih sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah ataupun wasilah untuk dikabulkannya suatu do’a. Hanya saja Asy Syaikh Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan hafizhohullah di dalam “Al Muntaqo” dari fatwa beliau 1/89 memberikan rincian yang bagus tentang bentuk tawasul bid’ah ini yang masing-masingnya memiliki hukum yang berbeda. Beliau berkata: “Kemudian bila dia (orang yang bertawasul bid’ah yang masih beriman kepada rububiyah Allah ) ini bertaqarrub kepada orang-orang sholih dengan sesuatu dari bentuk-bentuk ibadah seperti menyembelih untuk wali-wali atau orang sholih, nadzar untuk mereka, meminta hajat dari orangSaeran, S.Kom - @ Halaman : 7
orang mati dan beristighotsah kepada mereka maka ini adalah syirik besar yang mengeluarkan dia dari agama. Namun apabila dia bertawasul dengan orang-orang sholih karena kedudukan mereka yang tinggi di sisi Allah tanpa memberikan satupun bentuk ibadah kepada mereka maka ini termasuk bid’ah yang diharamkan dan perantara untuk sampai kepada syirik”. Alasan mereka (orang-orang musyrik) berbuat demikian karena memandang orang-orang sholih memiliki ilmu dan ibadah sehingga berkedudukan tinggi di sisi Allah . Kemudian mereka mengkiaskan keadaan Allah dengan seorang raja di dunia. Seorang raja tidak mungkin ditemui rakyatnya melainkan melalui para pembantunya. Demikian juga tidak mungkin mereka mendekatkan diri kepada-Nya dan dikabulkannya sebuah do’a melainkan harus melalui orangorang sholih tadi. Subhanallah ! Tidaklah mereka sadar bahwa alasan dan dalil yang mereka bawakan itu sebenarnya sebuah celaan kepada Allah . Kias yang mereka kemukakan merupakan sejahat-jahat kias yang mengandung unsur penyamaan Allah yang Maha Kuasa dengan makhluk yang sarat dengan berbagai kelemahan. Padahal seorang yang memilki mata hati yang paling lemah pun masih mengerti adanya perbedaan yang sangat terang antara keadaan Rabbul ‘Alamin dengan segenap alam semesta ini. Diantara perbedaan yang mencolok sekali antara seorang raja di dunia dengan Allah bahwasanya seorang raja memang tidak mungkin memenuhi segala keinginan rakyatnya karena kemampuannya yang sangat terbatas. Sedangkan Allah Maha Kuasa untuk memenuhi kebutuhan setiap makhluk yang ada di alam semesta ini dan Dia pun Maha Tidak Butuh kepada segenap makhluk-Nya. Walillahil Hamdu. Ironis memang tatkala kita melihat dan menengok kenyataan bahwa bentuk dan alasan mereka bertawasul ternyata diwarisi para generasi yang mengaku paling mengerti tentang agama ini di jaman sekarang. Bahkan mereka telah melengkapi alasan dan dalih rusak nenek moyang mereka terdahulu dengan dalih dan alasan terbaru ataupun sekedar “menghias” keyakinan dan aqidah jahiliyyah masa silam. Mereka menjadikan tawasul bid’ah ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari do’a dan dzikir mereka setiap hari. Kita pun sering mendengar dan melihat mereka berkata: ( ) … بِ َجا ِه ُم َح َّمدatau ( )… بِبَ َر َك ِة الشيخ َع ْب ِد ْالقَاد ِِر ال َجيْالنيsebelum berdo’a kepada Allah dan seterusnya di masjid-masjid Allah. Mereka pun tidak sekedar mengamalkan tawasul bid’ah namun lebih daripada itu mendidik, mendakwahkan dan menulis karya-karya yang tidak mustahil akan dibaca di setiap tempat dan jaman. Wallahul Musta’an. Seandainya mereka mendatangkan sejuta alasan dengan sejuta pula tingkat “keilmiahan” dari alasan-alasan sebelumnya, atau sekokoh dan setinggi apapun bangunan syubuhat yang mereka tegakkan maka terpatahkanlah alasan dan hancur pula bangunan tersebut secara serempak tatkala menghadapi tegaknya kaidah yang telah kita miliki, sebelum kita datangkan jawaban dari tiaptiap alasan tersebut secara terperinci. Allah berfirman: سنَ تَ ْف ِسيْرا َ ْق َوأَح ِ َوالَ َيأْت ُ ْونَكَ ِب َمثَل إالَّ ِجئْنَاكَ ِب ْالح “Dan tidaklah mereka mendatangkan sesuatu yang janggal melainkan Kami mendatangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya”. (Al Furqan : 33) Dalil-Dalil Tentang Tawassul Dalam setiap permasalahan apapun suatu pendapat tanpa didukung dengan adanya dalil yang dapat memperkuat pendapatnya, maka pendapat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai pegangan. Dan secara otomatis pendapat tersebut tidak mempunyai nilai yang berarti, demikian juga dengan permasalahan ini, maka para ulama yang mengatakan bahwa tawassul diperbolehkan menjelaskan Saeran, S.Kom - @ Halaman : 8
dalil-dalil tentang diperbolehkannya tawassul baik dari nash al-Qur’an maupun hadis, sebagai berikut: A. Dalil dari alqur’an. 1. Allah SWT berfirman dalam surat Almaidah, 35 : ياأيها الذين آمنوااتقوهللا وابتغوا إليه الوسيلة “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” Suat Al-Isra’, 57: اب َر ِبكَ كَان َ ََمحْ ذُورا ًَأُولَـئِكَ الَّذِينَ َيدْعُونَ َي ْبتَغُونَ ِإلَى َر ِب ِه ُم ْال َو ِسيلَةَ أ َ ُّي ُه ْم أ َ ْق َربُ َو َي ْرجُونَ َرحْ َمتَهُ َو َي َخافُونَ َعذَا َبهُ ِإ َّن َعذ 17. 57. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka [857] siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. [857] Maksudnya: Nabi Isa a.s., para malaikat dan ‘Uzair yang mereka sembah itu menyeru dan mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah. Lafadl Alwasilah dalam ayat ini adalah umum, yang berarti mencakup tawassul terhadap dzat para nabi dan orang-orang sholeh baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, ataupun tawassul terhadap amal perbuatan yang baik. 2. Wasilah dalam berdoa sebetulnya sudah diperintahkan sejak jaman sebelum Nabi Muhammad SAW. QS 12:97 mengkisahkan saudara-saudara Nabi Yusuf AS yang memohon ampunan kepada Allah SWT melalui perantara ayahandanya yang juga Nabi dan Rasul, yakni N. Ya’qub AS. Dan beliau sebagai Nabi sekaligus ayah ternyata tidak menolak permintaan ini, bahkan menyanggupi untuk memintakan ampunan untuk putera-puteranya (QS 12:98). ف أَسْت ِ الر ِحي ُم ًَقَالُواْ َيا أ َ َبانَا ا ْست َ ْغ ِف ْر لَنَا ذُنُو َبنَا ِإنَّا ُكنَّا خ َّ ور ُ ُي ِإنَّهُ ه َُو ْالغَف َ قَا َل. ََاطئِين َ س ْو َ ْغ ِف ُر لَ ُك ْم َر ِب 97. Mereka berkata: “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)”. 98. N. Ya’qub berkata: “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Di sini nampak jelas bahwa sudah sangat lumrah memohon sesuatu kepada Allah SWT dengan menggunakan perantara orang yang mulia kedudukannya di sisi Allah SWT. Bahkan QS 17:57 dengan jelas mengistilahkan “ayyuhum aqrabu”, yakni memilih orang yang lebih dekat (kepada Allah SWT) ketika berwasilah. 3. Ummat Nabi Musa AS berdoa menginginkan selamat dari adzab Allah SWT dengan meminta bantuan Nabi Musa AS agar berdoa kepada Allah SWT untuk mereka. Bahkan secara eksplisit menyebutkan kedudukan N. Musa AS (sebagai Nabi dan Utusan Allah SWT) sebagai wasilah terkabulnya doa mereka. Hal ini ditegaskan QS 7:134 dengan istilah َ ِب َما َع ِهدَ ِعندَكDengan (perantaraan) sesuatu yang diketahui Allah ada pada sisimu (kenabian). Demikian pula hal yang dialami oleh Nabi Adam AS, sebagaimana QS 2:37 Saeran, S.Kom - @ Halaman : 9
الر ِحي ُم َّ َُاب َعلَ ْي ِه ِإنَّهُ ه َُو الت َّ َّواب َ فَتَلَقَّى آدَ ُم ِمن َّر ِب ِه َك ِل َمات فَت “Kemudian Nabi Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”Kalimat yang dimaksud di atas, sebagaimana diterangkan oleh ahli tafsir berdasarkan sejumlah hadits adalah tawassul kepada Nabi Muhammad SAW, yang sekalipun belum lahir namun sudah dikenalkan namanya oleh Allah SWT, sebagai nabi akhir zaman. 4. Bertawassul ini juga diajarkan oleh Allah SWT di QS 4:64 bahkan dengan janji taubat mereka pasti akan diterima. Syaratnya, yakni mereka harus datang ke hadapan Rasulullah dan memohon ampun kepada Allah SWT di hadapan Rasulullah SAW yang juga mendoakannya. َّ ع ِبإِذْ ِن ّللاِ َولَ ْو أَنَّ ُه ْم إِذ َ ُسول إِالَّ ِلي ُ الر ُ س ْلنَا ِمن َّر َّ س ُه ْم َجآؤُوكَ فَا ْست َ ْغفَ ُرواْ ّللاَ َوا ْست َ ْغفَ َر لَ ُه ُم َ طا َسو ُل لَ َو َجد ُواْ ّللا َ ُظلَ ُمواْ أَنف َ َو َما أ َ ْر ت ََّوابا َّر ِحيما “Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” B. Dalil dari hadis. a. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW sebelum lahir Sebagaimana nabi Adam AS pernah melakukan tawassul kepada nabi Muhammad SAW. Imam Hakim Annisabur meriwayatkan dari Umar berkata, bahwa Nabi bersabda : يا آدم: يا ربى ! إنى أسألك بحق محمد لما غفرتنى فقال هللا: لما اقترف آدم الخطيئة قال: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يا ربى ألنك لما خلقتنى بيدك ونفخت في من روحك رفعت رأسى فرأيت على قوائم العرش: كيف عرفت محمدا ولم أخلقه قال صدقت يا آدم إنه ألحب الخلق: مكتوبا الإله إال هللا محمد رسول هللا فعلمت أنك لم تضف إلى إسمك إال أحب الخلق إليك فقال هللا (615 : ص2 : ولوال محمد ما خلقتك )أخرجه الحاكم فى المستدرك وصححه ج، ادعنى بحقه فقد غفرت لك،إلي “Rasulullah s.a.w. bersabda:”Ketika Adam melakukan kesalahan, lalu ia berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku memintaMu melalui Muhammad agar Kau ampuni diriku”. Lalu Allah berfirman:”Wahai Adam, darimana engkau tahu Muhammad padahal belum aku jadikan?” Adam menjawab:”Ya Tuhanku ketika Engkau ciptakan diriku dengan tanganMu dan Engkau hembuskan ke dalamku sebagian dari ruhMu, maka aku angkat kepalaku dan aku melihat di atas tiang-tiang Arash tertulis “Laailaaha illallaah muhamadun rasulullah” maka aku mengerti bahwa Engkau tidak akan mencantumkan sesuatu kepada namaMu kecuali nama mahluk yang paling Engkau cintai”. Allah menjawab:”Benar Adam, sesungguhnya ia adalah mahluk yang paling Aku cintai, bredoalah dengan melaluinya maka Aku telah mengampunimu, dan andaikan tidak ada Muhammad maka tidaklah Aku menciptakanmu” Imam Hakim berkata bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanadnya. Demikian juga Imam Baihaqi dalam kitabnya Dalail Annubuwwah, Imam Qostholany dalam kitabnya Almawahib 2/392 , Imam Zarqoni dalam kitabnya Syarkhu Almawahib Laduniyyah 1/62, Imam Subuki dalam kitabnya Shifa’ Assaqom dan Imam Suyuti dalam kitabnya Khosois Annubuwah, mereka semua mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih. Dan dalam riwayat lain, Imam Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan redaksi : Saeran, S.Kom - @ Halaman : 10
(615: وص2 :فلوال محمد ما خلقت آدم وال الجنة وال النار )أخرجه الحاكم فى المستدرك ج Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih segi sanad, demikian juga Syekh Islam Albulqini dalam fatawanya mengatakan bahwa ini adalah shohih, dan Syekh Ibnu Jauzi memaparkan dalam permulaan kitabnya Alwafa’ , dan dinukil oleh Ibnu Kastir dalam kitabnya Bidayah Wannihayah 1/180. Walaupun dalam menghukumi hadis ini tidak ada kesamaan dalam pandangan ulama’, hal ini disebabkan perbedaan mereka dalam jarkh wattta’dil (penilaian kuat dan tidak) terhadap seorang rowi, akan tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa tawassul terhadap Nabi Muhammad SAW adalah boleh. b. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam masa hidupnya. Diriwatyatkan oleh Imam Hakim : عن عثمان بن حنيف قال سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وجاءه رجل ضرير ائت الميضاة فتوضأ ثم: : يا رسول هللا ! ليس لى قائد وقد شق علي فقال رسول هللا عليه وسلم: فقال،فشكا إليه ذهاب بصره اللهم إنى أسألك وأتوجه إليك لنبيك محمد نبي الرحمة يا محمد إنى أتوجه بك إلى ربك فيجلى لى عن: صل ركعتين ثم قل فوهللا ما تفرقنا وال طال بنا الحديث حتى دخل الرجل وكأنه لم يكن به: قال عثمان، اللهم شفعه في وشفعنى فى نفسى،بصرى ( )أخرجه الحاكم فى المستدرك.ضر Dari Utsman bin Hunaif: “Suatu hari seorang yang lemah dan buta datang kepada Rasulullah s.a.w. berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai orang yang menuntunku dan aku merasa berat” Rasulullah berkata”Ambillah air wudlu, lalu beliau berwudlu dan sholat dua rakaat, dan berkata:”bacalah doa (artinya)” Ya Allah sesungguhnya aku memintaMu dan menghadap kepadaMu melalui nabiMu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan berilah aku syafaat”. Utsman berkata:”Demi Allah kami belum lagi bubar dan belum juga lama pembicaraan kami, orang itu telah datang kembali dengan segar bugar”. (Hadist riwayat Hakim di Mustadrak) Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad walaupun Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam Dzahabi mengatakatan bahwa hadis ini adalah shohih, demikian juga Imam Turmudzi dalam kitab Sunannya bab Daa’wat mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan shohih ghorib. Dan Imam Mundziri dalam kitabnya Targhib WatTarhib 1/438, mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Majah dan Imam Khuzaimah dalam kitab shohihnya. c. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW setelah meninggal. Diriwayatkan oleh Imam Addarimi : انظروا قبر النبي فاجعلوا منه: قحط أهل المدينة قحطا شديدا فشكوا إلى عائشة فقالت: عن أبى الجوزاء أ وس بن عبد هللا قال ففعلوا فمطروا مطرا حتى نبت العشب وسمنت اإلبل حتى تفتقط من: كوا إلى السماء حتى ال يكون بينه وبين السماء سقف قال (43 : ص1 : السحم فسمي عام الفتق ) أخرجه اإلمام الدارمى ج Dari Aus bin Abdullah: “Sautu hari kota Madina mengalami kemarau panjang, lalu datanglah penduduk Madina ke Aisyah (janda Rasulullah s.a.w.) mengadu tentang kesulitan tersebut, lalu Saeran, S.Kom - @ Halaman : 11
Aisyah berkata: “Lihatlah kubur Nabi Muhammad s.a.w. lalu bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang menutupinya dan langit terlihat langsung”, maka merekapun melakukan itu kemudian turunlah hujan lebat sehingga rumput-rumput tumbuh dan onta pun gemuk, maka disebutlah itu tahun gemuk” (Riwayat Imam Darimi) Diriwayatkan oleh Imam Bukhori : اللهم إنا كنا نتوسل إليك بنبينا: عن أنس بن مالك إن عمر بن خطاب كان إذا قطحوا استسقى بالعباس بن عبد المطلب فقال ( 137: ص1 : فيسقون )أخرجه اإلمام البخارى فى صحيحه ج: فتسقينا وإنا ننتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا قال Riwayat Bukhari: dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Abbas berkata:”Ya Tuhanku sesungguhkan kami bertawassul (berperantara) kepadamu melalui nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawassul dengan paman nabi kami maka turunkanlau hujan kepada, lalu turunlah hujan. d. Nabi Muhammad SAW melakukan tawassul . اللهم إنى أسألك بحق: فقال، من خرج من بيته إلى الصالة: رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: عن أبى سعيد الحذري قال خرجت إتقاء شخطك وابتغاء مرضاتك،السائلين عليك وبحق ممشاى هذا فإنى لم أخرج شرا وال بطرا وال رياءا وال سمعة أقبل هللا بوجهه واستغفر له سبعون ألف ملك، إنه ال يغفر الذنوب إال أنت، وأن تغفر لى ذنوبى،فأسألك أن تعيذنى من النار ()أخرجه بن ماجه وأحمد وبن حزيمة وأبو نعيم وبن سنى. Dari Abi Said al-Khudri: Rasulullah s.a.w. bersabda:”Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat, lalu ia berdoa: (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku memintamu melalui orang-orang yang memintamu dan melalui langkahku ini, bahwa aku tidak keluar untuk kejelekan, untuk kekerasan, untuk riya dan sombong, aku keluar karena takut murkaMu dan karena mencari ridlaMu, maka aku memintaMu agar Kau selamatkan dari neraka, agar Kau ampuni dosaku sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali diriMu”, maka Allah akan menerimanya dan seribu malaikat memintakan ampunan untuknya”. (Riwayat Ibnu Majad dll.). Imam Mundziri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dengan sanad yang ma’qool, akan tetap Alhafidz Abu Hasan mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan.( Targhib Wattarhib 2/ 119). Alhafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu Na’im dan Ibnu Sunni.(Nataaij Alafkar 1/272). Imam Al I’roqi dalam mentakhrij hadis ini dikitab Ikhya’ Ulumiddin mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan, (1/323). Imam Bushoiri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dan hadis ini shohih, (Mishbah Alzujajah 1/98). Pandangan Para Ulama’ Tentang Tawassul Untuk mengetahui sejauh mana pembahasan tawassul telah dikaji para ulama, ada baiknya kita tengok pendapat para ulama terdahulu. Kadang sebagian orang masih kurang puas, jika hanya menghadirkan dalil-dalil tanpa disertai oleh pendapat ulama’, walaupun sebetulnya dengan dalil saja tanpa harus menyartakan pendapat ulama’ sudah bisa dijadikan landasan bagi orang Saeran, S.Kom - @ Halaman : 12
meyakininya. Namun untuk lebih memperkuat pendapat tersebut, maka tidak ada salahnya jika disini dipaparkan pandangan ulama’ mengenai hal tersebut. Lewat ulasan para waliyulloh kamil, mereka banyak memberi suatu pendapat, di antaranya: Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani, pernah berujar, “Bila aku mati kelak, ruhku akan terus hadir di sela orang-orang yang setiap malamnya mengistiqomahkan, bertawassul kepadaku dengan keikhlasannya, sambil tak pernah henti-hentinya membaca surat Al-fatihah sebanyak 20.000 x setiap malamnya” Menurut Imam Ibnul Aroby, “Barang siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah dengan hitungan 7 jam lamanya (dari jam 21.00 s.d. 04.00) niscaya aku akan hadir tanpa perantara / suruhan / khodam, di manapun kamu menginginkannya”. Menurut imam Abu Hasan Asy-Syadili r.a., “aku kan bertanggung jawab demi keselamatanmua di dunia dan akherat, dan aku akan terus memohonkan kepada-Nya atas segala permohonanmu, dan aku akan menyambangimu / menjumpai di setiap malammu dan aku akan membawamu hidup-hidup di antara kenikmatanku (surga) apabila kamu terus beristiqomah bertawassul kepadaku di setiap malamnya, dengan memudawamkan 5000x surat Al-Fatihah dan 4500x asma Hasbunalloh wa ni’mal wakil”. Menurut imam Abu Sufyan Atssaury, “Berbahagialah wahai ummatku, sesungguhnya aku diberikan keluasan ilmu sebagai hamba yang mempunyai derajat syafa’at di kemudian hari. Istiqomahkan bertawassul kepadaku di setiap malamnya dengan terus membaca surat Al-Fatihah 7700 x dan solawat nabi (Allohumma Sholli ala sayidina Muhammad) 7000x niscaya ruhku akan selalu hadir setiap kau membutuhkanku, dan percayalah kepadaku, karena sesungguhnya aku takkan tinggal diam untuk selalu mendoakanmu sampai mencapai derajat mulia (surga)”. Menurut Syarifah Robiatul Adawiyah, ”sesungguhnya aku diciptakan antara hidup dan setelah mati hanya punya satu tujuan, mengabdi kepada Alloh SWT. Dan barang siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah setiap malamnya dengan membaca surat Al-Fatihah 3333x dan membaca istighfar sebanyak 30.000x niscaya aku akan terus hadir menjumpaimu sampai dirimu tanpa sadar menjadi seorang derajat waliyulloh kamil”. Menurut imam Asy-Sya’roni, “Jangan kau sesekali meninggalkan istiqomah bertawassul kepada para nabi, malaikat dan wali lainnya. Sesungguhnya bertawassul adalah suatu kebajikan hati dalam mencari syafa’at dan rahmat para Ahlillah yang menjadi kekasih-Nya”. Tambahnya lagi, “sesungguhnya derajat yang paling mudah didapat adalah, kedekatan hati kita dengan para Ahlillah yang menjadi kekasih-Nya, maka tiada lain dan tiada bukan, istiqomahkan bertawassul kepadanya!”. Menurut imam Ibnu Athoillah, “Keluasan dan penghayatan ilmu sangat diperlukan oleh setiap ummat di dunia. Namun, sebagai rasa takdzim akan penghormatan kepada para kekasih Alloh SWT. Lebih sangat diutamakan. Karena sesungguhnya batu loncatan kita sebagai manusia hidup tak lain adalah bantuan rahmat dari para Ahlillah yang sudah mendahului kita, kuncinya perbanyaklah bertawassul untuknya”.
Saeran, S.Kom - @ Halaman : 13
Menurut pendapat para walijawa (walisongo), “Gunakanlah waktumu untuk kebajikan di jalanNya. Sesungguhnya sifat manusia terbagi dalam kelebihan dan kekurangan. Sebagai seorang mahluk yang serba kekurangan akan ilmu dan pengetahuan, dekatkanlah dirimu kepada-Nya lewat jalan para kekasih-Nya (bertawassul) sesungguhnya hanya lewat jalan inilah kamu sekalian akan mendapat derajat mulia di sisi-Nya”. Pandangan Ulama Madzhab Pada suatu hari ketika kholifah Abbasiah Al-Mansur datang ke Madinah dan bertemu dengan Imam Malik, maka beliau bertanya:”Kalau aku berziarah ke kubur nabi, apakah menghadap kubur atau qiblat? Imam Malik menjawab:”Bagaimana engkau palingkan wajahmu dari (Rasulullah) padahal ia perantaramu dan perantara bapakmu Adam kepada Allah, sebaiknya menghadaplah kepadanya dan mintalah syafaat maka Allah akan memberimu syafaat”. (Al-Syifa’ karangan Qadli ‘Iyad al-Maliki jus: 2 hal: 32). Demikian juga ketika Imam Ahmad Bin Hambal bertawassul kepada Imam Syafi’i dalam doanya, maka anaknya yang bernama Abdullah heran seraya bertanya kepada bapaknya, maka Imam Ahmad menjawab :”Syafii ibarat matahagi bagi manusia dan ibarat sehat bagi badan kita” (166:)شواهد الحق ليوسف بن إسماعيل النبهانى ص Demikian juga perkataan imam syafi’i dalam salah satu syairnya: وهم إليه وسيلتى# آل النبى ذريعتى بيدى اليمن صحيفتى# أرجو بهم أعطى غدا (180:)العواصق المحرقة ألحمد بن حجر المكى ص “Keluarga nabi adalah familiku, Mereka perantaraku kepadanya (Muhammad), aku berharap melalui mereka, agar aku menerima buku perhitunganku di hari kiamat nanti dengan tangan kananku” Pandangan Imam Taqyuddin Assubuky Beliau memperbolehkan dan mengatakan bahwa tawassul dan isti’anah adalah sesuatu yang baik dan dipraktekkan oleh para nabi dan rosul, salafussholeh, para ulama,’ serta kalangan umum umat islam dan tidak ada yang mengingkari perbuatan tersebut sampai datang seorang ulama’ yang mengatakan bahwa tawassul adalah sesuatu yang bid’ah. (Syifa’ Assaqom hal 160) Pandangan Ibnu Taimiyah Syekh Ibnu Taimiyah dalam sebagian kitabnya memperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW tanpa membedakan apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal. Beliau berkata : “Dengan demikian, diperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam doa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi : اللهم إنى أسألك وأتوسل إليك بنبيك محمد نبي الرحمة يا محمد إنى أتوجه بك إلى ربك فيجلى: أن النبي علم شخصا أن يقول (حاجتى ليقضيها فشفعه في )أخرجه الترميذى وصححه. Rasulullah s.a.w. mengajari seseorang berdoa: (artinya)”Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu dan bertwassul kepadamu melalui nabiMu Muhammad yang penuh kasih, wahai Muhammad sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Allah agar dimudahkan kebutuhanku maka berilah aku sya’faat”. Tawassul seperti ini adalah bagus (fatawa Ibnu Taimiyah jilid 3 halaman 276) Saeran, S.Kom - @ Halaman : 14
Pandangan Imam Syaukani Beliau mengatakan bahwa tawassul kepada nabi Muhammad SAW ataupun kepada yang lain ( orang sholeh), baik pada masa hidupnya maupun setelah meninggal adalah merupakan ijma’ para shohabat. Pandangan Muhammad Bin Abdul Wahab. Beliau melihat bahwa tawassul adalah sesuatu yang makruh menurut jumhur ulama’ dan tidak sampai menuju pada tingkatan haram ataupun bidah bahkan musyrik. Dalam surat yang dikirimkan oleh Syekh Abdul Wahab kepada warga qushim bahwa beliau menghukumi kafir terhadap orang yang bertawassul kepada orang-orang sholeh., dan menghukumi kafir terhadap AlBushoiri atas perkataannya YA AKROMAL KHOLQI dan membakar dalailul khoirot. Maka beliau membantah : “ Maha suci Engkau, ini adalah kebohongan besar. Dan ini diperkuat dengan surat beliau yang dikirimkan kepada warga majma’ah ( surat pertama dan kelima belas dari kumpulan surat-surat syekh Abdul Wahab hal 12 dan 64, atau kumpulan fatwa syekh Abdul Wahab yang diterbitkan oleh Universitas Muhammad Bin Suud Riyad bagian ketiga hal 68) Dalil-dalil yang melarang tawassul Dalil yang dijadikan landasan oleh pendapat yang melarang tawassul adalah sebagai berikut: 1. Surat Zumar, 2: َّ ّللاِ ُز ْلفَى ِإ َّن َّ ص َوالَّذِينَ ات َّ َخذُوا ِمن د ُونِ ِه أ َ ْو ِليَاء َما نَ ْعبُد ُ ُه ْم ِإ َّال ِليُقَ ِربُونَا ِإلَى ّللاَ يَحْ ُك ُم بَ ْي َن ُه ْم فِي َما ُه ْم فِي ِه ِ ِأَ َال ِ َّّلِل ُ الدينُ ْالخَا ِل َّ َي ْخت َ ِلفُونَ ِإ َّن ّللاَ َال َي ْهدِي َم ْن ه َُو كَاذِب َكفَّار Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. Orang yang bertwassul kepada orang sholih maupun kepada para kekasih Allah, dianggap sama dengan sikap orang kafir ketika menyembah berhala yang dianggapnya sebuah perantara kepada Allah. Namun kalau dicermati, terdapat perbedaan antara tawassul dan ritual orang kafir seperti disebutkan dalam ayat tersebut: tawassul semata dalam berdoa dan tidak ada unsur menyembah kepada yang dijadikan tawassul , sedangkan orang kafir telah menyembah perantara; tawassul juga dengan sesuatu yang dicintai Allah sedangkan orang kafir bertwassul dengan berhala yang sangat dibenci Allah. 2. Surah al-Baqarah, 186: ُ ْست َِجيبُواْ ِلي َو ْليُؤْ ِمنُواْ ِبي لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر ان فَ ْلي َ ًَو ِإذَا ِ سأَلَكَ ِع َبادِي َعنِي فَإِنِي قَ ِريب أ ُ ِجيبُ دَع َْوة َ الدَّاعِ ِإذَا دَ َع َ َشدُون 2. 186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Allah Maha dekat dan mengabulkan doa orang yang berdoa kepadaNya. Jika Allah maha dekat, mengapa perlu tawassul dan mengapa memerlukan sekat antara kita dan Allah. Namun dalil-dalil di atas menujukkan bahwa meskipun Allah maha dekat, berdoa melalui Saeran, S.Kom - @ Halaman : 15
tawassul dan perantara adalah salah satu cara untuk berdoa. Banyak jalan untuk menuju Allah dan banyak cara untuk berdoa, salah satunya adalah melalui tawassul. 3. Surat Jin, ayat 18: َّ اجدَ ِ َّّلِلِ فَ َال تَدْعُوا َم َع ّللاِ أَ َحدا َ َوأ َ َّن ْال َم ِ س 72. 18. Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. Kita dilarang ketika menyembah dan berdoa kepada Allah sambil menyekutukan dan mendampingkan siapapun selain Allah. Seperti ayat pertama, ayat ini dalam konteks menyembah Allah dan meminta sesuatu kepada selain Allah. Sedangkan tawassul adalah meminta kepada Allah, hanya saja melalui perantara. Kesimpulan Tawassul dengan perbuatan dan amal sholeh kita yang baik diperbolehkan menurut kesepakatan ulama’. Demikian juga tawassul kepada Rasulullah s.a.w. juga diperboleh sesuai dalil-dalil di atas. Tidak diragukan lagi bahwa nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan yang mulia disisi Allah SWT, maka tidak ada salahnya jika kita bertawassul terhadap kekasih Allah SWT yang paling dicintai, dan begitu juga dengan orang-orang yang sholeh. Selama ini para ulama yang memperbolehkan tawassul dan melakukannya tidak ada yang berkeyakinan sedikitpun bahwa mereka (yang dijadikan sebagai perantara) adalah yang yang mengabulkan permintaan ataupun yang memberi madlorot. Mereka berkeyakinan bahwa hanya Allah lah yang berhak memberi dan menolak doa hambaNya. Lagi pula berdasarkan hadis-hadis yang telah dipaparkan diatas menunjukakn bahwa perbuatan tersebut bukan merupakan suatu yang baru dikalangan umat islam dan sudah dilakukan para ulama terdahulu. Jadi jikalau ada umat islam yang melakukan tawassul sebaiknya kita hormati mereka karena mereka tentu mempunyai dalil dan landasan yang cukup kuat dari Quran dan hadist. Tawassul adalah masalah khilafiyah di antara para ulama Islam, ada yang memperbolehkan dan ada yang melarangnya, ada yang menganggapnya sunnah dan ada juga yang menganggapnya makruh. Kita umat Islam harus saling menghormati dalam masalah khilafiyah dan jangan sampai saling bermusuhan. Dalam menyikapi masalah tawassul kita juga jangan mudah terjebak oleh isu bid’ah yang telah mencabik-cabik persatuan dan ukhuwah kita. Kita jangan dengan mudah menuduh umat Islam yang bertawassul telah melakukan bid’ah dan sesat, apalagi sampai menganggap mereka menyekutukan Allah, karena mereka mempunyai landasan dan dalil yang kuat. Tidak hanya dalam masalah tawassul, sebelum kita mengangkat isu bid’ah pada permasalahan yang sifatnya khilafiyah, sebaiknya kita membaca dan meneliti secara baik dan komprehensif masalah tersebut sehingga kita tidak mudah terjebak oleh hembusan teologi permusuhan yang sekarang sedang gencar mengancam umat Islam secara umum. Memang masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang muslim awam dalam melakukan tawassul, seperti menganggap yang dijadikan tawassul mempunyai kekuatan, atau bahkan meminta-minta kepada orang yang dijadikan perantara tawassul, bertawassul dengan orang yang bukan sholeh tapi tokoh-tokoh masyarakat yang telah meninggal dunia dan belum tentu beragama Islam, atau bertawassul dengan kuburan orang-orang terdahulu, meminta-minta ke makam waliwali Allah, bukan bertawassul kepada para para ulama dan kekasih Allah. Itu semua tantangan dakwah kita semua untuk kita luruskan sesuai dengan konsep tawassul yang dijelaskan dalil-dalil Saeran, S.Kom - @ Halaman : 16
di atas. Wallahu a’lam bissowab ان أ َ ْن ِآمنُواْ بِ َربِ ُك ْم فَآ َمنَّا َربَّنَا فَا ْغ ِف ْر لَنَا ذُنُوبَنَا َوك َِف ْر َعنَّا ِ إلي َم ِ َّربَّنَا إِنَّنَا َس ِم ْعنَا ُمنَادِيا يُنَادِي ِل ١٩٣﴿ س ِيئَا ِتنَا َوت ََو َّفنَا َم َع األب َْر ِار ﴾ َ sumber : https://belajarilmutasawuf.blogspot.co.id/2011/10/tawasul-dan-wasilah.html ========================== =========================================== Bacaan Tawasul Yang Benar dan Lengkap Bacaan tawasul adalah bacaan yang di hadiahkan untuk junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W, yang bertujuan untuk mendoakan, menghadiahkan bacaan ini buat saudara saudara muslim kita atau sering disebut tawasulan. Berikut adalah Bacaan Tawasul Lengkap . Bacaan Hadiah Tawasul-an Diawali dengan membaca rurah Al-Fatihah Istighfar …… 3 x Sahadat …… 1 x Sholawat …… 1 x Bismillahirrohmaanirrohiim Ilaa hadlrotin nabiyyil mushthofaa saiyidinaa Muhammadin rosullillahi shollallohu ‘alaihi wa salama wa azwaajihii, wa auladihii, wa dzurriyyaatihii, wa ahli baitihii, wa ikhwanihii minal anbiyaai’, wal mursaliina ‘alaihimush sholaatu wa salaamu wa aali kulli minhum ajma’iina, wal malaaikatil muqorrobiina, Syaiulillahum —– Al Fatihah ( kemudian membaca surah Al-Fatihah , Intinya pada saat ada bunyian Al-fatihah , wajib membaca Al – fatihah, begitu seterusnya, dan biasanya tawasulnya yang membacakan satu orang saja yang di anggap sebagai imam, dalam hal ini jika kita berdoanya rame rame, dan para jemaat yang lain wajib membaca alfatihah di saat imam bilang : Al-Fatihah ) Wa ilaa hadloroti khulafaa ir-rosyidiinal arba’ati, Abi bakri wa ‘umar wa utsman wa ‘aliy wa jamii’ish shohaabati wal qoroobati wat taabi’iina wal aimmatil arba’atil mujtahidiina rodliyallohu ‘anhum, Syaiulillahum —– Al Fatihah Tsumma ilaa hadloroti mursaliina nabiyulloh Khidir alaihis salam, Syaiulillahu —– Al Fatihah Wa ilaa hadloroti jamii’i auliyaa illahi ta’ala mim masyaa riqil ardhi ilaa waghoribiha fii barriha wa bahrihaa khushuushon ilaa hadloroti quthbil ghoutsi wa muhyis sunnati wad diini imaaminaa wa qudwatina wa sayyidina sulthonil auliyaai’sy syech ‘Abdul Qodir Jailani wa syech Abi Hasan Syadzilii wa syech Abii Abdillah Muhammad ibni Muhammad ibni Yusuf Sanusi qodda sallohu sirrohum wa nafa’ana wa azwaajina wa aulaadana wa Saeran, S.Kom - @ Halaman : 17
dzuriyatina wa jamii’i ahlil islam bihim wa bibarokatihim wa bikaromatihim amiin yaa robbal ‘alamiina, Syaiulillahum —– Al Fatihah Wa ilaa hadloroti jamii’I ‘ulamaai’ lillahi ta’ala fil masyariqi wal maghribi khushuson ilaa hadloroti : Sunan Maulana Malik Ibrahin Sunan Ampel (Raden Ahmad Rahmatulloh) Sunan Drajat (Raden Syarifuddin Hasyim) Sunan Bonang (Raden Machdum Ibrahim Sunan Kalijogo (Raden Syahid) Sunan Gunung Jati (Raden Syarif Maulana Hidayatullah) Sunan Giri (Raden Paku Syarif Muhammad ‘Ainul Yaqin) Sunan Kudus (Syaid Ja’far Shodiq) Sunan Muria (Raden Umar Said) Wa nafa’ana wa azwaajina wa aulaadana wa dzuriyatina wa jamii’i ahlil islam bihim wa bibarokatihim wa bikaromatihim amiin yaa robbal ‘alamiina, Syaiulillahum —– Al Fatihah Tsumma ilaa hadloroti : Syech Maulana Hasanudin (Sulton Banten) Syech Maulana Yusuf (Banten) Syech Muhammad Asnawi (Caringin Labuan) Kyai Haji Kholil (Bangkalan, Madura) ( di bagian ini kita boleh saja mengganti nama nama tokoh masyarakat seperti kiyai yang sudah meninggal, ataupun para leluhur desa atau kampung halaman ) Wa nafa’ana wa azwaajina wa aulaadana wa dzuriyatina wa jamii’i ahlil islam bihim wa bibarokatihim wa bikaromatihim amiin yaa robbal ‘alamiina, Syaiulillahum —– Al Fatihah Tsumma ilaa arwahi abaaina wa umahatina wa azwaajina wa aulaadina wa dzurriyyatina wa ajdaadina wa jaddatina wa ikhwanina wa akhowa-tina wa a’maamina wa ‘ammatina wa akhwalina wa kholatina wa jamii’i aqribaaina wa ahabbaaina wa jamii’i man lahum haqqu ‘alaina wa jamii’i man da’aalana bi khoirin khushuson ilaa ruhi: ……………… bin …………… ……………… bin …………… ……………… bin …………… (Nama orang tua, kakak adik, saudara, teman, dan lain-lain yang telah tiada) ghofarollohu dzunubahum wa sataro ‘uyuubahum wa ja’alal jannata matswahum, Syaiulillahum —– Al Fatihah Tsumma ilaa arwahi jamii’i ahlil qubur khusuushon mu’minin wal mu’minat, muslimin wal muslismat al ahya-i minhum wal amwat, fil masyariqi wal maghribi ghofarollohu dzunubahum wa askanahum fi farodiisil jinani bi rohmatika yaa arhamar rohimiina, Syaiulillahum —– Al Fatihah Saeran, S.Kom - @ Halaman : 18
Lalu di akhiri dengan tahlilan ataupun doa doa yang lain. Tawasul / Salsilah / Hadiah Al Fatihah untuk Penghayatan Ilmu Al Hikmah 1. ilaa hadrotin nabiyil mustofa sayidina muhamadin rosullulah s.a.w . al-fatehah… 2. ilaa hadrotin liruuhi ash-habihi rosulluloh s.a.w sayidina abu bakar,wa umar,wa ustman,wa ali,rodialohu anhum al-fatehah… 3. ilaa hadroti liruuhi jamiil anbiyai wal mursalina wal malaikatil muqorobin wasy syuhadai wal auliai wash sholihina wa masyaikhina fidnii min masyariqhi ardi ilaa magribiha al-fatehah… 4. Khususon ilaa hadroti sulthono waliyullah syaikh maulana abdul qodir aljailani al-fatihah… 5. Khususon ilaa hadroti Suthonul Hikmah syaikh joko purwanto bin haady al jawi lahumulfatihah… 6. ilaa hadroti auliyai ta’ala syaikhina kiromi,syaikhina toha,syaikhina raden ateng thasyauf,syaikhina abdul jabbar al-fatehah… 7. assalamu alaikum yaa ahlal baitunubuwah wa ma zainirisalah sayidina wa habibina,wa syafi’ina,wa maulana,min yaumina hadza ilaa yaumil qiyamah ajengan sultan maulana hassanudin banten al-fatehah… 8. asalamu’alaikum yaa ahlal badala ya ahlan naqoba assalamu’ alayya ahlan nujaza assalamu’ alaikum ya auhadaz zaman assalamu’ alaikum ya badarot tamam assalama’ alaikum ya sahabuddun ya waddin al-fatehah…….. 9. ilaa hadroti sadaatina ahli jawi khususon KANJENG SINUHUN GUNUNG JATI CIREBON, SYEIKH SYARIF HIDAYATULLOH,wa jami’i usholatina ahli cirebon wa ila sultan raja sulaiman wa ila dzatul kahfi wa ila sunan giri wa jami’i auliyai tis ati fii hawalihim wa jami’i ushulihim wa furuhim wa ahli baitihim wa liman ahsana ilaihim walima zaroo’a ilaihim wa liman talaqo ilaihim min humul ulum al-fatehah… 10. wa ilaa arwahi abiina wa umiina wa jaddinaa wa jaddatinaa wa ahlina wa karoo bathinaa wali ustadzina wali jami’il muslimina wal muslimat wal mukminina wal mukminat al-ahyai minhum wal amwati min laduna adam ilaa yaumil qiyamah al-fatehah. Doa Ziarah Kubur Beserta Faedahnya ========== Sebelum anda melakukan ziarah kubur sebaiknya anda membaca terlebih dahulu manfaat dan pengertian tentang ziarah kubur menurut ajaran islam Rasulullah saw bersabda:
Saeran, S.Kom - @ Halaman : 19
“sekarang berziarahlah ke kuburan karena sesungguhnya di dalam ziarah itu terdapat pelajaran yang besar… . Dalam riwayat sahabat Anas bin Malik : … karena dapat melembutkan hati, melinangkan air mata dan dapat mengingatkan kepada hari akhir.” (H.R Ahmad 337-38, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ahkamul Janaiz hal: 228). Bacaan Doa Ziarah Kubur Pertama : Ketika memasuki areal kuburan mengucapkan salam. شآ َء َ ار ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُم ْس ِل ِميْنَ ا َ ْنت ُ ْم لَنَا فَ ْرط َونَحْ نُ ا ِْن َّ اَل ِ َسالَ ُم َعلَى اَه ِل ال ِدِّي هللاُ ِب ُك ْم َالَ ِحقُ ْون Assalâmu ‘alâ ahlid diyâr, minal mu’minîna wal muslimîn, antum lanâ farthun, wa nahnu insyâallâhu bikum lâhiqûn. Artinya : "Salam atas para penghuni kubur, mukminin dan muslimin, engkau telah mendahului kami, dan insya Allah kami akan menyusulmu." Atau mengucapkan salam seperti yang diajarkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa): َّ َيا اَ ْه َل الَ اِلَهَ اِال،ُسالَ ُم َعلَى ا َ ْه ِل الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ ِم ْن ا َ ْه ِل الَ اِلَهَ اِالَّ هللا َّ اَل َّ ُق الَ اِلَهَ اِال هللا ِ ِّ بِ َح ق َ َكي ِ ِّ يَا الَاِلَهَ اِالَّ هللاُ بِ َح،ُْف َو َجدْت ُ ْم قَ ْو َل الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ ِم ْن الَاِلَهَ اِالَّ هللا َّ َالَاِل ْ ِ ِ ـر ِل َم ْن ف غ ا هللا ال ا ه ِ ُ َ ْ س ْو ُل ُ َـرنَا فِي ُز ْم َرةِ َم ْن قَا َل الَاِ َلهَ اِالَّ هللاُ ُم َح َّمد َر ْ َواحْ ش،ُقَا َل الَاِ َلهَ اِالَّ هللا ِي هللا ُّ ي َو ِل ٌّ هللاِ َع ِل Assâlamu ‘alâ ahli lâ ilâha illallâh min ahli lâ ilâha illallâh , ya ahla lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh kayfa wajadtum qawla lâ ilâha illallâh min lâ ilâha illallâh, ya lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh ighfir liman qâla lâ ilâha illallâh, wahsyurnâ fî zumrati man qâla lâ ilâha illallâh Muhammadun Rasûlullâh ‘Aliyyun waliyullâh. Artinya : "Salam bagi yang mengucapkan la ilaha illallah dari yang mengucapkan la ilaha illallah, wahai yang mengucapkan kalimah la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah, bagaimana kamu memperoleh kalimah la ilaha illallah dari la ilaha illallah, wahai la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah ampuni orang yang membaca kalimah la ilaha illallah, dan himpunlah kami ke dalam golongan orang yang mengu¬cap¬kan la ilaha illallah Muhammadur rasululullah Aliyyun waliyyullah." Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Barangsiapa yang memasuki areal kuburan, lalu mengucapkan (salam tersebut), Allah memberinya pahala kebaikan 50 tahun, dan mengampuni dosanya serta dosa kedua orang tuanya 50 tahun.” Saeran, S.Kom - @ Halaman : 20
Kedua: Membaca 1. Surat Al-Qadar (7 kali), 2. Surat Al-Fatihah (3 kali), 3. Surat Al-Falaq (3 kali), 4. Surat An-Nas (3 kali), 5. Surat Al-Ikhlash (3 kali), 6. Ayat Kursi (3 kali). Dalam suatu hadis disebutkan: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Qadar (7 kali) di kuburan seorang mukmin, Allah mengutus malaikat padanya untuk beribadah di dekat kuburannya, dan mencatat bagi si mayit pahala dari ibadah yang dilakukan oleh malaikat itu sehingga Allah memasukkan ia ke surga. Dan dalam membaca surat Al-Qadar disertai surat Al-Falaq, An-Nas, Al-Ikhlash dan Ayat kursi, masing-masing (3 kali).” Ketiga: Membaca doa berikut ini (3 kali) ت ِ ِِّب َهذَا ْال َمي َ ِّق ُم َح َّم ٍد َوآ ِل ُم َح َّم ٍد اَ ْن الَتُعَ ِذ ِ ِّ اَللَّ ُه َّم اِنِِّي اَ ْسئَلُكَ بِ َح Allâhumma innî as-aluka bihaqqi Muhammadin wa âli Muhammad an lâ tu’adzdziba hâdzal may¬yit. Artinya : "Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan hak Muhammad dan keluarga Muhammad janganlah azab penghuni kubur ini." Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada seorang pun yang membaca doa tersebut (3 kali) di kuburan seorang mayit, kecuali Allah menjauhkan darinya azab hari kiamat.” Keempat: Meletakkan tangan di kuburannya sambil membaca doa berikut ُ ار َح ْم َ ْس َوح َ َوا َ ْس ِك ْن اِلَ ْي ِه ِم ْن َرحْ َمتِك،ُ َوا َ ِم ْن َر ْو َعتَه،ُشتَه ْ اَللَّ ُه َّم ْ ِ َواَن،ُص ْل َوحْ دَتَه ِ َو،ُغ ْربَتَه ُ َواَ ْل ِح ْقهُ ِب َم ْن َكانَ يَت ََوالَّه، َيَسْـت َ ْغنِي ِب َها َع ْن َرحْ َم ٍة ِم ْن ِس َواك Allâhumarham ghurbatahu, wa shil wahdatahu, wa anis wahsyatahu, wa amin raw‘atahu, wa askin ilayhi min rahmatika yastaghnî bihâ ‘an rahmatin min siwâka, wa alhiqhu biman kâma yatawallâhu. Artinya : "Ya Allah, kasihi keterasingannya, sambungkan kesendiriannya, hiburlah kesepiannya, tenteramkan kekhawatirannya, tenangkan ia dengan rahmat-Mu yang dengannya tidak membutuhkan kasih sayang dari selain-Mu, dan susulkan ia kepada orang yang ia cintai." Ibnu Thawus mengatakan: "Jika kamu hendak berziarah ke kuburan orang-orang mukmin, maka hendaknya hari Kamis, jika tidak, maka waktu tertentu yang kamu kehendaki, menghadap ke kiblat sambil meletakkan tangan pada kuburannya dan membaca doa tersebut." Muhammad bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): "Bolehkah kami berziarah ke orang-orang yang telah meninggal?" Saeran, S.Kom - @ Halaman : 21
Beliau menjawab: "Boleh". Kemudian aku bertanya lagi: "Apakah mereka mengenal kami ketika kami berziarah kepada mereka?" Beliau menjawab: “Demi Allah, mereka mengenal kalian, mereka bahagia dan terhibur dengan kehadiran kalian.” Aku bertanya lagi: "Apa yang baca ketika kami berziarah kepada mereka?" Beliau menjawab: Bacalah doa ini: ض َوانًا َو أ َ ْس ِك ْن ْ صا ِعدْ إِلَيْكَ أ َ ْر َوا َح ُه ْم َو لَ ِقِّ ِه ْم ِم ْنكَ ِر ِ اللَّ ُه َّم َج َ ض َ اف اْالَ ْر َ ع ْن ُجنُوبِ ِه ْم َو ش ْيءٍ قَدِير َ س بِ ِه َوحْ َشتَ ُه ْم إِنَّكَ َعلَى ُك ِِّل ُ َِص ُل بِ ِه َوحْ دَت َ ُه ْم َو تُون ِ إِلَ ْي ِه ْم ِم ْن َرحْ َمتِكَ َما ت Allâhumma jâfil ardha ‘an junûbihim, wa shâ’id ilayka arwâhahum, wa laqqihim minka ridhwânâ, wa askin ilayhim mir rahmatika mâ tashilu bihi wahdatahum, wa tûnisu bihi wahsyatahum, innaka ‘alâ kulli syay-in qadîr. Artinya : "Ya Allah, luaskan kuburan mereka, muliakan arwah mereka, sampaikan mereka pada ridha-Mu, tenteramkan mereka dengan rahmat-Mu, rahmat yang menyambungkan kesendirian mereka, yang menghibur kesepian mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." ============= Doa Ziarah Kubur dan Faedahnya Apa doa yang dibaca saat ziarah kubur? Yang bisa diamalkan adalah doa berikut ini, ار ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنِينَ َو ْال ُم ْس ِل ِمينَ َو ِإنَّا ِإ ْن شَا َء هللاُ ِب ُك ْم ِ َالس ََّال ُم َعلَ ْي ُك ْم أ َ ْه َل ال ِدِّي َلَ َال ِحقُونَ أَ ْسأ َ ُل هللاَ لَنَا َولَ ُك ُم ْالعَافِيَة ASSALAMU ’ALAIKUM AHLAD-DIYAAR MINAL MU’MINIIN WAL MUSLIM, WA INNA INSYAA ALLOOHU BIKUM LA-LAAHIQUUN, WA AS-ALULLOOHA LANAA WALAKUMUL ‘AAFIYAH. “Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam. Kami insya Allah akan menyusul kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan kalian.” Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan para sahabat ketika keluar menuju kubur dengan membaca doa di atas. Hadits di atas dari Sulaiman bin Buraidah, dari bapaknya. (HR. Muslim, no. 975) Faedah dari Doa Ziarah Kubur Saeran, S.Kom - @ Halaman : 22
Orang yang hidup dan mati dapat disebut sebagai ahlud diyar (penduduk negeri). Setiap mukmin itu pasti muslim, namun tidak setiap muslim itu mukmin. Mati itu suatu hal yang pasti. Disebut kalimat Insya-Allah dalam doa menunjukkan bahwa kapan kita mati itu Allah yang berkehendak. Juga bisa maksudnya dengan kalimat insya Allah adalah kalimat harapan, moga kita mati di atas iman. Hadits ini menunjukkan anjuran ziarah kubur dan mengunjungi penghuni kubur lalu berdoa pada Allah. Doa pertama adalah semoga yang masih hidup diberikan keselamatan dari penyakit badan dan penyakit hati. Juga doa itu berisi permintaan semoga penghuni kubur diselamatkan dari siksa kubur dan azab neraka. Hikmah ziarah kubur adalah untuk mendoakan yang telah meninggal dunia agar diberi keselamatan. Sedangkan hikmahnya bagi yang hidup adalah untuk mengingatkan pada kematian. Tidak ada waktu istimewa untuk ziarah kubur. Ziarah kubur itu dianjurkan setiap waktu. Siang hari bisa dilakukan ziarah kubur, begitu pula di malam hari. Dalam suatu riwayat dalam shahih Muslim dalam hadits Aisyah disebutkan bahwa Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan ziarah kubur di malam hari di pekuburan Baqi’. Pengkhususan waktu ziarah kubur di hari Jumat dan di hari ied (Idul Fithri) tidak ada dasarnya. Dalam riwayat lain dari Aisyah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melakukan ziarah kubur ke pekuburan Baqi’, beliau berdoa sambil berdiri lama dan mengangkat tangan. Hal ini menunjukkan bahwa doa sambil berdiri itu lebih sempurna dibanding sambil duduk. Hadits ini juga menunjukkan bahwa doa orang yang hidup pada orang yang mati itu bermanfaat. Hadits Ibnu ‘Abbas tentang doa ini menunjukkan bahwa sekedar lewat daerah pekuburan (tanpa masuk) sudah dianjurkan membaca doa di atas. Namun riwayat tersebut dha’if. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz dalam fatawanya (13 : 333) menyatakan bahwa tetap memberi salam kepada penghuni kubur walau sekedar lewat. Namun kalau maksudnya untuk berziarah, itulah yang lebih utama dan sempurna untuk memberikan salam pada penghuni kubur. Demikian faedah dari hadits mengenai doa ziarah kubur. Moga menjadi ilmu yang bermanfaat. ========== BACAAN TAWASSUL TQN SURYALAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM 1. ILAA HADLROTIN NABIYYIL MUSTOFA MUHAMMADIN S.A.W. WA 'ALAA AALIHI WA Saeran, S.Kom - @ Halaman : 23
ASHAABIHI WA AZWAA JIHII WA DZURRIYYATIHII WA WA LIMAN DAKHOLA FII BAITIHIL KIROOMI AJMA’IIN. SYAE-UN LILLAHI LAHUM – ALFAATIHAH. 2. TSUMMA ILAA ARWAAHI AABAA IHII WA UMMAHAATIHIL IKHWAANIHI MINAL ANBIYAAI WAL MURSALIINA WA ILA MALAAIKATI MUQORRIBINA WAL KARUUBIYYIINA WASSYUHADA-I WASSHOOLIHIINA WA AALI KULLIN WA ASH HAABI KULLIN WA ILAA RUUHI ABIINA AADAMA WA UMMINAA HAWAA WAMA TANAASALA BAYNAHUMAA ILAA YAUMIDDIN SYAE-UN LILAAHI LAHUM – ALFATIHAH. 3. TSUMMA ILAA ARWAAHI SADAATINAA WA MAWAALIINA WAA-IMMATINAA ABII BAKRIN WA UMARO WA USTMAANA WA ‘ALIYY WA ILAA BAQIYYATIS SHOHAABATI WALQORABATI WATTA BI’IINA WATTABI-IT TAABI’IINA LAHUM BIBIHSANIN ILA YAUMIDDIN SYAE-UN LILAAHI LAHUM – ALFATIHAH. 4. TSUMMA ILAA ARWAAHI A-IMMATIL MUJTAHIDIINA WA MUQOLLIDIHIM FIDIINI WAL ‘ULAMAAIR ROOSYIDDINA WAL QURRO-IL MUKHLISHIN WA AHLI-TAFSIIRI WAL MUHADDITSIINA WA SA-IRI SAADAATIS SHUFIYYATIL MUHAQIQIINA WA ILAA ARWAHI KULLI WALIYYIN WA WALIYYAA TIW WA MUSLIMIN WAL MUSLIMATIN MIN MASYARARIQIL ARDHI ILAA MAGHOORIBIHAA WAMIN YAMINIHAA ILAA SYIMAALIHA SYAE-UN LILAAHI LAHUM – ALFATIHAH. 5. TSUMMA ILAA ARWAAHI AHLI SILSILATIL QOODIRIYYATI WA NAQSYABANDADIYYATI WA JAMII’I AHLIT THURUQI KHUSUSON ILAA HADLROTI SULTHONIL AULIYAA-I GHAOTSILL A’DHOMI QUIHUBIL AALIMIINA SYYIDIS SYEHK ABDULQODIR JAELAANI WA SAYYIDIS SYEKH ABIDIL QOOSIMI JUNAIDIIL BAGHDAADII WA SAYYIDIS SYEKH MA’RUUFILKARKHI WA SAYYIDIS SYEH SIRRIS SAQOTHII WA SAYYIDIS SYEKH HABIIBIL ‘AJMII WA SAYYIDIS SYEKH HASAN BASRI WA SAYYIDIS SYEKH JA’FAR SHOODIQI WA SAYYIDIS SYEKH YUUSUFUL HAMDAANI WA SAYYIDIS SYEKH ABIIYAZIIDAL BUSTTHOMI WA SAYYIDIS SYEKH BAHAAUDINI NAQSYABANDII WA HALDROTI IMAAMI’R ROBBAANI WA HADLROTI SYAEKHINAL MUKAARROM SYEKH ABDILLAH MUBAROK BIN NUUR MUHAMMAD WASYEKHUNAL MUKARROM SYEIKH AHMAD SHOHIBULWAFA TAJUL ARIFIN. RA WA USHUULIHIM WA FURUUIHIM WA AHLI SILSILATIHIM WAL AAKHIDZINA ANHUM SYAE-UN LILAAHI LAHUM – ALFATIHAH. Saeran, S.Kom - @ Halaman : 24
6. TSUMMA ILAA ARWAAHI WAALIDDINA WA WAALIDIKUM WA MASYAAYIIKHINA WA MASYAAYIKHIKUM WA AMWAATINA WA AMWAATIKUM WALIMAN AHSANA ILAINA WALIMAN LAHUU HAQOUN ALAINA WALIMAN AW SHONA WAS TAOSHONA WA QOLLADANAA ‘INDAKA BI DU’AA ILKHOIRI SYAE-UN LILAAHI LAHUM – ALFATIHAH. 7. TSUMMA ILAA ARWAAHI JAMI’IL MU’MINIINA WAL MU’MINAATI WAL MUSLIMIINA WA MUSLIMAATI AL-AHYAA-I MINHUM WAL AMWAA MIN MASAARIQIL ARDLI ILAA MAGHOORBIHAA WAMIN YAMIINIHAA ILAA SYIMAALIHAA WAMIN QOOFIN ILAA QOOFIN MINWALADI AADAMA ILAA YAUMILQIYAAMAH SYAE-UN LILAAHI LAHUM – ALFATIHAH. LAA ILAAHA ILLALLOOHUWALLOOHUAKBAR WALILLAHIILHAMDU BISMILLAHIRROHMAANIRROHIM QUL HUWAL LAAHU AHAD. AL-LAAHUSHOMAD. LAM YALID WA LAMYUULAD. WA LAM YAA KUL LAAHUU KUFUUWAN AHAAD. 3X LAA ILAAHA ILLALLOOHUWALLOOHUAKBAR WALILLAHIILHAMDU BISMILLAHIRROHMAANIRROHIM QUL A’UUDZU BIROBBIL FALAQ. MINSYAR-RI MAA KHOLAQ-O. WA MIN SYARI-RI GHOOSIGIN IDZAA WAQOB. WA MIN SYA-RI NAF-FAATSAATI FIL UQOD-I. WA MIN SYAR-RI HAASIDIN IDZAA HASAD. 3X LAA ILAAHA ILLALLOOHUWALLOOHUAKBAR WALILLAHIILHAMDU BISMILLAHIRROHMAANIRROHIM QUL A’UUDZU BIROB-BIN NAAS-I. MALIKIN NAAS-I. ILAAHIN NAAS-I. MIN SYAR-RIL WAS WASIL KHON-NAAS. AL-LADZII YUWAS WISUFII SHUDUURIN NAAS-I. MINAL JIN NATI WAN-NAAS. 3X LAA ILAAHA ILLALLOOHUWALLOOHUAKBAR WALILLAHIILHAMDU BISMILLAHIRROHMAANIRROHIM ALHAMDU LILLAAHI ROB-BIL ‘AALAMIN. ARROHMAANIR-ROHIM. MAALIKI YAUMIDDIN. IYYAAKA NA’BUDU WA IYYAAKA NASTA’IN. IHDINASHSHIROOTHOL MUSTAQIIN. SHIROOTHOL-LADZIINA AN’AMTA ALAIHIM. GHOIRIL MAGDUUBI ‘ALAIHIM WALADH DHOOLIIN. LAA ILAAHA ILLALLOOHUWALLOOHUAKBAR WALILLAHIILHAMDU Saeran, S.Kom - @ Halaman : 25
BISMILLAHIRROHMAANIRROHIM ALIF-LAAM-MIIM. DZAALIKAL KITAABU LAA ROIBA FIIHI HUDAN LILMUTAQIIN. AL-LADZIINA YU MINUUNA BIL GHOIBI WA YUQIIMUUNASH-SHOLAATA. WA MIMMA ROZAQNAAHUM YUNFIQUUN. WAL-LADZIINA YU MINUUNA BIMA UNZILA ILAIKA WA MAAUNZIILA MIN QOBLIKA WA BIL AAKHIROTI HUM YUUQINUUN. ULAA-IKA ALLA HUDAM MIRROB-BIHIM WA ULAIKA HUMUL MUFLIHUUN. WA ILAAHUKUM ILAAHUW WAAHID LAA ILAAHA ILLA HUWARROHMAANURROHIM. ALLAAHU LAA ILAAHA ILAA HUWAL HAYYUL QOYYUM. LAATA’KHUDZZHUU SINATUW WALAA NAUMUN LA-HUU MAA FISSAMAAWAATI WAMAA FIL ARDLI. MAN DZAALADZII YASFA’UU INDAHU ILLAA BI-IDZNIHI YA’LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WAMAA KHALFAHUM. WALAA YUHITHUUNA BISYA-IN MIN ILMIHII ALAA BIMAA SYAA’A WASIA KURSIYYUHUSSAMAWAATI WA ARDLO. WALAA YA’UUDUHUU HIFDHUHUMA WA HUWAL ALIYYUL’ADHIIM. BISMILLAHIRROHMAANIRROHIM INH-NAA ANZALNAAHU FII LAILATIL QODR-I. WA MAA ADROOKA MAA LAILATUR QODR. LAILATUL QODR-I KHORUM MIN ALFI SYAHR-IN TANAZ-ZALUL MALAA-IKATU WARRUUHU FIIHA BI IDZNI ROB-BIHIIM MIN KUL-LI AMR-IN. SALAMUN HIYA HAT-TAA MATHLA’IL FAJR-I. BISMILLAHIRROHMANIRROHIIIM WAL 'ASHRI. INNAL INSANA LAFII KHUSRIN. ILLALLADZIINA AAMANUU WA 'AMILUSH SHOOLIHAATI WA TAWAA SHOUBIL HAQQI WA TAWAA SHOUBISHSHOBRI. BISMILLAHIRROHMAANIRROHIM IDZAA JAA-A NASHRUL LOOHI WAL FAT-HU. WA RO-AITAN NAASA YAD KHULUUNA FIIDIINIL LAAHI AF WAAJAA. FASAB BIN BIHAMDI ROBBIKA WA TAGHFIRH-U INNAHU KAANA TA WAABA. INNAALLOHA WAMALAAIKATAHU YUSHOLLUUNA’ALAM NABIYYAA AYYUHALLADZIINAA AAMANUU SHOLLUU’ALAIHI WASALLIMU TASLIMAA. ALLOOHUMA SHOLLI SHOLATTAN KAAMILATAN WASALIM SALAMAN TA’MAN ALLA SYAYYIDDINA MUHAMMADINIIL LADZII TANHALU BIHHIL ‘UQODUU. WAATAN FARIJU BIHHIL QUROBUU WATUUKDHO BIHHIL KHAAWA IJ’JU WATUNNAALUL BIHHI ROGHO Saeran, S.Kom - @ Halaman : 26
IBU WAKH-HUSNUUL KHOMWATIMMI WAYUS TASQOL. GHOMAAMU BIWAJ HIHHIL KARIMI WA ALAA ALLIHII WASHOH BIHHI FIKULLI LAMHATIN. WANA FASIN BI'ADADI KULLI MA’LUM MILLAK. 3X Kemudian baca: ALFAATIHAAH. =============================
Tata Cara dan Bacaan Tawasul Lengkap Ilmu Hikmah Adapun bacaan tawasul lengkap ilmu hikmah adalah sebagai berikut : 1. Ilaa li ridhoillahi ta’ala Al Fatihah… (kemudian bacalah surat Al Fatihah 1 kali) 2. Ilaa Hadroti Sayyidinaa, wa habibina, wa syafi’ina, wa Maulaanaa Muhammadin Salallahu Alaihi Wassalam fil madinati Al Fatihah…… (lanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah 1 kali) 3. Kemudian membaca dua kalimat syahadat sebanyak tiga kali (Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah) 4. Kirim Al Fatihah kepada para sahabat nabi yaitu : Ilaa Hadroti Sayyidinaa abubakar AshShidiq, Sayyidinaa Umar Bin Khattab, Sayyidinaa Usman Bin Affan, Sayyidinaa Ali Bin Abi Thalib, Al Fatihah (lanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah 1 kali) 5. Ilaa Hadroti khususon sultonul auliya ya Syaikh Muhyiddin Abdul Qodir Al – Jailani Radhiyallaahu ‘Anhu, Al Fatihah …… (bacalah surat Al Fatihah 1 kali) 6. Ilaa Hadroti khususon Waliyyullaah Sayyid Ahmad Anwasy Asy – Syariif Radhiyallaahu ‘Anhu, Al – Faatihah …… (lalu baca lah surat Al Fatihah 1 kali ) 7. Ilaa Hadroti khususon Rijalullaah Sayyidinaa Syaikh Imam Muhyiddin Ma’rifatullaah Al – ‘Arsy Radhiyallaahu ‘Anhu, Al Fatihah …… (bacalah Surat Al Fatihah 7 kali). 8. Wa Ilaa Khushushon Haajatii …… (ucapkan nama ilmu hikmah yang hendak kita pelajari ) Lillaahi Ta’aala, Al – Faatihah (lalu baca lah surat Al Fatihah 1 kali ). 9. Dilanjutkan Doa Berikut : Bismillaahirrahmaanirrahiim. Allaahumma Innii Atawassalu ‘Anis Sayyidii Ahmad Anwasyisy Syariif Wa ‘Anisy Syaikhi Imam Muhyiddiin Ma’rifatullaahil ‘Arsyii Bihizbil Ghautisyahika Wabikaraamatiha Wassalaamatiha Wal’aafiyatiha, Wabihurmati Jamaalikal Baaqii Wawajhikal A’zhami Wabihurmati Nabiyyinaa Muhammadin Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam Antaqdhiya Haajatii Untuk …… (ucapkan nama ilmu hikmah yang hendak kita pelajari) ====================================
CARA BERTAWASUL KEPADA PARA AULIYA-ILLAHI TA’ALAA Dipublikasi pada 7 Januari 2011 oleh wongalus
Saeran, S.Kom - @ Halaman : 27
22 Votes
( Khususon Fil Maqbaroh ) Ijazah ‘an : • Syeikhina wa Mursyidina wa Maulana Al-Habib Muhammad Lutfi bi Ali bin Hasyim bin Yahya,R.a. Pekalongan ( Mursyid ThoriQoh Syadziliyah ) • Wa Syeikhina wa Mursyidina Pangeran Muhammad KH.Ali Umar Toyyib AlPalembani,R.a.Palembang Darussalam ( Mursyid ThoriQoh Alawiyyah ) Pangeran Sukemilung
[email protected] Assalamu’alaikum wr,wb santri wong alus…..bab berikut ini adalah Kaifiatul untuk bertawasul di Maqom Waliyullah. Sebagian dari adab berziarah ke maqam waliyullah adalah : 1. Perbaguslah niat 2. Perbaiki akhlak 3. Bersih lahir dan batin. 4. Mengingat dan meneladani perjuangan para Dai Ilallah 5. Menyadari bahwa hidup didunia adalah sementara Insya Allah jika telah memenuhi sebagian syarat tersebut, kemungkinan Qobul akan cepat. Tujuan ziarah kepada para Wali adalah meneladani perjuangan mereka dalam menegakkan kalimat Tauhid. Bertawasul kepada mereka, menurut ijma’ para Ulama hukumnya : DIBOLEHKAN. Tawasul atau wasilah artinya Mengerjakan sesuatu amal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah telah berfirman : “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” ( AlMaidah : 35 ) Ayat ini dikuatkan oleh firman Allah SWT : “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka” ( AlIsra : 57 ) Perbuatan Tawasul sendiri telah dicontohkan oleh Rasulullah ( HR.Ath-Thabrany dalam kitab Ausath dan Al-Kabir juga Ibnu Hibban dan Hakim ), serta para sahabat beliau, diantaranya Sayyidina Umar bin Khotob ( Ad-Durratus Saniyyah fir-raddi ‘alal Wahabiyah : Syekh Ahmad Zaini Dahlan ), Sahabat Bilal bin Harits. Saeran, S.Kom - @ Halaman : 28
Hakekat Tawasul kepada Nabi, Wali dan Ulama Tawasul adalah sebagai sebab yang dapat menyebabkan doa dikabulkan oleh Allah. Tawasul diperbolehkan dilakukan dengan seseorang yang masih hidup atau pun yang sudah wafat. Yang dalam hal ini jelas kesholehannya. Perbuatan tawasul ini ada tuntunan langsung dari Qur’an maupun Al-Hadits serta bimbingan dari Alim Ulama. Berbagai macam cara tawasul telah diajarkan para Alim Ulama kepada kita. Dan menjadi warisan turun-temurun diantara murid-murid mereka. Maka diantaranya adalah yang Al-Faqir tuliskan dibawah ini. Maka jika engkau berkeinginan agar hajatmu tercapai, dengan kondisimu yang hina di mata Allah SWT-maka carilah asbab yang dapat mengantarkan keinginanmu dihadapan Allah SWT. Inilah Ritual Tawasul yang dimaksud. ( Sebaiknya sebelum memulai bertawasul sebaiknya membaca Qoshidahnya Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thohir Ba ‘Alawy saat berada didepan Maqom Sang Wali ) Dan setelah itu dalam posisi masih berdiri, bacalah salam untuk wali yang kita Ziarohi. Assalamu’alaika Yaa Waliyullah Assalamu’alaika Yaa Da’i ilaa Thoriiqillah Assalamu’alaika Yaa Man akromahulloh bil ‘ilmi wal wilayah wa ‘inda qobri ahli baitin nabiyyi Sholallahu ‘alaihi wa sallama tuzaadu bihadzihil kalimaati. Assalamu’alaika Yaa Ahla baiyti Rasulillahi Sholallahu ‘alaihi wa sallama. Assalamu’alaika Yaa Baniiz Zahroo-il Batul. Assalamu’alaika Yaa Baniil Musthofa Sholallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallama.. Assalamu’alaika wa ‘alaa jaddika Rasulillahi Sholallahu ‘alaihi wa sallama. Assalamu’alaika wa ‘alaa jaaddatika Sayyidatina Fatimataz zahro sayyidati nisaa-il ‘aalamiin warohmatullahi wa barokatuh. Kemudian duduk sambil membaca : Attahiyyaatul mubaarokaatush-sholawaatuth-thoyyibaatu lillahi.Assalamu ‘alaika ayyuhannabiyyu warohmatullahi wa barokatuhu. Assalamu’alainaa wa’alaa ‘ibaadillahish-shoolihiin…( Yaa Hayyu Yaa Qoyyum.7x tanpa nafas ) Allahumma inni waaqifun bibaabika walaa-idzun bijanaabika wa muta’awwidzun bijalaalika wa mutawassilun bi auliyaa-ika wa mustasyfi’un bi waliyyika……………..bin…………..antaqdhiya jamii’a haajati…..( sebut hajat kita ) Saeran, S.Kom - @ Halaman : 29
( Cat : setelah kalimat bi Waliyyika sebut nama Wali yang kita Ziarohi ) Setelah itu membaca : • Asyhaduan laa ilaha ilallah wa asyhaduanna Muhammadar rasulullah.3x • Astaghfirullahal adhiimal ladzii laa ilaha illa huwal Hayyul Qoyyumu wa atubu ilaihi.3x • Sholawat Ruh : Bismillahir rahmaanir rahiim. Allhohumma sholli ‘alaa ruuhi sayyidina Muhammadin fiil arwaahi wa ‘alaa jasadihi fil ajsaadi wa ‘alaa Qobrihi fiil Qubuuri wa ‘alaa alihi wa shohbihi wabarik wa sallim tasliiman bi qodri ‘adhoomati dzaatika fii kulli waqtin wahiin.11x Setelah itu bacalah surah yasiin wa tahlil seperti biasanya. Baru kemudian kita membaca fatehah khusus kepada waliyullah tersebut. Mulailah dengan pembacaan fatehah sebagai berikut…. 1. Alfatehah liridho illahi ta’alaa… syai-un lillahi ta’alaa…. alfatehah.1x 2. Alfatehah lisyafaa’atin Nabiyyi Sayyidina Muhammadin Sholallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam….Alfatehah 1x 3. Alfatehah libarokaati karoomati auliyaa-illahi ta’alaa….Alfatehah 1x 4. Alfatehah liridhol walidayni syai-un lillahi ta’alaa….. Alfatehah 1x 5. Alfatehah li akhi wa tau-amaani wa qoriibi syai-un lillahi ta’alaa….. Alfatehah 1x 6. Alfatehah ilaa ruuhi karoomati ………( Nama Wali yang dimaksud )…….wawalidayhi wa masya-ikhihi. …..Alfatehah 1x 7. Assalamu’alaika Yaa Syekh……….( Nama Wali yang dimaksud ) 7x…( Hadir ) 8. Hatta Arokum bi’aiini wa ukallimukum bilisaanii. 7x 9. Kemudian baca Dzikir ini : Yaa Huu.1511x Kemudian bacalah Amalan Asadullahil Gholib. Pembacaan ini dimaksudkan untuk pencegahan dari kedatangan Ruhaniyyah atau sebangsa jin yang akan menyerupai Wali yang kita inginkan. Insya Allah setelah membaca ini maka ruhaniyyah / Jin / Khodam itu tidak akan bisa menyerupai sang Waliyullah. Ciri-ciri kedatangan Waliyullah biasanya diiringi dengan suasana yang terasa hening, badan dan pikiran kita terasa tenang, hati merasa haru.Terasa tumbuh Jiwa Tauhid kepada Allah SWT, meleburnya nafsu dalam diri, timbul rasa berdosa akan kesalahan / maksiat yg kita perbuat. Alfatehah ‘ala niyyatil hifzhi wassalamati min syarril kholqi ajma’in,waliridho illahi ta’alaa syaiun lillahi bissiril fatehah….. 1. Asyhaduan laa ilaha illallah wa asyhaduanna muhammadan rasulullah. 3x Saeran, S.Kom - @ Halaman : 30
2. Astaghfirullahal adziim. 3x 3. Allahumma sholli ‘alaa sayyidina muhammadin nabiyil’ummi wa ‘alaa alihi wa shohbihi wa sallam.3x 4. Fakasyafna ‘anka ghithoo-aka fabashurkal yauma haddid.3x 5. Lahaula walaa quwwata illa billah. 6. Bismillahi…( Allahu akbar.3x senafas) tawasaltu bi sayyidil imam masyriq wal maghrib asadullahil gholib sayyidina ali bin abi tholib wa tilmidzihi dzul-iman laqobuhu kian santang, wal habib abdullah bin abdul qodir bil-faqih, wa syekh……..( isi dengan nama wali yang kita ziarohi ) 7. Allahumma iyyakana’budu wa iyyaka nasta’iin…….( Niatkan disini hajatmu) 8. Ihfazhna wa salimna min syarril kholqi ajma’iin. 9. Bihaqqi…. : Laa ilaha illallah. 7x ( tahan nafas….) 10. sambung dengan ucapan : Muhammadur rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam. 11. Ya ‘ibadallah a’iinuuni.3x 12. Ya Rijal Ghoib unshuruni billah.3x 13. Ya Allah..66x / 1000x 14. Sholawat Nuur: Allahumma sholli ‘ala nuril anwar, wa sirril asror,wa tiryaqil aghyaar, Wa miftahii baabil yasaar, sayyidina muhammadinil mukhtar wa alihil ath-har,wa ashabihil akhyaar, ‘adada ni’amillahi wa ifdholi…11 x Selanjutnya hidupkan dzikir nafasnya selama kurang lebih 10 menit / selama setengah jam / selama yang kita inginkan ) Caranya: 1. Tarik nafas dari bawah pusat sampai ke ubun-ubun, baca : HUU 2. Turun nafas dari ubun-ubun kebawah susu kanan 2 jari, baca : ALLAH……sambil munajat kepada Allah dibatin . Fokus untuk kehadiran sang waliyullah. === Ritual Ziarah & Tawasul selesai. Tutup dengan Doa === Catatan : Pada maqom-maqom tertentu ( kedudukan seseorang dimata Allah SWT ) kehadiran seorang Waliyullah bisa dilihat dan dirasakan dengan mata kepala kita. Hati dan semua panca indera lahir batin akan mengetahui kehadiran Sang Wali. Namun apabila Maqom yg kita punya jauh dibawah itu, maka kedatangan beliau biasanya hadir dalam mimpi secara urut. Artinya minimal selama 3 hari ( malam ) berurutan beliau akan mengabarkan kehadirannya. Saat itulah akan ada komunikasi antara kita dan beliau. Bentuk komunikasi tersebut tidak sama antara satu dengan yang lain. Alangkah baiknya jika pengalaman spiritual ini tidak dibuka kepada orang lain. Tapi kabarkan saja kepada Guru / Syekh kita sendiri. Silahkan dicoba semua saudaraku di KWA. Mohon maaf jika ada salah dalam translet bahasa. Semoga manfaat dalam menumbuhkan jiwa tauhid kita kepada Allah SWT. Jazakumullah bi ahsanal jaza !
Saeran, S.Kom - @ Halaman : 31