TATA KOSTUM ROMANTISME BY : ASYIFAH AFSANA ADHAR
MATKUL : SEJARAH MODE
LATAR BELAKANG PERADABAN ROMANTISME Pada dasarnya di abat ke-19 setelah masa napoleon ini tidak terjadi sesuatu yang baru. Pertumbuhan pesat dalam bidang ekonomi yang kelak mengetengahkan masa mekanik dan kaptalis menghadirkan suatu kelompok masyarakat kelas menengah yang mapan an sejahtera. Kelas masyarakat ini tidak terlalu rewel perihal selera dan mereka bersedia menerima barang-barang imitasi. Yang penting barang-barang tersebut menunjukkan sesuatu yang mewah.
Gaya romantik berada di ambang pintu, ialah suasana romantis yang mengetengahkan kenyamanan, kesejahteraan, dan keinginan untuk memperoleh yang terbaik. Juga idealisme keluarga sejahtera yang dengan nyaman berkumpul di bawah sinar lampu minyak di suasana kerumahtanggaan yang damai. Gaya kelas menengah yang menghadirkan suasana romantis tersebut, dalam periode 1815 hingga 1841, dikenal sebagai gaya biedermeyer. Gaya ini dilanjutkan dengan berbagai periode berpakaian yang secara runtun dikenal sebagai Crinoline, dari 1841 hingga 1870, dan Bustle, dari 1870 hingga 1890.
Periode romantik hadir sebagai reaksi terhadap budaya rasional dingin klasisisme. Budaya tiruan periode yunani dan romawi ini ditolaknya karena mengandung norma-norma antik kuno yang semu serta memberlakukan peraturan-perturan yang mencekam. Kini timbul perhatian terhadap hal-hal yang tadinya ditolak oleh paham klasisime, ialah sejarah nasional, abad-abad pertengahan, masa gotik, lirik-lirik rakyat kuno, balade-balade, folklor, dongeng-dongeng, legenda-legenda, serta kisah-kisah khayal.
BIEDERMEYER (1815-1841) Gaya Biedermeyer menghadirkan perempuan yang romantis dan lelaki yang tampan. Agar rok dapat mengembang bulat, perempuan mengenakan berlapis-lapis rok dalam, kadang-kadang mencapai 13 lembar. Rok juga tidak terlalu panjang lagi dan sedikit memperlihatkan pergelangan kakinya, dan dibordir dihiasi renda (panntelette) sedikit terkuak. Bagian bawah gaun yang lebar diikuti dengan bagian atasnya yang lebar pula. Selain kerah, pola lengn dibuat sangat bervolume. Penampilan yang ideal adalah kerah lebar peleline yang seolah-olah berfungsi sebagai atap diatas lengan yang besar pula.
Kostum Perempuan Biedermeyer dengan Panselette
Biedermeter dengan Pellerine dan Parasol
Biedermeyer dengan Lengan Besar
Biedermeyer yang Menghadirkan ‘Siluet Jam Pasir’
Biedermeyer dengan Tailcoat Celana Ber Souspied
Biedermeyer dengan Frockcoat
Biedermeyer dengan Overcoat Pola Klok
CRINOLINE (1841-1870) Pakaian perempuan tidak lagi ringan sehingga menyerupai baju ballet. Rok menjadi sangat lebar dan bentuk tubuh bagian pinggang ke atas kembali menunjukkan garis alami. Bentuk dada yang indah seolah-olah ditempatkan di atas suatu konstruksi kubah. Siluet ‘jam pasir’ biedermeyer berubah menjadi siluet ‘tudung teko teh’. Rok lebar berbentuk kubah ini terjadi.
BUSTLE (1870-1890) Pakaian perempuan mengalami suatu perubahn yang mendadak. Crinoline tidak digemari lagi. Bentuk ‘tudung teko teh’ berubah ke suatu bentuk yang menggunakan bantalan-bantalan pada bagian belakang tubuh, tempat pada bagian bawah punggung. Entuk ini dikenal sebagai bustle, tournre, atau queue de paris.
BUSTLE (1870-1890) Kostum Sehari-hari
Kostum Pesta