POTENSI DESA ANDONG
Disusun oleh : Nama
: Bagus Adi Firmansyah
No. Absen
: 09 (Sembilan)
Kelas
: VII B
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 ANDONG TAHUN AJARAN 2018/2019
TAMAN MERAK ATI DESA ANDONG
TAMAN MERAK ATI adalah salah satu Potensi Desa Andong yang akan menjadi wahana bagi Masyarakat, khususnya Warga Desa Andong dan menjadi tempat berkreatifitas bagi pedagang - pedagang untuk ikut serta meramaikan Potensi yang berada di wilayah Desa Andong. Taman Merak Ati terletak di sebelah barat Komplek Kantor Pemerintahan Desa Andong, menggantikan fungsi dan tata letak Pasar tradisional yang telah ada sebelumnya. Berdirinya Taman Merak Ati merupakan kerjasama antara Pemerintahan Kabupaten Boyolali ( melalui Dinas Perdagangan dan Pasar ) bersama Pemerintahan Desa Andong, dengan menata ulang Pasar tradisional yang telah ada sebelumnya menjadi Taman Merak Ati seperti yang sekarang ini. Hal ini merupakan bagian tujuan dari penataan wajah Desa Andong, agar menjadi lebih tertata rapi dan menjadi fungsi manfaat yang lebih baik dalam menunjang perekonomian dan meningkatkan potensi Desa Andong. Taman Merak Ati memiliki konsep yang simpel namun mampu menjadi satu tempat yang menarik untuk bermain bagi Warga Masyarakat dengan adanya taman yang terletak di beberapa sisi bagiannya, dan menjadi lebih lengkap dengan disertakan berdirinya Ruko - ruko dibagian belakang taman untuk para pedagang ikut serta memfasilitasi Warga Masyarakat yang menikmati keberadaaan Taman Merak Ati. Disebelah timur Taman Merak Ati juga telah berdiri fasilitas umum, berupa Masjid dan toilet yang bisa dimanfaatkan untuk Warga Masyarakat Desa Andong ataupun Warga lainnya yang sedang melakukan perjalanan dan singgah di Taman Merak Ati. Semoga dengan adanya penataan ruang di wajah Desa Andong ini, menjadikan Desa Andong lebih terlihat rapi...terlihat indah...dan lebih dari hal tersebut mampu menghadirkan manfaat yang semakin baik untuk ikut serta mengembangkan perekonomian di wilayah Desa Andong Tercinta ini...aamiin.
Tempe Andong Beromzet Jutaan Rupiah, Tertarik?
Boyolali - Seiring semakin modernnya zaman, masyarakat pedesaan tak lagi hanya bergantung pada sektor pertanian saja. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di pedesaan semakin menggeliat setelah munculnya Undang-Undang Desa Nomor 06 tahun 2014 yang memberikan otonomi lebih kepada pemerintahan desa. Desa Andong salah satunya. Masyarakat desa yang terletak di Kabupaten Boyolali ini semakin mandiri dengan semakin banyaknya UMKM yang muncul di wilayahnya. Produksi tempe salah satunya, Tarmuji salah satu pemilik home industry tempe ini telah merintis usahanya selama enam tahun ini. Dia mengatakan dalam sehari ia dibantu 2 orang karyawanya dapat memproduksi hingga 700 batang tempe denga menghabiskan 150 kg kedelai. "Sehari kami bisa menghasilkan hingga 40 krak tempe, dimana setiap krak berisi hingga 20 biji tempe,"ucapnya Tarmuji mengatakan bahwa terkadang permasalahan dalam usahanya adalah ketersediaan bahan baku. Dia selama ini menggunakan kedelai impor karena ketersediaanya lebih stabil dan harganya relatif lebih murah dari kedelai lokal. Tempe produksinya dibanderol dengan harga 3000 rupiah perbatangnya. "Sementara ini tempe tempe produksi saya dipasarkan di daerah lokal Boyolali saja, semoga kedepan tempe saya bisa dipasarkan semakin luas keberbagai kabupaten bahkan provinsi dengan skala yang lebih besar lagi," pungkasnya.
Lempeng Andong Gurih nan Murah
Boyolali - Indonesia merupakan salah satu negara yang dianugerahi keanekaragaman kuliner di dalamnya. Setiap wilayah di Indonesia memiliki kuliner khasnya masing masing. Desa Andong salah satunya. Desa yang terletak di kabupaten Boyolali sebelah timur ini memiliki beberapa makanan khas salah satunya adalah lempeng. Beberapa warga desa, hingga sekarang masih konsisten untuk memproduksi lempeng yang memiliki cita rasa begitu luar biasa. Lempeng sendiri merupakan keripik tipis yang terbuat dari campuran beras ketan dan singkong. Makanan ini memiliki cita rasa gurih hasil dari rempah rempah plihan yang diolah secara khusus oleh warga desa ini. "Bahan lempeng ini terbuat dari campuran antara beras ketan dan singkong dengan perbandingan 3 banding 2 per 300 lempengnya. Saya sendiri sudah bertahun tahun membuat lempeng bersama dengan beberapa warga lainya," ucap Suparni, salah seorang pembuat kripik lempeng desa Andong Ia menuturkan produknya tidak hanya dipasarkan dipasar lokal saja, melainkan sudah dipasarkan hingga luar kabupaten Boyolali seperti misalnya kabupaten Sragen dan beberapa kabupaten lainya. "Dalam sehari saya dapat membuat 300 keripik lempeng. Harga jual setiap 100 lempeng seharga dua puluh ribu rupiah. Saya tidak hanya lempeng saja, namun juga memproduksi rengginang. Produk-produk saya dapat ditemui di beeberapa pasar seperti yang terdekat pasar Kacangan dan Sragen dan beberapa kabupaten lainya," pungkasnya.
Murah dan Kokoh Tiada Banding
Geliat sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di pedesaan semakin terlihat sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, salah satunya adalah di desa Andong kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Desa yang terletak di Kabupaten Boyolali sebelah timur ini memiliki usaha mikro unggulan salah satunya adalah pembuatan tiang dari beton dengan nama Banteng Beton. Pemilik Banteng Beton Rianto telah memulai usahanya sejak empat tahun yang lalu. Dia setiap hari dapat memproduksi dua hingga tiga set tiang beton. Tiang beton buatannya terbuat dari campuran semen, pasir dan kalsium. "Setiap hari saya dapat memproduksi dua hingga tiga set cagak beton yang kemudian dipasarkan di daerah Boyolali. Terkadang kami juga melayani pesanan sesuai permintaan pelanggan," ucapnya saat di sela kesibukan produksi cagak betonya. Cagak Beton buatan Banteng beton Andong dijual dengan harga mulai 100.000 hingga puluhan juta rupiah tergantung dengan permintaan konsumen. Dia berharap pemerintah dan instansi terkait dapat membantunya dari segi permodalan sehingga usahanya dapat semakin berkembang pesat. "Permasalahan kami sementara ini modal karena kalau bahan baku sudah sangat tersedia. mungkin jika ada modal yang lebih besar lagi produk produk kami dapat dipasarkan lebih luas lagi ke luar kabupaten Boyolali bahkan keluar Provinsi. harapan saya seperti itu," pungkasnya
Hasta Karya Indonesia di Boyolali
Boyolali - Anyaman merupakan salah satu produk seni asli Indonesia dan juga budaya yang masih eksis di era globalisasi ini. Anyaman bambu atau kerajinan anyaman dari bambu merupakan salah satu jenis dari berbagai macam hasta karya yang anda di Indonesia. Di tambah lagi iklim tropis yang ada di Indonesia sangat mendukung perkembangan tanaman bambu yang. Sehingga ketersedian bahan baku untuk membuat anyaman dari bambu sangat melimpah. Selain digunakan sebagai anyaman bambu juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan alat-alat rumah tangga. Tapi bambu paling banyak dimanfaatkan sebagai anyaman. Anyaman bisa dibuat dari bahan yang hemat tapi bisa menghasilkan berbagai kerajinan tangan yang memiliki banyak manfaat dan juga nilai ekonomis yang tinggi. Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah memanfaatkan bambu sebagai bahan anyaman. Berbagai barang rumah tangga dibuat dengan anyaman bambu seperti tampah, kap lampu, piring, loka penyajian makanan, meja, dipan, dan juga topi caping. Berbagai benda dari anyaman bambu ini ternyata memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Oleh karena itu tidak heran bila banyak berkembang usaha rumahan membuat usaha kerajinan tangan dengan memanfaatkan bambu Anyaman dengan mudah di temukan di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu daerah yang terkenal sebagai penghasil anyaman terbaik adalah Boyolali. Desa Andong, Kecamatan Boyolali adalah salah satu sentra industri rumahan di Kabupaten Boyolali. Sunardi, salah satu perajin anyaman desa Andong mengatakan bahwa ia sudah menekuni usaha tersebut sejak 35 tahun yang lalu dan kini turun temurun diteruskan oleh anak anaknya. Dia mengatakan,untuk membuat satu produk anyaman seperti tampah membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dia dan tiga karyawannya menghasilkan 20 tampah setiap lima hari. "Tiap sepasaran (lima hari -red) kami kira-kira menghasilkan 20 tampah. Saat ini kami hanya membuat tampah saja karena memang permintaan konsumen ya sementara ini cuma tampah," ucapnya saat ditemui Jitunews.com di kediamanya. Sunardi mengatakan ketersediaan bahan baku yaitu bambu tidak menjadi masalah baginya karena selama ini pasokan bambu sangat melimpah di daerahnya. Sunardi menjelaskan permasalahan perajin anyaman di desa setempat adalah pemasaran yang masih terbatas di pasar lokal saja. "Bahan baku disini banyak dan tidak kurang, hanya saja pemasaranya masih terbatas dipasar Kacangan dan Ngegot saja. Saya berharap kedepan ada solusi bagi kami baik dari pemerintah mapun instansi lainya agar pemasaran produk produk kami ini dapat dipasarkan lebih luas lagi karena dari segi kualitas produk kami tidak kalah dengan produk produk anyaman dari daerah lain," pungkasnya.