T.a.k.docx

  • Uploaded by: shi chin
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View T.a.k.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,620
  • Pages: 11
Learning Objective 1. Menjelaskan pengertian biaya 2. Menyebut dan menjelaskan karakteristik biaya 3. Menjelaskan landasan pikiran dan kriteria pengakuan biaya 4. Menyebut dan menjelaskan basis asosiasi antara biaya dan pendapatan 5. Menyebut dan menjelaskan saat pengakuan biaya 6. Menjelaskan masalah-masalah penandingan yang berkaitan dengan : sediaan, fasilitas fisis, tanah, aset tak berwujud, dan sumber alam 7. Menyusun statemen laba-rugi dengan penyajian yang layak

A. Pengertian Biaya FASB (1980) mendefinisikan biaya sebagai berikut : “Biaya adalah aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi barang atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas” . Sedangkan beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Menurut IAI, beban adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung telah dimanfaatkan didalam usaha menghasilkan pendapatan dalam suatu periode atau yang sudah tidak memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan masa berikutnya. Menurut Vernon Kam, biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau kenaikan hutang atau kenaikan ekuitas pemegang saham (stockholder’s equity) sebagai akibat pemakaian barang dan jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan pendapatan pada periode berjalan. Menurut Supriono (2000;16), Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kos yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa biaya pada akhirnya merupakan aliran keluar aktiva meskipun kadang-kadang harus melalui hutang lebih dahulu. B. Karakteristik Biaya 1. Aliran Keluar / Penurunan Aset Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang menurunkan aset atau menimbulkan aliran keluar aset atau sumber ekonomik. Pemakaian bahan baku untuk pembuatan produk tidak dapat disebut sebagai biaya kalau produk tersebut belum terjual (keluar dari kesatuan usaha) karena kalau produk belum terjual sebenarnya belum terjadi penurunan aset. Yang terjadi hanyalah perubahan bentuk aset sebagai potensi jasa. 2. Operasi Utama Tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya. Agar menjadi biaya konsumsi tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha. Yang dimaksud dengan kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan pendapatan (laba) yang direpresentasi dalam kegiatan produksi / mengirim barang atau menyerahkan / melaksanakan jasa. Karena dianggap bahwa perusahaan ingin mendapatkan dan mengukur laba dengan tepat, harus ada kaitan yang logis antara biaya dan pendapatan. Jadi, sebagaimana berlaku untuk pendapatan, pengertian operasi menunjukkan kegiatan operasi yang merupakan elemen statemen aliran kas yaitu, operasi, investasi dan pendanaan. Biaya adalah penurunan aset yang berkaitan dengan operasi dan bukan dengan investasi dan pendanaan. 3. Kenaikan Kewajiban Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencakupi pula pos-pos yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun. Bila barang dan jasa telah dimanfaatkan oleh perusahaan tetapi perusahaan tidak mengakuinya sebagai aset sebelumnya atau perusahaan belum mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain, perusahaan mempunyai keharusan untuk membayar atau

melakukan pengorbanan sumber ekonomik dimasa mendatang sehingga kewajiban timbul. Sebagai contoh adalah tarif (fee) pengiriman barang oleh perusahaan ekspedisi yang belum dibayar perusahaan. Jasa pengiriman telah dikonsumsi dan menimbulkan pendapatan sehingga biaya harus timbul diikuti dengan kenaikan kewajiban. 4. Penurunan Ekuitas Definisi IAI secara eksplisit menyebutkan bahwa penurunan aset akhirnya akan mengubah ekuitas

atau menurunkan ekuitas. Pendefinisian ini sebenarnya

menegaskan bahwa akuntansi menganut konsep kesatuan usaha sehingga ekuitas secara konseptual adalah utang perusahaan kepada pemilik Penurunan ekuitas lebih menegaskan pengertian biaya karena tidak setiap penurunan aset mengakibatkan penurunan ekuitas. Misalnya pembagian dividen kas merupakan penurunan aset tetapi tidak dapat disebut sebagai biaya. Jadi, penurunan ekuitas hanya merupakan karakteristik pendukung makna biaya. C. Landasan Pikiran dan Kriteria Pengakuan Biaya Pengakuan biaya tidak dibedakan dengan pengakuan rugi. Pengakuan menyangkut masalah kriteria pengakuan (recognition criteria) yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nilai aset yang memenuhi definisi biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat pengakuan (recognition rules atau timing) yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa kriteria pengakuan telah dipenuhi. Tidak seperti pendapatan atau untung, biaya dan rugi tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi. Oleh karena itu, kriteria pengakuan tidak dibedakan dengan kaidah pengakuan sehingga masalah pengakuan biaya (rugi) adalah kapan penurunan nilai aset dapat dikatakan telah terjadi atau kapan biaya (rugi) telah timbul sehingga jumlah rupah biaya (rugi) dapat diakui. Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua kriteria berikut dipenuhi (SFAC No. 5, prg. 85): 1. Konsumsi manfaat (consumption of benefits)

Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasi operasi utama atau sentral entitas tersebut. 2. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang (loss or lack of future benefits) Biaya atau rugi diakui bilamana aset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah berkurang manfaat ekonomiknyan atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik. D. Basis Asosiasi antara Biaya dan Pendapatan Laba akan mempunyai makna kalau laba merupakan selisih pendapatan dan biaya yang mempunyai hubungan tertentu yang bermakna (bukan acak). Dua tahap kritis perlakuan kos adalah pengakuan (aliran masuk sebagai aset) dan pembebanan (aliran keluar sebagai biaya). Untuk menentukan laba yang bermakna (meaningful), perlu dipahami dua pengertian penting yaitu proses penandingan (matching process) dan konsep atau prinsip penandingan (matching concept or principle). Proses penandingan adalah proses penentuan laba dengan mengukur atau menakar dahulu pendapatan untuk suatu perioda dan barulah kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Konsep atau prinsip penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan lebih bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu kebutuhan (necessity) dalam akuntansi karena alasan berikut: 1. Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena teknik pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut. Dengan kata lain, proses penandingan tidak dilakukan pada saat transaksi pendapatan terjadi tetapi pada umumnya dilakukan pada akhir tahun. 2. Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan transaksi terjadinya biaya. Sebagai contoh, pemerolehan dan pembayaran barang dan jasa untuk menghasilkan produk tidak selalu bersamaan (tidak terjadi dalam perioda yang sama) dengan penjualan dan pengumpulan kas.

Prinsip penandingan ini akan menghasilkan basis asosiasi atau dasar penandingan antara pendapatan dan biaya. Basis asosiasi diperlukan agar pemecahan kos menjadi bagian yang tetap merepresentasi aset dan bagian yang merepresentasi biaya mempunyai landasan yang kuat dan objektif. Atas dasar konsep upaya dan capaian, konsep penandingan menyatakan bahwa untuk mendapatkan laba periodik yang bermakna maka pendapatan yang diakui untuk suatu perioda harus ditandingkan dengan biaya yang dianggap telah menciptakan pendapatan tersebut. Penandingan yang tepat akan terjadi jika terdapat asosiasi yang masuk akal (layak) antara pendapatan dan biaya. Asosiasi yang layak berarti bahwa pendapatan dan biaya berkolerasi positif; artinya makin besar pendapatan , maka semakin besar pula biaya. E. Kaidah atau Saat Pengakuan Biaya Sebagai pedoman bagi penyusun standar atau manajemen (kebijakan akuntansi perusahaan), perlu dirumuskan pedoman umum saat pengakuan di tingkat kerangka konseptual. Hal ini dilakukan untuk memperjelas kapan dan bagaimana jumlah rupiah biaya yang diperkirakan telah menghasilkan pendapatan diakui. FASB memberikan pedoman umum dibawah ini. 1. Konsumsi manfaat Konsumsi manfaat ekonomik selama suatu perioda dapat diakui langsung pada saat terjadinya atau diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan yang berkaitan. Berbagai jenis atau pos biaya menghendaki cara pengakuan yang berbeda yaitu (SFAC No. 5, prg. 86): a. Beberapa pos biaya, seperti kos barang terjual, dibandingkan (matched with) dengan pendapatan yang terkait. Meretia diakui pada saat atau perioda yang sama dengan pengakuan pendapatan yang dihasilkan langsung atau bersama (directly or jointly) dari transaksi atau kejadian lain yang sama dengan yang menimbulkan biaya. b. Banyak pos biaya, seperti gaji staf penjualan dan administratif, diakui selama periode pada saat kas dibayarkan atau kewajiban terjadi untuk barang dan jasa

yang dimanfaatkan/ dikonsumsi bersamaan dengan pemerolehan atau segera setelah itu. c. Beberapa pos biaya, seperti depresiasi dan asuransi, dialokasi (diakui) dengan prosedur sistematik dan rasional untuk perioda-perioda yang menikmati manfaat aset bersangkutan. 2. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang Biaya atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau jelas bahwa manfaat ekonomik masa datang suatu aset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau lenyap atau bahwa kewajiban timbul atau bertambah tanpa adanya manfaat. F. Masalah – Masalah Penandingan 1. Sediaan Secara umum masalah teoretis sediaan berkaitan dengan pengukuran kos barang terjual dalam rangka penandingan dengan pendapatan dan masalah penilaian. Proses pengukuran dan penilian pada umumnya dilakukan pada akhir periode. Dengan demikian masalah pengukuran dan penilaian sediaan pada akhirnya periode dapat dinyatakan sebagai berikut: a. Penentuan besarnya kos barang terjual untuk ditandingkan dengan penjualan sehingga dapat ditentukan besarnya laba perusahaan. Penentuan ini melibatkan berbagai metoda asosiasi sebagai dasar pemecahan kos produksi menjadi kos yang melekat pada sediaan dan yang melekat pada barang terjual. b. Penentuan nilai sediaan sebagai unsur aset lancar perusahaan. Penentuan nilai sediaan sangat penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan. Metode asosisasi menjadi basis untuk menentukan unit fisik yang terjual dan kos yang melekat dengan jumlah rupiah pendapatan. Dengan demikian metode asosiasi dapat pula diartikan sebagai asumsi aliran kos dalam mengikuti aliran fisis barang. Beberapa metode asosiasi atau asumsi aliran kos adalah sebagai berikut : a. Identifikasi khusus(specific identification) b. Masuk pertama keluar pertama (first-in, first-out) c. Rata-rata berbobot (weighted average)

d. Sediaan normal (normal stock) e. Masuk terakhir keluar pertama (last-in, first-out) Dasar pemilihan metode sangat bergantung pada tujuan atau kondisi yang dihadapi perusahaan. Tujuan utama pemilihan metode biasanya adalah mengasosiasi biaya dan pendapatan untuk menentukan laba yang tepat. Tujuan lainnya adalah untuk menentukan nilai sediaan untuk dicantumkan dalam neraca. 2. Fasilitas Fisis Dalam hal fasilitas fisis, kos yang terjadi pada saat pemerolehan pada umumnya diakui sebagai aset dan baru kemudian kos tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola penyerapan manfaat yang direpresentasikan dengan kos. Fasilitas fisis mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Berwujud fisis dan dikuasai oleh perusahaan untuk mengolah dan memperlancar kegiatan operasi perusahaan. Oleh karena itu, yang digolongkan dalam kelompok ini adalah aset yang berkaitan dengan operasi. b. Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga perlu penggantian c. Bernilai bagi perusahaan lantaran kekuasaan atau hak perusahaan untuk menggunakannya bukan lantaran hak miliknya. d. Pada umumnya merupakan aset nonmoneter dan manfaat yang diberikan berupa potensi jasa (service potentials) bukan daya beli atau ketertukarannya (exchangeability) Fasilitas fisis memberikan kontribusi jasa ke operasi berupa kapasitas atau daya (misalnya dalam bentuk daya giling untuk mesin giling). Oleh karena itu, kos daya atau kapasitas fasilitas fisis tersebut jelas harus diserap menjadi bagian kos produksi dan akhirnya menjadi beban pendapatan. Masalah unik yang berkaitan dengan penyerapan manfaat fasilitas fisis adalah penentuan kapasitas taksiran dalam kondisi tertentu dan pola penyerapan manfaat sampai dapat dikatakan bahwa manfaat tersebut habis. Berbeda dengan sediaan, masalah timbul karena pada umumnya kapasitas akan habis dalam jangka panjang dan penyerapan manfaat tidak dapat diobservasi secara langsung atas dasar kelenyapan secara fisis. Di lain pihak, sediaan dikonsumsi dalam bentuk unit fisis

sehingga kos yang terserap dapat dihubungkan secara objektif dengan konsumsi fisis tersebut. Walaupun konsumsi manfaat disertai dengan keausan fisis (deterioration), tidak ada proses konsumsi secara fisis terhadap fasilitas fisis bersangkutan. Jadi, pembebanan kos fasilitas fisis untuk suatu perioda tidak dapat ditentukan atas dasar pengukuran fisis yang objektif tetapi lebih merupakan suatu hasil pertimbangan (judgment) atas dasar taksiran faktor-faktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan nilai residual) yang sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif melalui perhitungan depresiasi. 3. Tanah Apakah tanah perlu didepresiasi atau tidak bergantung pada karakteristik atau fungsi tanah dalam operasi perusahaan. Sebagai tempat usaha, fungsi untuk ditempati tidak akan pernah habis. Oleh karenanya, dapat dianggap bahwa kos tanah tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi menjadi biaya operasi. Dengan kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati tanpa batas waktu (selamanya) cukup menjadi alasan kebijakan untuk memperlakukan kos tanah sebagai investasi permanen dalam fasilitas produksi. Perlakuan semacam ini makin didukung untuk tanah hak milik permanen. Karena karakteristik kos tanah sebagai investasi permanen, tanah tersebut perlu dipisahkan dari fasilitas fisis lain yang dapat didepresiasi dalam pelaporannya. Sedangkan jika tanah bukan merupakan milik permanen oleh suatu perusahaan maka kos tanah sewaguna (leasehold), tanah hak guna bangunan (HGB), atau bentuk investasi non permanen lainnya dalam bentuk tanah harus secara sistematik dibebankan ke produksi selama umur ekonomik atau selama jangka kontrak. 4. Aset Tak Berwujud Sama seperti fasilitas fisis, kos aset tak berwujud harus secara sistematik dibebankan ke operasi dan akhirnya terhadap pendapatan selama umur yuridisnya. Dalam kasus tertentu dimungkinkan untuk menyerap kos tersebut dalam waktu yang lebih pendek dari umur yuridisnya. Penghapusan langsung seluruh kos sebagai rugi

harus segera dilakukan kalau kondisi menunjukkan bahwa aset tak berwujud tersebut tidak lagi mempunyai arti ekonomik yang penting. a. Goodwill Goodwill timbul apabila suatu perusahaan membeli perusahaan lain yang sudah berjalan secara keseluruhan. Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan oleh perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis perusahaan yang dibeli. Dengan demikian, sangat masuk akal kalau kos yang diperhitungkan sebagai goodwill harus diserap dan dibebankan ke pendapatan selama kurun waktu yang dijadikan dasar dalam mempertimbangkan kos pemerolehan perusahaan sehingga laba yang tampak dalam statemen laba-rugi menunjukkan laba bersih normal. Goodwill merupakan kelebihaan residual yang melekat pada perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, goodwill sebenarnya dapat diakui dalam satu akun debit. Persoalan teoritis yang timbul kemudian adalah apakah jumlah debit goodwill dilaporkan sebagai penambah aset atau pengurang ekuitas pemegang saham. b. Kos Organisasi Pengeluaran-pengeluaran

yang

terjadi

sebelum

perusahaan

mulai

beroperasi biasanya ditampung dalam satu akun menjadi kos pendirian atau kos organisasi (organization cost). Pengeluaran tersebut meliputi kos pencetakan saham, tarif akte notaris, pengeluaran untuk ijin perusahaan, dan kos kegiatan selama proses pendirian. Kos organisasi diperlakukan sebagai aset tak berwujud karena kos tersebut tidak dapat dikaitkan dengan aset tetap berwujud yang ada dalam perusahaan. Kos organisasi menunjukkan suatu aset permanen (tidak perlu diamortisasi) sepanjang perusahaan dapat mempertahankan diri sebagai perusahaan yang beroperasi secara penuh dan yang bertumbuh sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan untuk menghasilkan laba dan posisi keuangannya. Akan tetapi, kos pendirian tersebut harus mulai diserap atau dihapuskan bila terjadi penurunan laba

dan pengerutan (contraction) kekayaan yang terus menerus akibat kegagalan usaha atau proses likuidasi. Jadi, kos organisasi tidak semestinya diamortisasi dalam hal perusahaan berjalan terus dan berkembang tetapi tidak semestinya dipertahankan tetap utuh dalam hal perusahaan mengalami kemunduran yang terus-menerus. 5. Sumber Alam Sumber alam (natural resources) yang akan habis melalui proses penambangan (extraction) dan tidak dapat diperbarui atau diganti (renewable) sering disebut dengan “aset habis pakai” (wasting assets). Tambang mineral (termasuk minyak mentah dan gas) adalah contoh utama aset habis pakai. Hutan kayu yang biasanya tidak diremajakan lagi oleh perusahaan pengekstraksi dapat dikategori sebagai aset habis pakai. Kos sumber alam tersebut (tidak termasuk nilai sisa tanah) harus diserap secara sistematik ke produksi atas dasar pengambilan atau konsumsi. Kos yang diserap ini disebut deplesi. Seperti juga pada depresiasi, deplesi sebagai kos atau upaya untuk menghasilkan pendapatan harus ditentukan secara objektif dan rasional tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap laba bersih. G. Penyusunan Statemen Laba-Rugi Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan dan sarana untuk itu adalah statemen laba-rugi. Laporan laba-rugi yang disusun perusahaan strukturnya terdiri dari pendapatan dalam periode berjalan dan semua beban, baik beban usaha maupun beban diluar usaha dalam periode berjalan. Unsur-unsur laporan laba-rugi biasanya terdiri dari : 1. Pendapatan dari penjualan dikurangi beban pokok penjualan 2. Laba/rugi kotor dikurangi beban usaha 3. Laba/rugi usaha ditambah atau dikurangi dengan penghasilan atau beban lain 4. Laba/rugi sebelum pajak dikurangi beban pajak 5. Laba/rugi bersih Dalam hal penyajian laporan laba-rugi yang layak, terdapat dua format penyajian yaitu single-step dan multi-step.

1. Single-Step Penyajian laporan laba-rugi dengan format single-step ini disusun dengan mengelompokkan semua pendapatan ke dalam satu kategori yang disebut penghasilan. Begitupun dengan beban, semua beban dikelompokkan dalam satu kategori yang disebut biaya. 2. Multiple-Step Bentuk penyajian laporan laba-rugi dengan format multiple-step yaitu penyajian dengan menyusunnya secara bertahap. Berbeda dengan bentuk penyajian single-step dimana penyajian disajikan secara langsung tanpa ada penyajian secara mendetail mengenai rincian dari pendapatan tersebut, dalam penyajian multiple-step semua penghasilan dan beban disajikan dengan urutan aktivitas.

More Documents from "shi chin"

Aset Fixxx Bangat.docx
December 2019 13
T.a.k.docx
December 2019 12
Pew Research Web 2.0
October 2019 40