MELODI YANG TERLUPAKAN
Bertanya pada bulan, namun bulan diam.. Bertanya pada matahari, namun matahari bungkam.. Namun dentingan simpony mencoba menyapaku, meski dia hanya tersenyum.. Angin yang bertiup lembut membelai wajahku, meski ku tahu angin tak mengerti bahwa aku sedang menyelam dalam lautan yang tak berdasar. Rangkaian kata pun tak bisa ku jadikan sebuah kalimat untuk mewakili perasaanku saat ini. Aku terduduk rapuh di bangku panjang yang entah sejak kapan ada di bawah pohon halaman rumahku, sejenak aku menghela nafas. ku memandang lurus ke depan, walau ku tak yakin apa yang sedang ku pandang. Memori itu kembali memutar hari itu, cerita yang berusaha ku tepis, namun tetap saja cerita itu menyerang dan memaksa ku untuk mengingat nya kembali. Tepuk tangan riuh membahana memenuhi ruangan yang terbilang cukup besar itu, lagu Canon nya beetoven berhasil ku mainkan dengan sempurna, dengan bangga aku berdiri dari kursi ku dan membungkukkan tubuh ku mengakhiri penampilan ku hari itu, aku puas dengan permainan piano ku, aku puas dengan suara tepuk tangan itu, aku puas dengan acungan jempol Ayah ku, dan aku puas dengan kemampuan ku sendiri. “hebat, kamu memang pianis yang berbakat” puji Pak wiryo, orang yang bertanggung jawab pada acara hari itu ketika aku kembali ke back stage. ah.. bapak berlebihan, terima kasih” jawab ku. “ nah ini dia putri kebanggaan ayah..” sahut ayah yang tiba-tiba muncul dari belakang Pak Wiryo, ayah pun memelukku. “ makasih.. yah” ,aku pun membalas pelukan ayah. “putri bapak memang hebat” kata pak wiryo. “terima kasih pak, dia memang sangat suka music sejak kecil” ujar ayah sambil memandangku dan pak wiryo bergantian.
“oh pantas saja permainan nya begitu luar biasa., haha.. em maaf pak, Zora, saya permisi dulu ya, saya mau mempersiapkan acara berikutnya” pamit Pak Wiryo. Kami pun berdua mengangguk bersamaan. “loh yah, ibu mana ?” ibu memang tidak terlihat sejak tadi, tapi beliau berjanji akan datang begitu pekerjaan beliau selesai di kantor tapi sampai pertunjukkan ku selesai ibu tak kunjung terlihat. “ ibu tadi bilang masih di jalan, macet mungkin ra” jawab ayah ku. Kami pun berjalan ke loby dan duduk sambil berbincang-bincang, tiba-tiba ponsel ayah berdering dan menghentikan pembicaraan kami. “halo” “ini suami ibu andani ya ?” “iya.. ada apa ya ?” “kami dari kepolisian, istri bapak mengalami kecelakaan lalu lintas dan sekarang istri bapak di bawa ke Rumah sakit karena istri bapak mengalami luka di bagian kepala nya” Ayah nampak terkejut dan bingung, setidaknya itu yang ku tangkap dari ekspresi ayah ketika menerima telepon yang entah dari siapa itu. Yang jelas aku mulai khawatir menyaksikannya. “halo, pak, masih mendengar saya ??” “i..iya.. te-terima kasih, saya akan segera ke rumah sakit” Hah ?? Rumah sakit ?? entah kenapa nama tempat yang baru di sebutkan ayah itu membuat ku gemetar ketakutan, Tuhan.. ada apa ini ?. “ayah ada apa ?” Tanya ku, sambil menarik baju ayah. “ibu kecelakaan Zora, sekarang ibu dirumah sakit” “ apa ?!!, gak mungkin, itu tadi pasti telepon nyasar deh yah..” aku coba menampik kan nya. “ tidak Zora, itu bukan telepon nyasar, ah sudah lah… ayo kita kerumah sakit sekarang” ayah pun langsung menarik tanganku, tanpa menunggu ku untuk berfikir dan memercayai apa yang di katakan ayah.
BIODATA
Nama
: Riana Nortoyiba
Alamat
: jl. Raya purnasakti jalur. 9 Gg. Mutiara sari Rt. 21 Rw. 02 No. 16 , kelurahan Basirih, kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70245