Tajuk

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tajuk as PDF for free.

More details

  • Words: 1,263
  • Pages: 2
Tajuk

Apa Kabar

Pilrek Unibraw 2005 ?

CA’PONY edisi 39|januari 2005

kampus ini. Terlebih lagi ketika suara telah terkumpul didalam pemilihan calon Rektor, dapat dipastikan juga bahwa suara mahasiswa tidak bisa menentukan siapa rektor mereka nanti. Tetap saja senatlah yang menentukan siapa rektor baru hasil penjaringan tersebut. Dan disini syarat dengan kepentingan politis yang terselubung. Mahasiswa sebagai rakyat tidak diberi hak suara sebagaimana seharusnya, mereka hanyalah penonton yang menerima hasil tanpa tahu dan terlibat dalam prosesnya. Siapapun yang terpilih, tetap saja Rektor baru tidak berpihak pada mahasiswa. Terlihat dalam program kerja para bakal calon rektor. Bahwa kelima bakal calon rektor ini, kesemuanya sepakat dan antusias dengan pem-BHMN-an kampus atau istilah lainya otonomi kampus. Jika



Hal ini membuktikan bahwa sistem demokrasi yang sebenarnya belum terealisasi di kampus ini. Terlebih lagi ketika suara telah terkumpul didalam pemilihan calon Rektor, dapat dipastikan juga bahwa suara mahasiswa tidak bisa menentukan siapa rektor mereka nanti.



P

ada akhir tahun 2005 yaitu pada bulan desember tepatnya Universitas Brawijaya punya gawe. Pilrek (pemilihan Rektor) merupakan agenda Universitas Brawijaya (UB) tiap 4 tahun sekali. Dalam pilrek ini dipilih rektor baru yang diharapkan dapat membawa UB kearah yang lebih baik seperti yang kita harapkan bersama. Tetapi kali ini yang diadakan tidak sesuai yang diharapkan oleh mahasiswa yang dalam tataran Negara adalah sebagai rakyatnya. Yaitu dalam hal demokratisasi dan Rektor yang dipilih tidak sesuai dengan harapan mahasiswa yaitu berorientasi pada BHMN (Badan Hukum Milik Negara). Seharusnya Dalam pemilihan sangat diperlukan sistem yang demokratis, agar tidak merugikan salah satu pihak. Namun, pada kenyataannya dalam pilrek ini masih menggunakan cara tidak demokratis. Hal ini tampak pada tidak dilibatkannya mahasiswa sebagai rakyat di UB dalam pemberian suara pada carek (calon rektor). Mahasiswa hanya diberi satu suara yang itu diwakilkan oleh himpunan/lembaga di tiap-tiap jurusan yang memiliki SK dekan dan SK rektor. Dikalangan mahasiswa Fakultas Pertanian sendiri tidak begitu mencuat tentang carek itu sendiri. Bukan salah mahasiswa yang apatis ketika tidak tahu ketika ditanya siapa yang bakalan menjadi Rektor nantinya. Yang menjadi pertanyaan besar adalah dimana pewacanaan yang seharusnya diberikan kepada mahasiswa, khususnya tentang pilrek ini. Mengapa pihak BEM, DPM, MPM dan HMJ tidak memberikan wacana kepada mahasiswa. Tidak salah pula ketika mahasiswa diberi polling mengenai carek, balik bertanya “siapa ini?” terjadi. Ketika ini terjadi, demokrasi di kampus ini benar-benar mati, karena elemen mahasiswa tidak bisa mengaspirasikan suara mahasiswa. Lalu aspirasi siapa yang dibawa ke pemilihan Rektor? Pribadi kah atau purapura atas nama mahasiswa. Hal ini membuktikan bahwa sistem demokrasi yang sebenarnya belum terealisasi di

telah terjadi, dapat dipastikan seluruh pembiayaan dan kebutuhan kampus diperoleh secara otonom yang sebagian besar pendapatan akan dibebankan pada mahasiswa. Sehingga yang kaya akan tetap berhak untuk melanjutkan studinya. Selain itu muncul kekawatiran jika terjadi otonomi kampus, kampus hanya memenuhi kebutuhan pasar. Fakultas-fakultas yang diminati dan dibutuhkan oleh pasar saja yang akan tetap bertahan, sedangkan fakultas-fakultas yang tidak dibutuhkan oleh pasar dengan sendirinya akan gulung tikar karena tidak sanggup mencari dana sendiri. Disinilah terjadi komersialisasi kampus besar-besaran. Apapun yang bisa menghasilkan uang akan dijual

untuk menutupi kebutuhan kampus. Hal ini mengingkari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang salah satu pointnya menyebutkan bahwa universitas sebagai tempat penelitian. Padahal yang namanya pendidikan adalah hak setiap warga negara yang harus dipenuhi oleh negara, seperti yang tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 “....mencerdaskan kehidupan bangsa....”. Tidak heran jika universitas akan meluluskan mahasiswanya dengan asal-asalan, pokok’e lulus. agar mendapat lebih banyak pemasukan dan hibah berdasarkan lulusannya. salah satu prakondisi yang terjadi di fakultas pertanian adalah dengan adanya program percepatan kuliah yang baru-baru ini digulirkan oleh pihak fakultas. Mahasiswa lebih dijauhkan dengan realita kehidupan masyarakat. Bagaimana mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa yang berbekal ilmu pengetahuan yang di peroleh di perguruan tinggi dapat mengerti persoalan yang terjadi di masyarakat dan apa yang harus dilakukannya untuk membantu menyelesaikan persoalan tersebut, jika mahasiswa hanya terkotak dalam kehidupan kampus dan terpisah dari realita sosialnya. Ia tak diberi kebebasan untuk tahu dan terlibat dengan lingkungannya, bahkan lingkungan kecil di sekitar kampusnya. Yang ia tahu hanyalah belajar untuk mendapat IP tinggi dan lulus dengan cumlaude dan setelah itu mendapat pekerjaan bagus sehingga dapat hidup mapan dan sejahtera. Benar-benar egois. Dengan begitu bisa diprediksi bagaimana kualitas mahasiswa lulusan universitas brawijaya, jika hanya mengejar lulus tanpa memperhatikan apakah mereka telah mempunyai bekal yang cukup untuk kembali ke masyarakat. Seorang rektor dipilih untuk menjalankan tugasnya dan untuk memperjuangkan hak-hak demokratis mahasiswa terutama konsep pendidikan yang murah, ilmiah, demokratis dan bervisi kerakyatan. akan tetapi hal tersebut masih jauh dari kenyataan. Maka dari itu siapapun yang terpilih menjadi rektor pada masa jabatan 2006-2010 tidak akan membawa perubahan yang berarti bagi universitas brawijaya. Akan tetapi hanya menjadi penguasa baru, bukan pemimpin. Yanuar

Tajam Memihak Kebenaran

Opini

Prestasi,

Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa FP-UB

M

enyampaikan ide atau g a g a s a n ke dalam sebuah tulisan ilmiah tidaklah semudah yang dibayangkan. Pasalnya, beberapa semester ini mahasiswa Fakultas Pertanian belum menunjukkan prestasi yang patut dibanggakan dalam bidang karya tulis atau bidang penalaran. Tentunya ini semua tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi seperti fasilitas pendukung maupun dukungan dari lembaga kemahasiswaan dan pembantu dekan bidang kemahasiswaan. Namun, itu semua bukanlah suatu penghalang bagi mahasiswa Fakultas Pertanian untuk meraih prestasi dalam penulisan ilmiah di tataran nasional maupun internasional. Hal ini mereka jadikan sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi dan sebagai motivasi pribadi untuk menunjukkan kemampuannya sebagai calon ilmuwan. Event paling bergengsi dalam bidang penalaran ini adalah Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang diadakan setiap tahun oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pada PIMNAS XVIII di Universitas Andalas bulan Juli 2005, tidak ada satu team-pun dari Fakultas Pertanian yang mengikutinya. Padahal event ini merupakan ajang untuk menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam hal yang beraroma ilmiah (kreatifitas yang inovatif, dan aplikatif). Lalu pertanyaannya adalah, apakah mahasiswa Fakultas Pertanian itu kreatif dan inovatif? Bukankah mereka selalu dilatih untuk menulis ilmiah (menulis laporan praktikum)? Ini semua harus dipikirkan bersama untuk kemudian dicarikan solusi yang terbaik. Pada event Lomba Karya Tulis Mahasiswa Bidang Lingkungan

CA’PONY edisi 39|januari 2005

Hidup (LKTM-LH) 2005, mahasiswa Fakultas Pertanian yang bernama Iman Dwi Cahyo meraih Juara III. Selain itu, Agung Sri Rejeki juga diundang oleh Penerbit SWA sebagai Finalis The Best Ideas 2005 tentang Pengelolaan Limbah dan Lingkungan. Sebelumnya, juga ada aktor-aktor karya tulis yang berprestasi seperti Nurakhman Sasmita, Marcellinus, Muliatin, dan yang lainnya. Namun, secara kuantitas itu dinilai masih terlalu kecil. Ini merupakan kabar gembira bagi kita semua bahwasannya masih ada mahasiswa yang perhatian dengan bidang penalaran seperti ini. Prestasi semacam ini tentunya harus k i ta t i n g k a t k a n g u n a mengimplementasikan bidang penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang telah dirumuskan dalam tri dharma. Pada tahun ini, mahasiswa Fakultas Pertanian sudah menunjukkan sikapnya untuk memahami dunia di luar kampus. Memahami bahwa prestasi dalam bidang karya tulis adalah sangat penting demi mengharumkan nama baik Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dan mahasiswa itu sendiri khususnya di tataran nasional. Saat ini, tidak sedikit yang memberi perhatian dalam bidang karya tulis ilmiah ini. Dalam hal ini, PIMNAS masih menjadi tolok ukur prestasi perguruan tinggi di tataran nasional. Universitas Brawijaya yang pada PIMNAS XVIII meraih juara III, dinilai masih sangat kurang secara kuantitas perolehan medali. Guna mengharumkan nama Fakultas Pertanian tersebut maka perlu adanya kerjasama yang baik antara pihak fakultas, lembaga kemahasiswaan, dan mahasiswa. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan motivasi untuk menuangkan gagasan-gagasan kreatif dan inovatif ke dalam sebuah karya tulis ilmiah. Semoga kita semua diberikan kemudahan oleh Allah S u b h a n a h u w a Ta ’ a l a d a l a m mewujudkan cita-cita ini. Amien.

Oleh: Didi Setiawan Penulis adalah Menteri Litbang Akademik BEM FP-UB

Tajam Memihak Kebenaran

Related Documents

Tajuk
October 2019 38
Tajuk
November 2019 26
Tajuk
October 2019 28
Tajuk
December 2019 17
Tajuk
May 2020 23
Tajuk Disertasi.docx
November 2019 19