Tahapan Pengembangan Sanitasi A. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Pengelolaan prasarana dan sarana air limbah pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Di dalam Review SSK Kota Palembang ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: data kondisi ekstrem, wilayah CBD (Center of Business Development) saat ini dan mendatang berdasarkan RTRW, prioritas berdasarkan tingkat area beresiko resiko 3 dan 4 dan kondisi air tanah, tingkat layanan sanitasi (air limbah), kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan). Berdasarkan kriteria tersebut melalui instrument profil sanitasi dihasilkan pengelolaan air limbah dalam perencanaan pengembangan sistem di Kota Palembang untuk Pengelolaan sanitasi sektor air limbah dalam perencanaan jangka menengah (5 tahun). Dimana pengelolaan air limbah domestik dapat dilakukan dengan 4 (empat) sistem yaitu: -
Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system);
-
Sistem Pengelolaan Air Limbah secara Komunal
-
Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat kepadatan sedang (off site kepadatan sedang)
-
Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat skala kota (off-site system). Dari sistem pengelolaan air limbah tersebut selanjutnya dapat dibuatkan suatu peta yang
menggambarkan kebutuhan sistem, Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kota dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kota Palembang, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site system). Di dalam Review SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah (on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan), karakteristik tata guna lahan/ Center of Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan. Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:
Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang kecil yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan pilihan sanitasi setempat dengan skala rumah tangga (household based). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk perubahan perilaku dan pemicuan.
Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku dilakukan dengan program-program pemicuan (CLTS) dan oleh karena merupakan daerah padat penduduk maka pemilihan systemnya adalah system komunal.
Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko tinggi yang dapat diatasi dalam jangka panjang dengan perubahan perilaku dilakukan dengan system komunal dan oleh karena merupakan daerah pada penduduk kawasan padat maka pemilihan systemnya adalah system off-site kepadatan sedang.
Zona 4, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena merupakan kawasan padat, CBD serta kondisi topografi kurang menguntungkan. Dalam jangka panjang harus diatasi dengan pilihan system off site terpusat.
Peta Zona Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Kota Palembang dapat dilihat pada Gambar 1.1. Dari gambar 1.1. dapat diketahui bahwa sebagian besar zona dan system air limbah didominasi system komunal yang tersebar di hampir semua kecamatan. Sedangkan untuk system off-site kepadatan sedang dan off-site terpusat hanya di rumah susun.
Gambar 1.1. Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik
Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kota Palembang 2015
Cakupan layanan eksisting dan target cakupan layanan air limbah domestic Kota Palembang dapat dilihat pada sebagai berikut : Tabel : Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kota Palembang Cakupan No
Sistem
layanan
Jangka
Jangka
Jangka
pendek
menengah
panjang
(c)
(d)
(e)
(f)
48,90%
39,00%
0%
0%
31,10%
37,00%
50,00%
0,00%
6,10%
5,00%
0%
0%
25,00%
32,00%
50%
25%
20,00%
21,00%
37,00%
100,00%
14,00%
15,00%
19%
20,00%
5,00%
6,00%
10,00%
20,00%
1,00%
2,00%
8,00%
20,00%
1,00%
3,00%
13,00%
15,00%
100%
100%
100%
100%
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
eksisting* (%)
(a) A B 1 2 C 1 2 3 D
A B 1 2 C 1 2 3 D
(b) Wilayah Perkotaan Buang Air Besar Sembarangan (BABS)** Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (Onsite) Cubluk dan sejenisnya*** Tangki septik Sistem Komunal MCK/MCK++ IPAL komunal Tangki septik komunal Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Off-site) Subtotal Wilayah Perdesaan Buang Air Besar Sembarangan (BABS)** Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (Onsite) Cubluk dan sejenisnya***. Tangki septik Sistem Komunal MCK/MCK++ IPAL komunal Tangki septik komunal Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Off-site) Subtotal
Target cakupan layanan* (%)
Sumber : Dinkes, DPU Cipta Karya dan Analisa Pokja Sanitasi 2015
B. Tahapan Pengembangan Persampahan Sampai saat ini Kota Palembang masih menggunakan TPA Sukawinatan sebagai tempat pemrosesan akhir sampah. Lahan seluas 25 Ha dan TPA Karya Jaya dengan Luas Lahan sebesar 10 Ha yang merupakan lahan milik Pemerintah Kota Palembang. Dengan klasifikasi daerah berdasarkan data tingkat kepadatan suatu wilayah, dapat dianalisa sistem pengolahan sub sektor persampahan dalam kategori tiga pilihan sistem seperti telah dijelaskan di atas. Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun (SPM), wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial /CBD, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kota Palembang terdapat 4 (empat) zona yang dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Zona 4, merupakan area yang harus terlayani dengan system tidak langsung yakni dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA). Minimal 80% cakupan layanan harus diatasi dalam jangka menengah (5 tahun) ke depan.
Zona 3, merupakan area yang dalam jangka waktu menengah (medium term action) harus terlayani (>70%) dengan system layanan langsung dari sumber ke TPA.
Zona 2, merupakan area padat namun bukan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) karena itu harus terlayani penuh 100% (full coverage) yang harus diatasi dengan pilihan system langsung ke TPA dalam jangka waktu pendek.
Zona 1, merupakan area padat dan kawasan bisnis (CBD) karena itu harus terlayani penuh 100% dengan dilengkapi pelayanan penyapuan jalan (full coverage & street sweeping). yang harus diatasi dengan pilihan system langsung ke TPA dalam jangka waktu pendek. Zona dan sistem sanitasi Persampahan disajikan pada Gambar 1.2. Dari gambar 1.2 dapat diketahui
bahwa zona 1 yaitu area padat dan CBD di Kota Palembang. Sedangkan zona 3 dan 4 hampir tersebar ke seluruh kecamatan di Kota Palembang.
Gambar 1.2 Peta Tahapan Pengembangan Persampahan Kota Palembang
Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kota Palembang 2015