Dapatkan artikel dan info-info keislaman lainnya di http://hasmijaksel.wordpress.com
Syahadat “( ”ﻻﺇﻝﺔﺇﻻﺍﻝﻠﹼﻪLa ilaha illallah)
Diriwayatkan dalam suatu atsar bahwa kunci surga adalah “( ”ﻻﺇﻝﺔﺇﻻﺍﻝﻠﹼﻪLa ilaha illallah), tetapi apakah setiap orang yang mengatakannya berhak dibukakan pintu surga untuknya? Seseorang bertanya kepada Wahb bin Munabih rahimahullah: Bukankah (La ilaha illallah) adalah kunci surga? Beliau menjawab: “Ya, tetapi setiap kunci mempunyai gerigi, jika Anda membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga dibukakan untukmu, tetapi jika kunci surga Anda tak bergerigi, tidak akan dibukakan.” Banyak hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam yang menerangkan tentang gerigi kunci ini, seperti sabda beliau: “Siapa saja mengucapkan “( ”ﻻﺇﻝﺔﺇﻻﺍﻝﻠﹼﻪLa ilaha illallah) dengan ikhlas ”, “dengan hati yang yakin”, “dia benar-benar mengucapkannya dari lubuk hatinya” dan ungkapan lain, dimana hadits-hadits ini, mengaitkan masuk surga dengan mengetahui makna kalimat itu, tetap teguh kepdanya sampai ajal menjelang, tunduk dan patuh terhadap maksudnya, dan lain-lain. Berdasarkan hal-hal tersebut, para ulama mengambil kesimpulan tentang syarat-syarat yang mesti dipenuhi, dalam kondisi terhindar dari segala factor penghalang, sehingga kalimat “( ”ﻻﺇﻝﺔﺇﻻﺍﻝﻠﹼﻪLa ilaha illallah) menjadi kunci pembuka pintu surga, dan berguna bagi orang yang mengucapkannya, dan syaratsyarat itu adalah gerigi kunci tersebut, yaitu: 1. Ilmu (pengetahuan) Karena setiap kalimat mempunyai makna, maka Anda wajib mengetahui makna “( ”ﻻﺇﻝﺔﺇﻻﺍﻝﻠﹼﻪLa ilaha illallah) dengan pengetahuan yang bertentangan dengan sifat ketidak-tahuan, yaitu: menafikan sifat ketuhanan dari selain Allah, lalu menetapkan untuk Allah semata, artinya: tidak ada yang berhak disembah atau diberikan ibadah kecuali Allah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman, ”Kecuali orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka mengetahui(nya).” ( Az-Zukhruf: 86) Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam bersabda, ”Siapa saja meninggal dunia, sementara dia mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang haq kecuali Allah, pasti masuk surga”.(HR. Muslim) 2. Yakin Yaitu benar-benar meyakini akan maksudnya, karena kalimat ini sama sekali tidak menerima keraguan, prasangka, dan kebimbangan. Akan tetapi wajib bertopang kepada keyakinan yang pasti dan kuat. Allah telah berfirman menyebutkan sifat-sifat orang yang beriman, ” Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
Dapatkan artikel dan info-info keislaman lainnya di http://hasmijaksel.wordpress.com
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”. (Al Hujarat: 15) Tidak cukup sekedar mengucapkannya saja. Akan tetapi harus dengan keyakinan hati. Jikalau tidak demikian maka itu merupakan nifaq murni. Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam bersabda, ”Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku adalah utusan Allah, tidak seorang hamba pun bertemu dengan Allah dengan membawa dua kalimat syahadat ini tanpa ada keraguan di dalamnya, kecuali dia masuk surga.” (HR. Muslim) 3. Menerima Apabila Anda telah mengetahui dan meyakini, maka sepatutnya pengetahuan yang berkeyakinan ini memiliki pengaruh, yaitu: menerima setiap apa yang dituntut oleh kalimat ini dengan hati dan lidah. Jadi siapa saja yang menolak panggilan tauhid, dan tidak menerimanya, maka dia itu kafir, baik penolakan itu disebabkan oleh kesombongannya, keras kepala, atau kedengkian. Allah berfirman tentang orang kafir yang menolak kalimat ini dengan sombong, ” Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.” (Ash Shaaffaat: 35) 4. Tunduk dan patuh Tunduk dan patuh sepenuhnya terhadap tauhid. Ini merupakan pembuktian dan bentuk pengamalan dari keimanan. Hal ini terwujud dengan mengamalkan apa yang telah Allah syari’atkan dan meninggalkan apa yang Dia larang, sebagaimana firman Allah, ” Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (Luqman: 22) Inilah dia ketaatan yang sempurna. 5. Kejujuran Kejujuran dalam mengucapkannya, dengan kejujuran yang menghapus kedustaan; Karena siapa saja mengatakannya dengan lidahnya saja, sedangkan hatinya mendustakannya kalimat itu maka dia itu munafik. Dasarnya adalah firman Allah yang mencaci orang munafikin, ” Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya.” (Ali Imran: 167) 6. Kecintaan Seorang mukmin mencintai kalimat ini, dan senang mengamalkan sesuai dengan tuntunannya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkannya. Bukti kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya yaitu mendahulukan kecintaan Allah, meskipun bertentangan dengan hawa nafsunya, loyal terhadap
Dapatkan artikel dan info-info keislaman lainnya di http://hasmijaksel.wordpress.com
orang yang cinta Allah dan rasul-Nya, memusuhi orang yang memusuhi-Nya, dan mengikuti rasulNya, serta menuruti jejak langkahnya dan menerima petunjuknya. 7. Ikhlas Bahwasanya mengucapkan kalimat itu, tiada yang ia inginkan kecuali Allah semata, Allah berfirman, ” Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al Bayyinah: 5) Dan Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam bersabda, ”Maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada api neraka orang yang mengucapkan “( ”ﻻﺇﻝﺔﺇﻻﺍﻝﻠﹼﻪLa ilaha illallah) karena mengharapkan dengan itu Allah semata.” Meskipun syarat-syarat ini sudah terpenuhi semua, namun demikian harus tetap teguh dan konsisten di atas kalimat ini sampai ajal tiba.
Sumber: Tafsir Seper Sepuluh Dari Al Qur’an Al Karim, Berikut Hukum-Hukum Penting Bagi Muslim. www.tafseer.info