Program Studi Statistika 1.Identitas Mata Kuliah Manajemen Kebencanaan Nama Mata Kuliah/Blok MIPA Fakultas SST-403 Kode Program Studi Kelompok Semester Ke
4
Kuliah Metode Manajemen Kebencanaan Rumpun Mata Kuliah/Blok Dosen/Koordinator Achmad Fauzan
Lembar Hasil Wawancara di Instansi Versi/Revisi
1/0
Program Studi Bobot sks Sifat Pengambilan Ketersediaan Media Prasyarat
Halaman
1/12
Statistika 3 Wajib Terbatas Program Studi Statistika Diskusi Tidak ada
Semester/Tahun Genap/ Tahun 2018/2019 Akademik
LEMBAR HASIL WAWANCARA Nama Instansi
BMKG SLEMAN
Hari/Tanggal
JUMAT, 16 MARET 2019
Waktu
14.45 – 15.30 WIB
Pemateri
Ibu Etik Setyaningrum, M.Si.
NAMA : SYAFIRA IRSALINA NIM : 18611105 A. Pendahuluan Alhamdulillah atas kehendak dan izin dari Allah SWT, saya dan teman-teman sekelompok telah melaksanakan proses wawancara mengenai Kebencanaan untuk memenuhi Tugas Kuliah Manajemen Kebencanaan. Dalam proses wawancara ini, saya dan teman-teman memilih untuk melakukan wawancara di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta yang beralamat di Jalan Kabupaten No. KM 5.5, Joten, Sendangadi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk pelaksanaan wawancara ini dilaksanakan pada Hari Jumat, 16 Maret 2019 dari pukul 14.45 sampai pukul
Program Studi Statistika
Lembar Hasil Wawancara di Instansi Versi/Revisi
1/0
Halaman
2/12
15.30. Tujuan kami melakukan wawancara di BMKG Mlati ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai keterkaitan cuaca dan iklim dengan proses kebencanaan. Kami berangkat dari kos salah satu sekelompok kami yaitu Nanda pukul 13.20 WIB dengan mengendarai motor secara berboncengan. Untuk kelompok saya anggota nya berkurang satu karena Mbak Intan sudah tidak mengikuti mata kuliah Manajemen Kebencanaan sehingga anggota kelompok kami hanya tinggal 6 angggota saja. Kami berangkat dengan mengendarai 3 motor secara berboncengan. Saat kami berangkat sempat terkendala dengan cuaca, akan tetapi kami tetap berangkat untuk melakukan wawancara menuju BMKG dengan menggunakan jas hujan. Selama perjalanan, kami sangat begitu menikmati perjalanan kami dengan melewati jalan yang masih sangat begitu asri dan indah dengan kondisi cuaca terus memburuk hingga pada saat pukul 14.50 WIB hujan deras disertai angin kencang pun tiba dan kami memutuskan untuk meneduh sembari menunggu hujan reda. Dan pada pukul 14.30 hujan pun mulai sedikit reda dan kami melanjutkan perjalanan menuju ke Kantor BMKG yang dapat ditempuh dalam waktu 10 menit dari tempat kami meneduh. Kami sampai di Kantor BMKG pada pukul 14.45 WIB. Sesampainya disana, Kami bersiap-siap untuk masuk kedalam Kantor BMKG Sleman karena selama perjalanan kami menggunakan sandal untuk alas kaki karena hujan. Kemudian, kami langsung masuk ke dalam Kantor BMKG dengan sebelum melakukan wawancara harus mengisi daftar kehadiran secara online melalui komputer yang telah disediakan oleh BMKG diruang tamu Kantor. Untung saja, kami sampai di Kantor BMKG sebelum jam kerja Kantor selesai yaitu pukul 15.00 sehingga kami diberi toleransi oleh petugas BMKG untuk tetap bisa melaksanakan proses wawancara ini.
Setelah mengisi daftar kehadiran, kemudian kami langsung
dipertemukan dengan salah satu narasumber yang akan kami wawancarai yaitu prakirawan cuaca dan iklim yang bekerja di BMKG Sleman ini. Untuk tempat wawancara, kami menggunakan ruang tamu dari Kantor BMKG Sleman. Yang mana ruang tamu ini berada persis dipintu masuk Kantor BMKG Sleman.Selama proses wawancara ini, kami mengajukan beberapa pertanyaan yang sebelumnya telah kami buat dan persiapkan untuk ditanyakan kepada narasumber. Untuk metode pelaksanaan wawancara ini, kami melaksanakan wawancara ini dengan metode tanya jawab yang dilakukan oleh kami untuk ditanyakan kepada prakirawan cuaca dan iklim. Untuk mendokumentasikan proses
Program Studi Statistika
Lembar Hasil Wawancara di Instansi Versi/Revisi
1/0
Halaman
3/12
wawancara ini kami menggunakan kamera yang dipinjam dari salah satu anggota kelompok kami. Dalam proses dokumentasi kami juga mengalami kendala pada kameranya karena kameranya hanya bisa digunakan untuk merekam video selama 10 menit kemudian mati, sehingga
kami
mendokumetasikannya
secara
bertahap
dalam
artian
kami
mendokumentasikannya setiap satu pertanyaan dilakukan satu kali pengambilan video.
Sebenarnya, saya dan teman sekelompok masih mempunyai banyak pertanyaan untuk diajukan kepada narasumber, akan tetapi karena keterbatasan waktu sehingga kami menyampaikan beberapa pertanyaan inti mengenai bagaimana cuaca dan iklim mempengaruhi suatu kebencanaan yang khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah melaksanakan proses wawancara, kami memutuskan untuk melakukan foto bersama dengan narasumber di ruang tamu Kantor BMKG Sleman.
Program Studi Statistika
Lembar Hasil Wawancara di Instansi Versi/Revisi
1/0
Halaman
4/12
Dan alhamdulillah pada saat itu hujan sudah reda dan kami memutuskan untuk melakukan proses foto-foto didepan Kantor BMKG Sleman terkhusus didepan Tempat Radar Cuaca yang menurut kami disitulah spot yang bagus untuk melakukan foto. Karena pada saat itu Kantor BMKG Sleman sudah sepi dikarenakan memang jam operasionalnya di Hari Jumat hanya sampai pukul 15.00 WIB kami memutuskan untuk foto selfie karena tidak ada yang bisa dimintai tolong untuk memfotokan. Setelah selesai melakukan wawancara dan foto-foto, kami memutuskan untuk pulang kembali ke kos. Untuk perjalanan pulang kami masih menggunakan jalan seperti pada saat berangkat menuju BMKG Sleman. Selama perjalanan, kami mendokumentasikannya dengan menggunakan handphone. Karena perut kami kelaparan dan sudah keroncongan dari saat meneduh karena hujan deras hingga selesai wawancara, kemudian kami mampir untuk makan di warung Makan Citra Rasa 1 di daerah Degolan dekat dengan kos Nanda. Setelah menghilangkah rasa lapar, kemudian saya langsung bergegas untuk pulang ke kos untuk segera menunaikan ibadah sholat ashar sedangkan untuk teman-teman yang lain kembali ketempat kos Nanda. Begitulah singkat cerita dalam proses perjalanan saya dan teman-teman untuk melakukan wawancara di Kantor BMKG Sleman. Seru dan Berharga
Program Studi Statistika
Lembar Hasil Wawancara di Instansi Versi/Revisi
1/0
Halaman
5/12
B. Isi Pemateri : Etik Setiyaningrum,M.Si. Jabatan : Prakirawan Iklim di Stasiun Klimatologi Mlati BMKG DIY Profil Singkat Sebagai prakirawan iklim. Bertugas di BMKG semenjak Tahun 1998. Bertugas selama 16 Tahun di Sulawesi Selatan. Kemudian baru pindah Tahun 2015 – sekarang di Yogyakarta (Stasiun Klimatologi Mlati). Definisi BMKG BMKG merupakan kepanjangan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Mempunyai Tugas Pokok : a. Mengadakan pengamatan terhadap iklim dan cuaca b. Memberikan informasi terkait Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Meteorologi : Cuaca, Klimatologi : Klimat atau Iklim kedepan, Geofisika : tentang Kegempaan. Tugas Pokok Stasiun Klimatologi : memberikan informasi khusus mengenai iklim dan cuaca khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Fungsi BMKG : memberikan pelayanan publik dan informasi terkait cuaca dan iklim.
Lembar Hasil Wawancara di Instansi
Program Studi Statistika
Versi/Revisi
1/0
Halaman
6/12
Perbedaan Cuaca dan Iklim (Rentang Waktu) :
Cuaca : Rentang waktu untuk cuaca hanya dalam waktu jangka pendek (minimal 3 hari – 1 minggu kedepan) Bersifat dinamis dalam artian mudah berubah. Sumbernya mengamati dinamika atmosfer dan dinamika laut. Karena dinamika atmosfer dan dinamika laut saling berinteraksi untuk melakukan proses perubahan cuaca. Alat : Radar Cuaca. Alat ini bisa digunakan untuk mendeteksi awan-awan yang menimbulkan hujan. Contoh awan yang sering menimbulkan hujan adalah awan Cumolonimbus. Alat tersebut sangat bagus untuk memprakirakan cuaca misalnya jika akan terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi untuk beberapa kedepan. Warna yang ada di Radar Cuaca : msisalnya di Peta Sleman warna merah maka akan berpotensi hujan lebat dengan angin kencang pada waktu tertentu. Dan akan menjadi peringatan sebelum terjadinya cuaca hujan lebat tersebut dengan melalui media sosial BMKG Sleman.
Iklim : Keadaan cuaca dengan rentang waktu untuk ilkim berkisar pada waktu 10 hari kedepan, 1 bulan, dan 1 periode musim (jangka panjang). Mengumpulkan data dilakukan dengan melakukan pengamatan cuaca setiap hari . ada data yang dikumpulkan setiap hari menjadi dasaria, bulanan, dan tahunan. Dari
data
yang
waktunya
panjang
tersebut
dapat
digunakan
untuk
memprediksikan iklim kedepan. Iklim kedepan itu sumbernya dari data-data yang telah dikumpulkan dengan waktu yang panjang .
Lebih bagus datanya berada pada rentang waktunya
minimal 10 tahun. Misalnya akan memberikan prakiraan curah hujan satu bulan kedepan, harus mempunyai data minimal 10 tahun terakhir. Untuk wilayah DIY, BMKG
Program Studi Statistika
Lembar Hasil Wawancara di Instansi Versi/Revisi
1/0
Halaman
7/12
mempunyai penangkal hujan yang ada disetiap sebaran wilayah DIY minimal perkecamatan ada, dari situ data minimal terkumpul 10 tahun. Hal tersebut yang akan menjadi bahan baku BMKG untuk melakukan prakiraan iklim dan cuaca untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pertanyaan : Apakah iklim dan cuaca mempengaruhi bencana disuatu daerah? Jawab : Iklim dan cuaca mempengaruhi kebencanaan. Ada dua macam : cuaca ekstrim dan iklim ekstrim. Cuaca ekstrim adalah suatu kondisi dimana kondisi cuaca tidak seperti biasanya dan mengalami penyimpangan kondisi. Misalnya Tanggal 17 Maret 2019 terjadi banjir didaerah Bantul dan Gunung Kidul. Kondisi seperti itu dinamakan dengan cuaca ekstrim karena dipengaruhi oleh badai savana didaerah Selatan Perairan DIY. Dari situlah membentuk palung atau belokan angin diatas wilayah DIY sehingga wilayah yang dilalui oleh belokan angin tadi mengalami cuaca ekstrim. Yang berakibat pada curah hujan yang cukup lebat dengan rentang pagi hari hingga pagi hari selanjutnya. Menurut pengamatan prakirawan daerah Bantul curah hujan mencapai 450 mm. Padahal untuk intensitas curah hujan 450 mm ini dicapai dalam kurun waktu 1 bulan, akan tetapi yang di Bantul tersebut dalam sehari mencapai angka 450 mm. Namun secara normal, untuk daerah Bantul dan sekitarnya intensitas hujan dalam kurun waktu 1 bulan hanya mencapai 300 mm hingga 400 mm. Cuaca ekstrim juga biasanya terjadi disaat terjadinya peralihan musim baik dari musim kemarau ke musim hujan maupun dari musim hujan ke musim kemarau. Cuaca ekstrim ini dapat berupa angin kencang, curah hujan yang sangat lebat yang berakibat terjadinya banjir dan longosr didaerah rawan bencana banjir dan longsor tersebut. Iklim ekstrim adalah suatu kondisi dimana kondisi iklim tidak seperti biasanya. Contohnya adalah pada periode musim, dalam satu periode musim baik
Program Studi Statistika
Lembar Hasil Wawancara di Instansi Versi/Revisi
1/0
Halaman
8/12
itu periode musim hujan maupun periode musim kemarau ada fenomena yang sangat mengganggu dan bersifat jangka panjang. Misalnya El Nino dan La Nina. Peristiwa El Nino dan La Nina walaupun terjadinya di Pasifik Bagian Tengah akan tetapi tetap mempengaruhi wilayah Indonesia. Pada saat La Nina akan berimbas terjadi hujan didaerah Indonesia, suhu rendah dan tekanan tinggi diwilayah Pasifik Tengah. Sedangkan untuk El Nino mempunyai suhu yang tinggi namun dengan tekanan yang rendah sehingga massa uap air di wilayah Indonesia akan ditarik menuju wilayah Pasifik sehingga saat El Nino khususnya diwilayah DIY akan kurang hujan. Ketika El Nino terjadi dimusim kemarau dengan artian tidak sama sekali ada hujan akan tetapi terjadi hujan namun dalam dasarian (per sepuluh hari) kurang dari 50mm yang diikuti dengan dasarian berikutnya (konstan). El Nino bisa terjadi dimasa-masa musim kemarau dengan tidak terjadi hujan sama sekali dengan periode 6 bulan sehingga dilapangan dapat menimbulkan terjadinya kekeringan yang ekstrim. Contohnya di bidang pertanian, sumber air untuk pengairan sawah tidak akan mengalir sehingga mengakibatkan sawah-sawah tersebut menjadi muso / gagal panen atau bahkan tidak bisa ditanami lagi. Selain dibidang pertanian juga berimbas di lingkungan keluarga (rumah tangga) yaitu sumur akan mempengaruhi produksi air tanah yang mana sumur ini digunakan sebagai sumber air untuk kebutuhan sehari-hari. Didaerah Gunung Kidul yang memiliki periode musim kemarau yang lebih panjang mengakibatkan masyarakatnya harus membeli air untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Jika terjadi La Nina, menyebabkan curah hujan yang sangat signifikan baik dimusim kemarau maupun dimusim hujan. Pada Tahun 2010, wilayah DIY hampir tidak terjadi musim kemarau artinya mengalami musim hujan sepanjang tahun 2010 karena dalam 1 dasarian curah hujannya mencapai 50 mm. hal ini justru menjadi suatu hal yang baik bagai para petani karena dapat melakukan penanaman padi sepanjang tahun 2010. Di lain sisi bisa menguntungkan dan juga merugikan. Pada musim kemarau terjadi La Nina berarti banyak hujan, hal ini
Program Studi Statistika
Lembar Hasil Wawancara di Instansi Versi/Revisi
1/0
Halaman
9/12
juga tidak menguntungkan bagi petani garam karena jika disepanjang tahun terjadi musim hujan, maka para petani garam tidak bisa melakukan pekerjaannya untuk membuat garam yang pada hakikatnya dalam proses ini membutuhkan sinar matahari untuk proses pembuatannya. Banyak faktor kebencanaan yang dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Bagaimana Pemetaan Daerah Rawan Bencana di Yogyakarta? Di BMKG Mlati ada pemetaan yang didasarkan pada data yang telah dimiliki.
Berdasarkan data yang dimiliki untuk wilayah DIY, awal musim kemarau dimulai dari daerah Selatan seperti Gunung Kidul, Kulon Progo bagian Selatan kemudian beralih kebagian Tengah pada bulan Mei hinngga kebagian Utara. Awal musim hujan, dimulai dari daerah Utara Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode Statistika yang digunakan dalam BMKG Sleman Untuk memprakirakan iklim, BMKG menggunakan metode statistika Regresi, Korelasi, Santriman untuk verifikasi perkiraan musim dan iklim, dan juga Data Rcmdr dari Pusat. Untuk mengumpulkan data curah hujan menggunakan alat penangkar curah hujan observatif. Alat ini masih manual, dengan bekerjasama dengan Dinas Pertanian maupun dengan Pemerintah Daerah setempat.
Program Studi Statistika
Lembar Hasil Wawancara di Instansi Versi/Revisi
1/0
Halaman
10/12
Proses kerja pengumpulan data : 1. Meletakkan alat disekitar tempat pemerintahan, misalnya bekerja sama dengan Dinas Pertanian maka alat tersebut diletakkan didepan Kantor Dinas Pertanian. 2. Melakukan proses pengamatan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian. Proses penamatan dilakukan setiap jam 7 pagi dengan menggunakan gelas ukur setiap ada hujan. Lalu dicatat waktu pengamatannya yang mana pengukuran tersebut merupakan akumulasi dari curah hujan selama 24 jam sebelumnya. 3. Para Pengamat mengumpulkan data melalui proses collecting data di Grup Whatssapp dengan waktu 1 dasarian sehingga selama 1 bulan terdapat 3 dasarian. Untuk waktu dasarian 1 dimulai pada tanggal 1-10, dasarian 2 tanggal 11-20 dan dasarian 3 mulai tanggal 21-akhir bulan. 4. Melakukan quality control data yang bersifat manual dengan cara melakukan proses pengecekan data yang telah diterima. Misalnya dalam 2 wilayah yang berdekatan dengan 1 alat penangkar hujan, yang memiliki topografi wilayah yang tidak berbeda jauh, akan tetapi curah hujan dalam 1 hari memiliki perbedaan yang sangat tinggi sehingga ada salah satu data yang tidak benar atau di manipulasi oleh pengamat. 5. Melakukan entry data kedalam aplikasi khusus yaitu aplikasi Data Iklim. Dengan meng-input data setiap dasarian. Kemudian keluaran data bisa dalam waktu 5 hari, 10 hari untuk langsung diolah. Input data secara harian keluaran datanya bisa bulanan, tahunan, harian, dasarian atau juga dapat digunakan untuk pengolahan lebih lanjut. BMKG Mlati mempunyai alat penangkar hujan tersebut sebanyak 115 alat yang tersebar di 115 titik diseluruh wilayah DIY yang minimal setiap kecamatan terdapat alat penangkar hujan. Untuk pengumpulan data pengamatan curah hujan yang dilakukan setiap hari, akan dikumpulkan kepada BMKG setiap dasarian (10 hari) .
Program Studi Statistika
Lembar Hasil Wawancara di Instansi Versi/Revisi
1/0
Halaman
11/12
Kendala Pengumpulan Data Dalam BMKG Pengamat tidak mempunyai visi dan misi yang sama, dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh pengamat untuk dilaporkan kepada BMKG kurang tepat waktu walaupun ada beberapa para pengamat yang dapat mengumpulkan datanya tepat waktu dan ada juga yang pengumpulannya tidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Proses Quality Control data yang mendapati ada beberapa data yang dimanipulasi oleh pengamat, sehingga memperlambat proses prakiraan cuaca dan iklim. Walaupun ada data otomatis (Automatic Weather System) tapi data tersebut tidak dapat mewakili seluruh daerah yang ada di DIY. Keterbatasan alat dalam proses prakiraan cuaca dan iklim. Disamping itu juga karena adanya faktor Human Error. Dalam proses observasi data harus dilakukan dengan tepat karena data tersebut sangat penting dalam proses prakiraan cuaca dan iklim. Apabila porses observasi tersebut dilakukan dengan banyak kesalahan seperti manipulasi data maka ketika proses pengolahan data, proses prakiraan, dan keluarannya akan menjadi sampah dan tidak ada gunanya lagi. Program Mitigasi Bencana oleh BMKG Setiap desiminasi (yaitu suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target agar mereka memperoleh informasi yang akan menimbulkan kesadaran, menerina dan pada akhirnya akan memanfaatkan informasi tersebut) dilakukan dengan cara edukasi misalnya mengenai bagaimana cuaca ekstrim, iklim ekstrim. Program tahunan yang dilakukan oleh BMKG adalah Sekolah Lapang Nelayan (SLN). Pada program tahunan ini BMKG mengundang para nelayan dan Badan Penyulluh Perikanan dengan memberikan proses edukasi mengenai cuaca dan iklim yang sangat berpengaruh dalam proses kerja nelayan. Program tahunan kedua BMKG adalah Sekolah Lapang Iklim (SLI). Untuk program Sekolah Lapang Iklim ditujukan kepada Petani dan Penyuluh Pertanian . Pada program ini, BMKG akan memberikan proses edukasi mengenai cuaca dan iklim yang berpengaruh dalam proses pertanian. Seperti ketepatan dalam proses penanaman padi dengan cuaca yang sesuai dengan kebutuhan.
Program Studi Statistika
Lembar Hasil Wawancara di Instansi Versi/Revisi
1/0
Halaman
12/12
Program baru yang akan dilakukan oleh BMKG. BMKG “Goes To School” adalah suatu program yang dilakukan oleh BMKG untuk melakukan sosialisasi mengenai informasi cuaca dan iklim berupa dampak, pengaruh iklim dan cuaca terhadap kebencanaan kepada para siswa mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi yang bertujuan untuk lebih mengakrabkan antara BMKG dengan masyarakat. Harapan BMKG untuk Masyarakat Masyarakat semakin ‘aware’ terhadap informasi cuaca dan iklim karena cuaca dan iklim tidak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari. C. Penutup Banyak kesan yang saya dapat setelah melakukan proses wawancara ini, ada hal positif dan juga ada hal negatif. Untuk hal positif yang saya dapatkan adalaha pertama, mendapat banyak pembelajaran dan informasi baru berkaitan dengan pengaruh cuaca dan iklim terhadap kebencanaan. Selain mendapatkan informasi, saya juga mendapat pengalaman bagaimana bekerja dengan tim yang baik, manajemen waktu selama proses wawancara, dan mendapatkan pengalaman bagaimana proses kerja BMKG secara nyata dilapangan dalam memprakirakan cuaca dan iklim khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain hal positif saya juga mendapatkan hal negatif selama proses wawancara seperti ada beberapa anggota kelompok yang kurang
tepat waktu ketika kami kumpul untuk melaksanakan proses wawancara yang
seharusnya bisa berangkat pukul 13.15 WIB akan tetapi molor hingga 10 menit dan juga narasumber begitu kurang memahami maksud dan tujuan kami untuk melakukan wawancara sehingga sebelum melaksanakan proses wawancara kami menjelaskan kembali apa yang menjadi maksud dan tujuan kami untuk melakukan wawancara. Untuk saran dari saya kedepannya, untuk semua anggota kelompok diharapkan untuk bisa tepat waktu atau on time dalam setiap proses yang akan dilakukan secara tim. Kemudian sebelum melaksanakan proses wawancara, sebaiknya kami harus melakukan persiapan yang lebih matang seperti mengetahui jam operasional dari BMKG itu sendiri dan melakukan komunikasi yang lebih kepada narasumber agar tidak terjadi kurang pemahaman terkait dengan makdus dan tujuan kami melakukan wawancara.