Sumayyah binti Khayyath Mungkin tak banyak orang yang tahu sosok Muslimah yang satu ini, Sumayyah binti Khayyath. Dialah syahidah pertama umat Islam yang menumpahkan darahnya demi mempertahankan keimanannya. Bersama suami dan puteranya, ia menjadi teladan yang istimewa. Sumayyah binti Khayyath adalah seorang hamba sahaya milik Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah. Oleh sang majikan, ia dinikahkan dengan seorang pria asal Yaman yang bernama Yasir bin ‘Amir yang merupakan pendatang di kota Mekkah. Karena banyak mendapat halangan, Yasir meminta perlindungan kepada Abu Hudzaifah yang merupakan kepala suku Bani Makhzum. Dari pernikahannya dengan Yasir bin ‘Amir, Sumayyah dikaruniai putera yang diberi nama ‘Ammar bin Yasir. Dari sang putera inilah, pasangan Yasir dan Sumayyah bersentuhan dengan Islam. Suatu hari, ‘Ammar yang beranjak dewasa mendengar kabar soal kedatangan nabi baru yang membawa ajaran Tuhan. Ia pun segera mencari kebenaran soal hal itu. Begitu bersentuhan dengan Islam, ‘Ammar pun jatuh hati dan langsung mengucapkan ikrar syahadatnya. Mendapat kabar gembira, ‘Ammar segera mengabarkannya kepada ayah bundanya. Berbeda dengan kebanyakan orang Quraisy yang antipati bahkan memusuhi Islam, Yasir dan Sumayyah justru menyambut gembira kabar gembira ini. Bahkan mereka kemudian mengikuti jejak ‘Ammar untuk bersyahadat dan menjadi Muslim dan Muslimah. Keislamanan yang awalnya ditutup-tutupi akhirnya tercium juga. Fakta bahwa anggota keluarga ini masuk Islam menyulut kemarahan Abu Hudzaifah. Ia memaksa agar keluarga ini meninggalkan Islam dan kembali kepada agama nenek moyang mereka yang menyembah latta dan uzza. Namun ketiganya bersikukuh mempertahakan keyakinan mereka. Seperti para sahabat yang masuk Islam golongan paling pertama, Yasir, Sumayyah, dan ‘Ammar mendapat banyak sekali rintangan dan cobaan. Hal ini diperparah lagi dengan status keluarga mereka yang bukan kalangan bangsawan Quraisy. Akibatnya perlakuan yang mereka terima sangatlah kejam dan melewati batas kemanusiaan. Orang terkejam yang menyiksa mereka adalah orang-orang yang selama ini melindungi yaitu dari kalangan Bani Makhzum yang dipimpin Abu Hudzaifah. Setiap harinya, ketiga orang ini digelandang ke padang pasir yang sangat panas untuk disiksa. Sumayyah yang seorang wanita dilempar ke pasir, lalu tubuhnya ditimbun pasir yang sangat panas. Seakan belum puas, dada Sumayyah lalu ditindih dengan batu besar agar ia tidak bisa bernafas. Lalu mereka memaksanya untuk mengimani berhala-berhala. Namun wanita shalihah ini tetap bertahan dengan keyakinannya karena ingat janji Allah SWT bagi hamba-Nya yang bertaqwa, yaitu syurga. Yasir, Sumayyah, dan ‘Ammar terus mendapatkan siksaan yang sedemikian keji. Mereka didera, dicambuk, disalib di padang gurun yang terik, ditindih dengan batu panas, dibakar dengan besi panas, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh dengan luka. Hingga suatu masa, ketika ‘Ammar sudah mencapai puncak rasa sakitnya, ia tidak bisa lagi menahan semua siksaan. Ia lantas berkata pada Rasulullah SAW mengenai kondisinya. Rasul yang setiap hari datang menghampiri mereka untuk memberikan dukungan lantas berseru, ”Sabarlah, wahai keluarga Yasir. Tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah syurga.” Sedemikian berat siksaan yang diterima sehingga ada kalanya mereka tidak lagi menyadari keadaan mereka yang sedemikian parah. Namun ketiganya tetap bertahan dengan keislamannya. Di kala sadar, tidak ada satupun kalimat yang terlontar dari mulut ketiganya kecuali kalimat ”Ahad..Ahad..” seperti yang dilontarkan Bilal bin Rabah. Hal ini tentunya semakin menyulut amarah orang Quraisy yang gagal membalikkan keimanan mereka. Hingga suatu masa, orang Quraisy merasa putus asa dengan kegigihan iman ketiganya, mereka memutuskan menghabisi nyawa sang Muslimah. Adalah Abu Jahal yang menjadi algojo. Dengan tombaknya yang runcing, dialah yang mengeksekusi Sumayyah. Nasib sang mujahidah berakhir ketika tombak Abu Jahal bersarang di dadanya. Menjelang wafatnya, tak sedetik pun Sumayyah menggadaikan keimanannya. Dengan segala yang dimilikinya, ia mempertahankan keyakinannya. Sumayyah binti Khayyath menjadi bukti ketabahan hati, kekuatan iman, dan ketangguhan jiwa. Ia rela mengorbankan segalanya, termasuk jiwa dan raganya demi iman Islamnya. Sumayyah binti Khayyath adalah syahidah pertama Islam. Ia syahid dengan meninggalkan teladan yang luar
1
biasa. Tak heran ia menjadi sosok yang sangat mulia dengan keberaniannya. ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS Al Ankabut, 29;2). Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq (Puteri-puteri Teladan dalam Islam) Dia seorang wanita muhajir yang mulia dan tokoh yang besarkarena akal dan kemuliaan jiwa serta kemauannya yang kuat. Asma' dilahirkan tahun 27 sebelum Hijrah. Asma' 10 tahun lebih tua daripada saudaranya seayah, Aisyah, Ummul Mu'minin dan dia adalah saudara se- kandung dari Abdullah bin Abu Bakar. Asma' mendapat gelar Dzatun nithaqain (si empunya dua ikatpinggang), karena dia mengambil ikat pinggangnya, lalu memotongnya menjadi dua. Kemudian, yang satu dia gunakan untuk sufrah (bungkus makanan untuk bekal) Rasulullah SAW, dan yang lain sebagai pembungkus qirbahnya pada waktu malam, ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash- Shiddiq keluar menuju gua.Penduduk Syam mengolok-olok Ibnu Zubair dengan julukan "Dzaatun nithaqain" ketika mereka memeranginya. Maka Asma' bertanya kepada puteranya itu, Abdullah bin Zubair :"Mereka mengolok-olokkan kamu ?" Abdullah menjawab :"Ya." Maka Asma' berkata :"Demi Allah, dia adalah benar." Ketika Asma' menghadap Al-Hajjaj, dia berkata: "Bagaimana engkau mengolok-olok Abdullah dengan julukan Dzatun nitha- qain ? Memang, aku mempunyai sepotong ikat pinggang yang harus dipakai oleh orang perempuan dan sepotong ikat pinggang untuk menutupi makanan Rasulullah SAW." Asma' telah lama masuk Islam di Mekkah, sesudah 17 orang dan berbai'at kepada Nabi SAW, serta beriman kepadanya dengan iman yang kuat Pengamalan Islam Asma' yang Baik Pada suatu ketika, datang Qatilah binti Abdul Uzza kepada puterinya, Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, sedangkan Abu Bakar telah menalaknya di zaman jahiliyyah, membawa hadiah-hadiah berupa kismis, samin dan anting-anting. Namun Asma' menolak hadiah tersebut dan tidak mengizinkannya memasuki rumahnya. Kemudian dia memberitahu Aisyah :"Tanyakan kepada Rasulullah SAW ....?" Aisyah menjawab :"Bi- arlah dia memasuki rumahnya dan dia (Asma') boleh menerima hadiahnya." Tindakan Asma' yang Baik Abu Bakar r.a. membawa seluruh hartanya yang berjumlah 5.000 atau 6.000 ketika Rasulullah SAW pergi hijrah. Kemudian kakeknya, Abu Quhafah datang kepada Asma' sedangkan dia seorang buta. Abu Quhafah berkata :"Demi Allah, sungguh aku lihat dia telah menyusahkan kalian dengan hartanya, sebagaiamana dia telah menyusahkan kalian dengan dirinya." Maka Asma' berkata kepadanya:"Sekali-kali tidak, wahai, Kakek! Beliau telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita." Kemudian Asma' mengambil batu-batu dan meletakkanya di lubang angin, di mana ayahnya pernah meletakkan uang itu. Kemudian dia menutupinya dengan selembar baju. Setelah itu Asma' memegang tangannya (Abu Quhafah) dan berkata: "Letakkan tangan Anda di atas uang ini." Maka kakeknya mele- takkan tangannya di atasnya dan berkata :"Tidaklah mengapa jika dia tinggalkan ini bagi kalian, maka dia (berarti) telah berbuat baik. Ini sudah cukup bagi kalian." Sebenarnya Abu Bakar tidak meninggalkan se- suatu pun bagi keluarganya, tetapi Asma' ingin menenangkan hati orang tua itu. Az-Zubair ibnul Awwam menikah dengannya, sementara dia tidak mempunyai harta dan sahaya maupun lainnya, kecuali kuda. Maka Asma' memberi makan kudanya dan mencukupi kebutuhan serta melatihnya. Me- numbuk biji kurma untuk makanan kuda, memberinya air minum dan membuat adonan roti. Suatu ketika Az-Zubair bersikap keras terhadapnya, maka Asma' datang kepada ayahnya dan mengeluhkan hal itu. Maka sang ayah pun berkata : "Wahai anakku, sabarlah! Sesungguhnya wanita itu apabila bersuami seorang yang sholeh, kemudian suaminya meninggal dunia, sedang isterinya tidak menikah lagi, maka keduanya akan berkumpul di surga." Asma' datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya :"Wahai, Rasulullah, aku tidak punya sesuatu di rumahku, kecuali apa yang diberikan oleh Az- Zubair kepadaku. Bolehkah aku memberikan dan menyedekahkan apa yang di- berikan kepadaku olehnya ?" Maka Nabi SAW menjawab :"Berikanlah (berse- dekahlah) sesuai kemampuanmu dan jangan menahannya agar tidak ditahan pula suatu pemberian terhadapmu." Maka Asma' adalah termasuk seorang wanita dermawan. Dari Abdullah bin Zubair r.a. dia berkata :"Tidaklah kulihat dua orang wanita yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma'." Kedermawanan mereka berbeda. Adapun Aisyah, sesungguhnya dia suka mengum- pulkan sesuatu, hingga setelah terkumpul padanya, dia pun membagikannya. Sedangkan Asma', maka dia tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya. Asma' adalah seorang wanita yang dermawan dan pemurah. Dia tidak menyimpan sesuatu untuk hari esok. Pernah dia menderita sakit, lalu dia bebaskan semua hamba sahayanya. Asma' ikut dalam Perang Yarmuk bersama suaminya, Az-Zubair, dan menunjukkan keberaniannya yang baik. Dia membawa sebilah belati dalam pasukan Said bin Ash di masa fitnah, lalu diletakkannya di balik lengan bajunya. Kemudian ditanyakan kepadanya :"Apa yang kamu lakukan dengan membawa ini ?" Asma' menjawab :"Jika ada pencuri masuk kepadaku, maka aku tusuk perutnya." Umar ibnul Khaththab r.a. memberi tunjangan untuk Asma' sebanyak 1000 dirham. Asma' meriwayatkan 58 hadits dari Nabi SAW; dan dalam suatu riwayat dikatakan : bahwa dia meriwayatkan 56 hadits [Al-Kazaruni, "Mathaali'ul Anwaar"]. Telah sepakat antara Bukhari dan Muslim atas 14 hadits. Bukhari meriwayatkan sendiri atas 4 hadits, sedangkan Muslim juga meriwayatkan sebanyak itu pula. [Al-Hafih Al-Maqdisi, Al-Kamaal fii
2
Ma'rifatir Rijaal]. Dalam satu riwayat : Diceritakan bahwa Asma' meri- wayatkan 22 hadits dalam Shahihain. Sedangkan yang disepakati Bukhari dan Muslim 13 hadits. Bukhari meriwayatkan sendiri 5 hadits, sedangkan Muslim meriwayatkan 4 hadits. [Ibnul Jauzi, "Al-Mujtana"] Asma' Sebagai Penyair dan Pemberani Asma' adalah wanita penyair dan pemberani yang mempunyai logika dan bayan. Dia berkata mengenai suaminya, Az-Zubair, ketika dibunuh oleh Amru bin Jarmuz Al-Mujasyi'i di Wadi As-Siba' (5 mil dari Basrah) ketika kembali dari Perang Jamal : Ibnu Jarmuz mencurangi seorang pendekar dengan sengaja di waktu perang, sedang dia tidak lari Hai, Amru, kiranya kamu ingatkan dia tentu kamu mendapati dia bukan seorang yang bodoh, tidak kasar hati dan tangannya semoga ibumu menangisi, karena kamu bunuh seoranng Muslim dan kamu akan terima hukuman pembunuhan yang disengaj Tekad Asma' yang Kuat, Kemuliaan Jiwa dan Keberaniannya Kata-kata Asma' kepada puteranya menunjukkan kepada kita tentang makna-makna yang luhur itu. Suatu saat puteranya, Abdullah, datang menemui ibunya, Asma' yang buta dan sudah berusia 100 tahun. Dia berkata kepada ibunya :"Wahai, Ibu, bagaimana pendapat Anda mengenai orang yang telah meninggalkan aku, begitu juga keluargaku." Asma' berkata :"Jangan biarkan anak-anak kecil bani Umayyah mempermainkanmu. Hiduplah secara mulia dan matilah secara mulia. Demi Allah, sungguh aku berharap akan terhibur mengenaimu dengan baik." Kemudian Abdullah keluar dan bertempur hingga ia mati terbunuh. Konon, Al-Hajjaj bersumpah untuk tidak menurunkannya dari tiang kayu hingga ibunya meminta keringanan baginya. Maka tinggallah dia di situ selama satu tahun. Kemudian ibunya lewat di bawahnya dan berkata : "Tidakkah tiba waktunya bagi orang ini untuk turun ?" Diriwayatkan, bahwa Al-Hajjaj berkata kepada Asma' setelah Abdullah terbunuh :"Bagaimanakah engkau lihat perbuatanku terhadap puteramu ?" Asma' menjawab :"Engkau telah merusak dunianya, namun dia telah merusak akhiratmu." Asma' wafat di Mekkah dalam usia 100 tahun, sedang giginya tetap utuh, tidak ada yang tanggal dan akalnya masih sempurna. [Mashaadirut Tarjamah : Thabaqaat Ibnu Saad, Taarikh Thabari, Al-Ishaabah dan Siirah Ibnu Hisyam]. Penulis buku, Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi mencatat dialog yang terjadi antara Asma' dengan Abdullah, dalam sebuah kasidah yang di- anggap sebuah karya seni yang indah. Dia berkata : Asma' di antara manusia adalah sebaik-baik wanita ia lakukan perbuatan terbaik di saat perpisahan datang kepadanya Ibnu Zubair menyeret baju besi di bawah baju besi berlumur darah Ia berkata : Wahai, Ibu, aku telah payah dengan urusanku antara penawanan yang pahit dan pembunuhan yang keji. Teman-teman dan zaman mengkhianatiku, maka aku tak punya teman selain pedangku kulihat bintangku yang tampak terang telah lenyap dariku dan tidak lagi naik. Kaumku telah berupaya melindungiku, maka tak ada penolong selain itu jika aku menerimanya. Asma' menjawab dengan kelopak mata yang kering seakan-akan tidak ada tempat sebelumnya bagi air mata. Air mata itu berubah menjadi uap yang naik dari hatinya yang patah. Tidaklah diselamatkan kecuali kehidupan atau ia menjadi tulang-belulang seperti halnya batang pohon kematian di medan perang lebih baik bagimu daripada hidup hina dan tunduk jika orang-orang menelantarkanmu, maka sabar dan tabahlah, karena Allah tidak menelantarkan. Matilah mulia, sebagaimana engkau hidup mulia dan hiduplah selalu dalam namamu yang mulia dan tinggi tiada di antara hidup dan mati kecuali menyerang di tengah pasukan itu. Kata-kata Asma' kepada puteranya ini akan tetap menjadi cahaya di atas jalan kehidupan yang mulia, yaitu ketika puteranya berkata : "Wahai, Ibu, aku takut jika pasukan Syam membunuhku, mereka akan memotong- motong tubuh dan menyalibku." Asma' menjawab dengan perkataan yang kukuh seperti gunung, kuat seperti jiwanya, besar seperti imannya, dan perkataan itulah yang menentukan akhir pertempuran : "Hai, Anakku, sesung- guhnya kambing yang sudah disembelih tidaklah merasa sakit bila ia dikuliti." Al-Manfaluthi menyudahi kasidahnya dengan perkataan : Datang berita kematian kepada ibunya, maka ia pun mengeluarkan air matanya yang tertahan. Abdullah gugur sebagai syahid dan unggulan nilai-nilai yang tinggi dari ibu teladan. Kisah ini tercatat dalam lembaran-lembaran yang paling cemerlang dalam sejarah orang-orang yang kekal. Wallahu a'lam bishowab. Sumayyah binti Khayyat -radhiallaahu 'anhaPosted by .Karina on Jul 24, '08 8:41 PM for everyone Dialah Sumayyah binti Khayyat, hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughiroh. Beliau dinikahi oleh Yasir, seorang pendatang yang kemudian menetap di Mekkah sehingga tidak ada kabilah yang dapat membela, menolak dan mencegah kezaliman atas dirinya, karena dia hidup sebatang kara. Posisinya menjadi sulit dibawah
3
naungan aturan yang berlaku pada masa Jahiliyah. Begitulah Yasir mendapatkan dirinya menyerahkan perlindungannya kepada Bani Makhzum. Beliau hidup dalam kekuasaan Abu Huzaifah. Dia akhirnya dinikahkan dengan budak wanita bernama Sumayyah, tokoh yang kita bicarakan ini. Beliau hidup bersamanya dalam suasana yang tenteram. Tidak berselang lama dari pernikahan tersebut, merekapun dikaruniai dua orang anak, yaitu ‘Ammar dan Ubaidullah Tatkala ‘Ammar hampir menjelang dewasa dan sempurna sebagai seorang laki-laki beliau mendengar agama baru yang didakwahkan oleh Muhammad bin Abdullah shallallâhu 'alaihi wa sallam kepada beliau. Maka berfikirlah ‘Ammar bin Yasir sebagaimana yang difikirkan oleh penduduk Mekkah, sehingga kesungguhan beliau di dalam berfikir dan lurusnya fitrah beliau, menggiringnya untuk memeluk Dienul Islam. ’Ammar kembali ke rumah dan menemui kedua orang tuanya dalam keadaan merasakan lezatnya iman yang telah terpatri dalam jiwanya. Beliau menceritakan kejadian yang beliau alami hingga pertemuannya dengan Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam, kemudian menawarkan kepada keduanya untuk mengikuti dakwah yang baru tersebut. Ternyata Yasir dan Sumayyah menyahut dakwah yang penuh berkah tersebut dan bahkan mengumumkan keislamannya sehingga Sumayyah menjadi orang ketujuh yang masuk Islam. Dari sinilah dimulai sejarah yang agung bagi Sumayyah yang bertepatan dengan permulaan dakwah Islam dan sejak fajar terbit untuk pertama kalinya. Bani Makhzum mengetahui akan hal itu, karena ‘Ammar dan keluarganya tidak memungkiri bahwa mereka telah masuk Islam bahkan mengumumkan keislamannya dengan kuat sehingga orang-orang kafir menyikapinya dengan menentang dan memusuhi mereka. Bani Makhzum segera menangkap keluarga Yasir dan menyiksa mereka dengan bermacam-macam siksaan agar mereka keluar dari dien mereka. Mereka memaksa dengan cara menyeret mereka ke padang pasir tatkala cuaca sangat panas dan menyengat. Mereka membuang Sumayyah ke sebuah tempat dan menaburinya dengan pasir yang sangat panas, kemudian meletakkan diatas dadanya sebongkah batu yang berat, akan tetapi tiada terdengar rintihan ataupun ratapan melainkan ucapan Ahad….Ahad…., beliau ulang-ulang kata tersebut sebagaimana yang diucapkan juga oleh Yasir, ‘Ammar dan Bilal. Suatu ketika Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam menyaksikan keluarga muslim tersebut yang tengah tersiksa secara kejam, maka beliau menengadahkan tangannya ke langit dan berseru : “Bersabarlah keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga” Sumayyah mendengar seruan Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam, maka beliau bertambah tegar dan optimis dengan kewibawaan imannya. Dia mengulang-ulang dengan berani: “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar”. Sehingga bagi beliau kematian adalah sesuatu yang sepele dalam rangka memperjuangkan aqidahnya. Di hatinya telah dipenuhi kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla, maka dia menganggap kecil setiap siksaan yang dilakukan oleh para Thaghut yang zhalim, yang mana mereka tidak kuasa menggeser keimanan dan keyakinannya sekalipun hanya satu langkah semut. Sementara Yasir telah mengambil keputusan sebagaimana yang dia lihat dan dia dengar dari istrinya. Sumayyah pun telah mematrikan dalam dirinya untuk bersama-sama dengan suaminya meraih kesuksesan yang telah dijanjikan oleh Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam. Tatkala para Thaghut telah berputus asa mendengar ucapan yang senantiasa diulang-ulang oleh Sumayyah maka musuh Allah, Abu jahal melampiaskan keberangannya kepada Sumayyah dengan menusukkannya sangkur yang berada dalam genggamannya ke tubuhnya. Maka terbanglah nyawa beliau dari raganya yang beriman dan bersih. Dan beliau adalah wanita pertama yang syahid dalam Islam. Beliau gugur setelah memberikan contoh yang baik dan mulia bagi kita dalam hal keberanian dan keimanan, yang mana beliau telah mengerahkan segala apa yang beliau miliki, dan menganggap remeh kematian dalam rangka memperjuangkan imannya. Beliau telah mengorbankan nyawanya yang mahal dalam rangka meraih keridhaan Rabb-nya. “Dan mendermakan jiwa adalah puncak tertinggi dari kedermawanan”.
28 Tahun Usia Khodijah Ketika Menikah Dengan Rasululloh 5 Januari 2007 — AlMaidani MediaMuslim.Info - Lima tahun berselang dari hiful fudhul tepatnya ketika beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam berusia 25 tahun, beliau menikahi Khodijah bintu Khuwalid seorang janda terhormat, mulia dan kaya raya. Khodijah sebelum menikah dengan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah menikah dengan dua orang.
4
Pertama dengan ‘Atieq bin Aa’idz Al Makhzumi dan melahirkan seorang putri setelah itu ia menikah dengan Abu Halah Hindun bin Al Nabasy At Tamimidan melahirkan seorang putra, lalu Abu Halah meninggal pada masa jahiliyah. Pernikahan beliau dengan Khodijah merupakan perkara yang pasti dan disepakati oleh kaum muslimin dengan dasar pernyataan Aisyah, yang artinya: “Nabi tidak menikahi wanita lain atas Khodijah sampai Khodijah wafat” (HR: Muslim). Imam Ibnu Hajar menyatakan, ini termasuk yang disepakati para ulama sejarah. Demikian juga pujian dan keutamaan Khodijah yang banyak disampaikan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah bukti nyata bahwa Khodijah adalah salah satu isti beliau, bahkan ia adalah istri pertama beliau. Namun riwayat-riwayat yang memerinci proses perkenalan dan usaha perdagangan beliau mengelola dagangan Khodijah sampai pernikahannya seluruhnya riwayat yang lemah walaupun sangat terkenal. Riwayat-riwayat yang lemah tersebut menjelaskan awal perkenalan keduanya melalui peristiwa Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam bekerja mengelola perdagangan Khodijah yang memiliki investasi modal yang besar. Beliau membawa dagangannya dua kali ke kota Jursy –dekat kota Khomeis Masyieth- Yaman, pernah ke Hubasyah pasar negeri Tuhamah dan Syam. Beliau berangkat bersama budak laki-laki Khodijah yang bernama Maisarah dalam perdagangan tersebut, kemudian Maisarah menceritakan apa yang dilihatnya dari ketinggian dan kemulian Akhlaq Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Penuturan Maisarah tersebut membuat kagum Khodijah, kemudian Khodijah menyampaikan niatnya untuk meminta beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadi suaminya. Lalu Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam bermusyawarah dengan para pamannya dan merekapun menyetujuinya. Kemudian beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam berangkat bersama Hamzah bin Abdil Mutholib meminang Khodijah kepada orang tuanya. Beliau menikahi Khodijah dengan mahar 20 ekor anak onta. Para Ulama berselisih siapakah wali dalam pernikahan tersebut. Ibnu Ishaq menyatakan bahwa menikahkannya adalah Khuwalid bin Asad (Bapak Khodijah), sedangkan yang lainnya menyatakan menjadi walinya adalah pamannya yang bernama Amru bin Asad dan ada yang menyatakan saudaranya bernama Amru bin Khuwalid. Namun yang rojih (kuat) InsyaAlloh adalah bapaknya sendiri menikahkannya (dirojihkan oleh Imam Ibnu Hajar, Dr Akrom Dhiya’ Al Umari, Dr. Mahdi Rizqullah dll.)
yang yang yang yang
Demikian juga dengan usia Khodijah ketika menikah dengan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Al Waqidi (para ulama menyatakan Al Waqidi dengan perkataan Matruk atau perawi yang lemah sekali) menyatakan umur Khodijah kala itu adalah 40 tahun dan inilah yang terkenal secara umum. Namun Ibnu Ishaq (seorang shoduq dan perawi hadits hasan) menyatakan usia Khodijah pada waktu itu adalah 28 tahun. Memang tidak terdapat satu riwayatpun yang shohih mengenai usia Khodijah ketika menikah dengan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam, Namun melihat anak-anak Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang berjumlah 6 orang, semuanya dilahirkan sebelum kenabian kecuali Abdulloh, tampaknya pendapat Ibnu Ishaq lebih kuat dari pada Al Waqidi, karena umumnya wanita pada usia diatas 40 tahun sudah mendekati masa menapous (berhenti haidhnya). Beliau menikah dan tinggal menetap di rumah Khodijah dan memperoleh anugrah 6 orang anak, lima orang anak Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam lahir sebelum kenabian dan satu setelah kenabian. Mereka adalah Al Qasim (meninggal sewaktu masih kecil), Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah, Abdulloh (di panggil juga dengan panggilan Al Thohir atau Al Thoyyib). Seluruh anak laki-laki Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia ketika masih kecil, sedangkan puteri-puteri beliau berumur panjang dan mendapati masa kenabian serta masuk Islam dan berhijroh bersama beliau ke kota Madinah. Demikianlah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan Khodijah membina rumah tangga di rumah tersebut dan Khodijah meninggal di rumah itu juga serta Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam masih tetap menghuni rumah tersebut setelah meninggalnya Khodijah sampai berhijroh ke kota Madinah. (Sumber Rujukan: Al Siroh Al Shohihah Karya Dr. Akrom Dhiya’ Al Umari dan berbagai sumber)
Khodijah Bintu Khuwailid.. Wanita Bangsawan Yang Di Muliakan Allah Ta’ala Maret 11, 2008 — sirbram Bani Asad adalah salah satu suku mulia dari kalangan Quraisy yang membangun kampung keluarga di dalam kota Makkah. Di kampung ini terdapat keluarga yang dibina oleh pasangan suami istri Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab Al-Asadi dengan Fathimah bintu Za’idah bin Al-Asham Jundub bin Harim bin Rawahah bin Hajar bin Abed bin Mu’iesh bin Amir bin Lu’ai, atau terkenal dengan Fatimah Al-Amiriyah. Dari pasangan suami istri Bani Asad dengan Bani Amir bin Lu’ai inilah lahir seorang putri yang kemudian diberi nama Khadijah Al-Asadiyah. http://alghuroba.org/khodijah.php - _ftn1Khadijah Al-Asadiyah ini pun tumbuh dalam sebuah keluarga yang sangat menjunjung tinggi kehormatan. Sehingga di masa jahiliyah, Khadijah Al-
5
Asadiyah terkenal dengan gelarnya At-Thahirah http://alghuroba.org/khodijah.php - _ftn2, yang artinya “Wanita Suci”. Ketika Khadijah Al-Asadiyah memasuki usia remaja, ia terkenal sebagai kembangnya Quraisy, dikarenakan ia wanita yang rupawan dan sangat mulia akhlaqnya. Suatu saat datanglah seorang pria dari keluarga mulia di kalangan Quraisy meminangnya sebagai istri. Pemuda itu bernama Abu Halah bin Zurarah bin Nibasy bin Adi bin Hubaib bin Shard bin Salamah bin Jarwah bin Usaid bin Amr bin Tamim At-Tamimi. Khadijah Al-Asadiyah pun menikah dengannya. Tak berapa lama dari perkawinan itu, lahirlah seorang putri yang diberi nama Hindun bintu Abi Halah At-Tamimi. Akan tetapi takdir Allah menjemput sang suami setelah kelahiran Hindun bintu Abi Halah ini. Sebagai seorang yang terhormat, Khadijah Al-Asadiyah tak terlalu lama menjalani hidup sebagai janda kembang, karena tak lama kemudian seorang pria dari Bani Makhzum yang bernama Athiq bin Abid bin Abdullah bin Umar bin Makhzum datang meminangnya. Dua insan ini pun menikah serta berumah tangga dalam suasana hidup baru dan bahagia. Namun Athiq tidak terlalu lama hidup dengan Khadijah Al-Asadiyah karena beberapa saat setelah menikah, iapun meninggal dunia pula. Setelah kepergian suaminya itu, Khadijah akhirnya memutuskan untuk hidup menjanda dengan limpahan harta sebagai wanita pedagang yang sukses. Bahkan dia menggaji para pegawainya untuk membawa dan mengawasi arus perdagangan dari dan ke negeri Syam dan negeri Yaman. Namun bagaimanapun ketegarannya dalam melawan kesepian sebagai janda muda, ia tetap saja merindukan seorang suami yang menjadi tambatan hidupnya. Di saat itulah muncul seorang pemuda yang sangat menarik perhatiannya baik dari sisi ketampanannya, kemuliaan akhlaqnya, kemuliaan keturunannya, maupun dari sisi kejujurannya. Pemuda tampan itu adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Mutthalib bin Hasyim. Semula Khadijah Al-Asadiyah memberi amanah padanya untuk membawa barang dagangannya ke negeri Syam. Diamdiam Khadijah menyimpan rencana khusus pada misi perdagangan ini. Dia mengutus budaknya yang bernama Maisarah untuk mendampingi pemuda tampan itu, dengan pesan agar mengamati perangai dagangnya. http://alghuroba.org/khodijah.php - _ftn3 Tak berapa lama setelah itu, misi dagang ke negeri Syam yang dikirim oleh Khadijah telah pulang. Dan Maisarah melaporkan kepadanya, bahwa pemuda tampan ini menyimpan tanda-tanda kenabian di balik berbagai ketampanan wajahnya, kekekaran tubuhnya dan kemuliaan serta kejujuran akhlaqnya. Maisarah menceritakan tentang tanda-tanda kenabian tersebut telah dilihat oleh seorang pendeta Nasrani di negeri Syam, bernama Buhaira. Maka dengan laporan Maisarah ini, kini Khadijah Al-Asadiyah tidak saja menaruh perhatian kepada pemuda tampan itu, akan tetapi sekarang meningkat kepada rasa kekagumannya yang sangat mendalam kepadanya, dan berharap untuk menjadi istri bagi sang pemuda itu. Dengan pengalamannya dalam perkara pinang-meminang karena statusnya yang menjanda dua kali, tentu dia lebih agresif untuk menyatakan niat hatinya kepada si pemuda tampan itu. Khadijah Al-Asadiyah mengutus Maisarah untuk menyampaikan hasrat di hati kepada pemuda tampan nan mulia itu. Rupanya jawaban yang diterimanya sungguh sangat membahagiakannya. Ternyata dia tidak bertepuk sebelah tangan. Muhammad bin Abdillah Al-Hasyimi tak disangka ternyata juga menyimpan asmara di hatinya. Tak ada yang menghalangi hasrat Muhammad menyampaikan isi hatinya kecuali karena pemuda tampan ini sangat pemalu, bahkan lebih pemalu dari perawan pingitan. Dengan jawaban itu pulalah akhirnya Khadijah bertemu dengan suami yang dicita-citakan sejak menjanda beberapa lama. Acara peminangan dan pernikahan pun segera dilaksanakan. Pemudan tampan Muhammad bin Abdillah Al-Hasyimi didampingi oleh pamannya, yaitu Hamzah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim. Sedangkan Khadijah Al-Asadiyah didampingi oleh walinya yaitu pamannya yang bernama Amr bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Dan pernikahan yang sangat dinanti itu pun berlangsung dengan penuh kebahagian pada kedua keluarga Quraisy ini, yaitu keluarga Bani Hasyim dengan Bani Asad. Waktu itu usia Khadijah Al-Asadiyah telah mencapai 40 th, sedangkan usia pemuda tampan suaminya yang baru ini masih 25 th. Bersama dua anak putri bernama Hindun dan Halah dari suami Khadijah yang terdahulu, rumahtangga dua sejoli ini dijalani dalam kebahagiaan dan kerukunan. Tak lama setelah pernikahannya dari pasangan berbahagia ini pun akhirnya lahir anak-anak yang sehat dan berbahagia. Anak pertama yang mereka lahirkan adalah seorang anak lelakinya yang diberi nama Al-Qashim. Kemudian menyusul anak putrinya sebagai anak kedua bernama Zainab. Kemudian Ummu Kultsum juga putri, kemudian putri berikutnya bernama Fathimah yang bergelar AzZahra’, kemudian putri juga bernama Ruqayyah. Setelah Ruqayyah, lahir anak lelaki sebagai anak ke enam bernama Abdullah yang bergelar At-Thahir atau At-Thayyib. Segenap anak lelakinya meninggal dunia ketika masih kecil sebelum ayah mereka diutus menjadi Nabi. http://alghuroba.org/khodijah.php - _ftn4 Khadijah Al-Asadiyah sangat memuliakan suaminya dan memberikan segala-galanya untuknya. Sampai akhirnya datangnya peristiwa besar pada diri sang suami tercinta. Di suatu hari sang suami pulang ke rumah dengan tubuh gemetar dan menggigil. Wajahnya menampakkan ketakutan yang amat dahsyat, dan Khadijah AlAsadiyah sebagai istri yang amat memuliakan serta mencintai suaminya, menyambutnya dengan penuh kehangatan dan langsung mengantarkannya ke tempat tidur dan menyelimutinya, sehingga sang suami kembali pulih ketenangannya. Di saat itu Muhammad bin Abdillah Al-Hasyimi mulai berucap kepada sang istri tercinta: “Aku sungguh sangat mengkhawatirkan diriku.” Khadijah Al-Asadiyah amat mengerti keresahan suaminya dan dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, ia mencoba menenangkan suaminya dengan mengatakan kepadanya: “Tidak mungkin sama sekali, demi Allah engkau tidak akan dihinakan oleh-Nya selama-lamanya.
6
Karena engkau selalu menyambung silaturrahmi, dan engkau membantu meringankan beban orang yang kesulitan. Engkau selalu memberi orang yang tidak punya apa-apa. Engkau selalu memuliakan tamu. Dan engkau selalu membantu memperjuangkan orang untuk mendapatkan haknya.” Kata-kata yang amat meyakinkan ini sungguh amat besar pengaruhnya bagi sang suami dalam menenangkan gejolak keresahannya. Dan ketika dilihatnya, bahwa suami tercinta telah mulai tenang, segera diusulkan kepadanya dan segera disetujui oleh sang suami, untuk berangkat mendatangi seorang pria dari Bani Asad yang telah menjadi Nasrani dan mendalami ilmu tentang kitab Injil dan Taurat dalam bahasa Ibrani. Bahkan orang ini telah menulis Injil dalam bahasa Arab. Dia bernama Waraqah bin Naufal. Kepada Waraqah, diceritakan kepadanya apa yang dialami oleh Muhammad bin Abdillah Al-Hasyimi di gua Hira’ yang didekap berulang-ulang oleh sesorang yang tidak dikenalnya dan kemudian setelah didekap tiga kali baru dibacakan kepadanya lima ayat pertama Surat Al-Alaq. Maka mendengar cerita apa yang dialami beliau tersebut, Waraqah menyatakan kepadanya: “Yang datang kepadamu itu adalah Malaikat yang pernah datang kepada Musa. Wahai, alangkah bagusnya kalau aku masih muda ketika dakwah yang engkau lakukan. Alangkah bagusnya seandainya aku masih hidup ketika kaummu mengusir engkau dari negerimu.” Mendengar penjelasan itu Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dengan penuh keheranan bertanya kepada Waraqah: “Apakah mereka kaumku akan mengusir aku dari negeriku?” Waraqah pun menjawabnya: “Ya tentunya, tidaklah ada seorang pun yang datang kepada suatu kaum seperti yang engkau bawa, kecuali pasti dia akan dimusuhi oleh kaumnya. Dan bila aku masih hidup ketika engkau dimusuhi oleh kaummu, pasti aku akan membelamu dengan pembelaan yang kuat.” Kemudian ternyata tidak berapa lama setelah itu, Waraqah meninggal dunia. http://alghuroba.org/khodijah.php - _ftn5 Mendengar penjelasan Waraqah ini, Khadijah Al-Asadiyah langsung meyakini bahwa suaminya ini adalah Nabi yang diutus oleh Allah sebagai penutup para Nabi dan para Rasul untuk segenap ummat manusia di segala bangsa dan segala zaman sampai hari kiamat. Khadijah Al-Asadiyah langsung beriman kepada suaminya dan ia menjadi orang pertama di ummat ini yang beriman kepada Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam . Ini adalah keutamaan beliau sepanjang zaman sampai hari kiamat. Dengan iman kepada Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam , Khadijah Al-Asadiyah semakin besar pengorbanannya untuk mendukung perjuangan sang suami dalam berdakwah kepada Islam. Khadijah mengorbankan segenap hartanya di jalan Allah Ta`ala dan memberikan dukungan jiwa dan raga kepada perjuangan Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam . Segala derita dan duka nestapa yang dialami Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam , dialami pula oleh Khadijah dan ia adalah istri teladan bagi ummat ini dalam mendampingi suami menempuh jalan perjuangan di jalan Allah Ta`ala. Ketulusannya dalam berkhidmat kepada suami, dan dukungannya yang sepenuh kemampuan untuk perjuangan sumi, serta kesungguhan dalam berislam dan beriman, menyebabkan diangkatnya derajatnya oleh Allah Ta`ala di dunia dan di akherat. Sehingga Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam bersabda dalam beberapa hadits yang menerangkan tentang keutamaan Khadijah Al-Asadiyah, sebagai berikut ini: 1). Ali bin Abi Thalib radliyallahu `anhu meriwayatkan: Bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik wanita di dunia adalah Maryam, dan sebaik-baik wanita di dunia ini adalah Khadijah.” (HR. Bukhari dalam Shahih nya, hadits ke 3815) Maksudnya ialah bahwa Maryam ibunya Nabi Isa `alaihimas salam adalah wanita termulia di muka bumi ini sebagaimana Khadijah Al-Asadiyah. 2). Ibnu Abbas radliyallahu `anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam telah bersabda: “Seutama-utama wanita penghuni surga ialah: Khadijah, dan Fathimah, dan Maryam dan Asiah.” (HR. AnNasa’i dengan sanad yang SHAHIH dan juga diriwayatkan oleh Al-Hakim . Demikian dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari jilid 7 hal 135). Fathimah yang dimaksud di hadits ini ialah putri Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam yang lahir dari Khadijah Al-Asadiyah. Dan Asiah yang dimaksud di hadits ini ialah Asiah bintu Muzahim istri Fir’aun. 3). Abu Hurairah radliyallahu `anhu meriwayatkan sabda Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam sebagai berikut: “Malaikat Jibril telah datang kepada Nabi dan menyatakan: <Wahai Rasulullah, ini Khadijah sebentar lagi akan datang membawa mangkuk yang berisi kuah atau makanan atau minuman. Maka bila dia datang kepadamu, sampaikanlah kepadanya Salam sejahtera dari Tuhannya dan juga salam dariku. Dan juga beri kabar gembira kepadanya bahwa dia akan ditempatkan di suatu rumah di surga yang dibangun dari mutiara. Yang tidak ada lagi padanya pertengkaran dan tidak ada pula padanya kelelahan>.” (HR. Bukhari dalam Shahih nya hadits ke 3820).
7
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang memberitakan keutamaan Khadijah Al-Asadiyah di dunia dan di akherat. Dia telah banyak berkurban untuk Allah Ta`ala dan agama-Nya serta setelah itu untuk Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam sebagai suaminya dan sekaligus sebagi pimpinannya. Di tahun-tahun terakhir kehidupannya, dia tetap dengan setia mendampingi suaminya dalam derita menjalani pemboikotan sosial dan ekonomi yang dilakukan oleh orang Quraisy selama tiga tahun dalam suasana kelaparan dan kesengsraan yang dahsyat. Dan setelah berakhirnya pemboikotan itu, Khadijah bintu Khuwailid Al-Asadiyah wafat mendahului suaminya berangkat ke rahmat Allah Ta`ala dengan keridlaan-Nya dan keridlaan Rasul-Nya. Beliau meninggal dunia dalam usia 65 th, di bulan Ramadhan dan dimakamkan di pemakaman Al-Hujun di Makkah Al-Mukarramah. Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam membina rumah tangga dengannya dalam masa dua puluh lima tahun dengan penuh cinta, kerukunan, mawaddah dan rahmah. Selamat jalan Khadijah ibu kami, semoga kami dapat menyusulmu bersama Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dan para Shahabat beliau dalam Rahmat Allah Ta`ala. Amin ya Mujibas sa’ilin .
Asma Binti Abu Bakar Posted on Maret 21, 2008. Filed under: Napak Tilas Shahabat-Shahabiyah | http://melianaaryuni.files.wordpress.com/2008/03/muslimah.jpg Asma binti Abu Bakar, turut dikenali sebagai wanita besi yang berumur panjang. Nama wanita ini pendek sahaja, tetapi, perjalanan hidupnya tidak pendek seperti namanya. Allah memberinya umur panjang dan kecerdasan berfikir, hingga dia dapat mewarnai perjalanan hidup generasi tabiin (pengikut Rasulullah) dengan perjalanan kehidupan pada zaman Rasulullah.Asma’, termasuk kelompok wanita yang pertama masuk Islam. Permulaan Asma’ tidak boleh dipisahkan dengan peristiwa hijrah Rasulullah dan ayahnya Abu Bakar.Dialah yang mengirimkan bekalan makanan dan minuman kepada mereka. Lantaran peristiwa inilah, Asma’ digelar sebagai “dzatun nithaqain” yang membawa maksud wanita yang mempunyai dua ikat pinggang.Gelaran ini diberikan ketika Asma’ hendak mengikat karung makanan dan tempat minuman yang akan dikirim kepada Rasulullah dan Abu Bakar. Pada waktu itu, Asma’ tidak memiliki tali untuk mengikatnya, maka dia memotong ikat pinggangnya menjadi dua,satu untuk mengikat karung makanan dan satu lagi untuk mengikat tempat air minum. Ketika Rasulullah mengetahui hal ini, baginda berdoa semoga Allah akan menggantikan ikat piinggang Asma’ dengan dua ikat pinggang yang lebih baik dan indah di syurga.Asma’ berkahwin dengan Zubir bin Awwam, seorang pemuda dari golongan biasa yang tidak memiliki harta, kecuali seekor kuda. Namun demikian, Asma’ tidak kecewa. Dia tetap setia melayan suaminya. Sekiranya suaminya sibuk menyebarkan tugas daripada Rasulullah, Asma’ tidak segan merawat dan menumbuk biji kurma untuk makanan kuda suaminya. Hasil perkahwinannya, Allah menganugerahi mereka seorang anak yang cerdas yang diberi nama Abdullah bin Zubir.Asma’ memiliki beberapa sifat istimewa. Selain cantik, dia mempunyai sifat yang hampir sama dengan dengan saudaranya Aisyah, cerdas, pantas dan lincah. Sifatnya yang pemurah menjadi teladan kepada ramai orang. Waktu terus berlalu, anaknya Abdullah bin Zubir diangkat menjadi Khalifah menggantikan Yazid bin Mu’awwiyah yang wafat. Bani Umaiyah tidak rela dengan kepemimpinan Abdullah bin Zubir. Mereka menyiapkan tentera yang besar dalam pimpinan Panglima Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi untuk menggulingkan Khalifah Abdullah bin Zubir.Perang di antara dua kekuatan itu tidak dapat dihindari.Lalu, Abdullah bin Zubir turun ke medan perang untuk memimpin pasukannya. Tetapi, tenteranya belot dan pergi kepada pihak Bani Umaiyah. Akhirnya, dengan jumlah tentera yang sedikit, pasukan Abdullah bin Zubir undur ke Baitul Laham, bersembunyi di bawah Kaabah. Beberapa saat sebelum kekalahannya, Abdullah bin Zubir menemui ibunya. Ibunya bertanya,”Mengapa engkau datang ke sini, padahal batu besar yang dilontarkan pasukan Hajjaj kepada pasukanmu menggetarkan seluruh kota Makkah? “Aku datang hendak meminta nasihat daripada ibu,” jawab Abdullah dengan rasa hormat. “Mengenai apa?” tanya Asma’ lagi. “Tentera aku banyak yang belot. Mungkin kerana takut kepada Hajjaj atau mungkin juga mereka menginginkan sesuatu yang dijanjikan. Tentera yang ada sekarang nampaknya tidak akan sabar bertahan lebih lama bersama aku. “Sementara itu, utusan Bani Umaiyah menawarkan kepadaku apa saja yang aku minta berupa kemewahan dunia, asal aku bersedia meletakkan senjata dan bersumpah setia mengangkat Abdul Malik bin Marwan sebagai Khalifah. Bagaimana pendapat ibu?”tanya Abdullah. Asma’ menjawab dengan suara tinggi,”Terserah engkau, wahai Abdullah! Bukankah engkau sendiri yang lebih tahu tentang dirimu. ”Apabila engkau yakin dalam kebenaran, maka teguhkan hatimu seperti tentera engkau yang gugur. Tetapi apabila engkau menginginkan kemewahan dunia, tentu engkau seorang lelaki yang pengecut. 8
Bererti engkau mencelakakan diri sendiri, menjual murah sebuah kepahlawanan.” Abdullah bin Zubir, menundukkan kepala di depan ibunya yang kecewa. Ibunya, walaupun tua dan buta, namun Abdullah seorang khalifah dan panglima yang gagah berani tidak sanggup melihat wajah ibunya kerana rasa hormat dan kasih kepadanya. “Tetapi aku akan terbunuh hari ini, ibu,”kata Abdullah lembut. “Itu lebih baik bagimu, daripada engkau menyerahkan diri kepada Hajjaj.
Akhirnya kepala kamu akan dipijak-pijak oleh Bani Umaiyah dengan memberikan janji mereka yang sukar untuk dipercayai,”kata ibunya tegas. “Aku tidak takut mati, ibu! Tetapi aku khuatir mereka akan mencincang dan merobek-robek jenazah aku dengan kejam,” ujar Abdullah lagi. “Tidak ada apa yang perlu ditakuti dengan perbuatan orang hidup terhadap orang mati. Bukankah kambing yang disembelih tidak merasa sakit lagi ketika disiat?” jawab Asma’. “Yang ibu khuatir kalau engkau mati di jalan yang sesat,” sambung Asma’ lagi. “Percayalah ibu, aku tidak memiliki fikiran sesat untuk melakukan perbuatan keji. Aku tidak akan melanggar hukum Allah. Aku bukan pengecut dan aku lebih mengutamakan keredhaan Allah dan keredhaan ibu,” ucap Abdullah bersemangat.Nasihat Asma’ memberi semangat kepada Abdullah untuk mempertahankan dan membela kebenaran. Sebelum matahari terbenam, Abdullah mati syahid menemui Allah.
Mempengaruhi Orang Lain Ada sebagian orang yang dengan mudahnya mampu mempengaruhi orang lain di sekitarnya, tapi ada sebagian lagi yang hanya ikut arus dengan apa yang dikatakan oleh orang lain. Tidak kita pungkiri hal itu pun banyak terjadi di lingkungan kita, contohnya lingkungan kerja. Ada teman yang mudah ikut apa yang dikatakan oleh orang lain ada juga yang kukuh dengan pendiriannya sehingga dia sulit sekali untuk dipengaruhi oleh orang lain. Pada pembahasan artikel psikologi ‘ Cara Memahami Orang Lain’, di dalamnya ada pembagian karakter manusia. Ada karakter yang mudah dipengaruhi dari segi perasaan, misalnya karakter melankolis yang mudah terbawa perasaan. Mempengaruhi orang lain agar ikut dengan apa yang kita inginkan atau apa yang kita pikirkan itu tidaklah mudah. Untuk mempengaruhi orang yang dikategorikan melankolis, maka sentuh daya rasanya atau perasaannya, rasa ibanya. Biasanya jika sudah tersentuh rasa ibanya, maka orang itu mudah untuk dipengaruhi pikirannya. Tipe kepribadian yang kholeris merupakan tipe yang sulit untuk dipengaruhi. Tipe ini bisa mempengaruhi orang lain karena di dalam dirinya ada sifat memimpin, suka berargumentasi sehingga sangat mudah baginya untuk mengajak orang lain mengikuti apa yang dia inginkan atau yang dia rasakan. Untuk kepribadian yang lain coba telusuri sifat khasnya dan jadikan sifat tersebut sebagai kunci untuk mempengaruhi orang tersebut. Baca artikel di bawah ini : Banyak yang menyarankan kepada saya untuk membaca buku “Bagaimana Mencari kawan dan Mempengaruhi Orang Lain” karya Dale Carnegie, tapi tidak banyak orang yang menjelaskan kepada saya buku itu berisikan apa aja, merka Cuma mengatakan bahwa buku itu bagus untuk dibaca dan 9
menjadikan kita bisa memperoleh teman yang lebih banyak.Dalam tulisan ini saya ingin menyampaikan apa saja sich yang dibahas dalam buku tersebut. Buku ini memberikan kita pelajaran tentang bagaimana kita bisa memeperoleh teman yang lebih banyak, bagaimana kita mempunyai pengaruh dalam bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat, dan bagaimana membina hubungan antar manusia. Pada cover belakang buku ini tertulis ada sepuluh hal yang bisa anda dapatkan dalam buku ini, yaitu : 1. Mengeluarkan Anda dari kebiasaan mental yang buruk, memberi Anda gagasan baru, visi baru dan ambisi baru. 2. Membuat Anda mudah dan cepat berkawan 3. Meningkatkan popularitas Anda 4. Memikat orang mengikuti cara berpikir Anda 5. Meningkatkan pengaruh, prestise, kemampuan Anda untuk menyelesaikan segala sesuatu 6. Memungkinkan Anda memperoleh klien dan pelanggan baru 7. meningkatkan kemampuan Anda dalam memperoleh penghasilan yang lebih besar 8. Menjadikan Anda wiraniaga, manajer atau eksekutif yang lebih baik 9. Menjadikan Anda pembicara yang lebih baik dan lebih menyenangkan 10. Membangkitkan antusiasme diantara rekan usaha Berikut Saya ingin memberikan ringkasan-ringkasan dalam buku ini Teknik-teknik Mendasar dalam Menangani Manusia. Prinsip 1 : Jangan mengkritik, mencercah atau mengeluh Prinsip 2 : Berikan penghargaan yang jujur dan tulus Prinsip 3 : Bangkitkan minat pada diri orang lain Enam Cara untuk Membuat Orang Lain Menyukai Anda Prinsip 1 : Jadilah sungguh-sungguh berminat terhadap orang lain Prinsip 2 : Tersenyumlah Prinsip 3 : Mengingat nama seseorang adalah hal paling mengesankan dan paling penting bagi orang itu dalam bahasa apapun Prinsip 4 : Jadilah pendengar yang baik. Dorong orang lain untuk berbicara tentang diri mereka Prinsip 5 : Bicarakan minat-minat orang lain Prinsip 6 : Buat orang lain merasa penting – dan lakukan itu dengan tulus Memikat Orang Lain Mengikuti Cara Berpikir Anda Prinsip 1 : Satu-satunya cara untuk memperoleh manfaat paling banyak dari perdebatan adalah menghindari perdebatan itu sendiri Prinsip 2 : Perlihatkan respek terhadap pendapat orang lain. Jangan pernah berkata, “Anda salah.” Prinsip 3 : Kalau Anda salah, akuilah dengan cepat dan simpatik Prinsip 4 : Mulailah dengan cara yang ramah Prinsip 5 : Usahakan orang lain mengucapkan ”ya, ya” dengan segera 10
Prinsip 6 : Biarkan orang lain yang lebih banyak berbicara Prinsip 7 : Biarkan orang lain merasa bahwa itu adalah idenya Prinsip 8 : Cobalah dengan sungguh-sungguh melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang lain. Prinsip 9 : Bersimpatilah dengan ide dan hasrat orang lain Prinsip 10 : Imbaulah motif-motif yang lebih mulia Prinsip 11 : Dramatisir ide-ide Anda Prinsip 12 : Lemparkan tantangan Menjadi Pemimpin Prinsip 1 : Mulailah dengan pujian dan penghargaan yang jujur Prinsip 2 : Beritahu kesalahan orang lain dengan cara tidak langsung Prinsip 3 : Bicarakan kesalahan Anda dulu sebelum mengkritik orang lain Prinsip 4 : Ajukan pertanyaan sebagai ganti memberi perintah langsung Prinsip 5 : Biarkan orang lain menyelamatkan muka Prinsip 6 : Pujilah peningkatan sekecil apapun dan pujilah setiap peningkatan. Jadilah ”tuluslah dalam penerimaan Anda dan murah hati dalam penghargaan Anda” Prinsip 7 : Beri orang lain reputasi yang baik untuk mereka penuhi Prinsip 8 : Gunakan dorongan. Buat kesalahan tampak mudah diperbaiki. Prinsip 9 : Buat orang lain merasa senang mengerjakan hal yang Anda sarankan (sumber : Bagaimana Mencari kawan dan Mempengaruhi Orang Lain, karya Dale Carnegie) Beberapa teori dan formulasi tentang taktik atau teknik mempengaruhi telah bermunculan sejak 20 tahun yang lalu (Kipnis-1980; Schriesheim-1990; Yukl-1992, Ferris-1997). Dari perseteruan pendapat yang ada, boleh dikata yang banyak diterapkan dan dimutasikan dalam penelitian lanjutan adalah metode Influence Behavior Questionanaire (IBQ). Suatu metode yang dikembangkan oleh peneliti yang bernama Gary Yukl (1992), professor di University at Albany, Amerika. Metoda IBQ memformulasikan 9 strategi dan teknik mempengaruhi orang lain. •
Rational Persuasion: Adalah siasat meyakinkan orang lain dengan menggunakan argumen yang logis dan rasional. Seorang dokter yang memberi nasehat kepada pasien yang perokok berat, dengan menjelaskan efek buruk merokok bagi paru-paru dan hasil penelitian yang membuktikan bahwa para perokok lebih rentan menderita penyakit kronis lain. Adalah salah satu contoh rational persuasion ini.
•
Inspiration Appeals Tactics: Adalah siasat dengan meminta ide atau proposal untuk membangkitkan rasa antusias dan semangat dari target person. Contoh nyata penerapannya adalah, seorang menteri yang membawahi departemen komunikasi dan informasi (kominfo), yang membuka kesempatan kepada seluruh komunitas IT untuk membuat proposal dan ide tentang pengembangan e-government di suatu negeri.
•
Consultation Tactics: Terjadi ketika kita meminta target person untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang kita agendakan. Misalnya adalah menteri kominfo diatas yang kembali berkonsultasi kepada seluruh komunitas IT di suatu negeri dalam upaya mengajak partisipasi aktif dalam implementasi cetak biru e-government yang telah diproduksi oleh departemennya.
•
Ingratiation Tactics: Adalah suatu siasat dimana kita berusaha untuk membuat senang hati dan tentram target person, sebelum mengajukan permintaan yang sebenarnya. Sendau gurau seorang salesman terhadap langganan, pujian seorang pimpinan terhadap bawahan sebelum memberi tugas baru, ataupun traktiran makan seorang partner bisnis adalah termasuk dalam ingratiation 11
tactics ini. •
Personal Appeals Tactics: Terjadi ketika kita berusaha mempengaruhi target person dengan landasan hubungan persahabatan, pertemanan atau hal yang bersifat personal lainnya. Kita bisa mengimplementasikannya dengan memulai pembicaraan misalnya dengan, “Budi, saya sebenarnya nggak enak mau ngomong seperti ini, tapi karena kita sudah bersahabat cukup lama dan saya yakin kamu sudah paham mengenai diri saya …”
•
Exchange Tactics: Adalah mirip dengan personal appeal tactics namun sifatnya adalah bukan karena hubungan personal semata, namun lebih banyak karena adanya proses pertukaran pemahaman terhadap kesukaan, kesenangan, hobi, dsb. diantara kita dan target person.
•
Coalition Tactics: Adalah suatu siasat dimana kita berkoalisi dan meminta bantuan pihak lain untuk mempengaruhi target person. Strategi kemenangan karena jumlah pengikut dipakai dalam siasat ini.
•
Pressure Tactics: Terjadi dimana kita mempengaruhi target person dengan peringatan ataupun ancaman yang menekan. Seorang komandan pasukan yang memberi ancaman penurunan pangkat bagi prajuritnya yang mengulangi kesalahan serupa. Adalah contoh implementasi pressure tactics ini.
•
Legitimizing Tactics: Adalah satu siasat dimana kita menggunakan otoritas dan kedudukan kita untuk mempengaruhi target person. Presiden yang meminta seorang menteri untuk menyusun rancangan undang-undang, kepala sekolah yang meminta guru menyusun kurikulum pendidikan adalah beberapa contoh penerapan legitimizing tactics.
Referensi: 1. Stephen P. Robbins and Mary Coulter, “Management (8th Edition)”, Prentice Hall, January 14, 2004. 2. G. A. Yukl and J. B. Tracey, “Consequences of Influence Tactics used with Subordinates, Peers, and the Boss”, Journal of Applied Psychology, 77, 525-535, 1992. Cara Mempengaruhi Orang Lain Setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Saudara-saudara satu keluarga pun mempunyai sifat yang tidak bisa kita samakan. Kakak yang biasanya bertanggung jawab dan sayang kepada adikadiknya mungkin akan kita temui di kehidupan ini. Bisa jadi kita juga akan menemui kakak yang tidak berhttp://melianaaryuni.wordpress.com/2008/03/07/cara-memahami-oranglain/ekspresi/http://melianaaryuni.files.wordpress.com/2008/03/ekspesi.jpgtanggung jawab bahkan tidak peduli dengan adik-adiknya.http://melianaaryuni.wordpress.com/2008/03/07/cara-memahamiorang-lain/ekspresi/ Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memahami orang lain. Memahami orang lain bukan pekerjaan yang mudah. Sewaktu-waktu kita paham pada orang yang kita kenal, tapi di waktu yang lain kita malah terkecohkan dengan pemahaman kita itu. Pengetahuan kita tentang pribadi dan sifat orang yang akan kita temui pun harus kita ketahui. Ada beberapa pintu (window) yang berlaku dalam kehidupan kita. Pintu pertama, terkadang kita tidak memahami orang lain, namun orang lain yang lebih paham akan diri kita. Untuk itulah kita harus berusaha aktif agar orang yang kita temui bisa kita pahami dengan benar. Kadang kala kita memahami orang lain, tapi orang lain tidak memahami apa yang kita inginkan atau kita pikirkan. Untuk hal itu kita berusaha memberi pemahaman dan penjelasan tentang apa yang kita inginkan atau yang kita pikirkan. Ada juga yang keduanya sama-sama saling memahami sehingga tidak sulit untuk bergaul dengan keduanya. Kedua poin di atas sangat dekat dengan kehidupan kita, tapi ada beberapa poin yang berbeda dengan kedua pintu ( window) di atas, yaitu Kita dan orang lain tidak saling memahami sehingga sering terjadi perbedaan, yang akhirnya jika tidak dapat diatasi, maka akan timbul suatu permasalahan yang tidak dapat diselesaikan. Untuk itu dibutuhkan usaha yang baik di antara kedua pihak.Paul Eakman dalam bukunya ‘Memahami Emosi Orang’ menulis bahwa pemahaman kita terhadap orang lain akan 12
menyebabkan komunikasi kita dengan orang lain terjalin dengan harmonis. Dalam berhubungan dengan orang lain, kita sering mengahadapi berbagai kendala. Terkadang kita tidak mengerti pola pemikiran mereka atau perasaan dan emosi orang tersebut. Kita hanya bisa mengatakan “Oh, dia sedang marah” atau ” Aku tahu, dia tidak suka kepadaku !” Dari mana kita bisa menilai semua itu ? Dalam diri manusia terdapat 3 komponen sikap, yaitu perasaan (emosi), kognitif (pikiran), dan konasi (kemauan/kehendak). Ketiga komponen ini tidak bisa kita tafsirkan secara gamblang kecuali jika dia berubah menjadi suatu perbuatan/tindakan nyata, maka kita akan bisa menyatakan “Dia marah !” dengan tepat. Kita menafsirkan orang yang suka kucing adalah orang yang penyayang, mungkin pendapat itu ada salah dan benar sehingga kita membutuhkan penguatan yang akhirnya membawa kita untuk menyatakan, “Iya, benar sekali, dia adalah orang yang menyayangi kucing !” Untuk itu kita harus melihat kebiasaannya, emosinya atau perasaannya ketika berhadapan dengan kucing, begitu pun manusia. Untuk memahami manusia lebih mudah dibandingkan dengan hewan karena manusia. Karena apa ? Karena manusia itu mempunyai akal sehingga dia bisa menganalisis apa yang akan dia lakukan ketika dia berhadapan dengan orang yang mempunyai pemikiran, emosi, dan kemauan seperti yang akan dia temui. Ada beberapa hal yang menurut saya bisa kita lakukan jika ingin memahami orang lain, yaitu : 1. Banyak-banyak bergaul dengan berbagai jenis orang dari berbagai aspek kehidupan, misalnya sosialekonomi yang berbeda-beda.2. Dalam bergaul, perhatikan mimik/ekspresi wajah orang yang kita temui. Belajarlah memprediksi perasaan apa yang sedang mereka alami.3. Galilah penafsiran yang ada itu di dalam pikiran kita dengan mengajaknya berbicara.4. Pelajari tempramen mereka dengan berbagai tipe ; sanguinis, koleris, phlegmatis, dan melakolik. Silahkan baca tulisan dari /< 5. Pelajari pola pemikiran mereka dengan menyatakan pendapat bila kita suka atau tidak dengan apa yang dia bahas. http://nilnaiqbal.wordpress.com/
13