Suluk.docx

  • Uploaded by: Anonymous HHBUXj45V
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Suluk.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 15,419
  • Pages: 71
Suluk-Suluk Pedhalangan – Bag.01 01/05/2013 pada 12:23 PM (Wayang Dan Budaya Jawa) Tags: Bharatayudha, budaya Jawa, dhalang, filosofi, kawruh, Mahabharata, Ramayana, suluk, suluk pedhalangan, wayang, wayang kulit

Suluk pedhalangan dapat dipersamakan dengan puisi atau sajak. Kata-kata yg halus dan indah , dirangkai dengan persamaan , kemiripan pada suku-suku kata , ataupun persamaan vocal dan diucapkan dengan cara dilagukan. Suluk berasal dari kata “su = indah , baik , lebih , utama” , dan “luk = lekuk , suara” , maka suluk bisa diartikan sebagai : “suara yg indah” , karena menyuarakan syair (tembang , sekar) dengan nada yg berlekuk , dengan nada yg begitu rendah namun kemudian meninggi dan sebaliknya. Suluk yg berbahasa Jawa Kuno pada umumnya diambil dari Kakawin Bharatayudha , karya Empu Sedah dan Empu Panuluh di jaman Prabu Jayabaya (Kediri) , dan ada juga yg diambil dari Kakawin Ramayana. Karenanya ada yg mengartikan suluk sebagai “puji” , mengingat seloka dalam kakawin bersifat doa , puja dan pujian. Suluk dipergunakan untuk memberi penggambaran suasana sebuah adegan , atau saat pergantian dari sebuah pathêt (dapat diartikan sebagai : babak , bab). Menurut pengggunaannya suluk terbagi menjadi : 1. Pathêtan , digunakan pada suasana yg tenang , damai. 2. Sendon , digunakan pada suasana sedih , trenyuh , haru. 3. Ada-ada , digunakan pada suasana ramai , menakutkan. 4. Grêgêt Saut , digunakan pada saat terkejut , marah.

Meski ada beberapa gagrag pagelaran ringgit wacucal (gaya pementasan wayang kulit) , yaitu gaya Surakarta (Solo) , gaya Yogya , gaya Banyumas dan gaya Jawa Timur , yg dapat dibedakan dari caturan (bahasa) , sabet (gerakan wayang oleh Dhalang) , karawitan (iringin musik tradisional) , termasuk juga suluk. Namun masing-masing gagrag mempunyai aturan (waton) yg baku , termasuk juga tentang penggunaan suluk yg satu dan yg lainnya. Bisa saja ada suluk dalam Pathêt Sanga , yg juga luwes (pantas) dipergunakan pada Pathêt Nêm atau Pathêt Manyura , ataupun sebaliknya , tergantung pada tokoh wayang yg tengah ditampilkan , ataupun suasana , adegan , pada pathêt tersebut.

Suluk adalah salah satu wahana bagi Sang Dhalang , untuk mempertunjukkan kemampuan dan penguasaannya dibabakan sastra dan swara.

================================================= Suluk-suluk yg digunakan pada PATHÊT NÊM [1] ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Nêm Agêng [1] Lêng lêng ramya nikang sasangka kumênyar , mangrêngga rum ning puri , mangkin ta pasiring , halêp ikang umah mas , lwir murub ing langit , têkwan sarwa manik , tawingnya sinawung , saksat sêkar ning suji , ungwan Banuwati yanamrêm mwang nata Duryudana. Indah mempesona cahaya rembulan yg terpancar , menghias elok di keraton , -membuat- semakin tiada bandingnya , keindahan rumah kencana (pantisari) itu , seakan -bersinar- menyala di langit , apalagi oleh bermacam permata (manikam) , -yg- berlapis -pada- tirainya , bagaikan kembang yg dirangkai (dironce) , -itulah- tempat Dewi Banowati bercengkrama dengan Prabu Duryudana.

Keterangan : Tembang (Sekar) di atas disebut Sardulawikridita (Bermain macan galak) , menggambarkan keindahan keraton Hastina tengah malam saat bulan purnama. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Nêm Ageng [2]

Gwan (unggwan) sêmbah niréng hulun , kapurba risang murbèngrat , yéka kang asung mring wadu , mawèh boga sawêgung , masih ring dêlahan , gwan (unggwan) kanang amujwèngwang , ring jêng nataningrat , dutèngrat hutama manggiha nugraha , tarlèn siswa sagotra kang huwus minulya. Tempat menyembah sirnanya -ke-aku-an- , berada dalam kekuasaan Sang Penguasa Jagad , ialah yg memberi pada abdi (hamba) , memberi makan (kehidupan) pada semua , mengasihi sampai akherat. Adalah tempat hamba memuja , pada Yang Luhur Raja yg mengatur dunia , utusan di bumi yg utama semoga mendapat nugraha (berkah) , tiada lain semua murid yg sudah mendapat kemuliaan. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Nêm Ageng [3] Myat jroning wardaya ngrumpaka kakandha , nujwèng ari sajuga , Srinata suméwa lênggah dampar dênta , ing sitinggil binatara , ingadhêp punggawa ingajap pra kênya , rungkêp ing paséwakan , tintrim kang suméwa , samya anilingakên pangandikaning nata. Melihat dalamnya hati -keinginan- menggubah cerita , pada suatu hari , Sang Raja hadir duduk di singgasana gading (yg dimaksud : emas) , di tempat -yg lebih- tinggi bagai dewa , dihadap abdi kerajaan dikelilingi para gadis , penuh sesak di balai pertemuan , yg menghadap -merasa- segan , semua memperhatikan ucapan sang raja.

——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Nêm Ageng [4] Sri tinon ing paséwakan , busana manéka warna , sèbak puspitèng udyana , myang panjrahing sarwa rukma , rênggèng manik narawata , abra prabanya sumirat , kênyaring téja lêliwêran , lir kilat sisiring thathit , wimbuh gêganda mrik minging , katiyuping maruta manda , saparan mangambar kongas. Tampak indah di bangsal (tempat menghadap raja) , pakaian beraneka warna , semerbak wangi bunga bagai taman , juga bertebaran -hiasan- serba emas , hiasan permata dimana-mana , gemerlap berkilauan cahayanya , berpendar-pendar pantulan sinarnya , seperti kilat yg menyambar-nyambar , ditambah -lagi- bebauan yg -tajam- menusuk , tertiup oleh angin sepoi-sepoi , dimana-mana baunya tercium. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Nêm Ageng [5] Nahanta Sri Narèndra , têdhak siniwaka ing sitinggil , sigra lênggah ing dampar kêncana , ingkang kapipit , pinatik mawa rêtna , sêsèmèkanira ingkang babut prangwêdani , rêp tidhêm pêrmanêm tan ana sabawané , walang myang awisik , kang kapyarsa mung swarané ,

abdi kriya gêndhing myang (masar ingkang) , samya nambut kardi , saya amimbuhi asri sênêng jroning panangkilan , sang Nata alon manabda. Begitulah , Sang raja , hadir dihadap di tempat yg tinggi , segera duduk di kursi emas , yg disisi-sisinya , dihiasi dengan batu permata , pelapis tempat duduknya -adalah- permadani , sunyi senyap tiada sedikitpun suaranya , belalang dan binatang malam yg berbisik , yg terdengar hanyalah suaranya , kawula bagian musik (karawitan) dan kawula yg sedang mengerjakan tugas , semakin menambah indah menyenangkan di dalam bangsal pertemuan , sang raja pelahan bersabda. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Nêm Ageng [6] Hyang Girinata nujwèng ri sajuga , duk samana suméwa , bathari-bathara ngampil upacara , ingajap putri swarga , andêr samya sêba , punggawa jawata rumahat ngantu sabda , dangu tan ngandika , nihan wijiling sabda. Hyang Girinata (Bathara Guru) pada suatu hari , ketika itu berada dipertemuan , dewa dewi ikut serta dalam upacara , diharap para putri khayangan. Merata semua yg hadir menghadap , prajurit , dewata , menunggu-nunggu ucapan (sabda) , _Hyang Girinata- lama tiada berkata , -seakan- tertahan keluarnya kata-kata.

Keterangan :

Jêjêr Kahyangan Jonggring Salaka. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Nêm Wantah [1] Dahat sri dinulu rêrêngganing puri , ing gupit mandragini , yata pramèswari , nanggapi konduring raka , nata sang katong. Sungguh indah dilihat hiasan-hiasan keraton , di ruang tempat tidur , sesaat sang permaisuri , menyambut kepulangan kakanda , menghaturkan sembah -kepada- sang raja. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Nêm Wantah [2] Prandéné kang wus sampurna , ing pangawruh tan samar woring dhiri , kang ngalingi wus kadulu , ngéla tan kalamatan , wruh ing wrana pambukané , tan kaliru jro liyêp layap karasa , saking prana pranawaning. Meskipun begitu yg sudah sempurna , dalam pengetahuan (kebathinan) tak ragu menyatunya diri , yg menghalangi sudah terlihat , jelas tidaklah samar-samar , tahu akan tirai pembukanya , tidak salah dan dapat merasakan dalam keadaan antara tidur dan sadar , dari hati yg telah mendapat penerangan (pencerahan).

——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Girisa [1] Lêngêng gati nikang hawan sabha-sabha , nikang Hastina. samantara têkèng têgal Kuru , nararya Krêsna laku , sirang Parasurama , Kanwa , Janaka adulur Narada , kapanggih irikang têgal , milu ri karya sang Bhupati. Indah menyenangkan keadaan jalan bangsal pertemuan -keraton- , menuju Hastina. Sementara sesampainya di tanah lapang Kuru (Tegal Kuru) , perjalanan Prabu Kresna , Sang Parasurama (Resi Parasurama atau Ramabargawa) , Resi Kanwa , Prabu Janaka (raja di Mantili) bersama Bathara Narada , bertemu di tanah lapang -Kuru- , ikut membantu tugas sang Prabu -Kresna-.

Keterangan : Tembang di atas menceritakan tentang perjalanan Prabu Kresna menuju Kraton Hastina , ketika menjadi duta pamungkas Pandawa. Untuk meminta hak Pandawa atas separuh kerajaan Hastina pada Prabu Duryudana. Di tegal (ara-ara) Kuru , Prabu Kresna dirawuhi Resi Parasurama , Resi Kanwa , Prabu Janaka dan Bathara Narada , yg berniat membantu Prabu Kresna. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Girisa [2] Aglar ingkang samya sèba , pindha robing kang samodra , abra busananing wadya , pindha panjrahing puspita , têtindhihing pra prawira , rêkyana patih sudira , tidhêm kang samya suméwa ,

rumahab nilingkên sabda saiyêg saêka praya , siyaga ngayahi karya , pakaryan ayahan praja. Tersebar merata semua yg menghadap , seperti samudra yg tengah pasang , gemerlap pakaian perang para prajurit , bagai bunga-bunga yg bertebaran , pemimpin para prajurit , Raden patih yg pemberani. Senyap semua yg hadir menghadap , dengan perhatian mendengarkan ucapan (perintah) , satu pemikiran , satu tujuan , berniat , bersiap melaksanakan tugas , pekerjaan wajib untuk negara. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Girisa [3] Umyang swaraning wadya , wus samapta munya , kêndhang gong bèri arêbut papan ing sajuru-juru , tan ana liru prênah , rêkyana patih mangka cucuking , pra wadya kuswa , risang Wrêsniwira mahambêg sudira , prawira tumangguh. Ramai suara bala tentara , sudah siap dibunyikan , kendhang , gong , beri , silih berganti , pada saat-saatnya , tidak ada yg salah waktu (giliran) , Raden Patih yg berada di paling depan , -dari- para prajurit , adalah ksatrya dari bangsa Wresni yg berwatak pemberani , perwira yg tangguh.

——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Girisa [4] Lagi èca wawan sabda , horêg kang sumiwa , gègèring pasèwakan , kathah ingkang narka , wontên dirada mêta , pêdhot saking wantilan , sawênèh anarka , kuda tilar pandêngan , glis nindya mantri aniti priksa , darunaning gati , dupi wus uninging gati , gya sowan ngarsa éndra. Sedang enak-enak bertukar pembicaraan , geger semua yg hadir , ribut di bangsal pertemuan , banyak yg menduga , ada gajah yg mengamuk , lepas dari ikatan , sebagian lain mengira , kuda lari dari pemeliharanya , segera petinggi mantri memeriksa , sebab yg sebenarnya , setelah mengetahui penyebabnya segera menghadap pada sang raja. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Girisa [5] Tandhang Sri Baladèwa , nanggalanira pinusti ing asta , swandana umangsah , praptaning rananggana umiyat yitna , krura sru wirodra , kyai patih Pancatnyana ,

umangsah pêtuk samya wahana dwipangga , ngunda dhêndha. Prabu Baladewa bertindak , Senjata Nenggala-nya dalam genggaman tangan , bersiap untuk berperang , tiba di medan peperangan melihat dengan waspada , berseru dengan lantang dan galak , kyai patih Pancatnyana (Patih dari Prabu Bomanarakasura) , bertemu berhadapan -dan- sama-sama menaiki gajah , saling sesumbar (menantang lawan). ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Girisa [6] Yogya malih kinarya palupi , Suryaputra Narpati Ngawangga , lan Pandhawa tur kadangé , lyan yayah tunggil ibu , suwitèng Sri Kurupati , anèng nêgri Hastina , kinarya gul-agul , Manggala golonganing prang , Bratayudha ingadêgkên Sènapati , Ngalaga ing Kurawa. Juga baik sebagai teladan , Suryaputra (putra Bathara Surya = Adipati Karna) Raja Ngawangga , dan Pandhawa adalah saudaranya , lain ayah -namun- satu ibu. Mengabdikan diri pada Sri Kurupati (Prabu Duryudana) , di kerajaan Hastina , sebagai yg diunggulkan (dijagokan) , pemimpin golongan dalam perang Bharatayudha , diangkat sebagai panglima perang , dalam -golongan- Kurawa.

Suluk-Suluk Pedhalangan – Bag.02 04/05/2013 pada 10:47 AM (Wayang Dan Budaya Jawa) Tags: Bharatayudha, budaya Jawa, dhalang, filosofi, kawruh, Mahabharata, Ramayana, suluk, suluk pedhalangan, wayang, wayang kulit

Suluk-suluk yg digunakan pada PATHÊT NÊM [2] ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Girisa [7] Kukusing dupa kumêlun , ngêningkên tyas sang apêkik , kawêngku sagung jajahan , nanging sangêt angikibi , sang Rêsi Kanèkaputra , kang anjlog saking wiyati. Kagyat ri sang kapirangu , pinêngkul kinêmpit-kêmpit , dhuh sang rêtnaning bawana , ya ki tukang walang-ati , ya ki tukang ngênês ing tyas , ya ki tukang kudu gêring. Asap dupa bergulung pelahan membumbung , sang ksatrya rupawan bersemedi (mengheningkan cipta dan rasa) , seluruh wilayah dalam rengkuhan , namun sangatlah tidak sewajarnya , Sang Resi Kanekaputra (Bathara Narada) , yg tiba-tiba turun dari langit. Terkejut – sang ksatrya- yg hatinya tengah dalam kebimbangan , dirangkul erat-erat , dhuh sang permata jagad , ya inilah yg membuat kawatir , ya inilah yg membuat hati bersedih , ya inilah yg membuat sakit diri sendiri.

Keterangan : Dua bait (rong pada) tembang Kinanthi di atas , menceritakan tentang Rama Wijaya yg tengah bersemedi. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Girisa [8] Mangalad-alad dahana , sumundhul marang akasa , kukusing dupa ngambara , umêsat mring antariksa , pan sigra Sri Naranata , sêdhakep saluku juga , amêpêt babahan nawa , ngêningkên pancadriya , sirna sagung kang rasa , sajuga sinidhikara , maminta sihing Jawata. Api berkobar-kobar , -seakan- menyentuh sampai angkasa , asap dupa bergulung-gulung membumbung , dengan cepat menuju ke angkasa , lalu segera Sri Naranata (Sang Raja) , bersemedi menyatukan -kedua- kaki , menutup sembilan lubang hawa (yg ada pada diri manusia) , mendiamkan semua gerak (aktifitas) lima indra , sirna semua rasa (rasa panca indera) , terpusatkan pada satu doa , memohon belas kasih Dewata.

Keterangan : Sembilan lubang hawa yg ada pada manusia adalah , ubun-ubun , dua mata , dua telinga , dua lubang hidung , mulut , kemaluan dan dubur. Panca indra adalah telinga , mata , lidah , hidung , perasa. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Jangkêp Sléndro Nêm Tan samar pamoring suksma , sinuksmaya winahya ing ngasêpi , sinimpên têlênging kalbu , pambukaning warana , tarlèn saking liyêp layaping aluyup , pindha pêsating supêna , sumusuping rasa jati.

Tak ragu-ragu dengan menyatunya Sang Suksma , dihayati dan dinyatakan disaat hening (sunyi) , disimpan dalam lubuk hati. Pembuka tabir penghalang -itu- , tiada lain dari keadaan antara tidur (lupa) dan sadar (ingat) , seperti masuk ke alam mimpi , hadirnya rasa yg sejati.

Keterangan : Ada-ada di atas adalah tembang pangkur , petikan dari “Serat Wedhatama” bait ke 13 , (yg masih dipertanyakan tentang pengarang yg sesungguhnya , R. Ng. Ronggowarsito ataukah KGPAA. Mangkunegara IV). ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Nêm Jugag Hanjrah ingkang puspita rum , kasiliring samirana mrik , sêkar gadhung kongas gandanya , mawèh raras rênaning driya. Harumnya bunga menyebar , wanginya terbawa hembusan angin , kembang gadhung semerbak baunya , membuat hati amatlah senang. ——————————————————————————————————————— -

Sêndon Pananggalan Siyang tan para ratri , amung cipta pukulun , tan ana liyan kaèksi , mila katur kang cundhamanik , prasasat ragêng ulun kang sumêmbah , munggwing padanta prabu , mwang kagungan singsim ,

sasat sampun prapti , katon asta pukulun , wulaten Narpati , rama dèwaningsun. Siang ataupun malam , hanyalah memikirkan paduka (Dewata) , tiada lain yg terlihat , maka -hamba- persembahkan cundhamanik (permata yg paling indah) , seakan-akan badan hamba-lah yg menyembah , berada di kaki raja , juga yg memiliki cincin , seakan sudah tiba , nampak tangan paduka (Dewata) , lihatlah raja , ayah dewa hamba. ——————————————————————————————————————— -

Sêndon Tlutur Pathêt Nêm Hadap para hapsari , tinonton sang dwija , kadya nggéwor jiwa , kagagas ing tyas , dahat kèwraning karyanira , datanpa antuk samya , myat rêngganing prabata , roning kadhêp kumêlap , pindha pangawéné sang dwija , lunging gadhung malêngkung , katiyup ing maruta manda. Dihadap para bidadari , dilihat sang pandhita , seakan membuat perasaan bercampur aduk , terasakan dalam hati , sangat kesulitan dengan apa yg musti dikerjakan , tiada mampu semuanya , melihat hiasan-hiasan gunung , dedaunan yg bergerak-gerak (memantulkan cahaya) , seperti lambaian tangan sang Pandhita , batang -pohon- gadhung tertunduk ,

tertiup oleh semilirnya angin. ——————————————————————————————————————— -

Sêndon Kloloran Galak ulat kadi thathit abarung , kang pamulu , alus manis mawèh kung , sêmbada kang adêdêg mandarangkung , agorèh pantês dadya malatkung. Tampak galak seperti kilat menyambar , raut wajahnya , -namun- halus dan manis menyenangkan (tutur katanya) , seimbang perawakan -yg- tinggi semampai , membingungkan , patut menimbulkan rasa kasih -yg melihat-. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Hastakuwala Alit Mundhur sang rêkyana patih , undang mring pra wadya bala sawéga , umyung swaranipun bêndé bèri , gubar gurnang kalawan , puksur tambur suling , pêpandèn tunggul daludag , bandhèra mwah kakandha mawarna warna , pindha jaladiyan asri kawuryan. Mundurlah sang senapati (raden patih) , -lalu- memanggil para bala tentara -agar- bersiap siaga , ramai suara bende dan gong , gubar , gurnang , juga , puksur , tambur , suling , berbagai umbul-umbul , juga berbagai -bentuk- bendera berwarna-warni , terlihat indah bagai samudra.

——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Hastakuwala Agêng Grag-grag andhêmaning kang , jaran mrik magalak , gênti manitih pamêkak ira , ri sang sudarsana dahat , kêndhali rangah manjing , lak-lakané kuda ngrik mijil rah , kadya tuk sumarambah , mung jir … mung jir … mung jir … yaksa têmahan krora sru manaut , yitna sang narpatmaja. grag-grag suara kaki -kuda melangkah- , kuda meringkik galak , silih berganti memekakkan , -dengan- sangat sang sudarsana (teladan) , menarik tali kendali masuk , langit-langit mulut kuda , meringkik -seakan- mengeluarkan darah , seperti mata air yg memancar dan mengalir , mung jir … mung jir … mung jir … raksasa lalu berteriak keras dan menerkam , waspada sang putra raja. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Budhalan Mataraman Énjing bidhal gumuruh , saking nagri Wiratha , kèhing kang balakoswa , abra busananira , lir surya wêdalira , saka ing jalanidhi , arsa madhangi jagad , duk mungub mungub anèng , anèng pucaking wukir , mêrbabak bang sumirat ,

kênèng soroting surya , mèga lan gunung gunung. -saat- pagi berangkat -dengan- suara gemuruh , dari kerajaan Wiratha , banyaknya bala tentara , gemerlap pakaian perangnya , keluarnya seperti matahari terbit , dari samudra , hendak menerangi jagad raya , -seperti mata air yg menyembur- ketika berada , berada di puncak gunung , bersorot merah menyala , terkena cahaya matahari , awan dan gunung-gunung.

Keterangan : Sekar Salyarini ini menggambarkan berangkatnya barisan Pandawa , dari kerajaan Wiratha menuju padang Kurusetra menjelang Bharatayuddha. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Mataraman [1] Rikat lampahireng rata , tan antara praptèng sukuning arga , éram tumingaling , pakuwon asriné dhêndhêng saéngga praja , umung kang pradangga , busêkan kang janma. Cepat lajunya kereta , tak berapa lama sampai di kaki gunung , mengherankan apa yg terlihat , indahnya pesanggarahan (pondok) tidak ubahnya seperti keraton , ramai suara gamelan , berjubel (banyak sekali) orang -di sana-. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Mataraman [2] Rasêksa prayitna anggrong krura wiroda , bêgor swara gurnita , samya sikêp sanjata , samarga girang-girang , mintonkên krodanira. Raksasa waspada berteriak keras amat galak (krura = wiroda) , -seakan- suara guntur bergemuruh , semua bersiap dengan senjata , sepanjang jalan bergembira , mempertontonkan watak mereka. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Mataraman [3] Ènjing nêmbang têngara , gumuruh bidhaling wadya sadaya samya samapta , abra busananira , samya sikêp sanjata , tumbak kêris pêdang , lan bandhèra warna-warna. -di waktu- pagi membunyikan tanda , bergemuruh suara para prajurit -ketika- berangkat , semua bersiap siaga , berkilauan pakaian perangnya , semua memegang senjata , tombak , keris , pedang , dan bendera yg beraneka warna. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Mataraman Jugag Ridhu mawor , mangawur-awur wurahan , têngaraning ajurit ,

gong maguruh gangsa , têtêg kaya butula , wor panjriting turangga èshti , rêkatak ingkang , dwaja lêlayu sêbit. Debu bercampur -angin- , bersebaran -bagai- badai , pertanda untuk berperang , suara gong gamelan bergemuruh , ditabuh seakan tembuslah (ke sisi lain gamelan) , bercampur dengan jeritan kuda -dan- gajah , suaranya -kayu patah- , bendera lusuh robek. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Kêdu Myat langêning kalangyan , aglar pandam muncar , tinon lir kêkonang , surêm soroting tan padhang , kasor lan pajaring , purnamèng gêgana , dhasaré mangsa katiga , ima anawêng ing ujung ancala , asênên karya wigêna , miwah isining wana , wrêksa gung tinunu. Melihat indahnya tempat yg disukai , bertebaran suluh (dilah) menyala , terlihat seperti -cahaya- kunang-kunang , sinarnya suram tidaklah terang , kalah dengan -sinar- yg dipancarkan , -oleh- purnama di angkasa , karena memang musim kemarau , (mangsa katiga antara 22 Juni – 18 September) awan yg menutupi puncak gunung , bersorot menyedihkan , juga isi hutan , pohon besar terbakar.

——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Lasêm Dèning utamaning nata , bêrbudi bawa laksana , liré bêrbudi mangkana , lila lêgawa ing driya , agung dènnya paring dêdana , anggêganjar sabên dina , liré kang bawa laksana , anêtêpi pangandika. Yg disebut hal-hal utama seorang raja , berbudi luhur , berwibawa dalam tindakan , contohnya berbudi luhur adalah , rela dan berbesar hati , banyak sumbangan yg diberikannya , memberi ganjaran setiap hari , contohnya berwibawa dalam tindakan , melaksanakan apa yg telah diucapkannya. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Lindur Nêmbang têngara mundur , sawadyané nêdya kondur , marang jroning puraya , cèlèng kukila kang katrajang gingsir , samya amangingkis ring ron karuwah , sangsaya sangêt palayuna bala. Membunyikan tanda -untuk- mundur , semua prajurit hendak kembali , ke dalam keraton. celeng (babi hutan) -dan- burung yg tertabrak segera menjauh , semua -yg- bersembunyi didaun-daun tersibak , semakin cepat larinya para prajurit.

Suluk-Suluk Pedhalangan – Bag.03

07/05/2013 pada 12:31 PM (Wayang Dan Budaya Jawa) Tags: Bharatayudha, budaya Jawa, dhalang, filosofi, kawruh, Mahabharata, Ramayana, suluk, suluk pedhalangan, wayang, wayang kulit

Suluk-suluk yg digunakan pada PATHÊT SANGA [1] ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Sanga Wantah [1] Sangsaya dalu araras , abyor kang lintang kumêdhap , titi sonya têngah wêngi , lumrang gandhané puspita , karênghyan ing pudyanira , sang dwijawara mbrêngêngêng , lir swarané madubranta , manungsung sarining kêmbang. Malam semakin indah , -oleh- memancar cahaya bintang berkerlipan , sunyi senyap tengah malam , semerbak bau harumnya bunga. Terdengar suara doa dilantunkan , -oleh- sang pandita utama -dengan suara- bergumam , bagaikan suara kumbang , -yg- menjemput sarinya bunga. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Sanga Wantah [2] Dhêdhêp tidhêm prabawaning ratri , sasadhara wus manjêr kawuryan , tan kuciwa mêmanisé , mênggyêp sri natèng dalu , siniwaka sanggya pradasih , aglar ning cakrawala , winulat anglangut , prandéné paksa kèbêkan ,

saking kèhé tranggana kang sumiwi , wirata tanpa sêla. Sunyi senyap suasana malam , rembulan sudah nampak -memancarkan sinarnya- di angkasa , keindahannya tidaklah mengecewakan , seperti layaknya raja di malam hari , dihadap dan dikelilingi para kawula (abdi) , terbentang di angkasa , terlihat tiada batasnya , meskipun begitu tampak sesak , oleh sedemikian banyaknya bintang yg menghadap , merata tiada bersela. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Sanga Wantah [3] Mulat mara sang Harjuna sêmu kamanungsan , kasrêpan ri tingkahing musuh niran , padha kadang aywa taya wang wanèh , hana pwang anak ing yayah mwang ibu lèn uwanggéh paman , makadi narpa Salya Bhisma , sira sang dwijanggih guru. -ketika- melihat mereka (barisan Kurawa) Arjuna merasa trenyuh , sedih akan keberadaan (status) musuh-musuhnya , semua adalah saudara , bukanlah orang lain , ada keponakan dari -garis- ayah dan ibu atau -terhitung- paman , seperti Prabu Salya , -dan- Resi Bhisma , beliau adalah Sang Pandhita juga adalah guru.

Keterangan : Ketika barisan Pandawa dan barisan Kurawa berhadap-hadapan di padang Kurusetra. Perasaan Arjuna menjadi bimbang , trenyuh , menyadari bahwa yg akan dihadapinya , adalah terhitung saudara , paman , keponakan , sepupu , sahabat , juga sang guru. Prabu Bathara Kresna lalu memberi wejangan tentang sejatinya hidup. Wejangan itulah yg kemudian dikenal sebagai Bhagawadgita.

——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Sanga Jugag [1] Hascarya Parta wêkasan muwah ékatana , yèka wisanggêni maya , Sang Hyang I Supradipta. Sang Parta (Harjuna) amat menyukai pemberian panah , yaitu wisanggeni utama , -dari- Sang Hyang I Supradipta (bercahaya luar biasa).

Keterangan : wisanggeni = wisa + a (atêr-atêr , awalan) + gêni = bisa yg berapi (Racun yg bila terkena terasa panas). ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Sanga Jugag [2] Mangu-mangu manguwung , wang-wang winangun mangêni , nênangi onênging nala. Ragu-ragu menyelimuti , enggan menjadikan tak ada keinginan , membangkitkan hasrat (keinginan) di hati. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Sanga Jugag [3] Lir sadpadèngsun tumiling ngulati , midêring tanah anon sêkar warsiki.

Aku seperti kumbang yg melihat , mencari , kesana-kemari memperhatikan kembang warsiki. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Sanga Ngêlik [1] Nihan siswa umatur , marang risang maha yogi , sang wipra kadiparan , karsané Hyang Hotipati , yogya saliring warna , kang gumêlar anèng bumi , mugi ulun têdahna , tandya sang wiku hanjarwi. Seperti itu murid berkata , kepada sang maha pandhita. Sang pandhita bagaimanakah , kehendak Hyang Hotipati (Bhatara Guru) , -tentang- kebaikan berbagai macam , yg tersebar di muka bumi , semoga hamba diberitahukan. Segeralah sang pandhita menjelaskan maknanya. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Sanga Ngêlik [2] Brêmara rèh manguswa ambrêngêngêng , kadi karênaning kaswasih , anèng marga amalatkung , Sang Ganda Wastratmaja , lêng-lêng lalu angulati , surya mangrangsang wayah , kumyur hamarawaryanta. Berdenging -suara- kumbang hendak mencium -bunga- , seperti terpikat -oleh- senandung , di jalan , -yg- menimbulkan rasa kasih ,

Sang Ganda Wastratmaja (Bima , Wrekodara). Terpesona ketika melihatnya , sang surya menjarahi waktu , semburat merah cahayanya. ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Sanga Ngêlik [3] Jrudêmung ingèla-èla , kawilêt lang-langan lalu , lêng-lêng kalingan kalulun , kalangên langêning brangta , ngarang mirong rangu-rangu , karungrungan maring riya , riyaning tyas lir tinutus. Jurudemung dipuja-puja , bercampur menyatu -dengan- rasa amat suka , bahagia bergulung tertutupi , dihias rasa suka -seperti- jatuh cinta , mengarang -dengan- susah dan ragu-ragu -karena- suka akan masa lalu , disitulah hati seperti diperas.

Keterangan : Jurudemung : 1. Tukang gendhang (penabuh kendang). 2. Nama sekar (tembang) tengahan.

Suluk-Suluk Pedhalangan – Bag.05 13/05/2013 pada 1:26 PM (Wayang Dan Budaya Jawa) Tags: Bharatayudha, budaya Jawa, dhalang, filosofi, kawruh, Mahabharata, Ramayana, suluk, suluk pedhalangan, wayang, wayang kulit

Suluk-suluk yg digunakan pada PATHÊT SANGA [3] ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Bima mlumpat [2] Manganjur lakuning angin , guntur agraning arga , gora gurnita kagiri-giri , horêg bumi prakêmpita , padhola mangambak-ambak , udan dêrês wor lan lésus , sindhung riwut magênturan , situ-situ banda layu. Menindih gerak lajunya angin , runtuh pucuknya gunung , suara guruh menggelegar menakutkan , bumi berguncang seperti gempa , debu bertebaran berterbangan , hujan deras bercampur dengan angin topan , prahara tak henti-hentinya , tanggul dan bendungan hancur. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Manggalan Yaksa gora ri sêdhêng narèndra , yaksa lêlaku , kana walèng ingkang , gambira marangah , angisis siyung amêtu prabawa , lésus prakêmpa gora mawalikan , ditya durbalarsa , mrih curnaning lawan , wiratin (wiratri ?) rodra. Raksasa bersuara keras ketika bertemu sang raja , raksasa berjalan , ketika itu sedang sendiri , gembira membuka mulut lebar-lebar , memamerkan taring mengeluarkan hawa , angin puyuh gempa besar , raksasa berniatan jahat , agar musnahlah musuh ,

kesaktiannya menakutkan. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Hasta Kuwala Pathêt Sanga [1] Mênthang gandewa sudibya , bintala rinukmi gadhing , kaya kayu kumuning , anrusing gigir , praptèng jaja surara , manjing pakêkêsan ingkang , dharat prapta lancaran panah tan katon. Merentang busur sakti , busur dihias seperti emas -dengan- gading , seperti kayu berwarna kekuningan , terus sampai ke punggung -busur- , sampai di dada ..?.. masuk ke tempat penghancuran tiba daratan melepaskan anak panah tak nampak

Catatan : pakekes = panglebur ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Hasta Kuwala Pathêt Sanga [2] Mênthang gandèwa sudibya , bintulu marcu gadhing , paryanya kumuning , kang trisula panggah , rikata apamuk , watgata anatas , pêgat jangganira swuh , mêngsahira sirna.

Merentang busur sakti , bercorak api emas , menyorotkan warna kekuningan , trisula kokoh , segera mengamuk , dengan cepat meyambar , putus terpenggal lehernya , sirnalah musuhnya. ——————————————————————————————————————— -

Sêndhon Elayana (Abimanyu) Lila ana mati-mati wruha met wilasa manglana mangapitira rakwatangan sang Harya ndan maham tukup riku susunya lila ana mati-mati wruha met wilasa radèn Benar ada -yg- mati , ketahuilah agar punya rasa kasihan , terpisah lengannya , dari tubuh sang satrya , ..?.. ..?.. ..?.. Benar ada -yg- mati , ketahuilah agar punya rasa kasihan ,

Catatan : tukup = tungkul , tutup riku = ngriku ——————————————————————————————————————— -

Suluk Pathêt Jingking Tunjung mbang têraté , irim-irim atap ,

taping kayu apu , asrining lêlumut , kangkungira ijo , sri gadhing diwasa , rêtnaning rêjasa , kêmbang karang sungsang , bogêmé araras , radèn , kêmbangira karang sungsang. Teratai berbunga merah , -kembang- irim-irim bertumpuk , trap susunnya kayu api , -tampak- indahnya -karena- berlumut , tanaman kangkungnya hijau , -kembang- sri gadhing mekar , sarinya indah , kembang karang sungsang , buah bogemnya indah menyenangkan , raden , kembangnya karang sungsang.

Keterangan : Di Surabaya , buah pohon bakau (mangrove) dikenal dengan nama bogem. Seingat penulis , ada juga daerah (di Jawa Tengah) , yg menyebut nama lain sejenis woh-wohan (buah) , dengan nama bogem. ——————————————————————————————————————— -

Sêndhon Rancasih Lawa-lawa gumandhul ing pang kêbêt-kêbêt , lir milu susah yen ta bisa muwus , pagéné Pandhawa tan ana tumut , pribadi aminta prajanta sêpalih , kang sêkar tanjung ruruh ambêlasah , lêsah kadi susah ngèsah kapisah , sumrambah ing kisma. Kelelawar-kelelawar bergantungan di dahan mengepakkan sayap , seakan ikut sedih seandainya bisa berkata , mengapa Pandhawa tidak ada yg ikut , sendiri meminta separuh kerajaan (Hastina). Kembang tanjung gugur berserakan ,

layu seperti sedihnya pergi terpisahkan (dengan yg dicintai) , bertebaran di tanah. ——————————————————————————————————————— -

Sêndon Tlutur Surêm surêm diwangkara kingkin , lir manguswa kang layon , dènnya ilang mêmanisé , wadanira landhu , kumêl kucêm rahnya maratani , marang salaranipun , nêlês déning ludira kawangwang , gêgana bang sumirat. Suram temaram sang surya bersedih , seakan mencium jasad itu , sebab hilang keindahannya , raut wajahnya layu , kumal mengenaskan , darahnya merata , ke sekujur badannya. Tampak basah oleh darah -badannya-. Angkasa bersirat -cahaya- kemerahan. ——————————————————————————————————————— -

Ada-ada Jugag Dèwa nyugata marang surèng prang ngudani arum-arum ngêndhanu ing ngawiyat Dewa menyuguhi -mereka- yg berperang -dengan- gagah berani , -dengan- menebarkan wewangian -laksana hujan- , bagai awan tebal di angkasa.

FILOSOFIS GUNUNGAN

Dalam setiap pergelaran wayang kulit selalu ditampilkan gunungan, yang berbentuk persegi lima yang terdapat gambar atau simbol di dalamnya. Gunungan ini biasanya ditampilkan dalam berbagai permainan wayang misalnya dalam wayang purwa, wayang gedog, wayang krucil, wayang golek, wayang suluh dan sebagainya. Gunungan mempunyai dua jenis yaitu Gunungan Blumbangan (perempuan) dan Gunungan Gapuran (laki-laki). Di balik gunungan Blumbangan ini dapat kita lihat sunggingan yang menggambarkan api sedang menyala. Ini merupakan candrasengkalan yang berbunyi “geni dadi sucining jagad” yang mempunyai arti 3441 dan apabila dibalik menjadi 1443 tahun Saka. Itu diartikan bahwa gunungan tersebut diciptakan oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1443 Saka= 1521 Masehi pada masa pemarintahan Raden Patah. Gunugnan Gapuran (Gerbang) sendiri digunakan pada masa pemerintahan Suushunan Pakubuwono 2, dengan sengkalan ” Gapura lima retuning bumi” 1659 J=1734 M. Disebut gunungan karena bentuknya seperti gunung yang ujung atasnya meruncing. Gunungan ini dalam legendanya berisi mitos sangkan paraning dumadi, yaitu asal mulanya kehidupan ini dan disebut juga kayon. Kata kayon melambangkan semua kehidupan yang terdapat di dalam jagad raya yang mengalami tiga tingkatan yakni: Tanam tuwuh (pepohonan) yang terdapat di dalam gunungan, yang orang mengartikan pohon Kalpataru, yang mempunyai makna pohon hidup. Lukisan hewan yang terdapat di dalam gunungan ini menggambarkan hewan- hewan yang terdapat di tanah Jawa. Kehidupan manusia yang dulu digambarkan pada kaca pintu gapura pada kayon, sekarang hanya dalam prolog dalang saja. Kayon atau gunungan yang biasanya diletakkan di tangah kadang disamping itu mempunyai beberapa arti, arti dari diletakkannya gunungan ada 3 yakni:   

Dipergunakan dalam pembukaan dan penutupan, seperti halnya layar yang dibuka dan ditutup pada pentas sandiwara. Sebagai tanda untuk pergantian jejeran (adegan/babak). Digunakan untuk menggambarkan pohon, angin, samudera, gunung, guruh, halilintar, membantu menciptakan efek tertentu (menghilang/berubah bentuk).

Gunungan merupakan simbol kehidupan, jadi setiap gambar yang berada di dalamnya melambangkan seluruh alam raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan hewan serta hutan dan perlengkapannya. Gunungan dilihat dari segi bentuk segi lima, mempunyai makna bahwa segi lima itu lima waktu yang harus dilakukan oleh agama adapun bentuk gunungan meruncing ke atas itu melambangkan bahwa manusia hidup ini menuju yang di atas yaitu Allah SWT. Dalam kayon terdapat ukiran-ukiran atau gambar yang diantaranya :     

  

Rumah atau balai yang indah dengan lantai bertingkat tiga melambangkan suatu rumah atau negara yang di dalamnya ada kehidupan yang aman, tenteram dan bahagia. Dua raksasa kembar lengkap dengan perlengkapan jaga pedang dan tameng. diinterprestasikan bahwa gambar tersebut melambangkan penjaga alam gelap dan terang Dua naga kembar bersayap dengan dua ekornya habis pada ujung kayon. Gambar hutan belantara yang suburnya dengan kayu yang besar penuh dengan satwanya. Gambar ilu-ilu Banaspati melambangkan bahwa hidup di dunia ini banyak godaan, cobaan, tantangan dan mara bahaya yang setiap saat akan mengancam keselamatan manusia. Pohon besar yang tinggi dibelit ular besar dengan kepala berpaling kekanan. Dua kepala makara ditengah pohon melambangkan manusia dalam kehidupan sehari mempunyai sifat yang rakus, jahat seperti setan. Dua ekor kera dan lutung sedang bermain diatas pohon dan dua ekor ayam hutan sedang bertengkar diatas pohon, macan berhadapan dengan banteng.

Menggambarkan tingkah laku manusia. Kebo = pemalas Monyet = serakah Ular = licik Banteng = lambang roh , anasir tanah , dengan sifat kekuatan nafsu Aluamah Harimau = lambang roh , anasir api dengan sifat kekuatan nafsu amarah, emosional, pemarah Naga = lambang Roh , anasir air dengan sifat kekuatan nafsu sufiah Burung Garuda = lambang Roh , anasir udara dengan sifat kekuatan nafsu Muthmainah. 

 

Gambar raksasa digunakan sebagai lambang kawah condrodimuka, adapun bila dihubungkan dengan kehidupan manusia di dunia sebagai lambang atau pesan terhadap kaum yang berbuat dosa akan di masukkan ke dalam neraka yang penuh siksaan. Gambar samudra dalam gunungan pada wayang kulit melambangkan pikiran Gambar api merupakan simbol kebutuhan manusia yang mendasar karena dalam kehidupan sehari-hari akan membutuhkannya.

  

7 anak tangga: berarti tujuan atau PITUtur (pemberitahuan) bahwa kita semua yang bernama hidup pasti mati ” kullu nasi dha ikhotul maut “. Gerbang/pintu selo manangkep: pintu alam kubur yang kita tuju. Pohon hayat: jalan hidup seseorang yang lurus dan mempunyai 4 anak cabang yang menjadi perlambang nafsu kita dan banyak anak cabangnya.

Sedangkan dari filosofi bentuk adalah : bentuk gunungan sendiri menyerupai serambi bilik kiri yang ada di dalam tubuh kita, itu mungkin mempunyai makna kalau kita harus menjaga apapun yang ada di dalam hati kita hanya kepada sang pencipta. Dan yang lebih hebat lagi adalah dari segi bentuk yang persisi dengan “mustoko” di atas masjid yang ada banyak di negara kita. itu perlambang dari sipembuat untuk kita supaya menjaga hati kita secar lurus (seperti pohon) kepada masjid/agama/tuhan. Gunungan bisa diartikan lambang Pancer, yaitu jiwa atau sukma, sedang bentuknya yang segitiga mengandung arti bahwa manusia terdiri dari unsure cipta, rasa dan karsa. Sedangkan lambang gambar segi empat lambing sedulur papat dari anasir tanah, api , air, udara. Gunungan atau kayon merupakan lambang alam bagi wayang, menurut kepercayaan hindu, secara makrokosmos gunungan yang sedang diputar-putar oleh sang dalang, menggambarkan proses bercampurnya benda-benda untuk menjadi satu dan terwujudlah alam beserta isinya. Benda-benda tersebut dinamakan Panca Maha Bhuta, lima zat yakni: Banu (sinar-udara-setan), Bani (Brahma-api), Banyu (air), Bayu (angin), dan Bantala (bumi-tanah). Makara yang terdapat dalam pohon Kalpataru dalam gunungan tersebut berarti Brahma mula, yang bermakna bahwa benih hidup dari Brahma. Lukisan bunga teratai yang terdapat pada umpak (pondasi tiang) gapura, mempunyai arti wadah (tempat) kehidupan dari Sang hyang Wisnu, yakni tempat pertumbuhan hidup. Berkumpulnya Brahma mula dengan Padma mula kemudian menjadi satu dengan empat unsur, yaitu sarinya api yang dilukiskan sebagai halilintar, sarinya bumi yang dilukiskan dengan tanah di bawah gapura, dan sarinya air yang digambarkan dengan atap gapura yang menggambarkan air berombak. Dari kelima zat tersebut bercampur menjadi satu dan terwujudlah badan kasar manusia yang terdiri dari Bani, Banyu, Bayu, dan Bantala, sedang Banu merupakan zat makanan utamanya. Jawa memang menyimpan berbagai macam budaya yang beragam dan menyimpan berbagai makna yang terkandung dalam setiap itemnya, bahkan secara tidak kita sadari sesuatu yang kita pegang sekarangpun itu juga mengandung makna filosofis yang sangat besar jika kita mau mangkaji lebih dalam. Dengan gambaran di atas saya sedikit banyak mengetahui tantang apa makna filosofis dari gunungan yang terdapat dalam pewayangan. Dari segi bentuk maupun nilai yang terkandung dalam wayang dan dari gambar yang ada di dalamnya. Kapan dan siapa yang menciptakan gunungan tersebut, fungsi dari gunungan dalam permainan wayang.

Dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia mari kita lestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Jangan ada lagi kekerasan dalam mengatasi masalah, kita sebagai Bangsa yang berbudi luhur seharusnya dapat menjadi contoh bagi Negara lain. Kalau bukan kita sebagai anak bangsa siapa lagi? Semua yang ada di Indonesia aku suka. Negara yang kaya akan budaya, orang-orang yang ramah, menjunjung tinggi nilai kebersamaan, lingkungan yang asri, sejuk, indah yang tentunya tak kalah dengan luar negri, tak perlulah aku keliling DUNIA (kata Gita Gutawa) I LOVE INDONESIA… Dari uraian di atas, bagi saya pribadi mempelajari ilmu filsafat mampu membuat saya lebih bijak dalam memandang segala sesuatu yang ada di dunia ini tanpa melepaskan kaidah-kaidah keislaman yang ada untuk menjadi orang yang lebih arif dalam memaknai dan menjalani hidup ini. Selain itu setelah belajar filsafat, saya jadi tahu bahwasanya segala sesuatu yang ada di dunia ini akan selalu berhubungan meskipun dalam wujud yang berbeda akan tetapi kesemuanya itu jika kita mau menggali lebih dalam maka semuanya akan kembali pada satu sumber yaitu Alloh SWT.

Peralatan Komunikasi Kuno Dan Modern Teknologi informasi dan komunikasi sudah dimulai sejak zaman pra sejarah. Bentuk awal komunikasi pada saat itu hanya berkisar pada suara dengusan dan isyarat tangan. Kemudian diciptakan alat-alat yang menghasilkan bunyi dan isyarat pada zaman berikutnya. Kemudian manusia mulai menciptakan alat-alat mekanik untuk proses perhitungan, dan tidak sampai disitu penelitan terus dilakukan untuk menemukan alat-alat yang mampu memudahkan pekerjaan manusia. Perkembangan Teknologi Informasi sampai dengan saat ini berkembang dengan pesat seiring dengan penemuan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam bidang Informasi dan Komunikasi sehingga mampu menciptakan alat-alat yang mendukung perkembangan Teknologi Informasi, mulai dari sistem komunikasi sampai dengan alat komunikasi yang searah maupun dua arah (interaktif) Berdasarkan rentang waktu penggunaannya, peralatan atau media komunikasi dibedakan menjadi peralatan komunikasi Kuno(Tradisional) dan peralatan komunikasi Modern.

1. PERALATAN KOMUNIKASI (TRADISIONAL) Alat komunikasi kuno di masa lalu penggunaannya masih dengan cara yang sangat sederhana dibandingkan dengan alat komunikasi modern pada masa sekarang ini. Peralatannya pun masih menggunakan bahan bahan alam, seperti daun lontar, batu (prasasti) dan asap. Pada masa ini, teknologi informasi belum menjadi teknologi massal seperti yang kita kenal sekarang dan hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja.

A.KENTONGAN

Kentongan merupakan media komunikasi tradisional yang sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Biasanya pada jaman kerajaan, kentongan digunakan bertujuan untuk mengumpulkan warga bila hendak ada pemberitahuan atau pesan dari raja untuk rakyatnya. Biasanya Orang-orang yang mendengar suara kentongan dipukul, warga kerajaan dengan segera bergegas datang berkumpul untuk mendengarkan berita atau pengumuman. Dalam penggunaannya, untuk setiap daerah bunyi kentongan tidak memiliki standar yang baku. Setiap daerah memiliki kode atau arti tertentu terhadap suara kentongan, misalnya suara kentongan yang dipukul beberapa kali dengan cepat menandakan adanya musibah atau kedatangan musuh.

B. LONCENG

Lonceng adalah suatu peralatan sejenis logam yang digunakan sebagai semacam bel yang dibunyikan untuk menentukan waktu atau memberitahukan sesuatu. Loncenglonceng besar pada umumnya terbuat dari logam, namun lonceng-lonceng kecil dapat pula terbuat dari keramik atau porselen. Dahulu lonceng digunakan untuk mengabarkan suatu berita kepada masyarakat dan sebagai penanda waktu. Lonceng juga digunakan oleh umat Kristiani untuk memberi tanda waktu beribadah digereja, biasanya dibunyikan tiga kali, pada pukul 06.00. 12.00, dan18.00. Lonceng digunakan pertama kali dalam gereja Katolik sekitar tahun 400 masehi dan dianggap diperkenalkan oleh Paulinus, Uskup Nola, sebuah kota di Campania, Italia. Penggunaannya menyebar luas dengan cepat dan tidak hanya digunakan

untuk mengumpulkan umat dalam acara keagamaan, tetapi juga sebagai peringatan ketika ada bahaya. C. BEDUG

Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang. Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu salat atau sembahyang. Bila ditabuh, bedug menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh. D. ASAP Orang - orang zaman dahulu juga memanfaatkan asap sebagai media komunikasi. Asap dikenal sangat populer digunakan sebagai media komunikasi suku bangsa Indian di Amerika. Alat komunikasi ini biasa digunakan untuk mengirimkan suatu pesan rahasia atau peringatan pada sesama sukunya ataupun suku lawan. Sekarang ini asap juga sering digunakan dalam suatu permainan dalam kegiatan pramuka. E. PRASASTI/DAUN LONTAR Kegiatan surat-menyurat di Indonesia telah dimulai sejak masa kerajaan Kutai, Tarumanegara, Pajajaran, Majapahit, Sriwijaya, dan Mataram. Walaupun pada masa itu kegiatan tersebut masih terbatas pada kegiatan surat-menyurat antar kerajaan. Mereka menggunakan kulit kayu serta kulit bambu sebagai sarana untuk menulis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prasasti merupakan piagam yang tertulis pada batu,tembaga, dan sebagainya. Prasasti merupakan sumber sejarah penting untuk mengungkap peristiwa masa lalu. Prasasti merupakan sumber dokumen tertulis yang orisinil dan pasti terjamin keasliannya sebagai peninggalan masa lalu. Menurut Matrical Eulogitic Inscription, Ms. Dannel,Sanskrit Dictionary, Prasasti berarti tulisan yang berisi pujian dan merupakan anugerah yang diberikan seorang raja kepada rakyatnya dan berlakunya secara turun temurun. Istilah tersebut dalam Negara Kertagama dikatakan sebagai purwasarirareng prasatyalama tan rinaksan iwo, yang berarti hak-hak istimewa yang sejak dahulu dilindungi oleh prasasti kuno. 2. PERALATAN KOMUNIKASI MODERN Era komunikasi modern saat ini tentu telah mengalami banyak perkembangan yang signifikan. Komunikasi modern ini berawal dari penemuan-penemuan bahan kertas, mesin cetak hingga elektronik menggantikan media komunikasi tradisional. Penemuan telegram menjadi titik awal interaksi tanpa tatap muka. Semakin lama muncul teknologi komunikasi yang modern seperti televisi, radio dan komputer. Televisi dan radio pada mulanya tidak dapat melakukan interaksi antara pemberi dan penerima pesan. Komputer pada mulanya pun hanya dipergunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia, bukan untuk melakukan interaksi. Teknologi pun semakin berkembang. Komputer pun memiliki fungsi untuk melakukan interaksi. Kemunculan internet menjadi titik awal kemajuan komputer yang mampu menjadi sarana interaksi manusia. Messenger seperti Yahoo Messenger, MSN, Skype dan lain-lain mulai bermunculan. Tak hanya dari perkembangan komputer, televisi dan radio pun mulai memiliki teknologi tersendiri untuk memfasilitasi interaksi manusia. Berikut ini disajikan beberapa macam peralatan teknologi komunikasi modern yang sampai saat ini masih mendominasi ruang-ruang kerja kita. A. TELEGRAF Salah satu alat telekomunikasi elektrik di abad 19 adalah Telegraf. Telegraf merupakan alat komunikasi sebuah mesin untuk mengirim dan menerima pesan pada jarak jauh. Telegraf ditemukan oleh seorang warga Amerika Serikat bemama Samuel F.B. Morse bersama dengan asistennya Alexander Bain.

Telegraf mengirimkan sinyal untuk jarak jauh melalui kabel-kabel. Sinyal-sinyal yang dikirimkan oleh telegraf merupakan kode-kode sederhana yang mewakili pesan-pesan yang ingin dikirimkan. Kode-kode sederhana itu disebut dengan kode Morse, sesuai dengan nama penemunya. Operator telegraf mengirimkan sinyal-sinyal menggunakan sebuah peralatan yang mengiterupsi aliran listrik di sebuah kabel. Operator menggunakan loncatan arus pendek dan panjang dengan jarak di antaranya untuk mengkodekan huruf-huruf dari pesan yang ingin dikirimkan. Sebuah peralatan di penerima akan megubah sinyal-sinyal menjadi rangkaian bunyi kedutan. Kemudian operator telegraf atau printer mekanik menerjemahkannya menjadi kata-kata.

Pesan yang dikirimkan melalui telegraf disebut telegram. Kode morse adalah sebuah sistem pengiriman pesan yang menggunakan kombinasi suara panjang dan pendek dalam berbagai cara yang bervariasi untuk mengkodekan huruf-huruf, dit-dit diwakili dengan titik-titik, sedangkan dah-dah diwakili dengan garis penghubung.

B. TELEPHONE Jika telegraf mengirimkan informasi menggunakan kode morse yang diterjemahkan menjadi kata-kata oleh printer lain halnya dengan telepon, peralatan teknologi yang yang satu ini digunakan untuk berkomunikasi antara dua orang dengan menggunakan suara.

Telepon adalah peralatan yang mengubah suara menjadi energi listrik dan mengirimkannya melalui kabel jaringan telepon. Pada sisi penerima, energi listrik tersebut kemudian diubah kembali menjadi suara. Sesuai dengan namanya yang berasal dari bahasa Yunani, tele berarti jauh dan phone berarti suara, telepon mengirimkan suara dalam jarak yang jauh. Sejak ditemukan, telepon menjadi alat komunikasi yang sangat penting. Dalam hitungan detik, kita dapat menghubungi orang lain di seberang jalan, kota lain, bahkan dinegara lain dengan menggunakan telepon.

Telepon mempunyai empat bagian utama yang sangat penting, yaitu : (1) mekanisme dialing, (2) transmiter, (3) ringer, dan (4) receiver. Fungsi dari masing-masing bagian tersebut adalah sebagai berkut. 1. Mekanisme Dialing Mekanisme dialing memungkinkan seorang penelpon memasukkan nomor telepon yang ingin dipanggil. Pada kebanyakan telepon, mekanisme dialing terdiri dari keypad yang berjumlah 12 tombol, yang terdiri dari tombol 0 sampai 9, tombol bintang (*), dan tanda pagar (#). 2. Transmiter Transmiter atau pemancar sering juga disebut mikrofon. Transmiter (pemancar) berfungsi untuk mengubah suara menjadi arus listrik. Arus listrik tersebut kemudian dikirim lebih jauh melalui kabel telepon. 3. Ringer Ringer berfungsi untuk memberikan sinyal adanya telepon masuk. Pada permulaan, ringer terbuat dari sebuah lonceng kecil. Saat ini, peralatan elektronik digunakan untuk menggantikan lonceng kecil. Sebuah chip komputer ditempatkan untuk membuat sinyal bunyi (ringtone) atau bahkan sebuah lagu. 4. Receiver Receiver atau penerima berfungsi untuk mengubah arus listrik menjadi suara. Penerima ditempatkan pada bagian telinga di gagang telepon. Sinyal listrik yang berasal dari suara pengirim akan diterjemahkan kembali menjadi suara oleh penerima.

C. FAKSIMILE

Salah satu alat telekomunikasi lainya adalah Faksimile atau fax adalah alat yang mampu mengirimkan dokumen melalui jaringan telepon dengan hasil cetakan yang sama persis dengan aslinya. Fax memanfaatkan sambungan PSTN (Public Switched Telephone Network) dan nomor telepon. Prinsip dasar dari fax yaitu gabungan

perangkat dari scanner gambar, telepon, Printer dengan grup Jaringan, dan juga mesin Photo copy. Mesin faks memungkinkan orang–orang mengirimkan dokumen-dokumen bisnis dan dokumen cetak lainnya ke tempat yang jauh hanya dalam hitungan menit.

D. RADIO Radio merupakan alat yang sangat penting sejak ditemukan untuk mengirimkan pesan suara dari jarak yang jauh. Radio adalah, alat yang dapat menerima informasi berupa suara atau sinyal dengan menggunakan gelombang elektromagnetik.

Gelombang elektromagnetik membawa transmisi penyiaran (frekuensi radio) dari stasiun ke alat penerima. Rangkaian gelombang audio dikirim melalui sebuah sambungan yang menghubungkan ruang kontrol dengan alat transmisi. Biasanya, dalam radio terdapat sebuah antena untuk menangkap frekuensi radio, atau untuk menerima siaran transmisi guna mengubah gelombang pembawa menjadi gelombang suara, dan juga untuk menyebarluaskan pada frekuensi yang telah ditentukan. E. TELEVISI Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masingmasing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh.

Secara umum televisi, yang biasa disingkat TV (dibaca oleh orang Indonesia tivi yang seharusnya teve) mempunyai pengertian: 1)Sebuah alat komunikasi elektronik yang memungkinkan pemancaran gambar visual dan suara secara langsung (real time).

2) Sebuah alat penerima sinyal dan mendisplaikan dalam bentuk visual. 3) Secara kolektif merupakan program acara yang dipancarkan lewat stasiun televisi. Jadi, televisi adalah sistem komunikasi penyiaran dan penerima gambar hidup dan suara dari jauh. Istilah tersebut sudah menyangkut semua aspek program acara televisi dan pemancarannya. Adapun jenis-jenis televisi salah sataunya adalah TV LCD dan TV Plasma. TV LCD menggunakan teknologi yang sama dengan layar laptop atau monitor layar datar. Selain ukurannya kompak dan ringan juga memiliki layar yang beresolusi lebih tinggi. Layar LCD terdiri dari jutaan kristal yang dibungkus lapisan kaca tipis. Masing-masing kristal ini memiliki respons berbeda terhadap energi listrik. Ini yang membuat tampilan di layar pun jadi beraneka ragam warnanya. Sedangkan Layar TV plasma menggunakan teknologi berupa bola-bola kaca kecil yang di dalamnya berisi gas yang disebut plasma. Ketika dialiri energi listrik, gas plasma ini mengeluarkan sinar ultraviolet yang membakar lapisan kaca pada layar. Akibatnya layar pun berubah dari hitam menjadi berwarna. F. TELEPON SELULER / HANDPHONE (HP)

Salah satu jenis alat telekomunikasi yang sudah tidak asing yang sering kita dengar pada saat ini adalah Telepon genggam atau seringnya disebut handphone (disingkat HP) atau disebut pula sebagai telepon selular (disingkat ponsel) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line konvensional (telepon rumah), namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Saat ini Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System For Mobile Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access). G. KOMPUTER DAN INTERNET

Komputer dan Intemet adalah perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang paling banyak berperan pada saat ini. Komputer digunakan untuk mengolah, mengelola, dan menyimpan data / informasi, sedangkan Intemet digunakan sebagai sarana sumber informasi dan alat untuk menukarkan dan saling berkirim informasi Diposkan oleh dinni aripah di 02.18 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Pencemaran Udara Pengertian Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.

Pencemaran Udara Klasifikasi Pencemar Udara : 1. Pencemar primer : pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. 2. Pencemar sekunder : pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Contoh: Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan asam sulfurik.

Pencemaran Udara Jenis-jenis Bahan Pencemar: - Karbon monoksida (CO) - Nitrogen dioksida (N02) - Sulfur Dioksida (S02) - CFC - Karbon dioksida (CO2) - Ozon (03 ) - Benda Partikulat (PM) - Timah (Pb) - HydroCarbon (HC) Penyebab Utama Pencemaran Udara : Di kota besar sangat sulit untuk mendapat udara yang segar, diperkirakan 70 % pencemaran yang terjadi adalah akibat adanya kendaraan bermotor. Contoh : di Jakarta antara tahun 1993-1997 terjadi peningkatan jumlah kendaraan berupa : - Sepeda motor 207 % - Mobil penumpang 177 % - Mobil barang 176 % - Bus 138 %

Pencemaran Udara akibat Kendaraan Bermotor Dampak Pencemaran Udara : - Penipisan Ozon - Pemanasan Global ( Global Warming ) - Penyakit pernapasan, misalnya : jantung, paru-paru dan tenggorokan - Terganggunya fungsi reproduksi - Stres dan penurunan tingkat produktivitas - Kesehatan dan penurunan kemampuan mental anak-anak - Penurunan tingkat kecerdasan (IQ) anak-anak.

Sampah semakin memperparah Pencemaran Udara Solusi : + Clean Air Act yang dibuat oleh pemerintah dan menambah pajak bagi industri yang melakukan pencemaran udara. + Mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui diantaranya Fuel

Cell dan Solar Cell. + Menghemat Energi yang digunakan. + Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal. Diposkan oleh dinni aripah di 02.13 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

KEBUDAYAAN

BUDAYA JAWA TENGAH

Jawa Tengah adalah propinsi dimana budaya jawa banyak berkembag disini karena di jawa tengah dahulu banyak kerajaan berdiri disini itu terlihat dari berbagai peninggalan candi di jawa tengah. mahakarya yang sungguh mempesona adalah batik di jawa tengah setiap daerah mempunya corak batik tulis yang berbeda beda mereka mempunyai ciri khas sendiri sendiri selain batik ada juga kesenian yang tak kalah luar biasanaya ada wayang kulit yang sudah dia kaui dunia sebagai warisan budaya dunia oleh unesco ada juga tembang tembang (lagu lagu ) jawa yang diiringi oleh gamelan (alat musik) yang juga dikenal dengan campursariada juga ketoprak yang merupakan pertunjukan seni peran khas dari jawa

di jawa tengah juga masih ada kerjaan yang samapai sekarang masih berdiri tepatnya dikota solo yang dikenal dengan kasunanan solo budaya jawa tengah sungguh banyak mulai dari wayang ,wayang orang, ketoprak,tari dan masih banyak lagi. Sejarah Jawa tengah Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang, Rembang, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing gewest terdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu itu Rembang Gewest juga meliputi Regentschap Tuban dan Bojonegoro. Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberi otonomi dan dibentuk Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang.

Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan, Jepara-Rembang, Semarang, Banyumas, dan Kedu. Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1946 Pemerintah membentuk daerah swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan karesidenan. Pada tahun 1950 melalui Undangundang ditetapkan pembentukan kabupaten dan kotamadya di Jawa Tengah yang meliputi 29 kabupaten dan 6 kotamadya. Penetapan Undang-undang tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal 15 Agustus 1950. Pendidikan dan Budaya Kebudayaan yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah mayoritas merupakan kebudayaan Jawa, namun terdapat pula kantong-kantong kebudayaan Sunda di wilayah sebelah barat yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat terutama di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap berikut beberapa budaya jawa tengah : 1. Kraton Solo (Centraljava Surakarta) 2. Batik 3. Ketoprak 4. Pagelaran Wayang Kulit 5. Tari Srikandi / Tari Panah 6. Pertujukan Wayang Orang 7. Sinden 8. Tayub 9. Batik 10.Keris GAMBAR GAMBAR TERKAIT

Diposkan oleh dinni aripah di 02.10 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

KESEHATAN

Buah Untuk Kesehatan Mata Mata merupakan jendela hati. Demikian kata pepatah mengatakan. Memang benar, dari mata kita dapat mewakili semua rasa yang ada. Sorot mata memiliki arti bahkan manusia dapat berkomunikasi hanya melalui tatap mata. Mata juga tak mampu menyembunyikan sebuah kebohongan. Betapa dahsyat fungsi mata selain mampu menunjukkan kepada kita akan indahnya dunia. Namun tahukah Anda apa yang baik untuk mata? Ya, mata perlu sehat dan kita akan membicarakan tentang manfaat buah untuk kesehatan mata. Buah selain enak dimakan, menyegarkan tubuh sekaligus menyehatakan tubuh, juga memiliki berjuta manfaat lain. Salah satunya adalah untuk meningkatkan kesehatan mata. Bagaimana bisa? Ya, di dalam berbagai jenis buah terkandung suatu komponen zat warna yang disebut sebagai beta karoten. Beta karoten ini dapat mengaktifkan pro vitamin A menjadi vitamin A yang baik untuk kesehatan mata dan meningkatkan daya akomodasi. Beta karoten terdapat di dalam buah-buahan khususnya yang berwarna kuning, jingga atau kemerahan. Sebagai contoh adalah buah mangga, papaya, jeruk, apel, semangka, melon. Kalau buah berwanra merah, kunging, jingga, oranye sudah Nampak jelas mengandung karoten, buah apel berwarna hijau serta pir ternyata juga mengandung beta karoten dalam kadar cukup tinggi.

Selain meningkatkan daya akomodasi, adanya beta karoten di dalam buah mampu mengobati katarak bahkan glaucoma. Khasiat buah untuk kesehatan mata juga diperankan oleh adanya kadar lutein tinggi seperti terdapat pada buah kiwi, pisang, jambu juga dapat mengobati katarak. Kadar vitamin C yang tinggi pada buah juga dapat menguatkan jaringan ikat pada area mata serta memperlancar peredaran darah. Vitamin C juga membantu meningkatkan daya tahan tubuh sehingga membantu tubuh mengurangi terjadinya infeksi pada mata. Beberapa buah yang mengandung minyak esensial seperti buah zaitun, buah strawberry bagus untuk mata, khususnya dalam proses membersihkan mata serta mengobati mata radang. Juga dapat mengobati katarak. Kandungan folat, kalsium serta kalium di dalam beberapa jenis jeruk, pisang, salak. Betapa besar manfaat buah untuk kesehatan mata. Diposkan oleh dinni aripah di 02.08 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Teknologi Komputer Teknologi Komputer

Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yang telah dirumuskan. Kata computer semula dipergunakan untuk menggambarkan orang yang perkerjaannya melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa alat bantu, tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri. Asal mulanya, pengolahan informasi hampir eksklusif berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi komputer modern dipakai untuk banyak tugas yang tidak berhubungan dengan matematika. Dalam arti seperti itu terdapat alat seperti slide rule, jenis kalkulator mekanik mulai dari abakus dan seterusnya, sampai semua komputer elektronik yang kontemporer. Istilah lebih baik yang cocok untuk arti luas seperti "komputer" adalah "yang mengolah informasi" atau "sistem pengolah informasi." Selama bertahun-tahun sudah ada beberapa arti yang berbeda dalam kata "komputer", dan beberapa kata yang berbeda tersebut sekarang disebut disebut sebagai komputer. Kata computer secara umum pernah dipergunakan untuk mendefiniskan orang yang melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa mesin pembantu. Menurut Barnhart Concise Dictionary of Etymology, kata tersebut digunakan dalam bahasa Inggris pada tahun 1646 sebagai kata untuk "orang yang menghitung" kemudian menjelang 1897 juga digunakan sebagai "alat hitung mekanis". Selama Perang Dunia II kata tersebut menunjuk kepada para pekerja wanita Amerika Serikat dan Inggris yang pekerjaannya menghitung jalan artileri perang dengan mesin hitung. Charles Babbage mendesain salah satu mesin hitung pertama yang disebut mesin analitikal. Selain itu, berbagai alat mesin sederhana seperti slide rule juga sudah dapat dikatakan sebagai komputer. 1. Komputer merupakan hasil industri canggih yang bermanfaat. Komputer yang kita kenal saat ini adalah hasil pengembangan teknologi elektronika dan informatika sehingga bentuk komputer yang asalnya berukuran besar dan makan tempat, sekarang berbentuk kecil dengan kemampuan besar. Kemajuan industri komponen elektronika IC (integrated circuit) telah mendorong terciptanya berbagai perangkat chip IC yang beragam dan mendukung berbagai keperluan pembuatan produk elektronik. Kemajuan teknologi elektronika tidak terlepas dari adanya kemajuan dibidang pengetahuan dan pengolahan bahan semikonduktor khususnya silicon. Manfaat komputer saat ini cukup beragam mulai sebagai alat bantu menulis, menggambar, mengedit foto, memutar video, memutar lagu sampai analisis data hasil penelitian maupun untuk mengoperasikan program-program penyelesaian problem-

problem ilmiah, industri dan bisinis. Dunia anak telah lama mengenal alat permainan game yang dikendalikan oleh sistem komputer. Di bidang industri, komputer telah dipergunakan untuk mengontrol mesin-mesin produksi dengan ketepatan tinggi (misalnya CNC, sebuah mesin serba guna dalam industri metal) sehingga dapat kita jumpai berbagai produk industri logam yang bervariasi dan kita bayangkan sulit apabila dikerjakan secara manual. Banyak pula mesin-mesin dalam industri garmen dilengkapi dengan kontrol komputer, misalnya perusahaan topi bodir dapat memproduksi topi dengan kualitas gambar bordir yang seragam dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. Di perusahaan dagang seperti department store telah dipergunakan mesin cash register (mesin kasir) yang dilengkapi dengan kontrol komputer sehingga mesin tersebut dapat dikontrol oleh pihak manajer hanya dari ruangan kerjanya saja. Di bidang pendidikan, selain dijumpai sebagai alat bantu pelajaran, banyak peralatan laboratorium yang dilengkapi dengan komputer sehingga alat tersebut dapat bekerja lebih teliti dan dapat mengatasi kendala hambatan indra manusia. Dari bidang pendidikan dan riset yang mempergunakan alatalat demikian dihasilkan berbagai hasil penelitian yang bermanfaat yang tidak terasa sudah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat banyak. Beragam obat baik untuk keperluan kesehatan manusia maupun pertanian dan peternakan telah banyak dipergunakan oleh masyarakat. Dalam bidang bioteknologi, peralatan-peralatan kultur telah banyak yang dilengkapi dengan kontrol komputer untuk mengusahakan ketelitian kerja pada ruang steril. Perusahaan Australia telah mengembangkan robot untuk keperluan bioteknologi ini. Penerapan kontrol komputer yang tercanggih terdapat di pesawat terbang dan pesawat angkasa. Untuk dapat mengatasi berbagai kendala alam dan sulit dilakukan oleh seorang pilot secara manual, sebuah pesawat terbang dapat dikendalikan secara otomatis sehingga bisa terbang dengan selamat di tujuan. Demikian besarnya manfaat komputer, untuk itu dalam tulisan ini diperkenalkan mengenai sebuah komputer dan bagaimana merakitnya. Dalam tulisan ini tidak dijelaskan secara teliti bagaimana membangun sebuah rangkaian elektronik komputer ataupun membangun sebuah perangkat lunak komputer (software), untuk dapat mengetahui hal ini anda masih harus kuliah di bidang Elektronika dan Informatika. Tulisan ini dimaksudkan agar anda tidak salah mengenal komputer ataupun memahaminya, dengan anda dapat mengenal bagian-bagian komputer, merakitnya dan mengenal cara bekerjanya khususnya mengenal cara mengoperasikan software aplikasinya maka anda akan merasakan manfaat komputer yang demikian besar. Di sinipun tidak diuraikan mengenai sejarah penemuan komputer, hanya perlu anda yakini bahwa komputer adalah hasil industri yang memanfaatkan berbagai hasil penelitian dan pengujian dari bebeberapa bidang keilmuan. Misalnya keilmuan bidang elektronika, informatika, manajemen, kimia bahan, fisika bahan, kimia fisik, elektrokimia dan lain-lain. Ini lah beberapa Teknologi komputer yang akan dirilis tahun 2010 mendatang, jika dilihat dari bentuk dan kecanggihannya memang teknologi yang akan datang di tabhun 2010 benar – benar sangat fantastis. TriBook dengan tiga konsep layar ultra lebar yaitu 21? lebar layar. Ia juga memiliki sebuah 8x SuperDrive, 1TB harddisk, dan MacBook Procalibre CPU, plus sebuah keyboard multitouch trackpad, 2. CARA BEKERJA KOMPUTER Memori

Di sistem ini, memori adalah urutan byte yang dinomori (seperti "sel" atau "lubang burung dara"), masing-masing berisi sepotong kecil informasi. Informasi ini mungkin menjadi perintah untuk mengatakan pada komputer apa yang harus dilakukan. Sel mungkin berisi data yang diperlukan komputer untuk melakukan suatu perintah. Setiap slot mungkin berisi salah satu, dan apa yang sekarang menjadi data mungkin saja kemudian menjadi perintah.Memori menyimpan berbagai bentuk informasi sebagai angka biner. Informasi yang belum berbentuk biner akan dipecahkan (encoded) dengan sejumlah instruksi yang mengubahnya menjadi sebuah angka atau urutan angka-angka. Sebagai contoh: Huruf F disimpan sebagai angka desimal 70 (atau angka biner) menggunakan salah satu metode pemecahan. Instruksi yang lebih kompleks bisa digunakan untuk menyimpan gambar, suara, video, dan berbagai macam informasi. Informasi yang bisa disimpan dalam satu sell dinamakan sebuah byte. Pemrosesan Unit Pengolah Pusat atau CPU (Central processing Unit) berperan untuk memproses perintah yang diberikan oleh pengguna komputer, mengelolanya bersama data-data yang ada di komputer. Unit atau peranti pemprosesan juga akan berkomunikasi dengan peranti input , output dan storage untuk melaksanakan instruksi yang saling terkait. Dalam arsitektur von Neumann yang asli, ia menjelaskan sebuah Unit Aritmatika dan Logika, dan sebuah Unit Kontrol. Dalam komputer-komputer modern, kedua unit ini terletak dalam satu sirkuit terpadu (IC - Integrated Circuit), yang biasanya disebut CPU (Central Processing Unit). Unit Aritmatika dan Logika, atau Arithmetic Logic Unit (ALU), adalah alat yang melakukan pelaksanaan dasar seperti pelaksanaan aritmatika (tambahan, pengurangan, dan semacamnya), pelaksanaan logis (AND, OR, NOT), dan pelaksanaan perbandingan (misalnya, membandingkan isi sebanyak dua slot untuk kesetaraan). Pada unit inilah dilakukan "kerja" yang sebenarnya. Unit kontrol menyimpan perintah saat ini yang dilakukan oleh komputer, memerintahkan ALU untuk melaksanaan dan mendapatkan kembali informasi (dari memori) yang diperlukan untuk melaksanakan perintah itu, dan memindahkan kembali hasil ke lokasi memori yang sesuai. Unit ini berfungsi mengontrol pembacaan instruksi program komputer. Masukan dan hasil I/O membolehkan komputer mendapatkan informasi dari dunia luar, dan menaruh hasil kerjanya di sana, dapat berbentuk fisik (hardcopy) atau non fisik (softcopy). Ada berbagai macam alat I/O, dari yang akrab keyboard, monitor dan disk drive, ke yang lebih tidak biasa seperti webcam (kamera web, pencetak, pemindai, dan sebagainya. Yang dimiliki oleh semua alat masukan biasa ialah bahwa mereka meng-encode (mengubah) informasi dari suatu macam ke dalam data yang bisa diolah lebih lanjut oleh sistem komputer digital. Alat output, men-decode data ke dalam informasi yang bisa dimengerti oleh pemakai komputer. Dalam pengertian ini, sistem komputer digital adalah contoh sistem pengolah data.

Instruksi Perintah yang dibicarakan di atas bukan perintah seperti bahasa manusiawi. Komputer hanya mempunyai perintah sederhana dalam jumlah terbatas yang dirumuskan dengan baik. Perintah biasa yang dipahami kebanyakan komputer ialah "menyalin isi sel 123, dan tempat tiruan di sel 456", "menambahkan isi sel 666 ke sel 042, dan tempat akibat di sel 013", dan "jika isi sel 999 adalah 0, perintah berikutnya anda di sel 345". Instruksi diwakili dalam komputer sebagai nomor - kode untuk "menyalin" mungkin menjadi 001, misalnya. Suatu himpunan perintah khusus yang didukung oleh komputer tertentu diketahui sebagai bahasa mesin komputer. Dalam praktiknya, orang biasanya tidak menulis perintah untuk komputer secara langsung di bahasa mesin tetapi memakai bahasa pemrograman "tingkat tinggi" yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa mesin secara otomatis oleh program komputer khusus (interpreter dan kompiler). Beberapa bahasa pemrograman berhubungan erat dengan bahasa mesin, seperti assembler (bahasa tingkat rendah); di sisi lain, bahasa seperti Prolog didasarkan pada prinsip abstrak yang jauh dari detail pelaksanaan sebenarnya oleh mesin (bahasa tingkat tinggi). 3. Bagian-bagian komputer Komputer terdiri atas 2 bagian besar yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat keras     

Pemroses atau CPU sebagai unit yang mengolah data Memori RAM, tempat menyimpan data sementara Hard drive, media penyimpanan semi permanen Perangkat masukan, media yang digunakan untuk memasukkan data untuk diproses oleh UPS, seperti mouse, keyboard, dan tablet Perangkat keluaran, media yang digunakan untuk menampilkan hasil keluaran pemrosesan CPU, seperti monitor,speaker,plotter,proyektor dan printer

Perangkat lunak 



Sistem operasi Program dasar pada komputer yang menghubungkan pengguna dengan hardware komputer. Sistem operasi yang biasa digunakan adalah Linux, Windows, dan Mac OS. Tugas sistem operasi termasuk (namun tidak hanya) mengatur eksekusi program di atasnya, koordinasi input, output, pemrosesan, memori, serta instalasi software. Program komputer Merupakan aplikasi tambahan yang dipasang sesuai dengan sistem operasinya

Slot pada komputer

   

ISA/PCI, slot untuk masukan kartu tambahan non-grafis AGP/PCIe, slot untuk masukan kartu tambahan grafis IDE/SCSI/SATA, slot untuk hard drive/ODD USB, slot untuk masukan media plug-and-play (colok dan mainkan, artinya perangkat yang dapat dihubungkan ke komputer dan langsung dapat digunakan).

4. JENIS KOMPUTER Komputer analog adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan alat penghitung yang bekerja pada level analog. Level analog di sini adalah lawan (dual) dari level digital, yang mana level digital adalah level tegangan 'high' (tinggi) dan 'low' (rendah), yang digunakan dalam implementasi bilangan biner. Secara mendasar, komponen elektronik yang digunakan sebagai inti dari komputer analog adalah op-amp (operational amplifier). komputer digitalAdalah mesin komputer yang diciptakan untuk mengolah data yang bersifat kuantitatif dalam bentuk angka, huruf, tanda baca dan lain-lain. Yang pemrosesnya dilaksanakan berdasarkan teknologi yang mengubah sinyal menjadi kombinasi bilangan 0 dan 1. Merupakan hasil teknologi yang mengubah sinyal menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (disebut juga dengan biner)untuk proses informasi yang mudah, cepat dan akurat. Sinyal tersebut disebut sebuah bit. Sinyal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang tidak dapat ditemukan pada teknologi analog, yaitu: 1. Mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi. 2. Penggunaan yang berulang-ulang terhadap informasi tidak memengaruhi kualitas dan kuantitas informasi itu sendiri, 3. Informasi dapat dengan mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai bentuk, 4. Dapat memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimnya secara interaktif. Komputer mengolah data yang ada adalah secara digital, melalui sinyal listrik yang diterimanya atau dikirimkannya. Pada prinsipnya, komputer hanya mengenal dua arus, yaitu on atau off, atau istilah dalam angkanya sering juga dikenal dengan 1 (satu) atau 0 (nol). Kombinasi dari arus on atau off inilah yang yang mampu membuat komputer melakukan banyak hal, baik dalam mengenalkan huruf, gambar, suara, bahkan film-film menarik yang anda tonton dalam format digital. komputer hybrid adalah jenis Komputer yang diperuntukkan untuk pengolahan data yang sifatnya baik kuantitatif maupun kualitatif, atau dengan istilah lain menggabungkan kemampuan digital dengan analog. Dengan perkataan lain data kuantitatif yang diolah menghasilkan data kualitatifnya dan sebaliknya. Diposkan oleh dinni aripah di 01.56 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kamis, 28 November 2013 qolqolah Pengertian QOLQOLAH menurut lughoh ( bahasa ) adalah : ‫التحرك واالضطراب‬

( ATTAHARRUKU WAL-IDHTIROOBU ) artinya bergoncang/gemetar. sedangkan pengertian QOLQOLAH menurut Ishtilah adalah :

:

bergerak

dan

‫صوت زائد قوي جهري يحدث في مخرج الحرف الساكن بعد ضغطه‬ ) artinya : suara tambahan yang kuat dan jelas yang baru pada makhroj huruf yang bersukun,setelah menekan pada makhroj huruf tersebut. huruf QOLQOLAH jumlahnya ada 5 yang terkumpul pada lafazh : ‫قطب جد‬ yaitu : ‫ ( ق ط ب ج د‬QOF- THO- BA- JIM- DAL ) huruf QOLQOLAH yang 5 tersebut disyaratkan harus dalam keadaan mati ( sukun ) baik dengan sukun ashli atau dengan sukun 'aridhi ( sukun karena waqof ) oleh karena itu QOLQOLAH terbagi menjadi 2 bagian yaitu : ‫ ( قلقلة صغرى‬QOLQOLAH SHUGROO ) dan ‫ ( قلقة كبرى‬QOLQOLAH KUBROO ) 1.‫صغرى‬ ‫صغرى‬

‫قلقلة‬ ‫فهي‬

(

QOLQOLAH ‫أصليا‬

SHUGROO) ‫سكونها‬

adalah ‫كان‬

: ‫فأن‬

( FA-IN KAANA SUKUUNUHAA ASHLIYYAN FAHIYA SHUGROO ) artinya : jika huruf Qolqolah itu, sukunnya dengan sukun Ashli, maka dinamakan Qolqolah Shugroo. dalam Ishtilaah lain, yang disebut QOLQOLAH SHUGROO itu adalah : ‫فما سكن منها في وسط الكلمة يسمى قلقلة صغرى‬ artinya : apabila huruf Qolqolah tersebut bersukun di tengah kalimah, maka dinamakan Qolqolah Shugroo. pengartian sukun ditengah kalimah itu adalah : Sukun Ashli. adapun cara pengucapan Qolqolah Shugroo adalah : dengan cara menekan kuat makhroj huruf dari huruf Qolqolah yang sukun tersebut. sehingga suaranya memantul dengan pantulan yang kuat dan jelas. untuk huruf ‫ ( ق ط‬QOF dan THO ) pantulan mendekati suara " O " karena kedua huruf ini tershifati dengan shifat Isti'laa. secara bahasa arti dari QOLQOLAH SHUGROO tersebut adalah : Qolqolah yang kecil, yang dimaksud kecil disini yaitu : suara pantulannya dibawah Qolqolah Kubroo, dari segi kekuatan dan kejelasan suaranya. seperti contoh lafazh : ‫قبلك‬ ‫( من‬ MING QOBLIKA ) ‫ ( رزقناهم‬ROZAQNAAHUM ) ‫ ( يطمعون‬YATHMA'UUN ) dll. 2. ‫ ( قلقلة كبرى‬QOLQOLAH KUBROO )adalah : ‫إن كان سكونهاعارضا فى الوقف فهي كبرى‬ ( IN KAANA SUKUUNUHAA 'AARIDHON FIL-WAQFI FAHIYA KUBROO ) artinya : jika huruf Qolqolah itu sukunnya dengan sukun 'Aridhi ( sukun karena waqof ) maka dinamakan Qolqolah Kubroo. dalam Ishtilah lain yang disebut Qolqolah Kubroo adalah : ‫ ( منها في آخرالكلمة يسمى قلقلة كبرى وما سكن‬WAMAA SAKANA MINHAA FII AAKHIRIL-KALIMATI YUSAMMAA QOLQOLATU KUBROO ) artinya : apabila huruf Qolqolah tersebut bersukun di akhir kalimah,maka Qolqolah Kubroo. pengertian sukun di akhir kalimah tersebut adalah : sukun 'Aridhi ( sukun karena waqof ) secara bahasa arti dari QOLQOLAH KUBROO tersebut adalah : Qolqolah yang besar, yang dimaksud besar disini yaitu : suara pantulannya diatas Qolqolah

Sughroo, dari segi kekuatan dan kejelasan suaranya. seperti contoh lafazh : ‫ ( لشديد‬LASYADIID) ‫ ( حساب‬HISAAB ) ‫ ( ماخلق‬MAA KHOLAQ ) ‫ ( بهيج‬BAHIIJ ) dll.

Diposkan oleh dinni aripah di 02.50 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tafhim Dan tarqiq Pengertian Tafkhim dan Tarqiq َ) merupakan masdar dari fakhkhama (َ Tafkhim (‫ْم‬ ‫ْخِي‬ ‫تف‬ ‫َخَّم‬ ‫ )ف‬yang berarti menebalkan. Sedang yang dimaksud dengan bacaan tafkhim adalah membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan tebal. Pada pengertian itu dapat disimpulkan, bahwa bacaan-bacaan tafkhim itu menebalkan huruf tertentu dengan cara mengucapkan huruf tertentu dengan cara mengucapkan huruf di bibir (mulut) dengan menjorokkan ke depan (bahasa Jawa mecucu), bacaan tafkhim kadang-kadang disebut sebagai isim maf’ul mufakhkhamah (‫َة‬ ‫َخَّم‬ ‫)مف‬. َ) merupakan bentuk masdar Tarqiq (‫ْق‬ ‫ِي‬ ‫ْق‬ ‫تر‬ dari roqqoqo (َ ‫َّق‬ ‫َق‬ ‫)ر‬ yang berarti menipiskan. Sedang yang dimaksud dengan bacaan tarqiq adalah membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan tipis. Pada pengertian itu tampak, bahwa tarqiq menghendaki adanya bacaan yang tipis dengan cara mengucapkan hurur di bibir (mulut) agak mundur sedikit dan tmpak agak meringis. Bacaan tarqiq kadang-kadang disebut sebagai isim maf’ulnya, yakni muraqqoqoh (‫َة‬ ‫َّق‬ ‫َق‬ ‫)مر‬. Bacaan Tafkhim Huruf hijaiyah yang wajib dibaca tafkhim terdapat tujuh huruf, yaitu huruf isti’la yang berkumpul pada kalimat: ِ ‫ْط‬ ‫َغ‬ ‫خصَّ ض‬ ْ ‫ِظ‬ ‫ق‬, kesemuanya harus dibaca tebal. Contoh: َّْ ْ َ َْ ْ‫ا‬ َ ‫َا‬ َْ ُّ ِّ ‫َق‬ ‫الح‬ ‫ ف‬،‫ن‬ ‫ِبو‬ ‫َّي‬ ‫َالط‬ ‫ و‬،ْ ‫َهم‬ ‫ْض‬ ‫بع‬ ‫لن‬ ‫َض‬ ‫ ف‬،ٍ ‫ِق‬ ‫َاس‬ ‫ غ‬،ِ‫َّات‬ ‫َّآف‬ ‫َالص‬ ‫ و‬،‫ها‬ ‫د خلو‬ َ ‫ْل‬ ‫اقو‬. Selain ketujuh huruf tersebut harus dibaca tarqiq, kecuali huruf lam dan ra, yang mempunyai ketentuan sendiri. Pertama, huruf lam tetap dibaca tafkhim jika berada pada ْ ‫ْظ‬ lafal jalalah (ِ ‫َالََلة‬ ‫الج‬ ‫)َلف‬, yakni lam yang terdapat pada lafal: dengan syarat agar lam itu didahului tanda baca fathah atau dammah. Contoh: َ َ َِ ‫د هللا‬ ‫ شَه‬،ِ‫ان هللا‬ ‫ْح‬ ‫ سب‬،ِ‫ سَالَم هللا‬،ِ‫َالَة هللا‬ ‫ص‬. Kedua, ra wajib dibaca tafkhim (tebal) apabila: · Ra bertanda baca fathah. Contoh: ََ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ ‫ الفقرآء‬،ِ ‫ الرحِيم‬،‫َشَرة‬ ‫ ح‬،ِ‫ة هللا‬ ‫ْم‬ ‫َح‬ ‫ر‬

· Ra bertanda baca dammah. Contoh: ْ ‫َت‬ ‫ِع‬ ‫ رف‬،َ‫ْكروا هللا‬ ‫ اذ‬،‫ْا‬ ‫َرو‬ ‫َف‬ ‫ ك‬،‫َار‬ ‫ْي‬ ‫َ الَخ‬ ْ ‫ا‬ · Ra bertanda sukun (mati), sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang difathah. Contoh: َ ،‫ًا‬ َْ َْ َ ،ْ َ ٍ ‫ية‬ ‫َر‬ ‫ ق‬،‫يم‬ ‫مر‬ ‫ْزقكم‬ ‫نر‬ ‫َب‬ ‫ْح‬ ‫مر‬ · Ra bertanda suku, sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang didammah. Contoh: ً‫م‬ ً‫ب‬ ً‫ي‬ ً ‫ي‬ َْ َْ َْ َِّ ِّ ‫ة‬ ‫ حر‬،‫انا‬ ‫ عر‬،‫ة‬ ‫ قر‬،‫ة‬ ‫ذر‬ · Ra yang bertanda baca sukun, sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang dikasrah, namun kasrah ini bukan asli tetapi baru datang. Contoh: َْ ‫ْا‬ ‫تابو‬ ‫ِ ار‬ ‫َم‬ ‫ ا‬،‫ْا‬ ‫ْجِعو‬ ‫ِر‬ ‫ ا‬،ْ ‫َم‬ ‫ْح‬ ‫ِر‬ ‫ ا‬،ْ‫ِي‬ ‫ْجِع‬ ‫ِر‬ ‫ا‬ · Ra bertanda baca sukun, sedang huruf di belakangnya berharakat kasrah asli dan sesudah ra bertemu dengan ٍَ‫ْال‬ huruf isti’la (‫ء‬ ‫ِع‬ ‫ِسْت‬ ‫ْف ا‬ ‫َر‬ ‫ )ح‬yang terdapat tujuh huruf yang terkumpul pada kalimat: ْ ‫ِظ‬ ‫ٍ ق‬ ‫ْط‬ ‫َغ‬ ‫خصَّ ض‬Contoh: ِْ َ ‫َاس‬ ‫ْط‬ ‫ِر‬ ‫ ق‬،ِ ‫َاد‬ ‫ْص‬ ‫ِر‬ ‫الم‬ ‫ َلب‬،‫َة‬ ‫ْق‬ ‫ فر‬،‫َاه‬ ‫ْض‬ ‫ير‬ Bacaan Tarqiq Pertama, huruf lam dibacan tarqiq (tipis), jika huruf lam berada dalam lam jalalah yang didahului huruf yang bertanda baca kasrah. Contoh: ِ‫ِ هللا‬ ‫ِسْم‬ ‫ ب‬،ِ‫ِ هللا‬ ‫ْد‬ ‫ِن‬ ‫ْ ع‬ ‫ِن‬ ‫ م‬،ِ‫ِاهلل‬ ‫ ب‬،ِ‫ِ هلل‬ ‫ْد‬ ‫َم‬ ‫َْلح‬ ‫ا‬ Semua lam yang tidak berada pada lafal jalalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka harus dibaca tarqiq (tipis). Contoh: َْ َْ ْ‫ن ع‬ ْ‫الع‬ َ‫ ا‬،‫ن‬ ْ َ ْ َ َْ َْ َْ ِّ َ ،ِ‫ْن‬ ‫بكل‬ ‫ِي‬ ‫َق‬ ‫الي‬ ‫ِلم‬ ‫لمو‬ ‫تع‬ ‫َالَّ َلو‬ ‫ ك‬،ِ ‫ِلم‬ ‫ِن‬ ‫ م‬،ِ ‫ِل‬ ‫ِب‬ ‫ْال‬ ‫ِلى ا‬ ‫لمو‬ ‫َع‬ ‫َلي‬ ِ َ‫آ‬ ٍ ‫ية‬ Kedua, huruf ra wajib dibaca tarqiq (tipis) jika: · Huruf ra bertanda baca kasrah. Contoh: َ‫ِئك‬ َ ،‫َان‬ ‫ْر‬ ‫ سَنق‬،‫ْس‬ ‫ِج‬ ‫ ر‬،‫َة‬ ‫ِف‬ ‫ْر‬ ‫مع‬ ‫ْو‬ ‫ِض‬ ‫ر‬ · Huruf ra bertanda baca hidup yang jatuh setelah ya mati atau huruf lien. Contoh: ‫ْر‬ ‫ِي‬ ‫ َلخَب‬،‫ْر‬ ‫ِي‬ ‫َص‬ ‫َْلب‬ ‫ ا‬،ٍ ‫ْر‬ ‫َي‬ ‫ْ خ‬ ‫ِن‬ ‫ م‬،‫ْر‬ ‫ِي‬ ‫َب‬ ‫َْلك‬ ‫ا‬ · Huruf ra mati dan sebelumnya ada huruf yang berharakat kasrah asli, sedang sesudah ra bukan huruf isti’la. Contoh: ٌ‫ لَش ِْر ِذ َمة‬، َ‫ فِ ْر َع ْون‬،‫ اَاَ ْنذَ ْرتَ ُه ْم‬، ٌ‫ِش ْرك‬

punakawan jawa

Menu utama Skip to content      

Beranda About Bagong Gareng Petruk Semar

Si Pengikut Yang Setia

Punakawan versi Islam

Posted on Januari 22, 2013 Dalam kisah Mahabharata terutama versi Indonesia, terdapat tokoh-tokoh pelayan yang tergabung dalam Punakawan, yang menjadi pelayan dari kelompok Pandawa dan juga fihak Kurawa Para Tokoh dalam kelompok Punakawan ini memiliki karakter yang justru harusnya banyak dijadikan teladan karena mewakili simbol kerendah-hatian dan penebar hikmah. Dibandingkan karakter pewayangan yang lain yang harus dengan aturan, tokoh Punakawan lebih tampil bebas dan apa adanya, mewakili keseharian profil manusia pada umumnya. Semar, Bagong, Petruk, Gareng adalah Punakawan yang melayani fihak Pandawa, dan Togog adalah Punakawan yang melayani fihak Kurawa. Tokoh Punakawan adalah gubahan para Wali ( Wali Songo ) dalam asimilasi budaya antara budaya Hindu dengan budaya Islam. Semar Nama tokoh ini berasal dari bahasa Arab yakni Ismar, dalam lidah jawa menjadi Semar, Ismar bermakna PAKU, tokoh Semar menjadi pengokoh ( paku ) terhadap ajaran kebenaran, atau menjadi penasihat atas pencarian kebenaran terhadap segala permasalahan. Agama adalah pedoman hidup manusia, dan Semar adalah simbol dari perinsip hidup setiap manusia. Gareng Nala Gareng, diadaptasi dari kata Naala Qariin, yang dalam lidah jawa lantas menjadi Nala Gareng, yang memiliki arti memiliki banyak teman, sebagai juru dakwah meyebarkan kebenaran, para aulia tentu berharap mendapatkan sebanyak mungkin teman ( ummat ) agar mengikuti kejalan kebenaran dengan sikap arif dan niatan mulia. Petruk Petruk, diadaptasi dari kata Fatruk, merupakan pangkal dari wejangan tassawuf yang berbunyi “Fat-ruk kulla maa siwaLLaahi” yang artinya tinggalkan semuanya kecuali Allah. Wejangan tersebut kemudian menjadi pegangan dan watak utama dari para wali dan aulia. Petruk juga sering disebut sebagai Kathong Bolong, yang memiliki arti Kantung yang berlubang, yang bermakna bahwa setiap manusia harus menzakatkan hartanya dan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah SWT secara ikhlas, seperti berlubangnya kantong yang tanpa penghalang. Bagong Diadaptasi dari kata Baghaa yang memiliki arti berontak terhadap kebhatilan dan keangkara murkaan. Bagong merupakan bayangan Semar namun memiliki karakter lancang dan suka berlagak bodoh, seperti halnya sifat manusia yang terkadang meski sudah mengetahui akan suatu kebhatilan namun masih lancang mencoba dan berlagak bodoh saat melakukannya. Karakter Punakawan mengindikasikan bermacam peran sosial dalam masyarakat, seperti penghibur, badut, pengamat dan kritisi sosial bahkan sebagai sumber nasihat kebenaran. Punakawan dijadikan sebagai pamong untuk tokoh wayang

utama, Pada dasarnya setiap manusia memerlukan penasihat, pengayom karena manusia adalah mahluk yang lemah, hidupnya memerlukan orang lain ( manusia sebagai mahluk sosial ) yang dapat mengarahkan hidupnya dan memberikan pertimbangan dan saran. Pamong dapat diartikan sebagai guru / Mursyid terhadap upayanya dalam pencarian jati diri manusia. Karakter Punakawan dimainkan dalam sesi goro-goro, selipan pada saat awal pertunjukan wayang dimana tidak adegan ini tidak ada adegan kekerasan sampai adegan goro-goro selesai dimainkan, memiliki makna bahwa jalan kekerasan adalah alternatif paling akhir. Dakwah harus selalu dilakukan dengan cara damai tanpa adanya kekerasan.

Suluk Wayang By Plengdut February 11, 2013 0 175 Sebelum uraian sastra suluk ini berlanjut, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang apa itu suluk. Seperti telah diketahui bersama bahwa suluk ini adalah tembang yang dilagukan oleh seorang dalang ketika menceritakan sebuah lakon wayang. Apalagi cara melagukan terungkap melalui alunan suara dalang yang indah. Tentu hal ini menambah kewibawaan dan kualitas sang dalang itu sendiri. Jadi suluk itu indah. Lebih-lebih lagu suluk itu bersamaan dengan ucapan-ucapan kalimat yang bergaya bahasa Jawa luhur atau tinggi (lungit) dan bermakna. Kalimat-kalimat yang lungit, indah dan bermakna di dalam suluk, itu disebut sastra suluk.

Sastra yang berada di dalam suluk dalang sebagian besar berasal dari Kakawin Bharatayuda karya Empu Sedah dan Empu Panuluh jaman pemerintahan raja Jayabaya di kerajaan Panjalu (Kediri) tahun 1157 (Soeroso, Gamelan A, 1983 hal 17). Dan di antaranya ada yang berasal dari epos Ramayana karya Walmiki. Kakawin berupa susunan kalimat berbahasa Kawi (Jawa Kuna), setiap seloka (saloka atau sloka) terjadi dari empat baris. Dalam kesusastraan Jawa menjadi bentuk tembang Gedhe/Ageng atau sering juga disebut Sekar Ageng. Menurut para ahli tembang tradisional dan secara structural, Sekar Ageng merupakan urut-urutan yang berada pada tempat paling atas dari 3 bentuk tembang Jawa. Sedangkan urutan kedua adalah Tembang Tengahan atau Sekar Tengahan yang terbentuk dengan menggunakan Bahasa

Jawa Pertengahan. Tempat ketiga yaitu Tembang Cilik atau biasa disebut Tembang Macapat yaitu tembang yang dalam aktifitasnya terbentuk dengan menggunakan bahasanya rakyat kecil (kawula cilik). Tembang Macapat ini hidup dan berkembang di kalangan rakyat jelata yang pada umumnya berada di pedesaan. Dalam perkembangan selanjutnya, susunan kalimat 4 baris dalam Tembang Gedhe tadi tersusun dengan urutan sebagai berikut setiap baris dinyatakan sebagai satu pada-pala (satu baris), dua pada-pala (dua baris) dinyatakan sebagai satu pada-dirga, dua pada-dirga (empat baris kalimat) dinyatakan satu padeswara. Kata padeswara berasal dari kata pada dan iswara. Pada berarti larikan (baris) dan iswara berarti raja dan identik dengan besar, jadi padeswara adalah pada besar. Kakawin ini juga berpatokan pada lampah (jumlah suku kata setiap baris) dan juga Guru – lagu (dhong-dhing). Dhong menyatakan suara berat (anteb) sebagai suatu pernyataan rasa puas yaitu perasaan akhir, tanda akan dimulainya babak baru. Dhing menyatakan suara ringan (ampang atau entheng) sebagai suatu pernyataan rasa yang belum selesai (rampung). Dalam hal ini perasaan belum (tidak) lega, masih menanyakan kelanjutannya. Guru maupun Lagu bukan hanya pada akhir kalimat, tetapi juga berada di tengah-tengah kalimat dan pada awal kalimat. Guru dan Lagu dalam aturan bahasa Kawi merupakan sarana terbentuknya kakawin. Sampai saat ini tidak ada seorang pun seniman dan Budayawan Jawa yang berminat dan mampu untuk mencipta atau mengarang kakawin lagi. Generasi sekarang ini hanya menerima peninggalan saja. Itulah sebabnya sastra kakawin yang tertulis dalam ÇlokaÇloka Mahabharata, Ramayana, Bharatayuda atau yang lainnya diambil sebagai sumber penulisan sastra suluk dalam karya tulis ini. Inilah sastra suluk yang berupa Kakawin Bharatayuda: Lêng- lêng řamnya nikang çaçangka kumênar mangrêngga rūm ning puri Mangkin tan pasiring halêp nikang umah mās luwir murub ing langit Têkwan sarwwa manik tawingnya sinawung sāksāt sêkar ning suji Unggwan Bhānuwatï yanāmrêm alangö mwang nātha Duryyodhana.

Kalimat-kalimat kakawin di atas, disebut tembang Sardulawikridita, artinya permainan harimau (L.Mardisuwito, Kamus Jawa Kuna-Indonesia, tt. 563). Terjemahan Tembang Sardulawikridita itu adalah: Indah menarik hati, bulan yang bersinar menghiasi puri kedaton, menjadikan semakin tidak ada yang menyamai keindahan rumah emas, bagaikan menyala-nyala di atas langit, lebih-lebih tebing yang dilapisi dengan mas manikam yang berwarna-warni bagaikan rangkaian bunga indah, di tempat itulah bila sang Dewi Banuwati sedang memadu kasih bersama suami Sang Prabu Duryuddana. Kakawin ini setelah dipakai oleh para dalang wayang sebagai sulukan, ternyata mengalami penggeseran ucap dan pemenggalan kata. Hal ini mungkin sekali akan bisa mengakibatkan perubahan arti atau bahkan pengertiannya. Demikian inilah kalimat itu sekarang: Lengleng ramnyaningkang, sasangka kumenyar O.. Mangrengga ruming puri, O.. mangkin tanpa Siring, halep ningkang ngumah, mas lir murub ing langit, O.. tekyan sarwa manik O.. .

Sampai di sini kalimat itu diputus, kemudian diteruskan dengan permainan gender (ompakgender) sesaat, baru kemudian diteruskan: tawingnya sinawung, O.. , O.. saksat sekar si Nuji, unggwan Banowati, O.. yen amrema la-Ngen, lan Nata Duryudana O.. Lan Nata Dur-Yudana, O.. . Terlihat sekilas kalimat itu seolah-olah tidak mengalami perubahan makna. Andaikan berubah, hanya ucapannya saja. Hal ini terjadi karena yang semula dari bahasa Jawa Kawi, kemudian dibawa kepada ucapan bahasa Jawa Baru, di saat seni pertunjukkan wayang kulit purwa menjadi garap kemasan baru, khususnya yang gagrag Surakarta. Dalam peristiwa demikian itu sering muncul suatu kekhawatiran bagi sebagian seniman atau Budayawan. Namun perlu mengingat terhadap hukum alam, bahwa kehidupan seni dan Budaya dari jaman ke jaman, generasi ke generasi pasti mengalami perubahan. Jika berpaling pada kondisi alami tersebut, maka perubahan seperti yang ada pada Kakawin Sardulawikridita adalah sangat wajar. Justru perubahan yang demikian itulah yang membuahkan hasil pengayaan bagi seni dan Budaya dalam perkembangannya. Yang penting sampai sekarang ini, generasi mudanya masih memiliki catatan sejarah dari para pendahulunya. Biarkan sastra yang diambil dalam seni pertunjukkan wayang purwa ini berkembang menurut jamannya (anut jaman kelakon). Dalam perubahan dan perkembangannya, tembang Sardulawikridita setelah bersama-sama dengan seni pertunjukkan wayang kulit purwa, berfungsi sebagai sulukan pengiring jejer I dalam laras Slendro dalam waktu masih pathet Nem. Sehingga kakawin itu berubah sebutan menjadi pathetan Nem Ageng, yang dalam gema lagunya diiringi oleh instrument rebab, gender barung, gambang, suling, kempul-gong dengan permainan menurut aturan tata nada dalam pathet Nem. Selanjutnya sebagai catatan kata-kata yang dipakai dalam Kakawin Sardulawikridita tadi perlu diterjemahkan. Di bawah ini terjemahan dari S. Padmosoekotjo dalam bukunya Suluk Pedalangan, hal 14-15: Lênglêng tegesipun anglam-lami, Řamnya tegesipun endah, nengsemake, Çaçangka tegesipun rembulan, Kumênar tegesipun sumorot, sumunar, Mangrêngga rūm ning puri tegesipun ngrengga endahaning puri (keputren), Mangkin tan pasiring, Halêp nikang umah mās tegesipun endahe suyasa kencana, Luwir murub ing langi tegesipu pepindhane kaya murub ing langit, Têkwan tegesipun sarta, lan maneh, apa maneh, Sarwa manik tegesipun sesotya manek warni, Tawing artinya tebing, srawing tegesipun aling-aling, Sinawung tegesipun dipun-salut, linapis, Suji tegesipun eri, sunduk, Sāksāt sêkar ning suji tegesipun pepindhane kados reroncening sekar, kados sekar renonce, Unggwan Bhānuwatï tegesipun papan padununganipun banuwati, Yan āmrêm alangö mwang Duryyodana tegesipun manawi sari alelangen (sih-sinihan) kaliyan Prabu Duryyodana,

Langö endah tegesipun Alango tegesipun lelangen (sih-sinihan.)

kaendahan,

klangenan,

Terjemahan: menyebabkan orang terpesona, indah, menawan hati, bulan, bersinar, menghias indahnya keputrian atau tempat putri, saya tanpa tandhing (semakin tidak ada yang sama), keindahan kerajaan emas, bagaikan menyala di langit, serta, lagi-lagi, apa lagi, segala macam manikam, tirai, tabir, diberi lapisan, (duri, tusuk). Juga biasa berarti renda, sulam, bagaikan untaian bunga, tempat tinggal Banuwati, bila (akan) tidur berkasih-kasihan bersama suami yaitu Prabu Duryyodana, indah, keindahan, kesukaan, bersuka cita, berkasih-kasihan. Sebagai urutan suluk yang kedua dalam pertunjukkan wayang adalah disebut Ada-ada Girisa dalam laras Slendro yang masih berada dalam kawasan waktu pathet Nem. Demikianlah kalimat Ada-ada Girisa: Lengleng gatiningkang awan saba-saba Niking Ngastina, samankara tekeng, Tegak Kurunararya, Kanwa Janaka dulur NaraDa, kapanggih ing ika, O.. tegal miluring karya, sang Bupati ta la ya. Itulah ada-ada Girisa, di mana kalimat-kalimatnya mengambil dari petikan Bharatayuda. Sedangkan yang asli dalam bahasa Jawa Kuna adalah sebagai berikut: Lêngêng gati nikang hawan sabha-shaba niking Hāstina, samantara têkeng têgal Kuru narāryya Kŗşņān laku, sirang Paraçurama, Kaņwa Janakādulur Narada, kapanggih irikang têgal milu ri karyya sang Bhūpati. Artinya: Sungguh indah menakjubkan kondisi jalan yang (ke) bangsal (tempat dialog) setelah keberangkatan Prabu Kresna, di alun-alun ia bertemu dengan Parasurama, Kanwa dan Janaka sudah berbadan dewa bersama-sama

menuju Hastina, Kuru, yang dengan,

Barata Kresna.

Narada,

untuk

ikut

membantu

arya

Sang

Prabu

Keterangan kata-katanya: Lêngêng tegesipun endah, edi, nengsemake, Gati tegesipun kawontenan, Hawan tegesipun dalan/margi, Lêngêng gati nikang kawan tegesipun asri nengsemaken kawontening marginipun / asri, edi nengsemake kahane dalane, Sabha tegesipun bangsal papan sarasehan, papan rembagan, pandhapa kraton, Samantara tegesipun boten antawis dangu/ora antara suwe, Tegal Kuru tegesipun ara-ara Kuru, Narāryya tegesipun Nara / tiyang (orang) + arrya tegesipun minulya, Narāryya Kresna laku tegesipun tindakipun prabu Kresna / prabu Kresna olehe tindak, Kresna laku tegesipun Kresna / olehe / anggone – laku: tindakipun Kresna, Sirang Paraçurama, Kaņwa…: Panjenenganipun Paracurama, Kanwa.., Janakādulur Narada tegesipun Janaka lan adulur /sesarengan lan Narada / Janaka sesarengan kaliyan Narada, Karyya tegesipun ayahan, padamelan, Bhupati tegesipun Bhu /bumi lan pati / pengageng. Terjemahan: mempesona, menarik hati, keadaan), (jalan, indah mempesona keadaan jalannya, pendopo sebagai tempat sarasehan, tidak berapa lama antaranya / sementara itu, segera sesudah itu, alun-alun, dimuliakan, / kepergian kepergian beliaunya Janaka tugas, raja, ratu.

dalam

tanah tembang

ini

sang adalah

lapang narāryya sama Prabu

sang bersama

Paracurama,

Kuru, dengan prabu raja, Kresna, Kresna, Kanwa.., Narada, pekerjaan,

Kalimat-kalimat berbahasa Kawi Kuna yang berada di dalam Kakawin Sardulawikridita itu menyatakan keindahan dan ketenangan (ayom lan ayem) negara Hastina dalam pemerintahan Prabu Duryudana (raja wangsa Kuru). Selanjutnya keterangan itu menjadi agak tegang setelah

kehadiran Kresna bersama Resi Ramaparacu, Resi Kanwa yang sudah berbadan dewa di negeri Hastina, yang mengucik untuk kembalinya Hastina kepada para Pandawa. Dan terjadilah perang besar Bharatayuda Jayabinangun. Sampai hari ke-13, dalam pertikaian dari kedua belah pihak, para pahlawannya saling berguguran. Kemudian pada hari ke-14, Sri Kresna sebagai dalang (botoh) nya para Pandawa, memanggil Gathotkaca untuk menjadi Senapati Pandawa. Demikianlah çlokanya: Irika ta sang Gathutkaca kinon mapagākkasuta, Têkap ira Kŗşņa Partha manêhêr muji çakti nira, Sang inujaran wawang masêmu garjjita harsa marêk, Mawacara bhagya yan hana pakon ri patik nŗpati.

Sesuai dengan isi çloka itu yang menyatakan bahwa Gathotkaca sebagai senapati (panglima) perang, maka kalimat-kalimat çloka itu oleh para dalang wayang kulit purwa diambil untuk mengiringi saat Gathotkaca akan terbang. Irikata sang Gathutkaca kinon, mapak Arkhasuta (ada yang mengucapkan Argasuta), O.. tekapira Kresna, Parta maneher muji saktinira, sang inujaran wangwang masemu nggarjita, O.. Ada perubahan sedikit, khususnya pada kata arkha suta ada yang mengucapkan arga suta. Dan kalimatnya dipenggal hanya sampai pada kata garjita. Dalam pengetrapannya çloka ini disebut sulukan Ada-ada Greget saut Slendro Sanga. Terjemahan çloka itu adalah sebagai berikut: pada waktu itu Sang Gathotkaca disuruh bertemu berhadapan melawan anaknya Batara Surya yaitu Adipati Karna oleh Batara Kresna. Parta atau Arjuna menjunjung tinggi kesaktian Gathotkaca. Sesaat itu yang disuruh yaitu Gathotkaca nampak suka cita. Maka dengan kegembiraan hati ia menghadap ke Prabu Kresna dan kemudian berkatalah kepadanya “Aku merasa senang karena ada perintah kepadaku.” Bahasa Kawi Kuna dalam perkembangannya, oleh para generasi pembaharu seni pewayangan di Kraton Surakarta Adiningrat yang baru saja pindah dari Mataram Kartasura nampaknya dianggap lebih luhur dibanding dengan bahasa Jawa Baru. Hal ini terbukti dengan pemilihannya terhadap Kakawin yang dipakai dan diterapkan pada suluk dalang meskipun harus mengalami perubahan. Menurut Porbocaroko dalam Kesusasteraan Jawanya, perubahan bahasa Kawi Kuna ini terjadi sejak sebelum Majapahit runtuh. Hal ini lebih disebabkan oleh generasi penerus yang tidak mampu lagi mengetrapkan bahasa tersebut dalam pergaulan. Maka mereka tinggalkan bahasa itu. Anggapan mereka sampai saat ini bahwa bahasa Kawi Kuna adalah Bahasa Leluhur. Sebutan bahasa leluhur-pun mengalami penggeseran menjadi Bahasa Luhur. Itulah sebabnya mengapa Kakawin atau tembang Kawi terpilih oleh pembaharu seni pewayangan di kraton Surakarta. Justru sampai saat ini, bukan hanya tembang Kawi-nya saja yang terpilih, melainkan seluruh Bahasa Luhur Kawi menjadi bahasa pilihan bagi seni pertunjukkan wayang secara umum. Bahasa Kawi Luhur masuk dalam kategori bahasa Pedalangan, khususnya seni pewayangan versi Jogyakarta dan Surakarta, baik yang klasik maupun garapan barunya.

Berbeda dengan sastra suluk dalam seni pewayangan versi Jawatimuran. Dalam proses perkembangannya, secara turun-temurun hanya dengan system mendengarkan, melihat dan menirukan dalang yang sedang menyajikan karya. Itulah system nyantrik. Hasil cantrikan dalam prosesnya antara cantrik yang satu dengan yang lain sering berbeda dalam ucap bahasa, misalnya ucapan kata Apituwi, ada yang mengucapkan Kapituwi. Gelanggang perang, ada yang mengucapkan Pemedan, ada yang mengucapkan Permedan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, sebab setelah munculnya buku-buku terbitan baru oleh penulis wayang Jawatimuran, maka para dalang tentu bisa menyatu dalam satu buku itu sebagai pacu kawruh (pengetahuan). Seperti pertunjukkan wayang pada umumnya, wayang Jawatimuran-pun dalam sajiannya juga menggunakan suluk yang terhias sastra dengan sangat indahnya. Suluk yang pertama kali berupa lagu yang disebut Pelungan atau Drojogan, yang urutan barisnya adalah sebagai berikut: Ingsun Wayangingsun Kelire Yana larapaningsun Pracike tapele jagad gumelar,

miwiti bambang jagad naga

Drojogku Gligen rajeging Yana blencong kencana Kothake wayang kaya cendhana Tutupe ndhuwur jati Kepyke gelap Ingsun dalang Gamelan larase Slendro Gambang garuting Gender panuntuning Rebab cindhe lara Kendhang panggetaking Kempul panduduting Pradangga putraning jiwa Waranggana saking Kinayut-kayut swaranya lir dewa, (Djumiran RA, Lagon vocal Dalang Jawatimuran) Terjemahan: Aku akan mulai mendalang, Wayangku adalah bambangan (pemuda), Layarnya bagaikan jagad ciptaan Tuhan, Gedebogku berkekuatan dua naga yang sedang memadu kasih, Kekuatan pracik (ikat atas dan bawah) layar bagaikan sabuk jagad raya,

andalang, paesan, dumadi, papasihan,

sanggabuwana, wesi, murti, sari, kusuma, ngampar, purbawasesa, pengasihan, ati, laras, tangis, ati, ati, raga, Suralaya,

Drojogku (penyangga) bagaikan penyangga jagad, Kekuatan tiang penegak di sebelah kanan-kiri kelir sebagai pagar (rajeg) yang berkekuatan besi, Adapun lampu penerangnya (blencong) bagaikan mas yang dimiliki dewa, Tempat wayang (kotak) memakai bahan sarinya kayu cendana yang harum itu, Tutup kotak bagian atas menggunakan bahan kayu jati yang harum (kusuma = kembang), Kepyak (sebagai sarana kekuatan sabet) bagaikan bunyi petir (gelap) menyambar (ngampar), Aku inilah seorang dalang yang dikaruniai kekuasaan untuk menguasai, mengatur/menata pada alam raya ini, Sebagai alat pengiringku (gamelanku) yang berlaras Slendro itu memiliki daya tarik kuat yang tak tertandingi, Gambang (gamelan kayu) sebagai penopang rasa keprihatinan, Gender (gamelan renteng) sebagai penuntun (petunjuk) semasa dalang hendak suluk, Rebab (gamelan gesek) terbalut/terhias dengan kain cindhe sebagai penopang suasana kesedihan, Kendhang sebagai penopang suasana emosional (lembut dan keras/tegas), Kempul sebagai penopang tempo di segala suasana, Pemain gamelan (pradangga/wiyaga) yang mengisi/menggerakkan jiwa raga dalam gambaran hidup dan kehidupan, Pengidung wanita (waranggana = pesindhen = bidadari) dari kahyangan = sorga (Suralaya), Mengalun (kinayut-kayut) suaranya bagaikan suara mas (suara dewa = suara baik = suara yang berkualitas). Pelungan ini sebuah nama judul yang diberikan oleh seniman kepada sebuah susunan syair dalam sastra suluk pada seni pertunjukkan wayang Jawatimuran versi Mojokertoan. Bagi wayang Jawatimuran versi Porongan disebut Drojogan. Di samping syair tersebut di atas, ada lagi susunan kalimat syair yang lain, yaitu: Swuh rep data pitana, Rep swuh rep, rep swuh rep saking karsaningsun, Sekar kawi kang sinawung, Kinarya resmining kidung, Binarung swaraning gending Gandakusuma munya, Kekanthening Budaya, ing nguni Budaya iku tanama, Anane Budaya iku saking Negara, Dhawuhe andika wali, Kang sinawung mring pra pujangga Jawi, Kinarya tepa tuladha,

Karo dene para janma Lan swartane budi kang wus Ginane krawitan angiringi Ana gambaran Mirip rupa warna jalma mengku sastra kang Kedhik janma ingkang Manawa tan parameng Lungguh panggung nyawang Gegambaraning Manungsa kang ana Aja kate darbe tindak Ngudia mring Dimen manggih kayuwanan.

sujana, uning, Budaya, ………., sunandhi, udani, kawi, gegambaran, agesang, madyapada, ala, kautaman,

(Ki Piet Asmara Mojokerto) Syair di atas biasa dilagukan oleh para dalang wayang Jawatimuran gagrag Mojokertoan yang wilayahnya berada di sekitar Mojokerto dan Jombang. Adapun terjemahannya adalah: Dari suasana sepi, suwung, sunyi (awung-awung), kemudian ada cerita, Sunyi karena kehendakku, Sekar (tembang) kawi yang enyertai, Sebagai kidung resmi (sejati = suci), Bersama suara gending Gondokusuma, Sebagai bagian kebudayaan yang dulu tak ada, Kalau ada berasal dari Negara, Atas perintah para wali, Yang direstui oleh para pujangga Jawa, Sebagai suri teladan (contoh), Bersama para cerdik-pandai, Serta para budiman bijak, (bahwa) fungsi gamelan sebagai pengiring seni Budaya, Yang berujud gambaran, Seperti wujud manusia ini mengandung sastra terselubung, Sedikit orang yang mengerti/mengetahui, Jika bukan ahli kawi (Budayawan), Duduk di panggung mengamati gambaran, Yaitu gambaran hidup dan kehidupan, Manusia yang berada di dunia, Jangan sampai berperilaku jahat, Biarlah belajar tentang kebaikan/kesucian, Agar mendapatkan keselamatan. Menurut para dalang tua (sepuh) Ki Suleman dari Pasuruan, Jawa Timur, dan Ki Toyib Gondocarito dari Krian Sidoarjo serta para nara sumber lainnya yaitu Ki Bambang Sugiyo, Ki

Surwedi, menyatakan bahwa sastra tembang Pelungan / Drojogan itu sebenarnya adalah doa yang dinyatakan dalam sastra suluk. Apabila kita Mengamati kalimat Pelungan atau Drojogan tersebut, ternyata berisi permohonan kekuatan alami agar menguatkan pribadi si dalang dalam karyanya semalam suntuk (Ki Suleman). Masih banyak sastra suluk yang ada, namun tidak mungkin akan diangkat seluruhnya dalam karya tulis ini. Namun di bawah ini masih ada beberapa yang perlu diungkap: Sendhon Prabatilarsa Pathet Wolu Nara nata nggonira miyos siniwaka Sineba mring pra Santana Sumewi munggwing ngayun Ngelik: Teja-teja, tejane wong Sumunar pindha Sang Hyang Bagaskara Nyunani sagung Ingkang ayem tentrem Mring pakaryanira Ing kwajibanira………

kang

Nembe

kaeksi

ngudi

kawula ngudi nyekapi

para sami kinarya

(Ki Piet Asmara) Sendhon Purwa Seba Pathet Wolu Rupa candra sasi bumi Nabi Budha roning medi Sasadara wulan candra Bumi watak siji (Ki Piet Asmara) Bendhengan Wayang Srambahan Yana netra caksu naya Dresthinya maluncana Karna-karni suku loro Wategana marang sawiji Suku loro wategana marang sawiji. (Ki Surwedi) Yang disebut bendhengan sebenarnya greget saut yaitu sebuah lagu ada-ada (daerah Solo). Di Jawatimuran Ki Suleman mengatakan bendhengan bersuasana tegang. Bendhengan ini dimuat

dalam Lagon Vokal Dalang Jawatimuran tulisan Djoemiran RA. Sendhon Angasih-Asih Slendro Sanga Jawatimuran O..O.. dhahat atawang tangis e Sambat amelas asih Esmu kingkin ing panggalih (Ki Cung Wartanu Mojosari-Mojokerto) Oleh Ki Cung Wartanu, lagu sendhon ini dimunculkan secara improvisasi. Menurutnya sendhonannya bukan itu. Sendhon yang biasanya kurang/tidak susah. Kecuali sastra suluk yang berupa lagon dalang, masih ada lagi sastra suluk yang berupa suluk ilmu gaib. Pada umumnya, sastra suluk ilmu gaib tidak terungkap melalui lagon dalang, tetapi terungkap melalui tembang Macapat, berisi ajaran tentang ilmu gaib, ilmu kebatinan atau ilmu kasampurnaning pati. (S. Padmosoekotjo, Ngrengengan Kasusastran Jawi, tt. Hal. 80). Beberapa contoh sastra suluk ilmu gaib: Maskumambang: Batur tukon lamun nrima mesthi dadi Ing kamardikannya Nadyan Yen loba dadi kawula

wong

mardika

yekti

Artinya: Budak (Batur tukon), maksudnya budaknya duniawi, orang yang mudah terpengaruh oleh duniawi sebab dari watak yang angkara murka Kamardikan (kebebasan), tidak dikuasai duniawi Rakyat kecil (kawula), yaitu Budaknya duniawi Jadi makna tembang itu adalah orang yang senang terhadap duniawi, sering disebut mangeran marang kadonyan. Mempertuhankan barang-barang duniawi. Bagi mereka yang sudah tidak membudak pada duniawi, disebut telah merdeka

More Documents from "Anonymous HHBUXj45V"