Teknik Menulis Best Practic.docx

  • Uploaded by: Anonymous HHBUXj45V
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Teknik Menulis Best Practic.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,319
  • Pages: 7
PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN CIRI-CIRI BEST PRACTICE PENGERTIAN BEST PRACTICE ‘’BEST PRACTICE’’ adalah suatu ide atau gagasan mengenai suatu teknik, metode, proses, aktivitas, insentip atau penghargaan [reward] yang lebih efektif dalam mencapai keberhasilan yang luar biasa di bandingkan dengan tehnik, metode, proses lain. Ide atau gagasan yang dengan pengawasan, dan pengujian yang sesuai, dapat memberikan hasil yang diharapkan dengan lebih sedikit permasalahan dan komplikasi yang tidak terduga. BEST PRACTICE dapat juga didefinisikan sebagai cara yang paling efisien [memerlukan usaha minimum] dan paling efektif [menghasilkan hasil terbaik] untuk menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan, berdasarkan prosedur yang berulang-ulang [disampaikan di berbagai tempat] dengan memberikan bukti nyata yang dapat mengubah perilaku sejumlah orang. Meskipun kebutuhan akan peningkatan terus berproses sejalan dengan perubahan waktu dan perkembangan berbagai hal, best practic dipertimbangkan oleh beberapa orang sebagai konsep istimewa yang biasa digunakan untuk menggambarkan proses perkembangan dan mengikuti tata cara standar yang telah ditetapkan dalam melakukan berbagai hal yang dapat digunakan oleh berbagai organisasi untuk kepentingan menajemen, kebijakan dan terutama sistem pembinaan. RUANG LINGKUP Ruang lingkup best practis mencakup pelaksanann tugas yang dilakukan oleh kepala sekolah/pengawas sekolah dalam mengelola sekolah/KKG/MGMP, yang mencakup keterlaksanaan 8 Standar Nasional Pendidikan, yaitu: • Keberhasilan pelaksanaan Standar Isi • Keberhasilan pelaksanaan Standar Kelulusan • Keberhasilan pelaksanaan Standar Proses • Keberhasilan pelaksanaan Standar Tenaga Pendidik/Tenaga Kependidikan • Keberhasilan pelaksanaan Standar Sarana/Prasarana • Keberhasilan pelaksanaan Standar Pengelolaan Sekolah • Keberhasilan pelaksanaan Standar Pembiayaan • Keberhasilan pelaksanaan Standar Penilaian Pendidikan Disamping itu, juga mencakup keberhasilan Pengelolaan KKG/MGMP, pengelolaan sekolah, pembinaan sekolah, pembinaan kepala sekolah, dan pembinaan guru. Dari sekian banyaknya cakupan, yang terkait dengan pengelolaan KKG/MGMP adalah keberhasilan pelaksanaan standar isi, standar kelulusan, standar proses, dan standar penilaian. Sedangkan standar tenaga pendidik/tenaga kependidikan, standar sarana/prasarana, standar pengelolaan sekolah, dan standar pembiayaan berkaitan dengan pengelolaan sekolah, pembinaan sekolah, dan pembinaan guru/staf /kepala/sekolah. CIRI-CIRI BEST PRACTICE: 1. pengembangan praktik pembelajaran/pengelolaan pendidikan; 2. didiseminasikan di berbagai tempat secara berulang-ulang; 3. peningkatan kualitas pendidikan; 4. meingkatkan profesionalisme guru, kepala sekolah, dan pengawas dalam pengelolaan pendidikan; 5. mengubah hambatan dan ancaman menjadi kekuatan dan peluang untuk berinovasi secara kreatif; 6. menghasilkan output yang lebih bermanfaat bagi semua pihak (siswa, guru, kepala sekolah,

pengawas, orang tua, komite, dan masyarakat pada umumnya); 7. terkendali, kejelasan program baik jangka pendek, menengah, maupun panjang; 8. berdasarkan temuan masalah nyata yang terjadi di lapangan; 9. dapat dilakukan dalam berbagai bentuk (bimbingan dan konseling, supervisi klinis, supervisi manajerial, kunjungan kelas, lesson studi, dll); 10. mengacu pada program sekolah untuk mencapai tujuan yang dicanangkan; 11. adanya pengakuan bahwa keberhasilan tersebut bisa ditiru, diadopsi oleh orang lain; 12. meningkatkan kualitas, mudah, murah, bisa dilaksanakan, memotivasi, memberikan hasil yang bermanfaat, dan berkelanjutan. STRATEGI BEST PRACTICE Keunggulan organisasi yang terpelihara secara terus menerus menurut LANCE A. BERGER dan DOROTHI R. BERGER yakni melalui tiga strategi pengelolaan SDM [Sumber Daya Manusia]. Ketiga strategi tersebut adalah; 1. Mengidentifikasi, menyeleksi, dan mengembangkan SUPERKEEPER [personal yang mampu mengembangkan kinerja unggul, yang memberi inspirasi kepada personal lainnya untuk menghasilkan kinerja unggul juga] 2. Mendapatkan, mengembangkan dan menempatkan personal yang berkualifikasi tinggi pada posisi kunci. Posisi kunci ini sangat penting untuk kelangsungan suatu organisasi, tidak boleh kosong pada waktu yang lama dan tidak boleh diisi oleh personal yang tidak berkualifikasi. 3. Mengalokasikan sumber daya [balas jasa, pelatihan dll.] kepada para personal berdasarkan realisasi/potensi kontribusi pada keunggulan organisasi. Dengan demikian investasi kepada para personal berdasarkan urutan kontribusinya dilakukan mulai dari Superkeeper, berikutnya keeper, lalu Solid Citizen dan terakhir Misfit. Untuk mengoptimalkan kemampuan dalam mencapai keunggulan yang langgeng, organisasi harus memiliki manajemen talenta yang proaktif dan memiliki cara yang sistematik untuk melakukan aktifitas-aktivitas tersebut. Dalam kontek pendidikan strategi yang terkait dengan best practice adalah ; 1. Mengidentifikasi permaslahan-permasalahan yang ada (need assesment) di KKG/MGMP dan sekolah yang diampu. 2. Menyeleksi dan mengembangkan guru inti (personal yang mampu mengembangkan kinerja unggul, yang memberi inspirasi kepada personal lainnya untuk menghasilkan kinerja unggul juga) yang berperan sebagai motor dalam KKG/MGMP dan sekolah yang diampu 3. Menempatkan guru inti (personal yang berkualifikasi tinggi) pada posisi kunci. Posisi kunci ini sangat penting untuk keberlangsungan KKG/MGMP/sekolah, sehingga tidak boleh kosong pada waktu yang lama dan tidak juga diisi oleh guru yang tidak berkualifikasi. 4. Mengalokasikan sumber daya melalui seminar, In House Tarining (IHT) dan workshop kepada para guru inti serta guru lainnya berdasarkan realisasi/potensi/kontribusi sebagai inpestasi refitalisasi gugus. 5. Pembimbingan (coathcing) untuk mempertahankan kinerja guru di KKG/MGMP/sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan yang akan berdampak pada out put siswa. 6. Menjalin kemitraan (partnership) dalam melaksanakan kegiatan antar KKG/MGMP/sekolah dalam satu gugus dan antar gugus dengan pemangku pemberi kebijakan supaya terjadi legalitas yang diharafkan. 7. Berkelanjutan (sustainability), harus membawa perubahan dasar diwilayah permasalahan antara lain ; legalitas, kebijakan dan sosial yang memiliki potensi reflikasi, kerangka

institusional, efisien, transparan dan sistem manajemen yang akuntabel serta dapat membuat lebih efektif terhadap pengembangan SDM dalam KKG/MGMP/sekolah. 8. Kepemimpinan dan pemberdayaan masyarakat (leadership and community emprovemant) a. Kepeminpinan yang mempunyai inspirasi untuk terjadinya tindakan dan perubahan b. Sebagai pemberdaya masyarakat KKG/MGMP c. Dapat mempertanggungjawabkan terhadap peningkatan mutu d. Dapat mentransfer perkembangan pengetahuan lebih lanjut dan reflikasi e. Tepat bagi kondisi dan situasi sekolah sesuai dengan tingkatan f. Pihak lain dapat belajar dari inisiatif serta carayang digunakan untuk membagi dan mentransfer pengetahuan juga keterampilan sehingga dapat dipelajari dan diterapkan. 9. Menciptakan iklim yang kondusif di lingkungan KKG/MGMP gugus (kondisi lingkungan kerja yang nyaman) 10. Meningkatkan perhatian kinerja para guru di KKG/MGMP dengan keterlibatan langsung agar berkesinambungan untuk mencapai sasaran-sasaran yang diharafkan keberhasilannya. 11. Mengubah pola pikir/cara pandang (main set) dalam menerima segala bentuk perubahan yang terjadi. 12. Memberikan penghargaan (reward) bagi guru yang berkompeten, mempunyai komitmen dan tingkat konsisten yang tinggi, serta penuh akuntabilitas dalam melaksanakan tugas, juga memberi panishment bagi guru yang tidak kompeten, tidak mempunyai komitmen, tingkat konsistensinya rendah, dan tidak akuntabilitas. 13. Senantiasa memperhatikan kesejahteraan personal (guru) Model pendekatan yang disampaikan disini disebut BEST PRACTIC’ [ praktek terbaik ] yang dikemukakan oleh Boven dan Morohashi [2002 ] dalam PANDUAN PENULISAN BEST PRACTICE. Menurutnya praktek terbaik merupakan suatu ide/langkah-langkah baru yang memberikan kontribusi luar biasa, berkesinambungan, dan inovatif dalam memperbaiki terhadap pengembangan proses dan kualitas sekolah. Dengan demikian ’’Praktek Terbaik‘’ juga merupakan refleksi akumulasi tingkat kompetensi tenaga kependidikan, dalam merespon tuntutan perubahan lingkungan dan dinamika permasalahan yang dihadapi sekolah di abad globalisasi ini Teknik Menulis "Best Practice" bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan ilustrasi. (gillbergcentre.gu.se) Salah satu jenis karya tulis yang disarankan untuk dibuat oleh pendidik dan tenaga kependidikan adalah praktik terbaik (best practice). Best Practice adalah sebuah karya tulis yang menceritakan pengalaman terbaik dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapi oleh pendidik dan tenaga kependidikan sehingga mampu memperbaiki mutu layanan pendidikan dan pembelajaran. Best Practice tidak selalu identik dengan langkah yang besar dan "revolusioner" yang dilakukan oleh pendidik dan tenaga kependidikan dalam menyelesaikan masalah, tetapi bisa juga melalui sebuah langkah kecil, penerapan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang sederhana, tetapi efektif dan dampaknya terasa oleh sekolah. Karakter utama best practice adalah tindakan-tindakan taktis dan praktis untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam mengatasi masalah. Misalnya, meningkatkan kedisiplinan warga sekolah melalui penerapan budaya malu, peningkatan kesadaran warga sekolah dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah melalui Gerakan Pungut Sampah, peningkatan kemampuan guru dalam menyusun administrasi pembelajaran dan mengelola pembelajaran melalui diskusi grup terfokus KKG sekolah, dan sebagainya.

Sistematika Best Practice Sepanjang yang saya ketahui, sistematika Best Practice beragam, tergantung latar belakang atau pengalaman penulisnya, institusi yang menerbitkan, atau panitia lomba yang menyusun, karena Best Practice juga suka dilombakan. Walau berbeda dari sisi sistematika, tetapi substansinya sama, yaitu menceritakan tentang pengalaman terbaik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran atau pengelolaan layanan pendidikan di sebuah satuan pendidikan. Secara umum, sistematika best practice sebagai berikut: A. Latar Belakang Masalah, B. Identifikasi Masalah, C. Tujuan, D. Hasil yang Diharapkan, E. Pelaksanaan dan Hasil Penyelesaian Masalah, dan F. Simpulan dan Saran. A. Latar Belakang Bagian latar belakang berisi deskripsi tentang kondisi ideal yang diharapkan muncul dari sebuah pembelajaran atau layanan pendidikan yang berkualitas. Biasanya dengan mengutip definisi dari peraturan perundang-undangan, teori, pendapat ahli yang diambil dari referensi yang sesuai dan sebagainya. Lalu munculkan munculkan berbagai masalah yang terjadi sebagai bentuk kesenjangan antara harapan dan kenyataan, penyebab masalah tersebut terjadi, dampaknya jika tidak segera diselesaikan, serta alternatif pemecahan masalah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah. B. Identifikasi Masalah Masalah yang dihadapi oleh pendidik atau tenaga kependidikan tentunya cukup banyak dan beragam. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi satu per satu, lalu diambil mana salah satu masalah yang akan fokus untuk diselesaikan. C. Tujuan Pada bagian ini disebutkan tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan best practice. Secara umum untuk meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan, dan secara khusus misalnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kemampuan siswa, meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara individual maupun secara kelompok, meningkatkan kedisiplinan siswa, meningkatkan kesadaran hidup bersih, kesadaran cinta lingkungan, dan sebagainya. D. Hasil yang Diharapkan Pada bagian ini disebutkan hasil yang diharapkan dari kegiatan best practice yang dilakukan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya, jika tujuannya adalah "meningkatkan kesadaran cinta lingkungan di lingkungan siswa", maka hasil yang diharapkannya adalah "meningkatnya kesadaran cinta lingkungan di lingkungan siswa." E. Pelaksanaan dan Hasil Penyelesaian Masalah Pada bagian ini dijelaskan secara rinci langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Cantumkan sasaran, tempat dan waktu kegiatan, alat/bahan, strategi, dan metode yang digunakan untuk menyelesaian masalah. Pada bagian awal dideskripsikan masalah yang dihadapi disertai kondisi dan data-data awal, selanjutnya dijelaskan tahapan-tahapan, strategi pelaksanaan, serta progres penyelesaian masalah hingga masalah dapat diatasi dengan baik. Kondisi atau data awal lalu dibandingkan dengan data atau kondisi akhir. Pada bagian ini boleh disajikan foto kegiatan, grafik, atau tabel data yang kemudian dideskripsikan dan dianalisis. Intinya pada bagian ini digambarkan perubahan antara kondisi awal dan kondisi akhir hingga perubahan tampak secara nyata.

F. Simpulan dan Saran Simpulan berisi hal substansial dan pelajaran penting yang didapatkan dari pelaksanaan best practice sehingga berdampak terhadap peningkatan mutu pembelajaran atau layanan pendidikan, dan saran-saran yang diberikan kepada pihak-pihak terkait, misalnya kepada siswa, guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya. Best practice selain ditulis jadi sebuah laporan, biasanya dipresentasikan, diseminarkan, disosialisasikan, bahkan diterbitkan menjadi buku. Tujuannya agar lebih banyak memberikan manfaat. Semakin banyak yang membaca, diharapkan semakin banyak yang termotivasi, dan terinspirasi untuk melakukan hal yang sama sehingga kinerja dan mutunya pun ikut meningkat. Penyelesaian masalah melalui best practice menuntut kreativitas dan inovasi pendidik dan tenaga kependidikan. Ide-ide unik, menarik, dan nyeleneh secara spontan bisa muncul untuk menyelesaikan masalah. Misalnya penggunaan barang-barang bekas untuk media pembelajaran/alat peraga, meningkatkan kedisiplinan warga sekolah melalui penerapan budaya malu, pengumpulan beras atau pakaian bekas untuk melatih kepedulian sosial siswa, sebagainya. Manfaat best practice disamping dapat menjadi salah satu jenis karya tulis pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan, juga dapat menjadi salah satu sumber belajar bagi pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Semakin sering seorang pendidik atau tenaga kependidikan membuat best practice, maka kreativitas dan inovasinya semakin meningkat. Kemampuan menulisnya pun semakin terasah. Model pendidik dan tenaga kependidikan seperti inilah yang diperlukan sebagai ujung tombak dalam peningkatan mutu pendidikan dalam mempersiapkan generasi bangsa masa depan yang berkualitas dan kompetitif. Wallaahu a'lam. Best Practice Guru Pengertian dan Ciri Sahabat, pada posting kali ini dicoba sharing tentang Best Practice. Posting ini utamanya ditujukan pada sahabat yang sedang membutuhkan informasi tentang best practice. Posting ini didedikasikan untuk sahabat semua. Sumber yang dikutip dalam narasi berikut, merupakan sumber yang terpercaya, yang akan dicantumkan pada akhir artikel ini. Langsung saja, penjabaran dari posting ini kita mulai. Dalam rangka meningkatkan mutu dan profesionalisme guru, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tertanggal 10 November 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam peraturan itu dinyatakan bahwa guru diwajibkan melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan, yang di antaranya dapat dilakukan dalam bentuk Publikasi Ilmiah. Guru tentunya telah memperoleh banyak pengalaman dalam pelaksanaan tugasnya. Dari pengalaman-pengalaman tersebut, dimungkinkan salah satunya merupakan Best Practice (pengalaman terbaik). Bila pengalaman terbaik tersebut dipublikasikan, maka akan menjadi pembelajaran bagi guru yang lain, dan sekaligus juga merupakan kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dari guru.

1. Pengertian Kata best practice (Best = terbaik, practice = tindakan/perlakuan, pengalaman) digunakan untuk mendeskripsikan/ menguraikan “pengalaman terbaik” mengenai keberhasilan seseorang atau kelompok dalam memecahkan masalah ketika melaksanakan tugas. Khusus guru di semua tingkat atau jenjang pendidikan, yaitu terutama adalah pembelajaran di sekolahnya, dan Kepala Sekolah dalam melaksanakan manajemen atau Tupoksinya. Pada Uraian berikutnya best practice dimaksud adalah best practice yang diperuntukkan bagi guru, bukan kepala sekolah. 2. Ciri-ciri Best Practise Best Practice guru bila dikaji dan diselami lebih dalam, memiliki ciri-ciri atau indikator sebagai berikut : a. mengembangkan cara baru dan inovatif dalam pengembangan serta memecahkan masalah dalam pendidikan khususnya pembelajaran; b. membawa sebuah perubahan/perbedaan sehingga sering dikatakan hasilnya luar biasa (outstanding result); c. mampu mengatasi persoalan tertentu secara berkelanjutan (keberhasilan lestari) atau dampak dan manfaatnya berkelanjutan; d. mampu menjadi model, memberi inspirasi dalam membuat kebijakan (pejabat), dan inspiratif guru lainnya, termasuk murid; dan e. Cara dan metoda yang dilakukan dan atau yang digunakan bersifat ekonomis dan efisien. Best pratice guru atau pengalaman terbaik guru dicapai dengan sukses dan lebih cepat jika dilakukan dengan tahapan sistematis melalui pendekatan ilmiah yang langkah-langkahnya dilandasi suatu teori yang relevan dengan masalah pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam mendeskripsikan best practice guru atau pengalaman terbaik dalam pembelajaran, memerlukan ilmu pengetahuan dan seni untuk dipakai sebagai landasannya. Setiap data dan atau catatan (rekam jejak) kemajuan keberhasilan selama mengatasi masalah pembelajaran terdokumentasikan secara baik sehingga bermanfaat untuk merumuskan Standard Operating Procedure (SOP) yang apabila ditiru (replikasi) oleh guru yang lainya memperoleh hasil yang sama. Salah satu tahapan penting agar pembelajaran bisa menjadi salah satu best practice guru, adalah evaluasi diri. Evaluasi terhadap cara atau strategi yang telah dilaksanakan, hasil (output dan outcome), dan apabila memungkinkan mengevaluasi dampaknya. Dari hasil evaluasi tersebut, guru mampu menemukan kesenjangan antara bagaimana pembelajaran yang telah dilakukan

dengan teori pembelajaran, termasuk kesenjangan keberhasilannya sehingga muncul ide dan motivasi untuk menutup kesenjangan tersebut dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi. Hasil penelitian, misalnya Tindakan Kelas, belum bisa dikatagorikan sebagai best practice guru karena dalam mengimplementasikan hasil penelitian banyak faktor-faktor lain yang mungkin terjadi dan mempengaruhi tingkat keberhasilan, sehingga indikator best practice (ciri sebuah best practice) tentu belum bisa kelihatan.

Related Documents


More Documents from "kartini"