IMAM BUDI YUWONO G2A218104
STIGMA PADA ODHA DI RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang kami lakukan pada pasien ODHA dan keluarga, kami dapatkan beberapa stigma yang muncul pada pasien ODHA. Stigma itu muncul dari keluarga maupun lingkungannya. 1. STIGMA DI KELUARGA Rendahnya dukungan keluarga ini adanya stigma dimasyarakat terkait dengan penularan penyakit menular HIV/AIDS. Permasalahan yang biasa muncul pada ODHA adalah selain masalah fisik juga adanya stigma ini, reaksi tersebut menjadi pengalaman buruk bagi ODHA dimana saat dia membutuhkan dukungan tidak ada yang membantunya sehingga banyaknya muncul harga diri rendah pada ODHA. Kekhawatiran yang dialami ODHA dalam menjalani hidup dengan menderita HIV/AIDS tidak jarang membuat mereka berusaha menutup-nutupi status untuk mencegah masalah sosial yang mungkin terjadi. Menurut keterangan Rumah Sakit pasien
HIV/AIDS,
diketahui bahwa masih banyak pasien-pasien HIV/AIDS yang belum mau terbuka tentang status HIV mereka terhadap keluarga maupun lingkungannya. Mereka takut didiskriminasi oleh keluarga dan lingkungan jika diketahui statusnya. Ketakutan dalam diri ODHA yang membuat mereka menutup diri terhadap lingkungannya
tersebut
dapat
mempengaruhi kepatuhan pengobatan yang dijalani. Ketidaktahuan orang-orang terdekat mengenai masalah atau penyakit yang sebenarnya dialami oleh ODHA dapat menyebabkan kurangnya
dukungan
yang diberikan kepada ODHA selama menjalani pengobatan,
padahal pengobatan HIV/AIDS harus dijalani seumur hidup dan memiliki efek samping obat yang berat. Dalam wawancara singkat terhadap seorang pasien yang berkunjung ke klinik, pasien mengungkapkan bahwa dirinya tidak ingin membuka statusnya kepada orang tuanya karena merasa malu dan takut terhadap respon buruk yang akan diterima jika keluarga mengetahuinya, sehingga cukup suaminya (ODHA) yang tahu. Setelah dikaji dari permasalahan diatas ternyata keluarga memiliki peran penting dalam pendekatan masalah HIV/AIDS. Misalnya untuk perawatan penderita, peranan keluarga, baik keluarga batih maupun keluarga jaringan (nuclear and extended family) akan semakin
IMAM BUDI YUWONO G2A218104
dibutuhkan. Infeksi HIV dan AIDS masih menimbulkan stigma dan diskriminasi. Jadi penting bagi keluarga untuk menjaga kerahasiaan ODHA. Keluarga tidak berhak memberi tahu orang lain, termasuk petugas perawatan kesehatan, tentang status HIV si ODHA, kecuali dia memberi persetujuan yang jelas. Keluarga harus sangat berhati-hati dengan pengunjung agar mereka tidak dapat mengetahui secara tidak sengaja, misalnya dengan melihat buku mengenai AIDS atau obat khusus untuk infeksi Keluarga akan menjadi tempat untuk bernaung, untuk mendapatkan perawatan, untuk mendapat kasih sayang bagi penderita dan anak-anak yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya yang direnggut oleh keganasan AIDS. Dukungan keluarga terutama perawatan ODHA dirumah biasanya akan menghabiskan biaya lebih murah, lebih menyenangkan, lebih akrab, dan membuat Odha sendiri bisa lebih mengatur hidupnya. Sebenarnya penyakit yang berhubungan dengan Odha biasanya akan cepat membaik, dengan kenyamanan di rumah, dengan dukungan dari teman terutama keluarga. Tak dapat dipungkiri bagaimana besar dan kecilnya dukungan keluarga itu bisa menjadi patokan bagi keberfungsian sosial atau keberdayaan dari Odha tersebut.
2. STIGMA DI MASYARAKAT Stigma pada ODHA adalah sebuah penilaian negatif yang diberikan oleh masyarakat karena dianggap bahwa penyakit HIV-AIDS yang diderita sebagai akibat perilaku yang merugikan diri sendiri dan berbeda dengan penyakit akibat virus lain. Ditambah lagi kondisi ini diperparah karena hampir sebagian besar kasus penularan HIV pada ODHA disebabkan karena aktivitas seksual yang berganti-ganti pasangan. Stigma pada ODHA melekat kuat karena masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai moral, agama dan budaya atau adat istiadat bangsa timur (Indonesia) di mana masyarakatnya belum/ tidak membenarkan adanya hubungan di luar nikah dan seks dengan berganti-ganti pasangan, sehingga jika virus ini menginfeksi seseorang maka dianggap sebagai sebuah balasan akbibat perilakunya yang merugikan diri sendiri. Hal ini terjadi karena masyarakat menganggap ODHA sebagai sosok yang menakutkan. Maka dari itu mencibir, menjauhi serta menyingkirkan ODHA adalah sebuah hal biasa karena menjadi sumber penularan bagi anggota kelompok masyarakat lainnya. Justifikasi seperti inilah yang keliru atau salah karena bisa saja masyarakat tidak mengerti bahwa penuluaran virus HIV itu tidak hanya melalui hubungan seksual akibat " membeli sex" tetapi ada banyak korban ODHA yang tertular akibat penyebab lain seperti
IMAM BUDI YUWONO G2A218104
jarum suntik, transfusi darah ataupun pada bayi-bayi yang tidak berdosa karena ibunya adalah ODHA. Stigma dari lingkungan sosial dapat menghambat proses pencegahan dan pengobatan. Penderita akan cemas terhadap diskriminasi dan sehingga tidak mau melakukan tes. ODHA dapat juga menerima perlakuan yang tidak semestinya, sehingga menolak untuk membuka status mereka terhadap pasangan atau mengubah perilaku mereka untuk menghindari reaksi negatif. Mereka jadi tidak mencari pengobatan dan dukungan, juga tidak berpartisipasi untuk mengurangi penyebaran. Reaksi ini dapat menghambat usaha untuk mengintervensi HIV & AIDS. Stigma yang ada dalam masyarakat dapat menimbulkan diskriminasi. Perlakuan diskriminasi terjadi karena faktor risiko penyakit HIV-AIDS terkait dengan penyimpangan perilaku seksual, penggunaan jarum suntik secara bersamaan pada pengguna narkoba. Tidak hanya itu diskriminasi yang dialami orang ODHA bisa datang dari berbagai kelompok masyarakat mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja, lingkungan sekolah, serta lingkungan komunitas lainnya. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA biasanya berupa sikap sinis, perasaan ketakutan yang berlebihan dan persepsi negatif tentang ODHA dapat mempengaruhi dan menurunkan kualitas hidup ODHA. Stigma dan diskriminasi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan persepsi. Stigma dan diskriminasi dalam pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan menjadi salah satu kendala kualitas pemberian pelayanan kesehatan kepada ODHA yang pada akhirnya dapat menurunkan derajat kesehatan ODHA. Satu upaya dalam menanggulangi adanya diskriminasi terhadap ODHA adalah meningkatkan pemahaman tentang HIV & AIDS di masyarakat, khususnya di kalangan petugas kesehatan, dan terutama pelatihan tentang perawatan. Pemahaman tentang HIV & AIDS pada gilirannya akan disusul dengan perubahan sikap dan cara pandang masyarakat terhadap HIV & AIDS dan ODHA, sehingga akhirnya dapat mengurangi tindakan diskriminasi terhadap ODHA. Berdasarkan data dari di atas ada 5 langkah untuk mengeliminasi stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODHA, yang harus dilakukan oleh para penggiat HIV-AIDS antara lain : 1. Melakukan sosialisasi tentang patofisiologi HIV-AIDS yang benar kepada masyarakat 2. Melakukan simulasi hubungan sosial atau terapi kerja dengan ODHA sehingga dapat menghapuskan fobia pada masyarakat pada ODHA dalam interaksi sosial
IMAM BUDI YUWONO G2A218104
3. Berhenti melakukan eksploitasi ODHA yang dapat menimbulkan " negativ feedback" oleh masyarakat terhadap ODHA. dapat saja dari simpati berubah menjadi antipati 4. Melakukan upaya-upaya advokasi terhadap instansi/lembaga pemerintah dan swasta dalam hal penegakan hukum terhadap hak-hak dasar (HAM) ODHA 5. Memberikan bantuan hukum terhadap semua bentuk diskriminasi terhadap ODHA yang menyebabkan HAM ODHA tersalimi. Semakin banyak masyarakat yang sadar dan peduli akan HIV dan AIDS maka AIDS akan bisa dihentikan melalui penghapusan stigma dan menghentikan diskriminasi dengan memulainya dari diri kita sendiri