Eldora Aristian’s first fan fiction project,
Sowoneul Malhaebwa .:tell me your wish:. .PART TWO. ‘Aku takut. Aku takut kehilanganmu. Aku takut kau meninggalkanku, hyung. Atau malah aku yang akan meninggalkanmu lebih dulu?’
Disclaimer: (sayang sekali) Ngga mempunyai semua unsur dari ff ini (bahkan Super Juniorpun ToT). Hanya main kata dan plot, judulpun credit ke SNSD’s Sowoneul Malhaebwa (judul Koreanya) lalu KYUMIN MILIKKU! *SHOT* Terinspirasi dan berniat mengkonstruksi ulang kejadian dari berita lama April 19 2007 Super Junior Car Accident, sedikit merubah ceritanya, tapi plotnya hampir sama kaya aslinya. Waktu, tempat, etc, sudah disurvei keberbagai sudut kota Seoul. *plakk* Rating: Enaknya berapa ya? *disepak* G aja deh (padahal kaga tau G itu apa) Point of View: Gantian. Sungmin, Kyuhyun, Sungmin, Kyuhyun, dst. Pairing: KyuhyunxSungmin [kyumin]*sudahpasti* Side Pairing: SungminxHeechul [minchul] *cobacoba* EunhyukxDonghae [eunhae] Summary: Ketika kesalahpahaman dan kebohongan menyelimuti kamar kami, semua berubah menjadi ilusi. Tidak—seperti ilusi. Sayang sekali, ini nyata, matey. Mood: SLEEPAHH =A= Now Listening: I Akilla You – Lee Sungmin
Seoul, on the way to radio building. SM Entertainment’s car. April 19, 2007. 09:34 PM.
Apakah dia masih belum bisa memaafkanku?
Aku masih menatap kaca mobil. Kutatap bayangan wajah Min-hyung yang selalu ada kemanapun mataku beralih. Wajah cerianya. Kadang satu demi satu scene beberapa menit yang lalu terulang lagi, sama saja rasanya seperti menonton film lama yang sedang diputar proyektornya. Dan setelah itu yang kulihat, wajah muramnya. Seketika ribuan jarum berkarat menusuk dadaku. Perih. “Hyun-sshi?” “…” “HYUN-SSHI! KYU! KYUHYUN! CHO KYUHYUN!” “A-AH? A-ada apa? Sudah sampai?”
Part Two. Sowoneul Malhaebwa
Kurasa begitu.
“….sampai kapan kau mau uring-uringan seperti itu?” Aku terkejut. Sadar-sadar, sudah ada tiga pasang mata menatapku. Tanpa sepasang mata Hyukjae yang sedang berdalih mendengarkan iPodnya. Mungkin dia sudah malas berurusan denganku karena masalah ini. Aku jadi agak malu. Terutama kepada Teuk-hyung yang tadi kuabaikan. Hatiku lega saat Teuk tersenyum kepadaku. Namun menjadi agak kalut ketika menyadari akan ada sederet pertanyaan menghujamku setelah ini. “Ada apa?” Leeteuk-hyung. “Salah makan?” Shindong-hyung. “Kalau ada masalah, kenapa kau tidak cerita saja pada kami?” Manajer. Aku terdiam. Masih terdiam sampai akhirnya satu suara yang sejak tadi memilih bungkam gatal untuk mengungkapkan pendapatnya. “Percuma saja mau kalian korek seperti apapun; dia tidak akan mau bicara.” Eun-hyung. Masih menatap kaca mobil dengan pandangan masa bodoh. Ada sarkasme terselubung dalam nada bicaranya. Padahal aku tahu sekali, dia termasuk orang yang paling perhatian dari semua orang yang tinggal diasrama. Argh, semua ini makin membuat kepalaku makin pusing. Aku jadi ingin lari. Lari sejauh-jauhnya. Aku pengecut, memang. 2
“Aku tidak apa-apa—” “Tuh. Kubilang juga apa—keras kepala sekali, bukan? Sigh.” “Aku benar-benar benar-benar tidak apa-apa, Eun-hyung.”
Dia berbicara dengan santai. Seperti tidak ada beban dinada bicaranya. Seperti mengungkapkan kebenaran yang sama sekali tidak ada gunanya untuk ditutup-tutupi—dan harus diakui, kata-katanya memang benar. Seluruh isi mobil ikut melongo melihat pembicaraan kami berdua. Aku lebih memilih mengunci rapat bibirku agar tidak menambah panas suasana. Sampai akhirnya satu suara dengan katakata yang menenangkan, terdengar melalui telingaku. “Kurasa ini memang hak Kyuhyun-sshi untuk merahasiakan sesuatu dari kita.” Teuk, sambil tersenyum. Aku membalas senyumannya seraya menatap kaca mobil yang kian berembun. Kadang masih kurasakan kedua bola mata Hyukjae yang melirikku.
Seoul, Super Junior’s dorm. Our room. April 19, 2007. 09:34 PM.
Part Two. Sowoneul Malhaebwa
“Sudah kubilang berapa kali, kau tidak akan bisa berbohong dihadapanku.”
“Hhhh. Cukup—Heechul. Kubilang cukup.” Aku mengatur nafasku yang tersengal-sengal. “Hah—apa? Masih belum! Sekali lagi!” Dia memukulku lagi. Pakai bantal. “Uh—Chul cantik, aku kalah, kalah~” Kataku sambil menggelepar diatas kasur. Laki-laki itu berdiri dengan seringai kejinya dihadapanku, sambil matanya berkilat. “UAPAAAA? AKU TIDAK CANTIK—MAKSUDKU, AKU SEDIKIT CANTIK, TAPI AKU MACHO!” Teriaknya sambil memukuliku dengan bantal tanpa ampun. Aku tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya itu. “Ayo bangun, kalau kau kalah, kau harus mau kudandani sampai jadi cantik.” Aku berhenti tertawa, dan terdiam. “Da-dandan? Cantik? Maksudnya?” Dia mendengus. Dan memukulku lagi. “Minnie bodoh. Didandani itu, ya didandani. Masa tidak mengerti juga?” Aku terdiam. Lalu otakku baru merespon setelah lima detik. “Hauh—benar ya? Kalau aku yang menang, apa hukuman yang akan kau dapat?” Kataku ikut-ikutan menyeringai, sambil membuat gesture berpikir keras. “Kalau kau menang— —kau boleh memerintahku, apapun yang kau mau.” Sekali lagi, aku takut pada tatapannya. 3
Seoul, KBS radio building. Studio 3. April 19, 2007. 11:39 PM.
“Hahahaha, Teuk-sshi memang sangat baik.” “Terima kasih banyak.”
“…” “Cho Kyuhyun?” “…apa? Ah. Maafkan aku. Aku suka makan hamburger.” “...”
Tuhan, serius. Ini adalah job terhancur yang pernah kulakukan. Didengar ribuan orang diseluruh Korea, tidak hanya Seoul—dan aku melakukan kesalahan yang begitu parah. Aku tidak tahu kenapa hari ini aku merasa idiot—aku terlalu down. Kata Siwon-hyung, aku orang yang serius. Hal yang tidak pentingpun bisa kupikirkan sampai mati-matian. Namun apakah kejadian dikamar kami itu bisa dianggap tidak penting? Tidak, sama sekali tidak—itu sangat penting. Min-hyung adalah orang penting dan apapun yang ada sangkutpautnya dengan dia adalah sesuatu yang penting. Dia lebih dari seorang kakak dan lebih dari seorang room-mate. Sampai sekarang aku tidak tahu harus menamakannya apa—dan aku sepertinya tidak terlalu perduli untuk menamakannya apa. Yang terpenting adalah karena dia selalu berada disampingku, dan tidak akan pergi jauh kemana-mana. Case closed.
Part Two. Sowoneul Malhaebwa
“Sekarang beralih ke Cho Kyuhyun. Apa kau punya peliharaan dikamarmu?”
Namun kadang aku ragu—dia akan betul-betul mendampingiku. BUKK. “Hyun-sshi. Kau melamun lagi.” ”…tidak melamun, Eun-hyung.” ”Aku benar-benar bosan mendengar kebohonganmu itu, Hyun. Namun disisi lain— —aku benar-benar penasaran.” Aku kontan menengok kearah tas yang menimpa bahuku tadi. Lumayan berat, mungkin isinya buku-buku tebal. Literatur barat. Aku hanya memperhatikannya sebentar, lalu aku tidak terlalu perduli lagi. “Lalu maumu apa, hyung? Kau mau memaksaku untuk bercerita, begitu?” Aku lama-lama jadi kesal dengan sikap hyung disampingku ini. Walau kutahu dia baik, dan menunjukkan kebaikannya dengan cara yang berbeda. Pantas Hae senang berdekatan dengannya. “Babo namja. Siapa yang menyuruhmu cerita, hah? 4
Aku hanya mau mengetes six sense-ku saja,” Lee Hyukjae’s six sense. Aku sendiri hanya sering mendengarnya dari penghuni asrama lain, tidak tahu benar atau tidak. Tapi aku lebih memilih option lain, adalah six sense-nya fake dan dia hanya tebak-tebakan saja. “Ada apa dengan Sungmin?” Jantungku berdebar keras. “Apa yang kau janjikan padanya sampai dia seperti itu?”
Sampai sini—masih bisakah dianggap sebagai tebak-tebakan?
Seoul, Super Junior’s dorm. Our room. April 19, 2007. 12:45 AM.
“CUUUUUUUUURANG!” “Tidak-tidak, sama sekali tidak curang. Aku menang dan kau kalah, Chul.”
Part Two. Sowoneul Malhaebwa
“Cukup.”
Aku tertawa bangga melihat laki-laki yang beberapa bulan lebih muda dari aku itu tepar diatas kasur. Aku rupanya menikmati waktu-waktuku bersama Chul. Namun tetap saja—ada yang salah. Maksudku, akan ada yang salah. Aku merasakan hatiku berat. Perasaanku agak aneh. Aku makin ingin Kyu cepat pulang. Kulirik jam dinding kamar kami. Sudah jam dua belas. Mungkin Hyun-ah pulang jam tiga atau empat, atau jam enam? Sebagai seorang multi-talented artist, kami memang selalu sibuk. Selalu harus bisa tampil sebaik mungkin didepan semua orang, karena kami adalah public figure. Sedikit saja salah—maka akan berakibat fatal bagi masyarakat, khususnya fans kami. Kalau Hyun, aku—percaya padanya. Aku mendengus, dan merasakan ada rangkulan hangat yang menyambutku dari belakang. Kali ini, bulu kudukku benar-benar berdiri. “Minnie?” Chul berbisik ditelingaku. Aku hanya diam. Jantungku ikut berpacu. “Kau mau aku melakukan apa untukmu?” Dia menatapku dengan pandangan matanya yang seperti itu lagi. Aku mulai takut. “Aku memerintahkanmu, Kim Heechul. Jauhkan tubuhmu dari tubuhku. Se-ka-rang.” Jawabku ketus. Namun dia malah tersenyum. “Tidak secepat itu, Minnie—“ “AKU KEBELET.” Tanpa sadar—aku menginjak remote televisi yang tergeletak dibawah kasurku.
5
Seoul, on the way to dorm. SM Entertainment’s car. April 19, 2007. 12:31 AM.
Aku tak pernah merasa segundah ini sebelumnya.
Aku lelah. Rasanya ingin sekali cepat-cepat pulang. Ah, mungkin hyung sudah tidur duluan, seperti biasanya. Namun aku senang sekali menatap wajah manis itu, saat kedua matanya terkatup. Aku merasa lebih leluasa dan hatiku lega. Setelah inipun aku masih harus mengikuti jadwal yang dibuat manajer— orang itu, seperti yang kutahu, dia selalu bekerja keras. Bekerja dibalik kamera, berusaha agar pekerjaan yang kuambil tidak bentrok satu sama lain. Aku sangat mengagumi dia. Tapi aku jauh lebih mengagumi sosok Lee Sungmin. Keceriaannya. Kebahagiaannya. Ketidakberdosaannya. Kebaikanhatinya. Semua yang dia berikan telah membuat hidupku lebih bersinar. Segalanya jauh lebih redup sebelum aku bertemu dengannya. Dan kini, dia telah menjadi matahariku. Matahari yang selalu menerangi jalanku, yang menghangatkan duniaku. Tapi dengan segala ketololanku, hari ini aku telah membuat matahari itu terbenam. Aku telah menyakiti dia. Aku memang sudah tidak pantas lagi untuk menatap wajahnya. Kalaupun aku harus mati detik ini, aku hanya ingin mendengar suaranya. Mendengar dia memaafkanku. Sesungguhnya aku sangat takut. Aku takut. Aku takut kehilanganmu.
Part Two. Sowoneul Malhaebwa
Perasaanku tak enak.
“Manajer. Setelah ini apa?” ”Kita pulang. Ke asrama.” “MANAJER, BAN KIRINYA—“ Aku takut kau meninggalkanku, hyung. “—CEPAT BANTING STIR KEKIRI! CEPAT!” BRUAAAAKK—— —atau malah aku yang akan meninggalkanmu lebih dulu?
6
[PIP]
[We regret to inform you that Super Junior’s Lee Teuk, Eun Hyuk, Shin Dong and Kyu Hyun were involved in a car accident couple of moments ago. They were driving back to their apartment after their “Kiss the Radio” radio show when this happened. According to witnesses, the car lost control on the highway and overturned, causing the members to get out of the car bleeding with major and minor injuries. The exact conditions are not—]
“I-itu—itu Teukie dan kawab-kawan ‘kan?”
“Aku—aku barusan ditelepon pihak manajemen. Kita tidak boleh panik.” BRUKK. “Teman-teman!” “Ada apa lagi, Geng?” “SUNGMIN PINGSAN!”
…
Part Two. Sowoneul Malhaebwa
“Tuhan, kenapa ini semua bisa terjadi?”
Tuhan, jangan kau renggut lagi orang yang kusayang. Masih banyak hal yang ingin kulakukan dengannya. Bahkan akupun belum sempat minta maaf padanya. Dan Tuhan.
…
Bisakah kau menukar posisiku dengannya? Kurasa tak akan ada gunanya hidupku bila tanpa dia.
…
7
Mungkin aku hanya manusia bodoh yang tidak bisa membuatnya bahagia. Mungkin juga aku pantas menerima rasa sakit disekujur tubuhku ini. Mungkin sakitku ini tidak ada apa-apanya dibandingkan—
—berjuta rasa sakit yang telah kuberikan padanya.
Jika ada satu permintaanku, Tuhan— —aku hanya ingin melihatnya bahagia. Dengan siapapun dia bersama. Kabulkanlah. Buatlah dia bahagia. Tanpaku. Selamanya.
Part Two. Sowoneul Malhaebwa
…
Tell me your wish. I wish I can tell you, although for the last time.
…
Saranghae. Catatan Kaki Part 2, November 01 2009, 10:56 AM @ my room. Hai lagi. Gimana? Fail lagi kan? *shot* Yeah, part 2 ini gue bikin dengan segenep perasaan gue, sampe nangis berkali-kali, apalagi bagian terakhirnya. Gue berusaha masukin perasaan Sungmin waktu tahu berita itu, sampe perasaan Kyu dengan segala rasa sakitnya, dia udah ngira kalo dia bakal mati detik itu juga. Iya sih, pas gue liat berita aslinya juga, si Kyu kan paru-parunya juga ketancep kaca mobil, yah lu bisa bayangin sendiri lah *disepak* Berita yang diatas itu gw ngopas dari popseoul.com *plakk* Hehe, makasih udah mau ngeluangin waktu buat baca ini, sampai jumpa di part 3 *lambai lambai* *mepetin page*
8