DESA SEHAT JIWA
KA
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
:
Halaman
:
UPTD PUSKESMAS BANGKINANG A. Pengertian
dr. NENGSIH SRIWAHYUNI NIP. 19820915 200902 2 004
Desa yang memiliki kesiapan di bidang kesehatan , di mana desa yang penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong menuju Desa Sehat. Desa Siaga Sehat Jiwa adalah bagian terintegrasi dari Desa Siaga, yang penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri (Keliat dkk, 2007).
B. Tujuan C. Kebijakan D. Referensi E. Prosedur
a. Tensimeter
b. Rujukan F. LangkahLangkah
a. Persiapan 1) Kader mempelajari buku pedoman deteksi keluarga. 2) Kader mempelajari tanda–tanda orang/keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial atau orang/keluarga yang mengalami gangguan jiwa. 3) Kader mengidentifikasi orang/keluarga yang diduga mengalami risiko masalah psikososial atau gangguan jiwa. 4) Melakukan kontrak atau janji untuk bertemu dengan pasien dan keluarga. b. Pelaksanaan 1) Setiap dusun memiliki 2 orang kader kesehatan jiwa a) Setiap kader mengelola setengah dari jumlah keluarga di dusun (kader membagi habis jumlah keluarga di dusun untuk di kelola bersama). b) Kader menilai kesehatan jiwa tiap keluarga yang tinggal di wilayahnya dengan cara wawancara dan pengamatan sesuai dengan petunjuk pada buku pedoman deteksi keluarga. Untuk menilai perilaku yang menunjukkan adanya risiko masalah psikososial atau gangguan jiwa maka kader kesehatan perlu mengetahui tanda – tanda atau perilaku yang menunjukkan individu tersebut risiko masalah psikososial
atau gangguan jiwa. 2) Berdasarkan
penilaian
yang
dilakukan
kader
mengelompokkan keluarga yang tinggal diwilayahnya menjadi 3 kelompok : a) Kelompok keluarga sehat adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader dan tidak menunjukkan perilaku menyimpang; baik risiko masalah psikososial (lihat tabel 1) maupun gangguan jiwa (lihat table 2). b) Kelompok keluarga yang berisiko masalah psikososial adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader yang mempunyai kondisi sesuai tabel 1. c) Kelompok
keluarga
yang
anggota
keluarganya
mengalami gangguan jiwa adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader dan mempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (perilaku seperti pada tabel 2). c.
Pelaporan 1) Kader mencatat nama seluruh keluarga yang tinggal di wilayahnya. 2) Kader mencatat data – data keluarga yang mempunyai risiko masalah psikososial. 3) Kader mencatat data – data keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
4) Hasil penghitungan jumlah keluarga untuk masing – masing kelompok dicatat. 5) Hasil pencatatan disampaikan pada perawat CMHN yang bertanggungjawab. (Keliat dkk, 2011).
G. Bagan Alir Adanya potensi terjadinya bencana alam, kehilangan pekerjaan, kehilangan anggota keluarga dan musibah lainnya di masyarakat
1. 2.
Koping individu tidak efektif Kurangnya dukungan social
1. Warga yang mengalami gangguan jiwa
Terhadap Kondisi Kejiwaan
2. Warga yang mempunyai resiko psikososial
KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN
DINKES PROVINSI
LSM
DINKES KAB
PERANGKAT DESA
MASYARAKA T PUSKESMAS
POSYANDU
POSKESDES
POLI JIWA Pembentukan Kader Sehat Jiwa
PERAWAT CMHN
Pelatihan kompetensi kader sehat jiwa (deteksi dini, TAK, pendkes, rujukan , dokumentasi)
1. Kegiatan kader kesehatan jiwa
2.
3.
Terbentuknya kader sehat jiwa per posyandu yang memiliki skill terlatih dibidang kesehatan jiwa Setiap dusun memiliki kader kesehatan jiwa dengan rasio 15-20 keluarga yang ada disekitar tempat tinggalnya Seluruh keluarga di Desa Siaga sehat jiwa memiliki kader kesehatan jiwa
1. 2.
3.
4.
Buku pegangan kader: deteksi keluarga Buku pegangan kader: penyuluhan kesehatan jiwa Buku pegangan kader: supervise pasien gangguan jiwa Surat rujukan
H. Hal-hal yan perlu diperhatikan I. Unit terkait J. Dokumen terkait K. Rekaman Historis Perubahan
No
Yang Diubah
Isi Perubahan
Tanggal Mulai Diberlakukan