PENATALAKSANAAN FILARIASIS No. S Dokumen O No. Revisi P Tanggal Terbit Halaman
: 440/365/SOP-UKP/35.07.103.018/2015 :0 : 1 Desember 2015 : 1/2
UPTD Puskesmas Turen 1.Pengertian
dr.Didik Sulistyanto NIP.196212291989021001 Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit kaki gajah disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu: Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Vektor penular di Indonesia hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor penular penyakit kaki gajah.
2.Tujuan
Menangani filariasis
3.Kebijakan
SK Kepala UPTD Puskesmas Turen Nomor 440/3/SK/35.07.103.018/2015 tentang Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan di Puskesmas Turen.
4.Referensi
Buku Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi I tahun 2013
5.Prosedur
1. 2. 3. 4.
Anamnese Pemeriksaan fisik dan penunjang Penegakan diagnose Tatalaksana : a) Memelihara kebersihan kulit. b) Fisioterapi kadang diperlukan pada penderita limfedema kronis. c) Obatantifilaria adalahDiethyl carbamazine citrate (DEC) dan Ivermektin. d) DEC dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa, Ivermektin merupakan antimikrofilaria yang kuat, tetapi tidak memiliki efek makrofilarisida. e) Dosis DEC 6 mg/kgBB, 3 dosis/hari setelah makan, selama 12 hari, pada TropicalPulmonary Eosinophylia (TPE) pengobatan diberikan selama tiga minggu. f) Efek samping bisa terjadi sebagai reaksi terhadap DEC atau reaksi terhadap cacing dewasa yang mati. Reaksi tubuh terhadap protein yang dilepaskan pada saat cacingdewasa mati dapat terjadi beberapa jam setelah pengobatan, didapat 2 bentuk yang mungkin terjadi yaitu reaksi sistemik dan reaksi lokal:
Dokumen Akreditasi UPTD Puskesmas Turen
PENATALAKSANAAN FILARIASIS UPTD Puskesmas Turen
No. S Dokumen O No. Revisi P Tanggal Terbit Halaman
a)
b) c) d)
: 440/365/SOP-UKP/35.07.103.018/2015
dr.Didik Sulistyanto
:0 : 1 Desember 2015 : 2/2
a. Reaksi sistemik berupa demam,sakit kepala, nyeri badan,pusing,anoreksia,malaise danmuntah-muntah. Reaksi sistemik cenderung berhubungan dengan intensitas infeksi. b. Reaksi lokal berbentuk limfadenitis,abses,dan transien limfedema. Reaksi lokal terjadi lebih lambat namun berlangsung lebih lama dari reaksi sistemik. c. Efek samping DEC lebih berat pada penderita onchorcerciasis, sehingga obat tersebut tidak diberikan dalam program pengobatan masal didaerah endemis filariasis dengan ko-endemis Onchorcercia valvulus. Ivermektin diberikan dosis tunggal 150 ug/kg BB efektif terhadap penurunan derajat mikrofilaria W.bancrofti, namun pada filariasis oleh Brugia spp. penurunan tersebut bersifat gradual. Efek samping ivermektin sama dengan DEC, kontraindikasi ivermektinyaitu wanita hamil dan anakkurang dari 5 tahun. Karena tidak memiliki efek terhadap cacing dewasa, ivermektin harus diberikan setiap 6 bulan atau 12 bulan untuk menjaga agar derajat mikrofilaremia tetap rendah. Pemberian antibiotik dan/atau antijamur akan mengurangi serangan berulang, sehingga mencegah terjadinya limfedema kronis. Antihistamin dan kortikosteroid diperlukan untuk mengatasi efek samping pengobatan. Analgetik dapat diberikan bila diperlukan. Pengobatan operatif, kadang-kadang hidrokel kronik memerlukan tindakan operatif, demikian pula pada chyluria yang tidak membaik dengan terapi konservatif.
6.Diagram alir
7.Unit terkait
BP, UGD, KIA, Laboratorium, Kesling,Gizi
1. Rekam Historis Perubahan No
Yang dirubah
Isi Perubahan
Dokumen Akreditasi UPTD Puskesmas Turen
Tanggal mulai diberlakukan
Dokumen Akreditasi UPTD Puskesmas Turen