Sirah

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sirah as PDF for free.

More details

  • Words: 802
  • Pages: 3
Aqabah II Upaya Rasulullah saw. melakukan aktivitas thalab an-nushrah (menawarkan Islam sekaligus meminta jaminan untuk membela Islam, Rasulullah saw, dan kaum Muslim kepada tokoh-tokoh kabilah) terus berlangsung hingga beliau mendatangi sekitar 40 kabilah. Pada tahun ke-11 dari kenabiannya, sebagaimana kebiasaan beliau pada musim haji dengan mendatangi kabilah-kabilah yang datang ke kota Makkah, beliau bertemu dengan sekelompok orang suku Khazraj (yaitu enam orang) di suatu tempat di antara Makkah dan Mina. Rasulullah saw. bertanya kepada mereka, “Kalian siapa?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang dari kabilah Khazraj.” Rasulullah saw. balik bertanya lagi, “Apakah kalian adalah orang-orang yang bersahabat dengan orang-orang Yahudi?” Mereka menjawab, “Ya, benar.” “Apakah kalian bersedia duduk bersama kami untuk bercakap-cakap?” ajak Nabi saw. “Baik,” kata mereka. Setelah Rasulullah saw. berbicara kepada mereka dan mengajaknya untuk memeluk Islam, mereka berkata sambil berpandangan satu sama lain, “Demi Allah, sesungguhnya dia adalah seorang nabi yang dijanjikan oleh orang-orang Yahudi kepada kalian. Karena itu, jangan sampai mereka (orang-orang Yahudi, pen.) mendahului kalian.” Mereka bersedia memeluk Islam, lalu berkata, “Tidak ada kabilah yang saling bermusuhan begitu hebat seperti mereka (yaitu Aus dan Khazraj, pen.); masing-masing berusaha menghancurkan lawannya. Mudah-mudahan, bersama engkau, Allah akan mempersatukan mereka lagi. Kami akan mendatangi mereka dan mengajak mereka supaya taat kepadamu. Kepada mereka akan kami tawarkan agama yang telah kami terima darimu. Jika Allah berkenan mempersatukan mereka di bawah pimpinanmu maka tidak ada orang lain yang lebih mulia daripada engkau.” Pada tahun berikutnya, 12 orang laki-laki dari Madinah datang menjumpai Rasulullah saw. di Aqabah. Mereka kemudian berbaiat kepada Rasulullah saw. Peristiwa ini dikenal dengan nama Baiat Aqabah I. Setelah pembaiatan selesai, utusan dari Madinah itu pun pulang. Bersama mereka Rasulullah saw. mengirimkan Mush‘ab bin

Umair untuk mengajarkan al-Quran dan hukum-hukum Islam kepada mereka. Dari situlah Mush‘ab dikenal sebagai Muqri’ al-Madinah. Pada musim haji berikutnya lagi, yaitu tahun 12 kenabian (622 M), Mush‘ab bin Umair kembali ke kota Makkah dengan disertai sejumlah besar kaum Muslim Madinah. Mereka datang dengan tidak mencolok, berbaur dengan jamaah haji lainnya. Jumlah mereka 72 orang, terdiri dari 70 orang laki-laki dan dua orang wanita. Mereka berjanji untuk bertemu dengan Rasulullah saw. pada pertengahan Hari Tasyriq. Rasulullah saw. datang disertai oleh Abbas bin Abdul Muthalib (yang saat itu belum memeluk Islam). Abbas membuka pembicaraan, “Sebagaimana yang kalian ketahui, Muhammad berasal dari golongan kami. Kami telah menjaganya dari ancaman kaum kami, dan dari orang yang memiliki kedudukan yang sama. Dia dimuliakan kaumnya, disegani di negerinya. Namun, dia ditolak kaumnya untuk pergi mendatangi kalian dan bergabung dengan kalian. Jika kalian melihat bahwa kalian mampu menjamin dengan apa yang kalian katakan kepadanya, dan mampu melindungi dirinya dari orang-orang yang menentangnya, maka kalian dan apa yang kalian bawa menjadi tanggung jawab kalian semuanya. Akan tetapi, jika kalian melihat diri kalian akan menyerahkan dan menelantarkannya setelah dia keluar dari kota ini menuju kalian, maka sejak sekarang lebih baik tinggalkan saja dia.” Lalu terjadi dialog singkat. Kemudian Rasulullah saw. membacakan kepada mereka al-Quran dan berkata, “Aku mempercayai kalian untuk melindungiku sebagaimana kalian melindungi istri dan anak-anak kalian.” Al-Barra mengulurkan tangannya untuk memberikan baiatnya kepada Nabi saw. seraya berkata, “Kami membaiatmu, wahai Rasulullah. Demi Allah, kami adalah generasi ksatria dan penduduk dari daerah yang penuh dengan peperangan. Kami mewarisi para pahlawan dan kami berasal dari pahlawan.” Belum selesai al-Barra menuntaskan kalimatnya, ia dipotong oleh Abu al-Haitsam bin at-Tihan yang berkata, “Wahai Rasulullah, antara kami dan orang-orang Yahudi ada perjanjian. Kami berniat memutuskannya. Jika kami melakukan itu, lalu Allah memenangkanmu, apakah engkau akan kembali kepada kaummu dan meninggalkan kami?” Rasulullah saw. tersenyum, kemudian menjawab, “Darah akan dibalas dengan darah, pukulan dengan pukulan lagi. Aku adalah bagian dari kalian dan kalian adalah bagian dari diriku. Aku akan memerangi orang

yang kalian perangi dan berdamai dengan orang yang kalian berdamai dengannya.” Belum lagi mengulurkan baiatnya, Abbas memotong, “Wahai kaum Khazraj, apa kalian sadar arti dari pemberian baiat kepada laki-laki ini? Sesungguhnya kalian memberikan baiat kepadanya untuk memerangi seluruh bangsa, baik berkulit putih maupun hitam. Jika kalian melihat harta kalian habis diterjang musibah, dan tokoh-tokoh kalian terbunuh, apakah kalian akan menyerahkannya? Sejak sekarang, demi Allah, jika kalian melakukannya, itu berarti kehinaan dunia-akhirat. Namun, jika kalian menganggap diri kalian akan menepatinya dan mengajaknya ke Madinah (dengan membawa risiko) musnahnya harta benda dan gugurnya banyak tokoh, maka ambillah dia. Demi Allah, dia adalah sebaik-baik dunia dan akhirat.” Kaum itu pun menjawab, “Kami akan mengambilnya meskipun dengan risiko musnahnya harta-benda dan terbunuhnya banyak tokoh. Wahai Rasulullah, jika kami memenuhi seruanmu, apa balasannya bagi kami?” “Surga,” jawab beliau. Setelah itu mereka pun beramai-ramai membaiat Rasulullah saw. Usai berbaiat, Abbas bin Ubadah bin Niflah berkata, “Demi Allah yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, apabila engkau menghendaki, kami siap menyerang penduduk Mina dengan pedang-pedang kami esok hari.” Rasulullah saw. menjawab, “Kita belum diperintahkan untuk itu. Kembalilah kalian ke perkemahan kalian.” Peristiwa ini dikenal dengan nama Baiat Aqabah II atau dikenal juga dengan Bay‘at alHarb (Baiat Perang).

Related Documents

Sirah
May 2020 14
Sirah
May 2020 15
Sirah
May 2020 11
Sirah
November 2019 20
Sirah
May 2020 15
Fiqh Sirah
April 2020 16