Simpatisan Pks

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Simpatisan Pks as PDF for free.

More details

  • Words: 2,409
  • Pages: 7
PKS Dilecehkan Camat Islam, Dibela Orang-Orang Kristen

Sungguh unik, bahkan sangat jarang sekali terjadi. Dan ini benar-benar kisah nyata yang terjadi di daerah Bolaang Mongondow Sulawesi Utara. Pada tanggal 25 Maret 2009, seorang laki-laki parlente datang ke rumah nenek-nenek di desa Manembo. Dia merangkul nenek-nenek itu dan terjadi dialog dalam bahasa Manado sehari-hari sbb: Camat : Nenek kanal pa kita? (Nenek kenal dengan saya?) Nenek : Nyanda no, memang ini sapa dang? (Tidak kenal, memangnya ini siapa?) Camat : Masak nyanda kanal, kita ini Camat di Kecamatan Passi Timur ini. (Masak tidak kenal, saya ini adalah Camat di Kecamatan Passi Timur ini.) Nenek : Kiapa memang ada apa dang (Memang kenapa ada apa?) Camat : Kita kasini cuma mo minta tolong kalu boleh tolong cabu dulu tu baliho dimuka itu. (Saya kesini cuma mau minta tolong kalau boleh baliho yang di depan itu tolong dicabut dulu. (Maksudnya Baliho Caleg DPR-RI dari PKS gambar anakku) Nenek : Oh kalu itu kita nyanda barani. Kalu mo seturung musti samua, bukang cuma baliho itu. Kiapa apa depe salah dang? (Saya tidak berani. Kalau mau diturunkan harus semua, bukan hanya baliho itu. Memang apa salahnya? (nenek tersebut gemetar karena menahan kesal dan amarah) Camat : Nyanda apa-apa nek. Fitri ini kan masih kaluarga dekat deng kita pe bini. (Tidak apa-apa nek. Fitri ini kan masih keluarga dekat dengan istriku. Nenek : Ngoni cuma keluarga dekat, tapi Fitri pe papa masih satu putus taripang dengang kita. (Kamu hanya keluarga dekat, tapi saya sama bapaknya Fitri masih saudara kandung) Karena pak Camat tidak berhasil membujuk nenek tersebut, akhirnya pak Camat pulang. Besok harinya tgl 26 Maret 2009, pak Camat datang untuk yang kedua kalinya, bersama istrinya dan seorang tukang yang membawa sebuah palu untuk mencabut paku baliho tersebut. Pak Camat mencoba untuk kedua kali melunturkan hati nenek tersebut. Akan tetapi si nenek tidak tinggal diam, dipanggilnya seluruh anak cucunya di kampung itu berkumpul. Salah seorang anaknya yang wanita bernama FITJE dengan begitu berani dan lantang berkata : Fitje : Kiapa baliho mo cabu, memang dia ini PKI. !! Kalu mo cabu, cabu samua, jangang cuma ini. (Kenapa Baliho ini mau dicabut, memangnya dia ini PKI, kalau mau cabut, cabut semuanya, jangan hanya ini.)

Camat : Kita pe maksud cuma mo cabu sabantar. Kalu Bupati so liwat kong pasang ulang. (Maksud saya hanya dicabut sebentar. Bilamana Bupati sudah lewat, nanti dipasang ulang) Fitje : Nimbole, torang nyanda tarima. Baliho ini ada depe ijin. Jangang coba-coba mo cabu, nanti ngoni pe tangan mo putus. (Tidak bisa, kami tidak terima. Baliho ini ada surat ijinnya. Jangan coba-coba cabut, nanti tangan kalian bisa putus. (ancam Fitje dengan geram) Camat : Mana dang depe surat ijin, kita mo baca. (Mana surat ijinnya aku mau baca) Fitje : Ini, tapi nimbole ambe, nanti ngoni mo serabe. (Ini, tapi tidak bisa ambil, nanti kamu sobek) Camat : Nanti kalu Bupati so pulang, kong pasang ulang tu baliho. (Nanti bilamana Bupati sudah pulang, dipasang lagi balihonya) Fitje : Nimbole !! Ngoni urus ngoni pe Caleg sandiri, jangang urus torang pe Caleg. (Tidak bisa !! Kamu urus Calek kamu sendiri, jangan urus Caleg kami) Tukang : Awas kalu ngoni ada masalah apa-apa, baku urus jo deng ngoni pe papa ade di PKS Pusat. Cuma inga kalu ngoni pe anak-anak mo skolah, kong Camat nyanda mo terima (Awas kalau kalian ada masalah, suruh urusin aja melalui papa ade kamu di PKS Pusat. Tapi ingat kalau anak-anak kalian mau sekolah, nanti Camat tidak mau terima) Fitje : Torang kasing nyanda kasana kamari mo minta makang atau minta doi pa Caleg-Caleg lain.Soal sekolah torang nyanda minta doi pa pemerintah. Selama ini torang sandiri yang ongkos torang pe anak-anak. Samua torang pe suar lala sandiri biar miskinmiskin bagini. (Kami tidak kesana sini minta-minta uang sama Caleg-Caleg lain. Masalah sekolah kami tidak minta uang sama pemerintah. Selama ini kami yang biayai anak-anak kami. Semua suar lelah kami sendiri, biar miskin-miskin gini) . Tetangga : Baku mangarti akang jo, dari cuma samantara Bupati mo lewat, baliho itu se turung jo. (saling pengertian ajalah, kan hanya sementara Bupati mau lewat, baliho itu turunin aja) Fitje : Badiang jo, pi urus jo ngoni pe Caleg. (Diam aja kamu, sana... urusin aja Caleg kalian) Istri Camat : Nyanda apa-apa kwa` kita ini lebeh dekat dengang Fitri. (Tidak apa-apa kok, saya ini lebih dekat dengan Fitri) Fitje : Iyo, tapi yang punya anak Fitri itu yang lebe dekat dengang nenek, dia nenek pe ade` sandiri. (Ya... tapi yang punya anak Fitri itu yang lebih dekat dengan nenek, dia adik nenek sendiri)

Camat dan Istrinya diam saja tidak menyangka kalau saya punya saudara dekat dengan orang-orang Kristen di kampung Manembo tersebut. Karena suasana semakin memanas apalagi mulai banyak masyarakat berkumpul, akhirnya pak Camat dan istrinya kecewa, pergi meninggalkan mereka. Alhamdulillah Baliho berlogo PKS gambar wajah anakku Yulianti Fitri Mokoginta ST, MT, tidak jadi dirobohkan oleh Camat Itulah kisah nyata yang benar-benar terjadi di kampung Manembo, Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara. Subhanallah, sungguh memalukan sekali, justru yang bela mati-matian Baliho PKS tersebut mereka semua adalah orang Kristen. Dan ironisnya pak Camat tersebut adalah orang Islam, bahkan istrinya misanan dengan saya, atau dengan kata lain Yulianti Fitri Mokoginta adalah keponakannya istri pak Camat sendiri. Na`uudzubillaahi min dzaalik !

Mengapa Camat begitu ngotot menurunkan Baliho berlogo PKS gambar wajah anakku ?

Jawabannya mudah dan siapapun orang kampung di daerah Bolaang Mongondow bisa tebak, yaitu karena anak Bupati bernama Adityah Anugrah Moha S.Ked, panggilan akrabnya “Didi” adalah Caleg DPR-RI dari parta Golkar. Sementara anakku Yulianti Fitri Mokoginta ST, MT juga Caleg DPR RI tapi dari partai PKS. Munculnya anakku sebagai Caleg DPR RI, tentu menjadi pesaing utama anak Bupati. Pak Camat tentu tidak menginginkan pada wilayahnya ada pesaing anak Bupati sebagai atasannya. Menurut masyarakan di sana, pak Camat pasti menjanjikan bahwa wilayahnya 100% milih anaknya Bupati. Dengan adanya anak saya yang sama-sama Caleg DPR RI, apalagi keluarga besar anakku sangat banyak di wilayah pak Camat, tentu hal itu akan menjadi batu sandungan bagi pak Camat. Kata orang-orang kampung disana, memang begitulah kalau mau jadi penjilat.

Kasus sebelumnya dengan pak Camat

Sebelum

terjadi kasus di kampung Manembo tsb, pernah kami rombongan sengaja silahturahmi ke rumahnya pak Camat RP di desa Pontodon, karena istrinya adalah misanan dengan saya. Sebagai keluarga dekat, saya sampaikan bahwa tujuan silahturahmi kami saat itu untuk memberitahukan kabar baik kepada mereka bahwa anak saya Yulianti Fitri Mokoginta masuk dalam bursa Caleg DPR-RI. Sebagai keluarga dekat, tentu saya minta doa restu dan dukungan mereka.

Waktu itu istri pak Camat yang masih misanan dengan saya, menyambut dengan baik dan senang hati. Saat itu kelihatannya dia bangga karena ada salah seorang semarga dengannya (Mokoginta) yang menjadi Caleg DPR-RI. Karena dia menyambut dengan baik, saya tawarkan stiker, kartu nama, kalender dan baliho kecil. Dan dengan senang hati dia menerimanya. Pada saat saya bagikan stiker, kartu nama dan kalender, tiba-tiba masuk suaminya si pak Camat (RP). Begitu dia melihat setumpuk stiker, kartu nama, kalender dan baliho kecil bergambar wajah anakku Yulianti Fitri Mokoginta dari Partai PKS tergeletak di atas meja tamu rumahnya, sekejap langsung diraupnya, dikumpulkan semuanya, lalu langsung dibawa masuk ke dalam kamarnya. Dan dengan wajah gugup dia berkata : “Nanti saya bagikan semua ini di kampung Insil, disana banyak orang PKS”. Melihat gelagat pak Camat (RP) yang sangat tidak bersahabat dan sangat ketakutan, saya dan beberapa teman curiga, jangan-jangan stiker, kalender dan kartu nama serta baliho kecil tersebut hanya disembunyikan, tidak akan dibagi ke keluarga. Ternyata pak Camat (RP) tersebut ketakutan karena bila diketahui Bupati, khawatir jabatannya copot, atau dipindahkan ke daerah lain. Begitulah kata sebagian orang terhadap agen-agen penjilat.

Kasus dengan istri Camat ditempat lain

Pada tanggal 03 April 2009 siang, saudara sepupuku bernama Coan Mokoginta bersama keluarga besarnya dari desa Abak datang menjenguk saya di Penjara. Setelah ngobrol panjang lebar, akhirnya Coan Mokoginta yang juga saudara sepupu dengan istri pak Camat RP, beliau tidak tahan ingin keluarkan unek-uneknya. Menurut beliau, beberapa waktu lalu istri Camat (RP) datang menemuinya dan menitipkan pesan untuk disampaikan pada saya sbb : “Kalau boleh bilang sama papa Fitri (maksudnya saya sendiri) jangan dulu datang ke rumahnya, sebab kalau ketahuan Bupati, kasian kuali mereka akan terbalik. Sebab waktu pertama kali papa Fitri datang, suaminya (Camat RP) langsung ditelepon dari Ilongkow (maksudnya tempat kediaman Bupati) dan mendapat tegoran.” Dari kata-katanya, jelas sekali terlihat betapa jelek niat mereka terhadap saya. Saudara sendiri tega diperlakukan demikian demi untuk jabatan Camat yang diberikan oleh Bupati. Kata orang-orang, biarin aja jangan terlalu dipikirkan memang begitulah jadi seorang penjilat yang gila jabatan.

Kasus Lain dengan Camat RP di Pesta Perkawinan

Pada Hari Minggu tanggal 17 Januari 2009 saya harus menghadiri pesta pernikahan keponakanku Wanda Mokoginta di desa Genggulang Kecamatan Kotamobagu. Pada kartu undangan disitu tercatat saya sebagai turut mengundang, dan pada susunan acara,

saya yang akan memberikan kata sambutan mewakili keluarga. Rencananya pada saat itu juga akan diperkenalkan naik ke atas panggung semua Caleg dari berbagai partai. Rupanya kehadiran saya bersama anakku Yulianti Fitri Mokoginta, sangat tidak disukai oleh sang Camat RP. Kata Camat RP pada keluarga shahibul hajat, “Kalau pak Insan dan Fitri datang dan akan memberikan sambutan, sebaiknya saya tidak akan hadir. Tapi bilamana mereka tidak datang, saya akan hadir dan memberikan sambutan atas nama keluarga.”

Sungguh

Pertama Dalam Sejarah

unik dan menarik ! Sebuah kampung yang bernama Mogoyunggung di Kecamatan Dumoga Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara, tercatat sebagai salah satu kampung yang sejak puluhan tahun, dihuni oleh 100% orang Kristen. Bahkan termasuk salah satu kampung terbanyak gerejanya. Belum pernah terjadi dalam sejarah kampung tersebut ada baliho Partai Islam dipajang di sana. Dan juga belum pernah ada seorangpun dari kampung tersebut yang memilih salah satu Partai Islam selama Pemilu di Republik Indonesia ini. Tapi pada Pemilu Legislatif tahun 2009 ini terjadi keajaiban, ditengah-tengah kampung tersebut sejak bulan Januari sampai April 2009, untuk pertamakalinya berkibar bendera dan beberapa Baliho Partai Islam PKS dengan megahnya. Siapapun mereka yang lewat di kampung tersebut, pasti terheran-heran melihat beberapa baliho PKS tersebut. Yang lebih aneh dan menarik perhatian, pada baliho berukuran 2 x 3 meter itu terpampang wajah seorang wanita muslimah yang anggun lengkap dengan jilbab berwarna pink. Dan terbaca dengan jelas nama wanita itu, yaitu Yulianti Fitri Mokoginta ST, MT. Caleg DRP-RI Dapil Sulut. Siapa saja yang melintas di jalan utama tersebut pasti heran dan bertanya-tanya, siapa gerangan wanita itu, mengapa ditengah-tengah 100 % umat Kristen, kok ada baliho Partai Islam PKS dengan wajah wanita muslimah yang berjilbab rapih. Setelah sekian lama mereka mencari tahu, ternyata itu adalah baliho anakku yang bernama Yulianti Fitri Mokoginta, anak seorang mantan Kristen. Baliho tersebut semuanya berada tepat dipinggir jalan utama Pemilu Legislatip tahun 2009 untuk pertakalinya Partai Islam PKS bisa mendulang suara dikalangan 100% umat Kristen sebanyak 92 orang. Perolehan suara ini termasuk lebih banyak dari TPS TPS lain yang mayoritas muslim. Ini membuktikan bahwa umat Kristiani juga bisa kita dakwahi untuk memilih calon-calon pemimpin masa depan yang bersih dan berkwalitas. Alhamdulillah ada beberapa kampung di Sulawesi Utara ini yang 100 % Kristen semuanya memperoleh suara PKS, walaupun tidak signifikan. Mungkin juga ini semua tidak terlepas disebabkan kami yang mantan Kristen, yang spesialisasi berdakwah dikalangan Islam dan Kristen, mampu berdakwah dikalangan mereka.

Test Simpatisan

Peristiwa di kampung Manembo, dimana pak Camat minta agar Baliho anakku dari Partai PKS diturunkan karena Bupati mau lewat, saya ceritakan kepada saudarasaudaraku dari desa Mogoyunggung yang semuanya beragama Kristen, pada saat mereka menjenguk saya di Penjara. Semua keluargaku yang Kristen marah besar. Mereka sangat

kecewa perlakuan pak Camat tersebut. Apalagi pak Camat masih tergolong keluarga, karena istrinya saudara sepupu denganku. Saat itu ada satu pertanyaan yang saya ajukan kepada saudara-saudaraku yang beragama Kristen : “Bagaimana bila suatu saat Bupati mau lewat disana, lalu petugas disama minta agar baliho PKS yang berada di depan rumahmu diturunkan?” Jawab mereka dengan logat Manado yang kental : “Oh nyanda mungkin dorang barani. Kalau sampe tarjadi, kita mo sabel pa dorang, mati kalu mati.” (Oh tidak mungkin mereka berani. Kalau sampai terjadi, kami akan tebas mereka pakai golok, mati kalau mati). Mendengar keseriusan mereka, hatiku trenyuh mau nangis rasanya, tapi kutahan. Pikirku, saudara-saudaraku yang Kristen di dua desa yang berbeda saja mau membela PKS mati-matian, tapi justru keluargaku yang muslim malah tidak menghendaki anakku berhasil jadi anggota DPR-RI, malah mereka berusaha menjatuhkan anakku demi jabatan yang diberikan Bupati kepada mereka. Mereka takut priuk nasi mereka terbalik. Tetapi yang lebih menyedihkan, para petinggi PKS di Pusat, sampai saat ini belum ada yang bersedia membela kezholiman terhadap diri saya, apalagi membela Partai PKS sendiri. Dari sini saya banyak dapat pelajaran, ternyata politik itu sungguh tidak bersahabat, saling menjatuhkan dengan cara-cara yang kotor dan tidak terpuji.

Sungguh

Pertama Dalam Sejarah

unik dan menarik ! Sebuah kampung yang bernama Mogoyunggung di Kecamatan Dumoga Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara, tercatat sebagai salah satu kampung yang sejak puluhan tahun, dihuni oleh 100% orang Kristen. Bahkan termasuk salah satu kampung terbanyak gerejanya. Belum pernah terjadi dalam sejarah kampung tersebut ada baliho Partai Islam dipajang di sana. Dan juga belum pernah ada seorangpun dari kampung tersebut yang memilih salah satu Partai Islam selama Pemilu di Republik Indonesia ini. Tapi pada Pemilu Legislatif tahun 2009 ini terjadi keajaiban, ditengah-tengah kampung tersebut sejak bulan Januari sampai April 2009, untuk pertamakalinya berkibar bendera dan beberapa Baliho Partai Islam PKS dengan megahnya. Siapapun mereka yang lewat di kampung tersebut, pasti terheran-heran melihat beberapa baliho PKS tersebut. Yang lebih aneh dan menarik perhatian, pada baliho berukuran 2 x 3 meter itu terpampang wajah seorang wanita muslimah yang anggun lengkap dengan jilbab berwarna pink. Dan terbaca dengan jelas nama wanita itu, yaitu Yulianti Fitri Mokoginta ST, MT. Caleg DRP-RI Dapil Sulut. Siapa saja yang melintas di jalan utama tersebut pasti heran dan bertanya-tanya, siapa gerangan wanita itu, mengapa ditengah-tengah 100 % umat Kristen, kok ada baliho Partai Islam PKS dengan wajah wanita muslimah yang berjilbab rapih. Setelah sekian lama mereka mencari tahu, ternyata itu adalah baliho anakku yang bernama Yulianti Fitri Mokoginta, anak seorang mantan Kristen. Baliho tersebut semuanya berada tepat dipinggir jalan utama Pemilu Legislatip tahun 2009 untuk pertakalinya Partai Islam PKS bisa mendulang suara dikalangan 100% umat Kristen sebanyak 92 orang. Perolehan suara ini termasuk lebih banyak dari TPS TPS lain yang mayoritas muslim. Ini membuktikan

bahwa umat Kristiani juga bisa kita dakwahi untuk memilih calon-calon pemimpin masa depan yang bersih dan berkwalitas. Alhamdulillah ada beberapa kampung di Sulawesi Utara ini yang 100 % Kristen semuanya memperoleh suara PKS, walaupun tidak signifikan. Mungkin juga ini semua tidak terlepas disebabkan kami yang mantan Kristen, yang spesialisasi berdakwah dikalangan Islam dan Kristen, mampu berdakwah dikalangan mereka.

Related Documents

Simpatisan Pks
April 2020 15
Pks
November 2019 20
Pks Pln.pdf
December 2019 19
Pks Cikokol.docx
December 2019 21
Artikel Hti Pks
December 2019 11
Pks Kerohanian (1).docx
November 2019 19