LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PANGAN
Sifat Kimia Protein
Dosen Pembimbing :
Huda Oktafa S. TP, MP
Disusun oleh: Golongan / Kelompok : C / 4 1. Anta Dewinta
(G42181815)
2. Riska Ardiyanti
(G42181846)
3. Sakinah Salsabila (G42181856) 4. Istifarin Bella S.
(G42181863)
5. Bella Amalia R.S. (G42181868) 6. Tiara Nuranisa
(G42181944)
7. Adinda N. M.
(G42181982)
8. Valientina Eryan
(G42182020)
PROGRAM STUDI GIZI KLINIK JURUSAN KESEHATAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2018
BAB I METODE PRAKTIKUM
1.1 Tempat dan Waktu Praktikum Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Analisis Zat Gizi Politeknik Negeri Jember, pada tanggal 20 Maret 2019 pukul 09.00 1.2 Alat 1. Beaker Glass
4. Pipet
7. Kertas Indikator pH
2. Tabung Reaksi
5. Pemanas Air
3. Pengaduk Magnet
6. Buret
atau pH meter
1.3 Bahan 1. HCl 0,1 N
4. Formaldehyde 10%
7. Susu Murni
2. NaOH 0,1 N
5. Putih Telur Ayam
8. Putih Telur
3. HgCl2 jenuh
6. Gelatin
Bebek
1.4 Diagram Alir 1. Pengaruh pemanasan terhadap kelarutan protein Bahan yang mau diuji
Masukkan kedalam tabung reaksi sebanyak ± 1/4 tabung reaksi
Amati sifat fisiknya
Tabung reaksi dimasukkan kedalam air mendidih selama 2-3 menit
Amati perubahan yang terjadi Catat hasilnya
Catat hasilnya
9. Protein kolagen dari timun laut
2. Pengaruh penambahan larutan formaldehyde terhadap sifat protein Bahan yang mau diuji
Masukkan kedalam 5 tabung reaksi berbeda sebanyak ± 1/4 tabung reaksi Beri setiap tabung tanda angka 1-5 Tambahkan larutan formaldehyde
Tabung 1 2 tetes
Tabung 2 4 tetes
Tabung 3 6 tetes
Tabung 4 8 tetes
Tabung 5 10 tetes
Catat hasilnya
Amati perubahan yang terjadi Tabung reaksi dimasukkan kedalam air mendidih selama 2-3 menit
Catat hasilnya
Amati perubahan yang terjadi
3. Pengendapan protein dengan logam berat Bahan yang mau diuji
Masukkan kedalam tabung reaksi sebanyak ± 1/4 tabung reaksi
Amati sifat fisiknya
Catat hasilnya
Tambahkan HgCl2 sebanyak 3 tetes
Goyang tabung reaksi hingga larutan didalamnya homogen dan muncul perubahan Amati perubahan yang terjadi Tambahkan HgCl2 sebanyak 5 tetes jika tidak muncul perubahan dan tambahkan lagi sebanyak 7 tetes jika tetap tidak ada perubahan
Catat hasilnya
4. Pengamatan sifat amfoter Bahan yang mau diuji sebanyak 20 ml
Masukkan kedalam tabung reaksi Aduk selama 10 menit Titrasi dengan HCl sebanyak 5 ml
Amati perubahan serta ukur pH-nya
Ulangi titrasi hingga didapatkan pH sebesar 1 dan setiap dititrasi,amati perubahannya
Amati warna, kekentalan serta ukur pH-nya Catat hasilnya Catat hasilnya
Catat hasilnya
Titrasi dengan NaOH 0,1 N sebanyak 5 ml Amati perubahan serta ukur pH-nya
Ulangi titrasi hingga didapatkan pH sebesar 11 atau 12 dan setiap dititrasi,amati perubahannya Catat hasilnya
Catat hasilnya
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Hasil Pengamatan Kelompok 1 1. Pengaruh Pemanasan Terhadap Kelarutan Protein Sebelum dipanasakan
Bahan
Warna
Sesudah dipanasakan
Kekentalan
Putih
Bening
Agak kental
Telur
kekuningan
Warna Putih pekat
Kekentalan Berubah menjadi padat
2. Pengaruh Penambahan Larutan Formaldehyd Terhadap Sifat Protein Sebelum Bahan
Tabung 1
Sesudah
Warna
Viskositas
Warna
Viskositas
Kuning bening
Kental
Putih
Padat
Kuning bening
Kental
putih
Padat
Kuning bening
Kental
Putih
Padat + busa
Kuning bening
Kental
putih
Padat + busa
Kuning bening
Kental
Putih
Padat + busa
(Putih Telur) Tabung 2 (Putih Telur) Tabung 3 (Putih Telur) Tabung 4 (Putih Telur) Tabung 5 (Putih Telur)
3. Pengendapan Protein dengan Logam Berat
Bahan PutihTelur
Sebelum ditetesi HgCl2
Setelah ditetesi HgCl2
Warna
Kekentalan
Warna
Kekentalan
Kuning bening
Kental
Kuning bening
Kental +
+ gumpalan
gumpalan putih
4. Pengamatan Sifat Amfoter Titrasi
pH
Perubahan
HCL 5 ml
7
Warna tetap, busa menggumpal
10 ml
6
Warna tetap, busa menggumpal
15 ml
5
Warna agak bening
20 ml
4
Warna agak bening
25 ml
3
Warna agak bening, busa lebih banyak, sedikit encer
30 ml
2
Warna tetap,sangat encer, busa lebih banyak
35 ml
1
Sangat encer sekali
3
Ada gumpalan putih kecil
10 ml
4
Ada gumpalan putih kecil
15 ml
5
Warna menjadi agak lebih bening
20 ml
6
Warna menjadi lebih putih, encer
25 ml
9
Agak bening
30 ml
11
Bening
NaOH 5 ml
Kelompok 2 1. Pengaruh Pemanasan Terhadap Kelarutan Protein
Bahan Gelatin
Sebelum dipanasakan Warna Kuning muda
Kekentalan Encer sedikit gumpalan
Sesudah dipanasakan Warna Bening
Kekentalan Encer
2. Pengaruh Penambahan Larutan Formaldehyd Terhadap Sifat Protein Sebelum Bahan
Tabung 1
Sesudah
Warna
Viskositas
Warna
Viskositas
Bening
Agak kental
Bening
Encer
Bening
Agak kental
Bening
Encer
(Gelatin) Tabung 2 (Gelatin)
Tabung 3 (Gelatin) Tabung 4 (Gelatin) Tabung 5 (Gelatin)
Bening
Agak kental
Bening
Agak kental
Bening
Agak kental
Bening
Agak kental
Bening
Agak kental
Bening
Agak kental
3. Pengendapan Protein dengan Logam Berat Setelah ditetesi HgCl2
Sebelum ditetesi HgCl2
Bahan Gelatin
Warna
Kekentalan
Kekuningan
Kental
Warna
Kekentalan
2 & 3 tetes : Bening 2 & 3 tetes : Agak kental
4. Pengamatan Sifat Amfoter Titrasi
pH
Perubahan
HCL 5 ml
4
Agak bening
10 ml
2
Agak bening
15 ml
1
Bening,tidak ada gumpalan
1
Bening
5 ml
2
Bening
5 ml
8
Bening
5 ml
11
Bening
NaOH 5 ml
Kelompok 3 1. Pengaruh Pemanasan Terhadap Kelarutan Protein
Bahan
Sebelum dipanasakan Warna
Kolagen Putih (timun laut)
bening
Kekentalan Sangat kental
Sesudah dipanasakan Warna Putih bening
Kekentalan Agak encer
2. Pengaruh Penambahan Larutan Formaldehyd Terhadap Sifat Protein Sebelum Bahan
Tabung 1
Sesudah
Warna
Viskositas
Warna
Viskositas
Putih bening
Sangat kental
Bening
Tidak terlalu encer
(timun laut) Tabung 2 (timun laut) Tabung 3 (timun laut) Tabung 4 (timun laut) Tabung 5 (timun laut)
kekuningan Putih bening
Sangat kental
Putih bening
Sangat kental
Putih bening
Sangat kental
Putih bening
Sangat kental
Bening kekuningan Bening kekuningan Bening kekuningan Bening kekuningan
Tidak terlalu encer Agak encer Agak encer Encer
3. Pengendapan Protein dengan Logam Berat
Bahan
Setelah ditetesi HgCl2
Sebelum ditetesi
3 & 5 tetes
7 tetes
Warna
Kekentalan
Warna
Kekentalan
Warna
Susu
Putih
Sangat kental
Putih
Sangat kental
Putih
Murni
bening
bening
Kekentalan Sangat kental
bening
4. Pengamatan Sifat Amfoter Titrasi HCL awal
pH
Perubahan
5
-
5ml
4
Tidak terlalu encer, putih bening
10 ml
2
Tidak terlalu encer, putih bening
15 ml
1
Tidak terlalu encer, putih bening
3
Agak encer dan putih bening
10 ml
4
Agak encer dan putih bening
15 ml
11
Encer dan putih bening
NaOH 5 ml
Kelompok 4 1. Pengaruh Pemanasan Terhadap Kelarutan Protein
Bahan Putih
Sebelum dipanasakan Warna Putih
Sesudah dipanasakan
Kekentalan
Warna
Kekentalan
Sedikit kental, ada sedikit
Putih ada sedikit
gumpalan
warna kuning
Lebih encer
2. Pengaruh Penambahan Larutan Formaldehyd Terhadap Sifat Protein Sebelum ditetesi formaldehyd Bahan
Label 1
Setelah ditetesi formaldehyd
Warna
Viskositas
Aroma
Warna
Viskositas
Aroma
Warna
Viskositas
Aroma
Putih
Sedikit
Amis
Putih
Encer
Amis
Putih
- terdapat
kental
segar
- semakin encer - terdapat endapan pada tabung Encer
(susu
kurang
murni)
Label 2
kuat
putih
(susu
Sedikit
Amis
kental
segar
putih
Lebih encer
murni) Label
Putih
3(susu
Sedikit
Segar
kental
amis
Putih
Lebih encer
murni) Label 4
Setelah pemanasan selama 3 menit
Putih
(susu
Sedikit
Amis
kental
segar
putih
Lebih encer
murni)
Amis
Putih
aroma formaldehyde
Aroma
kurang
formaldehyde
kuat
lebih kuat
Amis
Encer
Aroma
kurang
sedikit
formaldehyde
kuat
endapan
semakin kuat
Encer
Aroma
kurang
sedikit
formadehyde
kuat
endapan
semakin lebih
Amis
Putih
Putih
kuat Label 5 (susu murni)
Putih
Sedikit
Amis
kental
segar
Putih
Lebih encer
Amis
Putih
Encer
Aroma
kurang
sedikit
formaldehyde
kuat
endapan
semakin sangat kuat
3. Pengendapan Protein dengan Logam Berat Setelah ditetesi HgCl2
Sebelum ditetesi
Bahan
3 & 5 tetes
Susu
7 tetes
Warna
Kekentalan
Warna
Kekentalan
Warna
Putih
Encer
Putih
Encer
Putih
Murni
Kekentalan - Encer terdapat gumpalan pada dinding tabung
4.
Pengamatan Sifat Amfoter Titrasi
HCL awal
pH
Perubahan
7
Oranye, kental
5 ml
6
Oranye pudar, agak kental
10 ml
5
Oranye pucat, lebih encer
15 ml
4
Sama seperti sebelumnya
20 ml
3
Keruh, encer, kuning keputihan
25 ml
2
Sangat encer, kuning keputihan, agak bening
30 ml
1
Kuning keputihan,sangat encer, lebih bening
2
Sama seperti sebelumnya
10 ml
5
Kuning lebih jernih, encer
15 ml
7
Lebih putih / jernih kekuningan, encer
20 ml
10
Jernih, encrer
25 ml
11
Kuning keputihan, lebih encer, agak keruh
NaOH 5 ml
2.2 Pembahasan Pada tabel 1, hasil pengamatan susu murni sebelum dipanaskan memperlihatkan warna susu murni berwarna putih, sedikit kental dan ada sedikit gumpalan di dalamnya. Sementara setelah susu murni tersebut dipanaskan terjadi beberapa perubahan pada susu murni tersebut, yaitu warna tetap putih tetapi ada sedikit warna kuning dan lebih encer. Pada tebel 2, Hasil pengamatan lima label sebelum ditetesi larutan formaldehyde 10% menunjukkan parameter yang sama yaitu warna putih, dengan viskositas dan aroma yang sama juga yaitu sedikit kental serta aroma amis segar. Setelah ditetesi larutan formaldehyde 10% 5 bahan tersebut menunjukkan warna yang tetap yakni semua bahan label 1 hingga 5 berwarna putih viskositas label 1 encer dan viskositas label 2 hingga 5 lebih encer serta aroma amis yang terdapat pada semua label berubah lebih sedikit menjadi amis kurang kuat. Setelah ditetesi formaldehyde 10%, bahan label 1 hingga 5 secara bersamaan dimasukkan kedalam air mendidih selama 3 menit hasil pengamatan menunujukkan warna bahan 1 hingga 5 tetap yaitu putih, label 2 encer sedangkan label 1,3,4,5 encer juga terdapat sedikit sekali endapan pada dinding tabung reaksi, dan kelima bahan tersebut memiliki aroma dengan tingkatan yang teratur yakni label 1 terdapat aroma formaldehyde, label 2 terdapat aroma formaldehyde lebih kuat, label 3 terdapat aroma formaldehyde semakin kuat, label 4 terdapat aroma formaldehyde semakin lebih kuat, label 5 terdapat aroma formaldehyde semakin sangat kuat. Pada tabel 3, pengendapan ini menggunakan HgCl2 yang diteteskan pada tabung yang berisikan sampel. Sampel yang kami gunakan ialah susu murni. Isikan susu murni pada tabung reaksi secukupnya, lalu teteskan HgCl2 sebanyak 3 tetes, pada tetesan ke 3 susu tidak mengalami reaksi atau perubahan apapun. Lalu tambahkan 2 tetes lagi pada susu, pada tetesan ke 5 tersebut susu tidak mengalami perubahan apapun. Lalu tambahkan lagi HgCl2 ke dalam tabung raksi sebanyak 2 tetes. Ika pada tetesan ke 7 susu tidak mengalami perubahan, maka penambahan HgVl2 di hentikan. Ternyata pada tetesan ke 7 terdapat perubahan pada susu. Terdapat gumpalan pada susu dan gumpalan tersebut terlihat jelas. Sebagian gumpalan terdapat pada dinding-dinding tabung.
Pada tabel 4 menunjukan hasil sifat amfoter pada protein yang terdapat di putih telur bebek. Putih telur bebek mempunya pH awal 7 dengan warna oranye dan kental. Pemberian 5 – 30 ml HCL mengakibatkan pH putih telur bebek turun, berwarna kuning keputihan,sangat encer, lebih bening. Selanjutnya pH putih telur bebek tersebut naik setelah pemberian larutan NaOH mulai dari 5-25 ml berubah menjadi berwarna kuning keputihan, lebih encer, agak keruh dan pH naik menjadi 11. Pada percobaan kali ini terdapat kesalahan yakni putih telur dari telur bebek ini telah tercampur dengan kuning telurnya dikarenakan telur bebek yang disediakan oleh teknisi sudah terlalu lama penyimpanan, jadi pada praktikum ini sampel yang kami gunakan tidak seutuhnya putih telur bebek melainkan sedikit tercampur dengan kuning telur. Kurva amvoter menunjukkan bahwa pada pH tertentu yang disebut titik isolistrik, muatan gugus amino, dan karbosil bebas akan saling menetralkan sehingga molekul bermuatan nol. Titik isolistrik dapat juga ditetapkan dengan titrasi. Ketika lebih banyak basa ditambahkan, semua bentuk kation dirubah menjadi ion polar yang netral. pH saat terjadi hala ini adalah titik isolistrik. Dengan penambahan basa yang lebih banyak lagi, ion dipolar diubah menjadi anion. Titik isolistrik tersebut ditunjukan pada kurva titrasi. Tiap jenis protein mempunyai titik isolistrik yang berlainan. Perbedaan inilah yang dijadikan pedoman dalam proses-proses pemisahan serta permurnian protein. pH isoelektrik berkisar antara 4-4,5 (Linggih, 1988).
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Setiap bahan pangan memiliki sifat dan kandungan protein yang berbeda- beda sehingga sifat koagulasi, amfoter, dan reversiblenya juga ikut berbeda. 2. Pengaruh penambahan larutan formaldehyd terhadap sifat protein yaitu aroma amis pada susu cenderung berkurang, setelah dipanaskan aroma formaldehyde cenderung meningkat dengan teratur sesuai jumlah tetesan pada setiap label, atau semakin banyak jumlah tetesan aroma formaldehyde semakin kuat. 3. Pengaruh penambahan larutan HCL dan NaOH terhadap sifat protein telur bebek yaitu terdapat pada pH, jika ditambahkan larutan HCL pH akan turun dan begitu sebalikny apabila putih telur ditambahkan NaOH pH-nya akan naik sekitar 11-12. 3.2 Saran Sebelum praktikum bahannya alangkah baiknya dicek terlebih dahulu apabila ada yang rusak. Apabila bahan yang disediakan tidak bagus atau rusak akan mempengaruhi hasil dari praktikum.
DAFTAR PUSTAKA Linggih, S. R dan P, Wibowo. (1988). Ringkasan Kimia. Ganeca Exact Bandung: Bandung. Belajar Kimia Secara Menarik. Grasindo. Rizali, Y. J. (2012). Sifat Protein. https://yurichocoru.wordpress.com/2012/09/06/laporansifat-protein/ . (Diakses pada tanggal 24 Maret 2018,pada pukul 09.50).
LAMPIRAN