22
KUANTUM
Rabu
18 FEBRUARI 2009
KORAN JAKARTA
Mendengarkan Siaran Radio Lintas Waktu
®
Demi Mereka yang Jauh di Sana
RHAMHS.REG8.K12.CT.US
I
KORAN JAKARTA/BRAM SELO AGUNG
Kemampuan radio konvensional dalam menjangkau pendengarnya terkendala pada jarak gelombang yang terbatas. Siaran radio Internet yang menjangkau pendengar hingga radius ribuan kilometer bisa menjadi solusi.
M
emanfaatkan Internet untuk kehidupan yang lebih baik, itulah filosofi yang dipegang Atet Sugiharto, Direktur PT Immedia Visi Solusi, perusahaan yang bergerak di bidang web developer. Perusahaan itu berhasil menjadi satu dari tiga pemenang kompetisi iMULAI 2.0 yang diadakan Microsoft dan SENADA beberapa waktu lalu. Untuk prestasi itu, Atet berhak menerima dana pengembangan inovasi miliknya sebesar total 35.500 dollar AS. Atet berhasil mengembangkan aplikasi network of radio, sebuah teknologi simpel yang aplikatif bagi pengusaha penyiaran atau siapa pun yang ingin memulai usaha di bidang tersebut. Atet yang lebih senang menyebut aplikasi buatannya sebagai Internet radio itu mencoba memberikan perbedaan signifikan antara radio konvensional, radio streaming, dan teknologi miliknya. Dalam penyampaian konten siaran pada pendengar, radio konvensional menggunakan pemancar gelombang udara (air waves) yang jarak jangkauannya dipengaruhi daya pemancar, antena, dan hambatan gelombang. Hal itu membatasi ruang siar radio konvensional. Belum lagi jika dilihat dari sisi biaya, pembangunan menara dan audio mixer bisa mencapai ratusan juta rupiah. Masalah jarak yang terbatas di radio konvensional kemudian coba diatasi dengan memanfaatkan teknologi streaming. Radio streaming merupakan pemindahan fungsional siaran radio yang tadinya menggunakan gelombang udara kini memanfaatkan Internet yang dapat mengirimkan konten siaran dalam jarak jauh. Namun, kendalanya pembangunan server Internet untuk streaming terbilang mahal dan hanya dapat ditempatkan di area lokal. Misalnya, sebuah stasiun radio yang ingin men-streaming-kan siaran radio lokalnya ke Internet harus membangun server lokal di stasiun radio itu berada. Hal itu menjadi hambatan karena bila audiens ingin mendengarkan siaran tersebut maka dibutuhkan bandwidth yang lumayan besar. Jumlah kapasitas bandwidth yang dibutuhkan sebesar 64 hingga 128 kilobyte per second (kbps). Jika kapasitas itu tidak dipenuhi, siaran yang didengar akan tersendat dan terputus-putus. Satu kasus yang paling esensial namun terbilang krusial adalah terbatasnya waktu yang disediakan oleh broadcaster ataupun audiens. Dalam radio konvensional maupun streaming, audiens dihadapkan pada kenyataan siaran radio tidak dapat diulangi. Apabila pada hari itu audiens mengalami kesibukan sehingga tidak dapat mendengarkan penyiar radio kesayangannya, sudah dapat dipastikan tidak ada relay (pengulangan) dari pihak broadcaster. Belum lagi perbedaan waktu antarnegara. Konten siaran andalan radio di suatu negara biasa dipancarkan pada siang hari. Bagi penikmat di luar negeri akan mendengarkannya di malam hari
Konsep Jaringan Siaran Radio Internet Jaringan Radio Internet
Siaran radio konvensional mendapat saingan baru. Jaringan radio dengan menggunakan fasilitas Internet menawarkan berbagai kemudahan dan peluang. Prospek bisnisnya pun menjanjikan.
Permintaan bandwidth rendah Sistem manajemen radio otomatis Peluang bisnis baru Investasi rendah untuk memulai usaha
Broadcasting Client dari Banjarmasin
Streaming Server Broadcasting Client dari Banda Aceh
Broadcasting Client dari Makassar
Broadcasting Client dari Surabaya
Broadcasting Client dari Denpasar
Pengunjung Lokal
Pengunjung Internasional
Streaming server dibuat dengan kondisi
Audio player dibuat dengan kondisi
Permintaan bandwidth kecil Permintaan acara (rekaman program harian) Dapat digunakan pada ponsel, iPOD atau pemutar dengan berbagai platform
Pembicaraan interaktif kepada jaringan studio Permintaan acara (rekaman program harian) Siaran dua bahasa (lokal dan asing) KORAN JAKARTA/REPIANTO
« Radio streaming merupakan pemindahan fungsional siaran radio yang tadinya menggunakan gelombang udara kini memanfaatkan Internet yang dapat mengirimkan konten siaran dalam jarak jauh.
»
sehingga tidak didapatkan kepuasan yang sama dengan pendengar lokal. Aplikasi Kerja Atet yang bermukim di Bogor, Jawa Barat, itu hendak melawan seluruh model dalam radio tradisional. Internet radio buatannya mencoba meningkatkan efektivitas radio menjadi sebuah media yang terjangkau siapa pun dan mampu menyesuaikan waktu dengar audiens. Konsep yang dipaparkannya mengacu pada penyediaan pemancar-pemancar kecil yang terdapat pada broadcasting client. Broadcasting client adalah sebuah perangkat penyiaran yang terdiri dari personal computer (PC), audio mixer, dan koneksi Internet. Broadcasting client nantinya akan diberikan beserta
perangkat lunak kepada pengusaha yang hendak menjalankan bisnis penyiaran di daerah mana pun dengan hanya menyediakan studio mini. Keseluruhan broadcasting client nantinya akan diatur oleh sebuah server utama bernama streaming server yang terdapat di Indonesia Internet Exchange (IIE). Streaming server akan mengoneksikan siaran dari broadcasting client ke ruang pendengar serta menyimpan pelbagai data base yang hendak disimpan. “Untuk menjalankan Internet radio, saya menggunakan tiga konsep teknologi, yaitu digital audio compression (DAC), channeling, dan VoIP (voice over Internet protocol),” tandas Atet. Secara berurutan, Atet mengawalinya dengan mengaplikasikan teknik
DAC. Teknik kompresi adalah teknik yang bertujuan mengurangi ukuran data tanpa kehilangan informasi yang dikandungnya. Teknik tersebut memberikan ruang penyimpanan yang efisien dan transmisi data audio. Teknik kompresi audio yang bermacammacam menawarkan level yang berbeda pula dalam hal kompleksitas, kualitas kompresi audio, dan jumlah data yang dikompresi. Representasi digital dari data audio menawarkan beberapa kelebihan, seperti suara yang lebih jelas, lebih stabil, dan memiliki kemampuan untuk direproduksi. Audio dalam bentuk digital juga menawarkan implementasi yang efisien seperti mixing, filtering, dan ekualisasi atau penyamaan frekuensi melalui komputer digital. “Teknik kompresi audio digital yang kami gunakan adalah interfacing software (perangkat lunak antarmuka), sound card, dan audio mixer. Dari penggunaan teknik kompresi, diharapkan kebutuhan bandwidth rendah hanya 32 kbps namun tetap memiliki suara yang jernih,” papar Atet. Berikutnya, Atet menambahkan program station channeling atau dikenal pula sebagai channel coding. Channel coding itu berfungsi untuk mengirimkan suatu informasi dari pengirim ke penerima. Untuk Internet radio, Atet menggunakan server based client channeling yang menggunakan teknik contiguous multi mount point (alamat penyusunan program dalam sistem operasi) sehingga memudahkan koneksi penyiaran antarstasiun dari beberapa remote station (broadcasting client). Proses selanjutnya adalah menanamkan aplikasi VoIP dalam sistem operasi. Teknologi VoIP adalah teknologi yang memungkinkan percakapan suara jarak jauh melalui media Internet. Data suara diubah menjadi kode digital dan dialirkan melalui jaringan yang mengirimkan paket-paket data dan bukan lewat sirkuit analog telepon biasa. Atau ringkasnya, VoIP adalah suara yang dikirim melalui protokol Internet (IP). Atet yang berasal dari Kota Malang, Jawa Timur, itu menjelaskan untuk implementasi VoIP ia menggunakan voice interactive call dengan auto point-topoint station identification. Di dalam perangkat broadcasting client juga telah diintegrasikan sistem automasi. Radio automation management system adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk mengatur koneksi ke server utama, misalnya penjadwalan kapan remote station terkoneksi ke server utama. Streaming ke server utama mengirimkan suara audio ke server. Song and ads management, mengatur urut-urutan pemutaran iklan, lagu, even, dan announcer voice. Interactive call management untuk acara pembicaraan langsung yang membutuhkan interaksi dengan pendengar. Sedangkan auto playlist untuk menyusun penayangan acara yang dijalankan secara otomatis sesuai jadwal. “Misalnya, ada playlist untuk ditayangkan pada Senin jam 20.00 – 23.00 WIB yang sudah kami tentukan pada hari Sabtu sebelumnya,” terang Atet. hag/L-2
nternet radio tidak hanya memberikan keuntungan bagi pebisnis, namun juga bagi pendengar. Bagi pihak client (broadcaster), Internet radio merupakan sebuah peluang bisnis baru dengan investasi kecil. Penggunaan bandwidth yang kecil, yakni 32 kilobyte per second (kbps) bisa meminimalisasi gangguan akses ke pendengar. Begitu pula dari sisi pendengar, selain penerimaan streaming yang rendah (32 kbps) dan bersuara jernih, pendengar dapat pula hanya mengaktifkan satu streaming URL (uniform resources locator) atas seluruh jaringan radio. Hal itu tentunya akan memudahkan pendengar hanya membuka satu antarmuka (interface) untuk dapat mengakses radio di mana pun di seluruh Indonesia. Atet Sugiharto, Direktur PT Immedia Visi Solusi menuturkan bagi pendengar internasional ataupun lokal yang ingin mendengarkan siaran radio yang berada dalam jaringan Internet radio miliknya, harus mengunduh aplikasi gratis yang disediakan di antarmuka. “Aplikasi tersebut nantinya akan memberikan fasilitas audio player. Di dalam perangkat itu telah tertanam kemampuan untuk melakukan telepon interaktif ke studio yang masuk dalam jaringan sehingga terjadi pola pembicaraan langsung,” ujarnya. Kelebihan lain yang didapatkan dari aplikasi itu disebut play on demand. Bagi pendengar yang ingin mendengarkan siaran yang tidak sempat didengarnya pada waktu tertentu, dapat mendengarnya di waktu lain dengan program perekaman yang telah tertanam dalam sistem automasi. Awalnya, konsep pembuatan Internet radio bertujuan untuk mengedukasi bahasa asing. Namun, setelah diuji coba beberapa kali oleh Atet, penggunaan Internet radio berbahasa asing kurang diminati dan sering diabaikan. Oleh karena itu, Atet menambahkan metode multi language broadcasting. Metode itu mewajibkan para broadcaster menyediakan siaran dalam dua bahasa. “Hal ini untuk mengakomodasi keinginan pendengar yang berasal dari berbagai kalangan di dunia,” tambah-
WOGA-RADIO.COM
nya. Rencananya, multibahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Ke depannya, Atet mengatakan akan mempertimbangkan penambahan bahasa lain. Sayangnya, konsep itu membuat pengusaha bidang penyiaran berpikir dua kali karena harus menyediakan siaran dua bahasa dalam waktu yang bersamaan. Secara ekonomi dan psikologis, penyiaran model itu dalam satu instansi broadcasting akan menimbulkan efek domino lumayan panjang. Pertama, perusahaan tersebut harus memperbanyak sumber daya penyiarnya menjadi dua kali lipat. Kedua, model selayaknya multi language membutuhkan biaya operasional dua kali lipat. Menurut Farid Maruf, Senior Industry Advisor SENADA, Internet radio sangat berguna untuk para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang sedang bekerja di luar negeri dan membutuhkan hiburan berupa siaran radio dari dalam negeri. “Untuk melepas kangen, para TKI dapat terhubung langsung dengan radio kesayangannya di Indonesia. Teknologi itu sama sekali belum tersedia pada streaming dan siaran konvensional,” tuturnya. Lebih jauh, Farid memaparkan Internet radio memungkinkan konsolidasi konten lokal dalam satu pipa atau jalur, yaitu satu jalur Internet dan satu saluran. Bagi para penikmat radio, memang tidak dapat menggunakan radio konvensional untuk dapat mengakses teknologi itu, tapi membutuhkan perangkat yang mendukung diaplikasikannya Internet radio. Alat yang dimaksud dapat berupa telepon seluler, iPOD, multiplatform player supported, atau Internet radio hardware. Atet menambahkan, bagi mereka yang tertarik untuk berbisnis Internet radio, cukup menyediakan dana sekitar 15 juta rupiah untuk segala perangkat yang akan langsung terpasang otomatis. “Ini lebih murah ketimbang membuat studio radio yang besar.” hag/L-2
KORAN JAKARTA/BRAM SELO AGUNG
Radio konvensional akan tergantikan oleh radio Internet.