Siapakah Ahlussunnah Wal Jamaah

  • Uploaded by: damionz
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Siapakah Ahlussunnah Wal Jamaah as PDF for free.

More details

  • Words: 3,354
  • Pages: 12
oleh : Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Pertanyaan No. 1 : Dewasa ini marak pengakuan dari berbagai pihak yang mengklaim dirinya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sehingga menyebabkan adanya kerancuan dan kebingungan dalam persepsi banyak orang tentang Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, siapakah sebenarnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah itu ? Jawab: Mengetahui siapa Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah perkara yang sangat penting dan salah satu bekal yang harus ada pada setiap muslim yang menghendaki kebenaran sehingga dalam perjalanannya di muka bumi ia berada di atas pijakan yang benar dan jalan yang lurus dalam menyembah Allah sesuai dengan tuntunan syariat yang hakiki yang dibawa oleh Rasulullah empat belas abad yang lalu. Pengenalan akan siapa sebenarnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah ditekankan sejak jauh-jauh hari oleh Rasulullah kepada para sahabatnya ketika beliau berkata kepada mereka :

ِْ  ‫ن ُأ‬  ‫ ِْ َ ً َوِإ‬ َ ْ ِ ْ  َ ‫ َو‬ ِ ْ َ ْ ِ َ َ ‫ ا! َرَى‬# ِ َ َ َ ْ ‫ ِْ َ ً وَا‬ َ ْ ِ ْ  َ ‫َى َو‬$% ْ ‫َ ِإ‬ َ ‫ ا ْ! َ ُ('ْ ُد‬# ِ َ َ َ ْ ‫ا‬ ُ  َ َ)* َ !ْ ‫ ا‬ َ ‫ ًة َو ِه‬$َ % ِ ‫ وَا‬ ‫(َ ِ ا! ِر ِإ‬.‫ ِْ َ ً ُآ‬ َ ْ ِ ْ  َ ‫ث َو‬ ِ 1 َ َ َ َ ‫ق‬ ُ ِ َ 3ْ َ  َ “Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah”. Hadits shohih dishohihkan oleh oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain -rahimahumullahu-. Demikianlah umat ini akan terpecah, dan kebenaran sabda beliau telah kita saksikan pada zaman ini yang mana hal tersebut merupakansuatu ketentuan yang telah ditakdirkan oleh

Allah Yang Maha Kuasa dan merupakan kehendak-Nya yang harus terlaksana dan Allah I Maha Mempunyai Hikmah dibelakang hal tersebut. Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan -hafidzahullahu- menjelaskan hikmah terjadinya perpecahan dan perselisihan tersebut dalam kitab Lumhatun ‘Anil Firaqcet. Darus Salaf hal.23-24 beliau berkata :“(Perpecahan dan perselisihan-ed.) merupakan hikmah dari Allah guna menguji hamba-hambaNya hingga nampaklah siapa yang mencari kebenaran dan siapa yang lebih mementingkan hawa nafsu dan sikap fanatisme. Allah berfirman : “Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sungguh Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia Maha Mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-‘Ankabut : 29 / 1-3). Dan Allah berfirman : “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusanNya) telah ditetapkan : “Sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya”.(QS. Hud : 10 / 118-119) “Dan kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil”. (QS. Al-‘An’am : 6 / 35).” Dan Allah ’Azza wa Jalla Maha Bijaksana dan Maha Merahmati hambaNya. Jalan kebenaran telah dijelaskan dengan sejelas-jelasnya sebagaimana dalam sabda Rasululullah :

َ َ ْ45ُ ُ ‫ َ ْآ‬6َ ْ$َ ٌ8!َِ‫ ه‬ ‫يْ ِإ‬$ِ ْ :َ َ(ْ  َ ;ُ <ْ =ِ <َ َ َ‫* ِ ا ْ! َ ْ?َ ِء َ! ِْ(َ َآَ(َ ِره‬ @ َ )َ !ْ ‫ا‬

“Sungguh saya telah meninggalkan kalian di atas petunjuk yang sangat terang malamnya seperti waktu siangnya tidaklah menyimpang darinya setelahku kecuali orang yang binasa”. Hadits Shohih dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalul Jannah. Dan dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu ‘anhu- :

A ِ ‫ا‬B ُ ْ ِ  َ ‫َا‬C‫ل َه‬ َ َ 4 ُ EFG َ ًْ'<َ 4َ  َ َ‫ و‬Hِ !ِIَ‫ و‬Hِ ْ َ َ A ُ ‫ ا‬J َ A ِ ‫لا‬ ُ ْ' ُ ‫ َ!َ َر‬K  َG Hِ ِ ْ )ِ <َ ْ َ ًLْ'F ُG ُ K G َ 4 ُ ْ ُ ْL ِ ‫َا‬J ِ ‫َا‬C‫ن َه‬  ‫َوَأ‬ 1 َ 6َ 4 ُ Hِ ْ !َ‫'ْ ِإ‬ ُ ْ$<َ ٌ‫َن‬Fْ M َ َ(ْ ِ B ٍ ْ ِ  َ B O ‫َ ُآ‬ َ ٌBُ  ُ Pِ Cِ ‫ل َه‬ َ َ 4 ُ Hِ !َِ)M ِ ْ َ ‫ ْ)ً ] َو‬Qِ َ R ْ45ُ :ِ ‫ق‬ َ  3َ َ َ B َ ُ R . !‫  ِ ُ'ْا ا‬6َ َ ‫ َو‬Pُ ْ'ُ ِ6 َ Hِ ِْ ِ  َ ْ َ [ “Pada suatu hari Rasulullah menggaris di depan kami satu garisan lalu beliau berkata : “Ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau menggaris beberapa garis di sebelah kanan dan kirinya lalu beliau berkata : “Ini adalah jalan-jalan, yang di atas setiap jalan ada syaithon menyeru kepadanya”. Kemudian beliau membaca (ayat) : “Dan sesungguhnya ini adalah jalanKu maka ikutilah jalan itu dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) maka kalian akan terpecah dari jalanNya”. (QS. Al ‘An’am : 6 / 153 )”. Diriwayatkan oleh : Abu Daud Ath-Thoyalisy dalam Musnadnya no. 244, Ath-Thobary dalam Tafsirnya 8/88, Muhammad bin Nashr Al-Marwazy dalam As-Sunnah no.11, Sa’id bin Manshur dalam Tafsirnya 5/113 no 935, Ahmad 1/435, Ad Darimy 1/78 no 202, AnNasai dalam Al-Kubro 5/94 no.8364 dan 6/343 no.11174, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan 1/180-181 no.6-7 dan dalam Al-Mawarid no 1741, Al-Hakim dalam Mustadraknya 2/348, Asy-Syasyi dalam Musnadya 2/48-51 no.535-537, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 6/263 dan Al-Lalaka’i dalam Syarah Ushul I’tiqod Ahlis Sunnah Wal Jama’ah 1/80-81. Dan hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain. Adapun penamaan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ini akan diuraikan dari beberapa sisi :

Pertama:Definisi Sunnah Sunnah secara lughoh (bahasa) : berarti jalan, baik maupun jelek, lurus maupun sesat,

demikianlah dijelaskan oleh Ibnu Manzhurdalam Lisanul ‘Arab 17/89 dan Ibnu AnNahhas. Makna secara lughoh itu terlihat dalam hadits Jarir bin ‘Abdullah. Rasulullah r bersabda :

ً Sَ O َ ً .  ُ ‫ ِم‬1 َ ْ ِْU‫ ِ ا‬  َ َْ ‫ َو‬Pُ $َ ْ :َ َ(:ِ B َ )ِ  َ َْ ُ V ْ ‫ ُهَ َوَأ‬V ْ ‫ َأ‬Hُ ََ ً َ R َ% َ ً .  ُ ‫ ِم‬1 َ ْ ِْU‫ ِ ا‬  ْ َْ Pُ $َ ْ :َ َْ َ(:ِ B َ )ِ  َ َْ ‫ ِوزْ ُرهَ َو ِوزْ ُر‬Hِ ْ َ َ ‫ن‬ َ َ‫آ‬ “Siapa yang membuat sunnah yang baik maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengerjakannya setelahnya dan siapa yang membuat sunnah yang jelek maka atasnya dosanya dan dosa orang yang melakukannya setelahnya”. Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shohihnya no.1017. Lihat Mauqif Ahlis Sunnah Min Ahlil Bid’ah Wal Ahwa`i 1/29-33 dan Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Wa Manhajul Asya’irah Fi Tauhidillah I/19. Adapun secara istilah : Sunnah mempunyai makna khusus dan makna umum. Dan yang diinginkan di sini tentunya adalah makna umum. Adapun makna sunnah secara khusus yaitu makna menurut istilah para ulama dalam suatu bidang ilmu yang mereka tekuni: •