Shalat Sunnah Qabliyah Maghrib Dalilnya Shahih

  • Uploaded by: salafytobat.wordpress.com
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Shalat Sunnah Qabliyah Maghrib Dalilnya Shahih as PDF for free.

More details

  • Words: 915
  • Pages: 3
Shalat Sunnah Qabliyah maghrib A. Hukum Shalat Sunnah Qabliyah maghrib Hukum shalat sunnah dua rekaat sebelum maghrib adalah sunnah, diberi pahala orang yang melakukannya dan tidak berdosa orang yang tidak melakukannya. Namun demikian kesunatan shalat dua rekaat qabliyah mghrib adalah ghair mu’akkad (tidak dikuatkan). B. Dalil-Dalil Shalat Sunnah qabliyah Maghrib 1. Hadits riwayat Ahmad, Bukhary dan Abu Dawud : “Dari Abdullah bin Mughaffal, bahwa rasulullah SAW. Bersabda : “Shalatlah kalian dua rekaat sebelum shalat maghrib!”. Kemudian beliau bersabda ketiga kalinya : “Bagi siapa yang suka melakukannya”. Hal ini karena beliau tidak mau kalau nanti orang-orang menjadikannya sebagai sesuatu yang wajib dilakukan”. Menurut al-muhib athabari, sabda Nabi dengan lafadz: “karaa hiyata an yattakhidzahaannaasu sunnah” tidaklah berarti bahwa dua rekaat sebelum maghrib itu tidak sunnah hukumnya. Hal ini karena Nabi tidaklah mungkin memerintahkan sesuatu yang beliau sendiri tidak menyukainya. Bahkan hadits inilah yang menunjukan kesunahan dua rekaat sebelum maghrib. Sedangkan makna dari ucapan nabi diatas adalah: “Beliau tidak mau kalau nanti dia dijadikan sebagai “syarii’atan wa thariqatan laazimatan” yakni syari’at dan jalan yang wajib hukumnya”. Ucapan beliau itu bias juga menunjukan bahwa derajat shalat maghrib lebih rendah disbanding sunnat-sunnat rawatib lainnya. Karena itulah maka mayoritas ulama syafe’iyah tidak memasukannya ke dalam shalat-shalat sunat rawatib”. Demikian keterangan Imam Syaukani dalam Nailul authar jilid II halaman 8. 2. Hadist Riwayat Ibnu Hibban “Dari Abdullah bin Mughaffal bahwasanya Nabi Saw. Pernah melakukan shalat maghrib dua rekaat “ Hadits ini menunjukan adanya contoh langsung dari Nabi Muhammad Saw. Dimana beliau juga melakukan shalat dua rekaat sebelum maghrib. 3. Hadist Riwayat Imam Muslim “ Dari mukhtar bin fulful ia berkata : “Kami pada masa Nabi Saw. Melakukan shalat dua rekaat sesudah terbenam matahari sebelum shalat Maghrib. Beliau melihat kami melakukannya namun beliau tidak menyuruh dan juga tidak melarang”. Hadist ini menunjukan taqrir Nabi Saw. Ketika beliau melihat para shahabat melakukannya, beliau membiarkan dan tidak melarang. 4.

Hadist Riwayat Imam Ahmad dan Bukhary :

“Dari Abil khair dia berkata : “Aku pernah mendatangi Uqbah bin amir lalu berkata kepadanya : “Maukah engkau aku beritahukan sesuatu yang mengherankan dari Bani tamim dimana dia melakukan shalat dua rekaat sebelum maghrib?” Ubah berkata : “ Sesungguhnya kami pernah melakukannya di masa rasulullah saw.”. Aku berkata : “Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukannya sekarang?”. Dia berkata : “Kesibukan”. 5. Hadist Riwayat Imam Ahmad dan Bukhary : “Dari Anas dia berkata : Ketika muadzdzin sudah ber adzan, berdirilah beberapa shahabat Nabi Saw. Bergegas menuju tiang-tiang masjid sehingga Nabi Saw. keluar , sedang mereka masih dalam keadaan seperti ini yakni mereka shalat dua rekaat sebelum maghrib dan tidaklah terjadi sesuatunyang banyak antara adzan dan iqamah itu”. 6. Hadist Riwayat Imam Bukhary : “Dari uqbah bin Amir, ia berkata : “sesungguhnya para shahabat rasulullah Saw. melakukan shalat dua rekaat sebelum maghrib pada masa Rasulullah Saw.”. Demikianlah beberapa hadits yang menerangkan tentang shalat dua rekaat sebelum maghrib dan terlihat dengan jelas dalam beberapa hadist diatas bahwa shalat dua rekaat sebelum maghrib itu pernah dilakukan dimasa rasulullah. Mengenai derajat hadits- hadist yang berkaitan dengan shalat dua rekaat sebelum maghrib, Imam Nawawi dalm kitabnya Al-majmu’ memberikan komentar sebagai berikut : “Hadits-hadits ini (yang berkaitan dengan shalat dua rekaat sebelum maghrib) adalah shahih serta jelas menunjukan kesunahannaya”. C. Pendapat Imam-imam ahlusunnah mengenai shalat dua rekaat sebelum maghrib

1. Imam Nawawi, Ia adalahseorang ulama ahli fiqh dan hadis. Beliau berkata dalam kitabnya Al-majmu’ syarah al muhazzab IV/8 : “Dalam kesunnatan shalat dua rekaat sebelum maghrib terdapat dua pandangan yang mahsyur di kalangan khurasa. Namun pendapat shahih diantara keduanya adalah “ Sunnatnya shalat dua rekaat sebelum maghrib itu”. 2. Syaikh Nawawi al-Bantani Beliau berkata dalam kitab nihayatuz zein halaman 99 : “Disunnatkan melakukan shalat dua rekaat yang ringan sebelum maghrib berdasarkan sabda nabi Muhammad : “Shalatlah kamu sebelum maghrib!” dan juga berdasarkan hadis nabi yang lain : “Diantara adzan dan iqamah itu terdapat shalat”. D. Mengenai Hadist Riwayat Abu Dawud.

Adapun pendapat yang tidak menunatkan shalat dua rekaat sebelum maghrib, mereka beralasan dengan pernyataan ibnu umar dalam riwayat berikut ini : “Dari Tahwus rah., ia berkata :”Ibnu umar pernah ditanya tentang shalat dua rekaat sebelum maghrib. Beliau menjawab : “Saya tidak seorang pun dimasa nabi SAW. melakukannya”. (HR Abu dawud, II : 26). Namun terhadap pernyataan Ibnu Umar tersebut, Imam Nawawi dalam kitab Majmu, mengemukakan jawaban Imam Baihaqi dan para ulama Hadis lainnya sebagai berikut : “Imam baihaqi dan para ulama hadits lainnya telah memberikan jawaban terhadap pernyataan Ibnu umar tersebut yakni bahwasanya Ibnu umar telah menafikan sesuatu yang tidak ia ketahui sedangkan yang demikian itu telah ditetapkan oleh shahabatshahabat lain yang justru mengetahuinya”. Maka wajiblah mendahulukan riwayat dari mereka yang menetapkan (sunnahnya shalat dua rekaat sebelum maghrib itu) dikarenakan mereka lebih banyak dank arena mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh Ibnu umar”. E. Kesimpulan Dengan demikian, maka hadis riwayat Abu Dawud yang menyebutkan tentang pernyataan Ibnu umar itu tidaklah menggugurkan riwayat yang lain tentang shalat dua rekaat sebelum maghrib yang JUSTRU JUMLAHNYA LEBIH BANYAK SERTA JELAS MENGARAH KEPADA KESUNATANNYA dan DERAJAT HADISHADIS ITUPUN SHAHIH MENURUT AHLI HADIS. juga kaidah ushul fiqh yang sudah disepakati mengatakan: “MEREKA YANG MENETAPKAN (SUATU HUKUM) DIDAHULUKAN DARI YANG MENAFIKANNYA”. Rujukan : -

Al-majmu’ syarah al muhazzab, Imam Nawawi, IV/8 Argumentasi Ulama syafi’iyah terhadap tuduhan Bid’ah, Al ustadz Haji mujiburrhan, Mutiara Ilmu, Surabaya Fathul Bari Syarah al-bukhary, Al hafidz ibnu hajar atsqalani Nailul authar, Imam Syaukani, jilid II halaman 8. Nihayatuz zein, Saikh Nawawi albantani, halaman 99 Syarah shahih muslim, Imam nawawi Sunan Abu Dawud , Abu dawud, II : 26

Abu Haidar, Alumni Ponpes Darussa’adah, Gunung Terang, Bandar Lampung http://salafytobat.wordpress.com

Related Documents