Sertifikasi Dan Idealisme Guru

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sertifikasi Dan Idealisme Guru as PDF for free.

More details

  • Words: 545
  • Pages: 2
SERTIFIKASI DAN IDEALISME GURU Idealis – Pragmatis Dilihat dari visi dan misinya, manusia dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah manusia yang mempunyai visi kedepan. Manusia ini adalah kelompok manusia idelais. Kelompok kedua cenderung kurang memiliki visi kedepan yang jelas. Kelompok ini bertindak dan berbuat sesuatu sesuai dengan kepentingan-kepentingan jangka pendek belaka. Manusia Idealis memiliki komitmen yang kuat terhadap pencapaian visi hidupnya. Komitmen ini nampak dari usaha kerasnya yang tanpa pamrih serta kegigihannya yang tanpa lelah dalam berkorban mencapai visinya. Manusia Idealis sangat yakin dan berkomitmen dengan nilai-nilai yang diyakininya. Baginya mewujudan nilai-nilai tersebut dalam kenyataan hidup adlah suatu prestasi yang diidam-idamkannya. Materi, pujian, sanjungan, kemashuran dan rasa terimkasih jauh dari niat hatinya didalam berbuat. Bagi beberapa orang, manusia model seperti ini sering dianggap ”aneh” karena mereka berani berkata ”tidak” disaat orang banyak berkata ”ya”. Manusia model kedua selalu melihat dan memperhitungkan kepentingan-kepentingan dalam segala tindakan hidupnya. Untung dan rugi adalah pertimbagannya dalam berbuat. ”Apa yang saya dapat” adalah mindset pikirannya. Baginya kalau itu menguntungkan akan dia lakukan, sebaliknya kalau itu membuat dia rugi atau dia nggak dapaat apa-apa secara materi, dia enggan melakukannya. Sertifikasi Dan Khittahnya Akhir-akhir ini, pendidikan makin mendapat perhatian positif dari pemerintah. UU pun telah mengamanahkan 20% anggaran belanja Negara (APBN) dialokasikan untuk pendidikan. Hal ini sebuah pertanda bahwa bangsa kita telah sadar bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk sebuah kemajuan. Perbaikan kwalitas pendidikan harus diawali dengan perbaikan kwalitas guru. Perbaikan mutu guru dan perbaikan kwalitas proses pembelajaran adalah kunci bagi keberhasilan pendidikan. Sertifikasi guru dapat menjadi langkah awal bagi perbaikan kualitas guru. Polemik tentang sertifikasi adalah apakah sertifikasi guru mampu menjamin peningkatan kwalitas guru?. Sertifikasi adalah sebuah sarana atau istrumen untuk mencapai tujuan tertentu, bukan tujuan itu sendiri. Semua pihak harus menyadari bahwa sertifikasi adalah suatu keharusan untuk mendapatkan kwalitas. Sebuah sarana baru bermanfaat jika orang yang memilikinya mampu menggunakannya dengan benar dan tepat. Jadi sertifikasi guru dapat bermanfaat bila pemilik sertifikat itu dapat menggunakannya menuju ke peningkatan kualitas. Bila seorang guru mengikuti sertifikasi dengan tujuan dan niat untuk mendapatkan tambahan tunjangan profesi, maka bisa dikatakan salah niat. Sertifikasi ini seharusnya dijadikan sebagai sebuah momen penting untuk perubadan dan peningkatan kemampuan diri. Tunjangan profesi hanyalah merupakan konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan tersebut.

Dengan menyadari hal tersebut, maka proses sertifikasi adalah proses mengajak kembali bagi para untuk mau belajar. Kalau demikian, sertifikasi akan membawa dampak positif, yaitu meningkatnya kwalitas guru sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kwalitas pendidikan di negeri ini. Idealisme Guru Berdasarkan pengelompokan manusia diatas, guru pun juga bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu guru idealis dan guru pragmatis. Bagi guru yang idealis, adanya program sertifikasi ini mendukung apa yang sudah ia lakukan selama ini, yaitu berkomitmen untuk selalu mengembangkan diri. Seminar, pelatihan serta program upgrading (peningkatan diri) lainnya selalu menjadi komitmen dirinya, baik disertifikasi maupun tidak. Bagi guru yanag pragmatis, proses seertifikasi akan menjadi niat yang salah karena hanya untuk mengejar kepentingan sesaat saja. Seminar, pelatihan dan program-program pengembangan diri lainnya akan begitu aktif diikuti hanya utnuk sebuah sertifikat. Bahkan tidak segan-segan untuk mengorbankan esensi dari upaya-upaya pengembangan diri tersebut. Hal inilah yang harus kita sadari agar kita tidak salah niat dalam momen yang tepat ini yaitu dengan cara menjadikan program sertifikasi ini sebagai moment untuk menghidupkan kembali ”ruh belajar” para guru guna meningkatkan kwalitas pendidikan bangsa kita.

Related Documents