Semua Bab.pdf

  • Uploaded by: CandraPrayogi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Semua Bab.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 20,652
  • Pages: 134
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan Bandung merupakan kota kreatif dengan pemuda-pemuda yang kreatif pula, identik dengan semangat gotong-royong, memiliki solidaritas yang tinggi satu sama lain, berani, cerdas, ramah, sopan dan santun. Namun seiring berjalannya waktu, banyak telah masuk budaya-budaya asing ke Indonesia, khususnya budaya barat. Budaya ini telah masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia khususnya kota Bandung mulai dari gaya hidup, makanan, pakaian, serta teknologi. Segala aspek dalam kehidupan masyarakat telah berkiblat pada budaya barat saat ini. Dilansir dari http://www.kompasiana.com dalam artikelnya yang berjudul “Dampak Masuknya Budaya Asing (Barat) Terhadap Budaya Bangsa Indonesia” mengatakan bahwa budaya asing yang masuk keindonesia menyebabkan multi efek. Budaya Indonesia perlahan-lahan semakin punah. Berbagai iklan yang mengantarkan kita untuk hidup gaul dalam konteks modern dan tidak tradisional sehingga memunculkan banyaknya kepentingan para individu yang mengharuskan berada diatas kepentingan orang lain. Akibatnya terjadi sifat individualisme semakin berpeluang untuk menjadi budaya kesehariannya. Ini semua sebenarnya terhantui akan praktik budaya yang sifatnya hanya memuaskan kehidupan semata. Teknologi salah satunya. Teknologi telah merajalela ke setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Teknologi tidak lain dibuat agar memudahkan pekerjaan manusia tentu saja dengan adanya teknologi semakin membuat kita manusia lebih cepat dalam melakukan sebuah pekerjaan, lebih mudah dalam berkomunikasi, dan sebagainya. Teknologi berkembang begitu cepatnya, mengikuti jaman, dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini masyarakat sudah sangat membutuhkan teknologi. Selain membuat dampak positif, teknologi juga mempunyai beberapa dampak negatif seperti kecanduan, ketergantungan,

1

bahkan

memberikan pengaruh buruk yang berakibat fatal apabila tidak disaring dengan baik oleh para penggunanya. Internet salah satunya, internet yang berkembang bebas saat ini apabila tidak digunakan secara bijak dan tanpa kontrol maka akan berakibat buruk dan fatal terutama terhadap kaum muda yaitu anak-anak dan remaja. Mereka akan memperoleh informasi yang seharusnya tidak atau belum boleh diketahui secara bebas. Kurangnya pendidikan moral dan perhatian terhadap kaum muda inilah yang menyebabkan segala kemajuan ini menjadi suatu kemunduran. Lingkungan tempat mereka tinggal seharusnya menjadi peran terpenting dalam pembentukan karakter pada anak. Keluarga, tetangga, dan kerabat dekat sebaiknya melakukan pendekatan dan dorongan kepada pelaku tindak penyimpangan. Dari data tiga tahun terakhir, tindak kriminal yang dilakukan oleh anak muda mengalami peningkatan, data diambil dari sms.lap.ditjenpas.go.id. Saat ini tercatat 191 tahanan narapidana anak-anak di Kota Bandung yang melakukan tindak kriminal diantaranya yang paling banyak adalah kasus perlindungan anak, kejahatan terhadap ketertiban, pembunuhan, narkotika, pencurian, perampokan, penganiayaan, asusila, pemerasan, dan senjata tajam, sumber didapat dari Jurnal Harian lapas Anak Kelas III Bandung, tanggal 20 September 2016. Tercatat pula terdapat 4 anak diantaranya merupakan residivis, yaitu orang yang pernah dihukum mengulangi tindak kejahatan yang serupa; penjahat kambuhan: terdakwa tergolong pernah dijatuhi hukuman dua tahun, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bahkan setelah diberi hukuman dan dimasukan ke dalam penjara, beberapa anak belum jera dan masih melakukan tindak krimial yang sama. Kurangnya perhatian, motivasi, dan pendekatan inilah yang menjadi tanggungjawab masyarakat sekitar sehingga terciptanya lingkungann yang damai dan sejahtera. Berbeda halnya disini, sekelompok pemuda mantan narapidana yang memiliki masa lalu kelam ternyata terbukti mampu melakukan perubahan terhadap dirinya yang berdampak besar bagi lingkungannya. Di Bandung, Blok tempe tepatnya di Babakan Asih RT 04 RW 01, Bojongloa Kaler

2

terdapat sebuah kampung padat penduduk yang memiliki sebuah cerita inspiratif. Kampung ini dulunya merupakan kampung yang kumuh dan sering terjadi banjir. Tetapi perubahan terjadi di kampung ini, kampung yang dulunya kumuh dan sering terjadi banjir, sekarang tidak lagi karena masyarakat didalamnya bergotong-royong membuat sumur resapan. Kampung ini bahkan menjadi kampung percontohan saat ini karena perubahan besar yang telah dilakukannya. Dibalik perubahan besar yang terjadi di Blok Tempe ternyata terdapat peran sekumpulan pemuda yang ternyata dulunya adalah pelaku kriminal, bahkan hampir seluruh pemuda, tepatnya 20 dari 25 pemuda di Blok Tempe pernah masuk ke dalam penjara. “Dulunya Blok Tempe disebut sebagai kampung narapidana karena kaum mudanya sering melakukan keributan disini, berkelahi, terlibat narkoba, bahkan sampai minuman keras”, kata Achmad Ruyani Ketua RT 04 tersebut. Hal ini menarik karena dibalik perubahaan lingkungan yang positif, terdapat peran kaum muda yang berlatarbelakang negatif dulunya. Transformasi kehidupan inilah yang sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Ditengah maraknya kriminalitas yang dilakukan oleh kaum muda di Kota Bandung, ternyata ada sekumpulan pemuda yang diketahui adalah mantan narapidana yang mampu membuat kampung atau desanya menjadi lebih baik. Apabila kasus perubahan sekelompok pemuda di Blok Tempe ini dapat diterapkan oleh pemuda-pemuda lain tentu saja akan berdampak sangat baik bagi generasi selanjutnya. Kurangnya media untuk memotivasi serta menginspirasi kaum muda lain ini juga menjadi kendala. Untuk itu diperlukan adanya sebuah sarana atau media informasi yang dapat menyebarluaskan informasi ini guna dapat menstimulus masyarakat khususnya kaum muda di Kota Bandung. Film sebagai sebuah karya seni dan industri saat ini semakin berkembang pesat. Sebagai media visual, film banyak digunakan sebagai media hiburan bagi penontonnya, untuk menyampaikan aspirasi masyarakat, atau sebagai refleksi dari realitas sosial. Salah satu jenis film yang diambil yaitu

film

dokumenter.

Film

3

dokumenter

adalah

film

yang

mendokumentasikan kenyataan. Kunci utama dari dokumenter adalah menyajikan fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, perisrtiwa, dan lokasi yang nyata. Artinya, film dokumenter digunakan untuk merepresentasikan kenyataan dan menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan yang dibuat lebih terstruktur dalam durasi film. Adapun jenis dokumenter yaitu dokumenter televisi dimana dokumenter dalam halnya disini digunakan sebagai acara atau program televisi. Menurut Gerzon R. Ayawaila dalam Fachruddin (2012; 321) film dokumenter televisi adalah program dokumenter dengan tema topik tertentu, disajikan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (dengan voice over hanya terdengar suara tanpa wajah yang menyuarakan tampak di layar monitor), menggunakan wawancara, juga ilustrasi musik sebagai penunjang gambar visual (picture story). Hal yang menjadi poin penting tentunya adalah pesan khusus dari film dokumenter tersebut. Film dokumenter televisi biasa digunakan selain untuk konsumsi televisi, film dokumenter juga dapat diikutsertakan ke dalam berbagai festival film baik dari dalam maupun luar negeri. Film dokumenter televisi juga dapat menjadi media yang efektif untuk memberikan informasi atau pengetahuan baru yang dapat membangun dan menginspirasi orang yang menontonnya. Dalam halnya disini penulis ingin menyampaikan informasi mengenai transformasi kehidupan sosial di Blok Tempe yang diharapkan dapat menjadi pilot project bagi kaum muda lain khususnya yang melakukan penyimpangan dan warga kampung atau desadesa lain di Bandung untuk dapat melakukan perubahan positif terhadap lingkungannya. Penulis sebagai sutradara akan menggarap film dokumenter jenis dokumenter televisi yang dikemas secara menarik melalui penggayaan yang menggabungkan gaya eksposisi dan performatif.

4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis menuliskan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Masuknya budaya asing yang banyak menyebabkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia khususnya Kota Bandung. 2. Meningkatnya tingkat kriminalitas yang dilakukan oleh pemuda di Kota Bandung setiap tahunnya mulai dari narkoba, minuman keras, kekerasan, hingga pelecehan seksual. 3. Kurangnya pengetahuan dan pendidikan yang layak bagi sebagian kaum muda saat ini. 4. Kurangnya

motivasi,

perhatian,

dan

pendekatan

dari

lingkungan juga pemerintah kepada kaum muda pelaku penyimpangan. 5. Tidak timbulnya semangat hidup yang positif dari individual kaum muda yang melakukan penyimpangan. 6. Kurangnya media informasi mengenai perubahan positif pemuda di Blok Tempe. 7. Kurangnya

dokumenter

televisi

sebagai

media

untuk

memotivasi serta mengispirasi masyarakat kaum muda di Kota Bandung.

5

1.3 Batasan Masalah Setelah melakukan identifikasi masalah dan peninjauan lebih lanjut, penulis membatasi masalah agar pembahasan lebih terarah dengan keterangan sebagai berikut:

1.3.1

Apa Media utama yang dirancang berupa sebuah dokumenter televisi.

1.3.2

Siapa Target audiens dari perancangan ini adalah pelaku tindak penyimpangan dengan usia 18-25 tahun yang tinggal di Kota Bandung.

1.3.3

Bagaimana Dalam hal ini penulis selaku sutradara akan membuat dokumenter televisi dengan menggunakan penggabungan penggayaan eksposisi dan performatif.

1.3.4

Tempat dan Waktu Media film ini akan diputar dan disebarkan ke seluruh Kota Bandung pada tahun 2017.

1.3.5

Mengapa Melalui dokumenter televisi ini diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat menginspirasi masyarakat di Kota Bandung khususnya kaum muda pelaku penyimpangan agar dapat melakukan perubahan hidup ke arah yang lebih baik.

6

1.4 Rumusan Masalah Setelah mengidentifikasi masalah yang telah ada agar pembahasan lebih terarah, maka penulis memberikan rumusan masalah pada perancangan ini diantaranya: 1. Bagaimana

cara

penyutradaraan

dokumenter

televisi

dengan menggunakan penggayaan eksposisi performatif? 2. Bagaimana cara membuat dokumenter televisi agar dapat menginspirasi serta memotivasi audiens?

1.5 Tujuan Perancangan Berdasarkan

rumusan

masalah

diatas,

maka

tujuan

perancangan karya film dokumenter ini diantaranya: 

Untuk mengetahui cara menyutradarai dokumenter televisi dengan menggunakan penggayaan eksposisi performatif.



Untuk mengetahui cara membuat dokumenter televisi yang dapat menginspirasi serta memotivasi audiens.

1.6

Manfaat Perancangan 1.6.1 Secara Umum Sebagai media informasi tentang perubahan hidup menjadi lebih

baik yang dilakukan oleh pemuda-pemuda di Blok Tempe yang berdampak sangat baik bagi lingkungannya. 1.6.2 Secara Khusus 

Menambah wawasan mengenai pentingnya kepedulian dan peranan masyarakat untuk dapat mengubah lingkungannya menjadi lebih baik.

7



Mengetahui hal – hal yang dapat diupayakan dari segi desain untuk melakukan pendekatan yang bersifat persuasif dalam menginspirasi kaum muda menyimpang di Kota Bandung.



Mengetahui

hal-hal

yang

dapat

diupayakan

dari

segi

penyutradaraan dalam membuat sebuah film dokumenter.

1.7

Metodologi Perancangan Untuk dapat membuat sebuah rancangan, diperlukan adanya

metodologi yang mendukung proses perancangan. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi sebagai analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut: 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Pada proses pengumpulan data penulis melakukan teknik sebagai berikut: 1. Observasi Menurut John W. Creswell (2016:267) observasi merupakan peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Peneliti merekam / mencatat aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur. Dalam hal ini penulis melakukan observasi langsung ke Blok Tempe dan mendokumentasikan keadaan wilayah Blok Tempe saat ini.

2. Wawancara Peneliti dapat melakukan wawancara antar personal (face to face interview) atau dapat melakukan focus group interview dimana partisipan dapat terdiri dari enam sampai delapan partisipan (Creswell, 2016:267). Dalam hal ini penulis melakukan wawancara personal kepada narasumber diantaranya Kepala Desa dan Reggi Kanyong Munggaran sebagai pemuda aktif dikawasan

8

Blok Tempe untuk mendapatkan informasi seputar keadaan di Blok Tempe.

3. Studi Pustaka Selama proses penelitian, penulis mempelajari kepustakaan dan mengumpulkan beberapa informasi berupa data berdasar kepada kepentingan penulis yaitu terkait dengan objek penelitian dan teori-teori mengenai penyutradaraan dan dokumenter televisi.

4. Studi Literatur Dalam studi literatur penulis mempelajari beberapa film dokumenter diantaranya film dokumenter Human, Waria dengan Tuhan, dan Lentera Indonesia (Perjuangan Pendidikan Anak Pemulung Pontianak).

1.7.2 Metode Analisis Data Menurut Rossman dan Rallis dalam Creswell (2016:274) analisis data melibatkan pengumpulan data yang terbuka, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan umum dan analisis informasi dari para partisipan. Dalam hal ini langkah-langkah yang penulis lakukan dalam menganalisis data diantaranya: 

Pertama-tama penulis mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis yaitu dengan mengumpulkan transkripsi wawancara, mengumpulkan dan memilah data baik tertulis maupun tidak seperti foto-foto dokumentasi, rekaman suara dan lain sebagainya untuk dianalisis.



Selanjutnya penulis membaca dan mulai menganalisis keseluruhan data yang telah dikumpulkan lalu membuat gagasan umum dari setiap partisipan dan mencatatnya.



Terakhir penulis melakukan coding data atau menganalisis lebih dalam lagi materi dan informasi yang sudah diolah dan mulai 9

menyusun informasi satu sama lain yang berkaitan dalam bentuk paragraf. 1.7.3 Sistematika Perancangan Dalam

proses

perancangan

film

dokumenter

menurut

Ayawaila (2008), dilakukan tahap-tahap atau proses sebagai berikut:

1. Pra Produksi Pra produksi merupakan tahap atau langkah awal penulis dalam melakukan perancangan dengan mengumpulkan datadata keseluruhan mengenai objek penelitian, membuat naskah dan storyboard, dan mengatur segala persiapan produksi baik segi materil maupun non-materil.

2. Produksi Pada tahap ini penulis dan tim sudah mulai melakukan proses shooting dari awal hingga akhir. Penulis yakni sekaligus sutradara dalam pembuatan karya ini bertanggung jawab atas segala proses produksi film.

3. Pasca Produksi Tahap terakhir adalah pasca produksi dimana setelah seluruh proses shooting dilakukan selanjutnya akan dilakukan pemilihan gambar atau video mana saja yang akan diambil dan dilanjutkan dengan proses editing, packaging, dan promoting.

10

1.8 Skema Perancangan

Latar Belakang Meningkatnya tingkat kriminalitas yang dilakukan oleh pemuda di Kota Bandung karena tidak adanya kemauan untuk melakukan perubahan hidup ke arah yang lebih baik.

Fokus Masalah Bagaimana cara membuat dokumenter televisi tentang transformasi kehidupan sosial pemuda di Blok Tempe guna menginspirasi masyarakat kaum muda di Kota Bandung?

Fenomena Pemuda di Blok Tempe mampu melakukan perubahan kualitas hidup dari perilaku kriminal menjadi pemuda yang berperan penting terhadap perubahan lingkungan dan daerahnya.

Opini

Issue

“Daerah ini memang dulunya rawan sekali. Tidak ada yang berani keluar rumah seperti sekarang ini. Tidak ada anak-anak yang bermain seperti sekarang ini, mau pergi ke sekolah pun di antar jemput oleh keluarga.”, kata salah seorang aktivis senior dan Ketua RT 4, Ahmad Ruyani.

1. 2.

Dulunya hampir setiap malam minggu terjadi perkelahian di Blok Tempe. Mantan narapidana di Blok Tempe mayoritas adalah warga usia muda.

Hipotesa Kurangnya media untuk memotivasi serta menginspirasi kaum muda Kota Bandung untuk dapat melakukan perubahan hidup yang positif. Solusi Diperlukan adanya sebuah dokumenter televisi tentang transformasi kehidupan sosial pemuda di Blok Tempe sebagai media untuk memotivasi serta mengispirasi masyarakat kaum muda di Kota Bandung.

Skema 1.1 Kerangka Berpikir (Sumber: Penulis, tahun 2017) 11

1.9 Pembabakan Dalam penyusunan laporan penelitian, sistematika penulisan dibagi atas empat bagian yaitu: 1. Bab I Pendahuluan Berisikan latar belakang permaslahan, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan perancangan, dan metode penelitian dan metode pengumpulan data, kerangka perancangan. 2. Bab II Landasan Perancangan Berisikan

teori-teori

yang

relevan

sebagai

landasan

dalam

melaksanakan perancangan. 3. Bab III Data dan Analisis Masalah Berisikan keseluruhan informasi dan data observasi, wawancara, kemudian penulis menganalisis kembali data yang sudah ada. 4. Bab IV Konsep Berisikan konsep pesan, konsep kreatif, konsep media, konsep visual, dan hasil perancangan sketsa hingga penerapan ke media visual. 5. Bab V Kesimpulan Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian ini.

12

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN

2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Film menurut UU no. 8 tahun 1992 merupakan karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang – dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan dan ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, atau lainnya. Michael Rabiger dalam Apip (2011) juga beranggapan bahwa setiap film menarik dan menghibur, serta membuat para audiens berpikir. Setiap hasil karya yang ada bersifat unik dan menarik sehingga ada banyak cara yang dapat digunakan dalam suatu film dokumenter untuk menyampaikan ide-ide tentang dunia nyata. Pengenaan film pertama kali dilakukan oleh Lumiere bersaudara di Paris, Prancis pada tahun 1895, mereka menamakan pertunjukan hiburan tersebut dengan Cinematographe. Film atau sinema berasal dari kata cinematographie yaitu cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), sehingga pengertiannya adalah menggambar atau melukis gerakan dengan cahaya. Seperti yang telah dikatakan oleh Himawan Pratista bahwa terdapat dua unsur pembentuk film yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut berkesinambungan sehingga membentuk sebuah kesatuan padu pada sebuah karya film (Pratista, 2008:1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian film

itu

merupakan

media

seni

visual

gerak

yang

bertujuan

untuk

mengkomunikasikan suatu cerita atau pesan yang dibuat menggunakan estetika naratif dan sinematografi dengan menggunakan sebuah alat kamera.

13

Berikut ini merupakan skema hubungan naratif dan sinematik dalam film yang terdapat pada buku Memahami Film karya Hilmawan Pratista. FILM

UNSUR SINEMATIK

UNSUR NARATIF

Skema 2.1 Hubungan Naratif dan Sinematik dalam Film. (Sumber: Memahami Film, Hilmawan Pratista, tahun 2008)

Unsur naratif disini merupakan aspek cerita dan narasi yaitu pembentukan sebuah alur cerita, plot dan didalamnya terdapat unsur-unsur tokoh, masalah, konflik, ruang juga waktu. Sementara unsur sinematik yang dimaksud disini adalah segala aspek teknis pembentuk film seperti mise en scene, sinematografi kamera, editing, dan sound (suara). Dalam sebuah film juga terdapat bahasa film yaitu merupakan kombinasi antara bahasa suara dan bahasa gambar (Pratista, 2008:3). Bahasa film ada atau digunakan untuk menjadi sebuah solusi agar karya film yang dibuat dapat diterima dan diapresiasi baik oleh audiens 2.1.2 Jenis - Jenis Film Film pada dasarnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Film dokumenter adalah film yang menyajikan fakta dan kenyataan dimana keaslian dan orisinalitas cerita menjadi ciri khas jenis film ini. Sementara film fiksi merupakan film imajinatif yang terikat pada plot, nyawa utamanya adalah pada cerita, segala unsur naratif dan sinematografi didalamnya berupa karangan dan fiktif belaka. Film eksperimental berbeda dengan film fiksi dan juga dokumenter. Film eksperimental tidak memiliki plot namun memiliki struktur dimana sineas berperan penting karena keseluruhan gagasan, ide dan emosi didalamnya merupakan pengalaman batin sineas itu sendiri.

14

A. Film Dokumenter Istilah dokumenter pertama kali digunakan oleh John Grierson yang pertama kali mengkritik film-film karya Robert Flahert di New York Sun pada 8 Februari 1926. Menurut Andi Fachruddin (2012:318) karya dokumenter merupakan film yang menceritakan sebuah kejadian nyata dengan kekuatan ide kreatornya dalam merangkai gambar-gambar menarik menjadi istimewa secara keseluruhan. Bill Nichols dalam Fachruddin (2012:318) mengatakan film dokumenter adalah upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas menggunakan fakta dan data. Sementara Frank E. Beaver mengatakan film dokumenter biasanya di-shoot di sebuah lokasi nyata, tidak menggunakan aktor dan tema nya terfokus pada subjek-subjek seperti sejarah, ilmu pengetahuan, sosial atau lingkungan. Tujuan dasarnya adalah untuk memberi pencerahan, informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan memberikan wawasan tentang dunia yang kita tinggali. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa film dokumenter merupakan serangkaian cerita yang dibangun untuk menyajikan suatu informasi menggunakan konten yang nyata, menyajikan fakta dengan tujuan persuasif. Adapun salah satu jenisnya yaitu dokumenter televisi. Dokumenter televisi menurut Gerzon R. Ayawaila dalam Fachruddin (2012:321) merupakan program dokumenter dengan tema topik tertentu, disajikan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (dengan voice over, hanya terdengar suara tanpa wajah yang menyuarakan tampak di layar monitor), menggunakn wawancara, juga lustrasi musik sebagai penunjang gambar visual (picture story). Selain untuk konsumsi televisi, film dokumenter juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film di dalam (FFI) dan luar negeri (Japan Prize, Swiss Prize). Film dokumenter yang diproduksi sebagai karya program dokumenter televisi akan memiliki ciri khas sebagai berikut: 

Durasi program pendek, menyesuaikan pada batasan jam tayangan pada stasiun televisi. Durasi program disesuaikan dengan isi dan pemaparan yang telah direncanakan (structure) untuk konsumen televisi, yaitu unsur

15

informasi, ilmu pengetahuan, dan yang dominan unsur hiburan yang kreatif. 

Tipe shot kamera yang dibatasi berdasarkan kontinuitas gambar yang sewajarnya, di mana telah berlaku umum pada stasiun televisi, khususnya memperhitungkan etika dan estetika dari gambar berdasarkan ramburambu penyiaran, budaya yang dijunjung tinggi sebagai seorang broadcaster yang profesional.



Tujuan pembuatan dokumenter untuk disiarkan pada slot tayang di stasiun televisi.

Proses seperti

merekonstruksi kejadiann nyata pada karya dokumenter ini

selanjutnya akan menggunakan istilah film dokumenter berdasarkan sejarahnya dan kegunaan bagi konsumen televisi yang membutuhkannya. Adapun bentuk film dokumenter bisa berupas dokumenter televisi, semi dokumenter, dokumenter drama dan dokumenter independen.

a. Jenis – Jenis Film Dokumenter Dokumenter juga memiliki jenis-jenis atau genre tersendiri sesuai dengan pendekatannya. Jenis-jenis dokumenter menurut Fachruddin (2012:324) diantaranya: 1. Laporan Perjalanan Pada awalnya dokumenter laporan perjalanan adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Pengemasan dokumenter perjalanan lebih kritis dan radikal dalam mengupas permasalahan.

Lebih

banyak

menggunakan

wawancara

untuk

mendapatkan informasi lengkap mengenai opini publik. Istilah yang sering digunakan adalah travelogue, travel film, travel documentary, dan adventures film.

16

2. Sejarah Film dokumenter sejarah merupakan dilm dokumenter yang memaparkan suatu peristiwa sejarah. Dokumenter sejarah sangat kental aspek referentian-meaning nya (makna yang sangat tergantung pada referensi peristiwanya). Adapun tiga hal penting dalam dokumenter sejarah adalah waktu peristiwa, lokasi sejarah, dan tokoh pelaku sejarah tersebut.

3. Potret atau Biografi Dokumenter potret atau biografi ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas di dunia, atau masyarakat tertentu, atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan, ataupun aspek lain yang menarik.

4. Perbandingan dan Kontradiksi Dokumenter ini mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu yang bersifat budaya, perilaku, dan peradaban suatu bangsa. Cerita mengemukakan perbedaan suatu situasi atau kondisi dari suatu objek/subjek dengan yang lainnya.

5. Ilmu Pengetahuan Film ini berisi penyampaian informasi mengenai suatu teori, sistem, berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Kemasannya bisa film edukasi atau film instruksional. Film dokumenter sains atau edukasi ini biasanya ditujukan oleh publik umum yang menjelaskan tentang suatu ilmu pengetahuan tertentu seperti contohnya National Geographic. Sementara film instruksional dirancang khusus untuk mengajari atau menginstruksikan pemirsanya bagaimana melakukan berbagai macam hal.

17

6. Nostalgia Dokumenter ini mengisahkan kilas balik dan napak tilas. Dikemas dengan menggunakan penuturan perbandingan (perbandingan sekarang dan masa lampau). Film-film ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas pada kejadian-kejadian dari seseorang atau satu kelompok.

7. Rekonstruksi Dokumenter rekonstruksi mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Dokumenter ini tidak menonjolkan seorang jurnalis yang melaporkan, menjelaskan peristiwa dan menyimpulkan seaktual mungkin. Fokus utamanya rekonstruksi suatu peristiwa penting dan menarik yang pernah terjadi atau dialami seseorang.

8. Investigasi Dokumenter ini dikemas untuk mengungkap misteri sebuah peristiwa yang belum atau tidak pernah terungka dengan jelas. Jenis dokumenter ini kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak.

9. Eksperimen/ Seni (Association Picture Story) Film eksperimen/film seni menggabungkan gambar, musik, dan suara atmosfer (noise). Penggabungan tersebut secara artistik menjadi unsur utama, karena tidak menggunakan narasi, komentar, maupun dialog/wawancara. Musik memberi nuansa gerak kehidupan yang dapat membangkitkan emosi penontonnya. Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar-gambar yan tidak berhubungan, namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk dibenak mereka

18

10. Buku Harian (Diary Film) Diary film merupakan dokumenter yang mengombinasikan laporan perjalanan dengan nostalgia kejayaan masa lalu, jalan cerita mencantumkan secara lengkap dan jelas tanggal kejadian, lokasi, dan karakternya sangat subjektif. Dokumenter ini juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain. Sudut pandang dari tema-temanya menjadi sangat subjektif, karena sangat berkaitan dengan apa yang dirasakan subjek pada lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa yang dialami atau bahkan perlakuan kawan-kawannya terhadap dirinya. Dari segi pendekatan dokumenter jenis ini memiliki beberapa ciri yang pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional. Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadikan unsur suara lebih banyak digunakan serta sering kali mencantumkan ruang dan waktu kejadian yang cukup detil. Diary film ini dapat digabungkan dengan jenis lain seperti laporan perjalanan (travel-doc) ataupun nostalgia oleh sang kreator.

11. Dokudrama Dokudrama adalah genre dokumenter dimana pada beberapa bagian film fisutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail. Rekonstruksi cerita dokudrama menurut framing televisi atau film dramatisasi memiliki sumber ide dari kisah nyata, nove, dan berasal dari berita kontroversial. Film dokumenter drama merupakan peristiwa yang pernah terjadi direkonstruksi ulang dengan kemasan yang baru.

a. Penggayaan pada Film Dokumenter Gaya dan bentuk film dokumenter memang lebih memiliki kebebasan dalam bereksperimen meskipun isi ceritanya tetap berdasarkan sebuah peristiwa nyata apa adanya. Secara logika, film dokumenter pun bercerita atau naratif, selain juga memiliki aspek dramatik, hanya saja isi ceritanya bukan fiktif namun

19

berdasarkan fakta (Ayawaila, 2008:23). Dengan kata lain disini, film dokumenter merupakan film non-fiksi yang memiliki cerita yang nyata namun didalamnya sineas dapat bereksplorasi untuk mengemas film dokumenter ini menjadi sesuatu yang menarik untuk ditayangkan. Sang kreator disini tetap berperan dalam mengemas cerita yang sudah ada (nyata) agar layak dan menghibur para audiensnya. Kreator berhak mengeksplorasi unsur-unsur pembentuk film dokumenter didalamnya seperti estetika naratif dan sinematografinya tetapi tetap tidak mengubah benang merah yang berlatar-belakang realitas dalam menyajikan cerita nyata. Menurut Fachruddin (2012: 322) penggayaan-penggayaan tersebut diantaranya: 1. Dokumenter eksposisi adalah dokumenter yang paling konvensional atau telah lama digunakan. Merupakan format dokumenter televisi, sebagai ciri khasnya menggunakan narator sebagai penutur tunggal, istilahnya voice of God untuk naratornya. 2. Dokumenter observasi tidak menggunakan narator sebagai pengisi suara, konsentrasi pada dialog antarsubjek. Produser (director) posisinya sebagai observer (pengamat), alur penceritaan cenderung datar. 3. Dokumenter interaktif dimana produser berperan aktif (partisipan). Adegan komunikasi antara sutradara dengan subjeknya terlihat jelas Jika ada wawancara tidak hanya menampilkan adegan wawancara namun juga bagaimana wawancara dilakukan. 4. Dokumenter Refleksi dipelopori oleh dokumentaris Rusia Dziga Vertov. Pengertian dokumenter refleksi, yaitu menggambarkan kamera bagaikan mata film yang merekam berbagai realitas. Fokus utama pengemasannya pada penuturan proses pembuatan shooting film. 5. Dokumenter performatif fokus utamanya adalah kemasan. Kemasan harus semenarik mungkin, alur penuturan (plot) lebih diperhatikan. Sebagian pengamat memasukkannya sebagai semi dokumenter, bentuk penuturan lebih diperhatikan dibanding film fiksi. Tidak harus berdiri sendiri, secara baku dapat melakukan penggabungan dua penuturan dalam sebuah tema.

20

B. Film Fiksi Seperti yang telah dikatakan Pratista (2008:6) bahwa film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Berbeda dengan film dokumenter, film fiksi berada diantara nyata dan abstrak baik secara naratif maupun sinematik. C. Film Eksperimental Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subjektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka. Para sineas eksperimental kadang mengeksplorasi berbagai kemungkinan dari medium film (Pratista, 2008:8).

2.1.3 Struktur Film Film juga memiliki struktur pembentuk didalamnya. Struktur inilah yang membentuk sebuah film menjadi satu kesatuan yang padu. Secara fisik sebuah film dapat dipecah menjadi beberapa bagian yaitu shot, adegan (scene), dan sekuen (sequence). Struktur film dokumenter menurut Fachruddin ((2012:323) memiliki makna estetika, psikologis, dan bahasa visual (sinematografi). Struktur diibaratkan kerangka batang pohon yang kokoh atau tulang punggung penceritaan kronologis dan tematik (refleksi pendekatan esai dan naratif). Struktur film menurut Pratista (2008) diantaranya: 

Shot

Shot merupakan satu kali take pengambilan gambar. Shot adalah unsur terkecil dari film. Beberapa shot dapat membentuk sebuah adegan. Film dokumenter lebih bebas menggunakan semua tipe shot, sedangkan umumnya dokumenter berdurasi pendek dan terbatas menggunakan tipe shot seperti close up dan medium shot.

21



Adegan (Scene)

Adegan adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi (cerita), tema, karakter atau motif (Pratista, 2008:29). Satu adegan atau scene terdiri dari beberapa shot. 

Sekuen (Sequence)

Sekuen adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen terdiri dari beberapa adegan yang saling berkesinambungan satu sama lain. (Pratista, 2008:30)

2.1.4 Struktur Naratif Setiap film pasti memiliki unsur naratif didalamnya. Unsur naratif merupakan isi cerita dari film. Dengan naratif membantu audiens dalam memahami isi cerita dari sebuah film. Menurut Pratista (2008:33) naratif adalah suatu rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama lain dan terikat oleh logika sebab-akibat (kausalitas) yang terjadi dalam suatu ruang dan waktu. Menurut Ayawalia (2008:23) secara logika, film dokumenter pun bercerita atau naratif, selain juga memiliki aspek dramatik, hanya saja isi ceritanya bukan fiktif namun berdasarkan fakta (apa adanya). A. Cerita dan Plot Sebuah film mampu memanipulasi cerita melalui plot. Plot adalah rangkaian peristiwa yang disajikan secara visual maupun audio dalam film. Adapun cerita adalah seluruh rangkaian peristiwabaik yang tersaji dalam film maupun tidak. Cerita dan plot merupakan dua hal berkesinambungan yang mengatur jalannya sebuah film.

22

B. Hubungan Naratif dengan Ruang dan Waktu Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya ruang dan waktu. Ruang adalah tempat dimana para pelaku cerita bergerak dan beraktivitas. Naratif akan membantu memperjelas ruang dan waktu, sebaliknya ruang dan waktu akan nampak jelas dengan kekuatan naratif. Keduanya saling berkesinambungan. C. Urutan Waktu Menurut Pratista (2008:36) urutan waktu merupakan pola berjalannya waktu pada sebuah film. Urutan waktu pada umumnya dibagi menjadi dua macam yaitu: 1. Pola Linier Kebanyakan film menggunakan plot linier dimana waktu berjalan sesuai dengan urutan peristiwa tanpa adanya interupsi waktu yang signifikan. Penuturan cerita dengan menggunakan pola ini tentu saja lebih memudahkan audiens untuk dapat memahami keseluruhan isi film. Sepanjang apapun rentang waktu cerita jika tidakterdapat interupsi waktu yang signifikan maka polanya tetap linier. Sekalipun menggunakan multi-plot(tiga cerita atau lebih) jika disajikan secara simutan dan terjadi dalam waktu yang relatif sama, maka polanya juga tetap dianggap linier. Plot film sering kali diinterupsi oleh teknik kilasbalik atau kilas-depan. Namun interupsi waktu dianggap tidk signifikan selama teknik tersebut tidak mengganggu alur cerita secara keseluruhan.

2. Pola Non Linier Nonlinier adalah pola urutan waktu plot yang jarang digunakan dalam film cerita. Pola ini memanipulasi urutan waktu kejadian dengan mengubah urutan plotnya sehingga membuat hubungan kausalitas menjadi tidak jelas. Pola nonlinier cenderung menyulitkan audiens untuk bisa mengikuti alur film.

23

D. Elemen Pokok Naratif Pratista (2008:43) mengatakan bahwa untuk memahami pola struktur naratif terlebih dahulu kita perlu memahami elemen-elemen pokok pembentuk naratif. Elemen-elemen pokok tersebut diantaranya:

1. Pelaku Cerita Setiap film cerita umumya memiliki karakter utama dan pendukung. Karakter utama adalah motivator utama yang menjalankan alur naratif sejak awal hingga akhir cerita. Karakter pendukung sering bertindak sebagai pemicu konflik (antagonis) atau kadang sebaliknya dapat membantu karakter utama dalam menyelesaikan masalahnya (protagonis). 2. Permasalahan dan Konflik Permasalahan dapat diartikan sebagai penghalang yang dihadapi tokoh protagonis untuk mencapai tujuannya. Permasalahan sering kali ditimbulkan pihak antagonis karena memiliki tujuan yang sama atau berlawanan dengan pihak protagonis. Permasalahan juga bisa muncul tanpa pihak antagonis. Masalah dapat muncul dari dalam diri tokoh utama sendiri yang akhirnya memicu konflik batin. 3. Tujuan Setiap pelaku utama dalam sebuah film cerita pasti memiliki tujuan, harapan atau cita-cita. Tujuan dan harapan tersebut dapat bersifat fisik (materi) atau nonfisik (nonmateri). Tujuan fisik sifatnya jelas dan nyata sementara nonfisik sifatnya tidak nyata (abstrak). Filmfilm drama dan melodrama sering kali bertujuan nonfisik seperti mencari kebahagian, kepuasan batin, eksistensi diri, dan lain sebagainya.

24

E. Pola Struktur Naratif Pola struktur naratif dalam film secara umum dibagi menjadi tiga tahapan yakni, permulaan, pertengahan, serta penutupan. Tahap pembukaan biasanya hanya memiliki panjang cerita seperempat durasi filmnya. Tahap pertengahan adalah yang paling lama dan biasanya panjangnya lebih dari separuh durasi film. Sementara tahap penutupan biasanya sekitar seperempat durasi film dan merupakan segmen yang terpendek. Melalui tiga tahapan inilah karakter, masalah, tujuan, aspek ruang dan waktu masing-masing ditetapkan dan berkembang menjadi alur cerita secara keseluruhan. (Pratista, 2008:44) Permulaan

Pertengahan

Konflik Konfrontasi Pengembangan Masalah

Aspek Ruang dan Waktu Para Pelaku Masalah

Penutupan

Konfrontasi Akhir Resolusi Tujuan

Skema 2.2 Skema Pola Struktur Naratif (Sumber: Data Penulis, tahun 2017)



Tahap Permulaan Tahap permulaan atau pendahuluan adalah titik paling kritis dalam sebuah cerita karena dari sinilah segalanya bermula. Pada titik inilah ditentukan aturan permainan cerita film. Pada tahap ini biasanya telah ditetapkan pelaku utama dan pendukung; pihak protagonis dan antagonis; masalah dan tujuan; serta aspek ruang dan waktu cerita (eksposisi). Kadang pada tahap ini terdapat sekuen pendahulu atau prolog yang merupakan latar belakang cerita film.



Tahap Pertengahan Tahap pertengahan sebagian besar berisi usaha dari tokoh utama atau protagonis untuk menyelesaikan solusi dari masalah

25

yang telah ditentukan pada tahap permulaan. Pada tahap inilah alur cerita berubah arah dan biasanya disebabkan oleh aksi diluar perkiraan yang dilakukan karakter utama atau pendukung. Tindakan inilah yang nantinya memicu munculnya konflik. Konflik sering kali berisi konfrontasi (fisik) antara pihak protagonis dan antagonis. Pada tahap inilah tempo cerita semakin meningkat hingga klimaks cerita. Pada akhir tahap ini hingga menjelang klimaks, tokoh utama sering kali mengalami titik terendah (putus asa) baik dari segi fisik maupun mental. 

Tahap Penutupan Tahap penutupan adalah klimaks cerita, yakni puncak dari konflik atau konfrontasi akhir. Pada titik inilah film mencapai titik ketegangan tertinggi. Dalam film western, klimaks adalah duel akhir antara tokoh protagonis dan antagonis. Dalam film roman klimaks adalah momen sesaat sebelum seseorang mendapatkan cintana dari tambatan hatina. Setelah konflik berakhir maka tercapailah penyelesaian masalah, kesimpulan cerita, atau resolusi.

F. Struktur Tiga Babak Menurut Pratista (2008:46) struktur tiga babak atau juga sering diistilahkan struktur Hollywood klasik merupakan model struktur naratif yang paling lama, populer, serta berpengaruh sepanjang sejarah film. Pola struktur tiga babak mulai populer sejak tahin 1910-an dan sangat berperan besar membentuk sinema Hollywood menuju era keemasannya. Struktur tiga babak sendiri diadopsi dari pola struktur cerita atau pembabakan dalam seni pertunjukan (teater).

Babak I: Persiapan

Babak II: Konfrontasi Skema 2.3 Struktur Tiga Babak (Sumber: Data Penulis, tahun 2017)

26

Babak III:Resolusi

Sekilas skema diatas tampak serupa dengan pola struktur naratif secara umum yakni, pembukaan, pertengahan, dan penutupan. Memang pada intinya sama namun struktur tiga babak memiliki beberapa karakteristik yang khas menyangkut aspek ruang dan waktu, pelaku, masalah atau konflik, serta tujuan.

2.2 Sutradara 2.2.1 Pengertian Sutradara Sutradara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang memberi pengarahan dan bertanggung jawab atas masalah artistik dan teknis dalam pementasan drama, pembuatan film, dan sebagainya. Sutradara atau director adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap kualitas gambar (film) yang tampak di layar dimana didalamnya ia bertugas mengontrol teknik sinematik, penampilan pemeran, kredibilitas, dan kontinuitas cerita yang disertai elemen-elemen dramatik produksinya. Secara khusus sutradara dokumenter adalah individu yang harus kreatif. 2.2.2 Peranan Sutradara dalam Film Dokumenter. Menguasai teori film dan sinematografi saja tidak cukup, karena dia (sutradara) juga harus memiliki pengetahuan umum dari berbagai disiplin ilmu, menurut Ayawalia

(2008:106). Sutradara harus memiliki kejelasan visi dan

maksud dari yang akan dia sampaikan dalam filmnya, disamping juga harus yakin pada yang menjadi fokus isi penuturan serta pesan yang hendak disampaikan. Selain itu sutradara juga harus memiliki pendekatan dan gaya (style) dalam mempresentasikan karyanya. Menurut Ayawalia (2008:98) untuk memberi sentuhan estetika pada film, ada empat topik utama yang menjadi konsentrasi sutradara, yakni pendekatan, gaya, bentuk dan struktur. Ini merupakan teori dasar yang dijadikan bahan ramuan

27

sutradara dalam menggarap film dengan baik. Empat konsentrasi tersebut diantaranya: 

Pendekatan Ada dua hal yang menjadi titik tolak pendekatan dalam dokumenter, yaitu apakah penuturannya diketengahkan secara esai atau naratif. Keduanya memiliki ciri khas yang spesifik dan menuntut daya kreatif tinggi sutradara.

1. Pendekatan esai dapat dengan luas mencakup isi peristiwa yang dapat diketengahkan secara kronologis atau tematis. Menahan perhatian penonton untuk tetap menyaksikan sebuah pemaparan esai selama mungkin itu cukup berat, mengingat umumnya penonton lebih suka menikmati pemaparan naratif. 2. Pendekatan naratif

mungkin

dapat

dilakukan

dengan

konstruksi konvensional tiga babak penuturan. Ada bagian awal, tengah dan akhir film.

Pada umumnya setiap isi penuturan film memerlukan sudut pandang (point of view) untuk menerangkan sisi mana dan siapa yang bertutur dalam film tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya semacam karakter atau tokoh yang akan menuturkan isi dan pesan dari film. 

Gaya Gaya dalam dokumenter terdiri dari bermacam-macam kreativitas, seperti gaya humoris, puitis, satire, anekdot, serius, semi serius, dan seterusnya. Dalam gaya ada tipe pemaparan eksposisi

(expository

documentary),

ada

pula

observasi

(observational documentary), selain gaya interaktif (interactive documentary), refleksi (reflexive documentary), dan performatif (performative documentary).

28



Bentuk Pada hakikatnya bentuk penuturan masih termasuk dalam bingkai gaya, hanya saja lebih spesifik. Bentuk tidak harus berdiri sendiri secara baku, karena sebuah tema dapat merupakan gabungan dari dua bentuk penuturan. Perlu disadari bahwa bentuk memang perlu, tetapi bukan untuk membatasi kreativitas.



Struktur Yang dimaksud struktur adalah kerangka rancangan untuk menyatukan berbagai analisir film sesuai dengan yang menjadi ide penulis atau sutradara. Struktur penuturan dalam dokumenter dapat dibagi dalam dua cara secara umum, yaitu: secara kronologis dan secara tematis. Dua cara ini sekaligus merupakan refleksi dari pendekatan esai dan naratif. Struktur kronologis lebih mudah dirancang dibanding struktur tematis. Kelebihan struktur tematis adalah kemampuannya merangkum penggalan-penggalan sekuens yang kadang tidak berkesinambungan, yang ternyata dapat dirangkai menjadi suatu kesatuan mengingat isi temanya menjadi bingkai cerita.

2.3 Sosiologi Perubahan Sosial Mac Iver mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan. Soemardjan beranggapan bahwa perubahan sosial meliputi segala perubahanperubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Sementara Macionis mengganggap perubahan sosial merupakan transformasi dalam organisasi masyarakat dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu (Martono, 2014:4).

29

Nanang Martono (2014:12) mengatakan perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan sosial dan perubahan budaya yang terjadi dalam masyarakat saling berkaitan, tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan tanpa masyarakat.

Perubahan Sosial

Perubahan Budaya

Skema 2.4 Hubungan antar Perubahan Sosial dan Budaya. (Sumber: Sosiologi Perubahan Sosial, Nanang Martono, tahun 2014)

Proses perubahan sosial dapat diketahui dari ciri-cirinya sebagai berikut: pertama, tidaka da masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat maupun cepat. Kedua, perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti oleh perubahan pada lembaga-lembaga sosial yang lain. Ketiga, perubahan yang berlangsung sangat cepat, biasanya mengakibatkan disorganisasi karena dalam masyarakat ada proses penyesuaian diri atau adaptasi. Keempat, suatu perubahan tidak dapat dibatasi pada aspek kebendaan atau spiritual saja, karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik yang kuat. Kelima, secara ipologis, perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai: pertama proses sosial, yang menyangkut sirkulasi atau rotasi ganjaran fasilitas-fasilitas dan individu yang menempati posisi tertentu pada suatu struktur. Kedua, segmentasi, yaitu keberadaan unit-unit secara struktural tidak berbeda secara kualitatif dari keberadaan masing-masing unit-unit tersebut. Ketiga, perubahan struktural, yaitu munculnya kompleksitas baru secara

30

kualitatif mengenai peranan-peranan dan organisasi. Keempat, perubahan dalam struktur kelompok, yaitu perubahan dalam komposisi kelompok, tingkat kesadaran kelompok dan hubungan-hubungan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soekanto dalam Martono, 2014). A. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Perubahan sosial bukanlah sebuah proses yang terjadi dengan sendirinya secara tiba-tiba. Secara umum ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam memunculkan perubahan sosial. Faktor tersebut dapat digolongkan pada faktor dari dalam dan faktor dari luar masyarakat (Soekanto dalam Martono, 2014). 1. Faktor yang berasal dari dalam 

Bertambah dan berkurangnya penduduk. Pertambahan jumlah penduduk akan mempengaruhi persebaran wilayah permukiman dan berkurangnya penduduk juga akan menyebabkan perubahan sosial budaya.



Penemuan-penemuan baru. Penemuan baru berupa teknologi dapat mempengaruhi atau mengubah cara individu berinteraksi dengan orang lain dan dapat mengurangi jumlah kebutuhan tenaga kerja di sektor industri.



Pertentangan atau konflik. Proses perubahan sosial dapat terjadi akibat adanya konflik sosial dalam masyarakat, hal tersebut disebabkan oleh faktor perbedaan kepentingan atau terjadi ketimpangan sosial.

2. Faktor yang berasal dari luar 

Bencana alam atau kondisi lingkungan fisik. Hal tersebut memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi atau meninggalkan tanah kelahirannya dan dapat mempengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya. Pembangunan sarana fisik juga sangat masyarakat. 31

mempengaruhi perubahan aktivitas



Peperangan. Perang dapat menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang dapat memaksa ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.



Pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Adanya interaksi antara dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Namun, jika terjadi penolakan maka disebut cultural animosity.

Selain faktor tersebut ada faktor yang mendorong (mempercepat) dan yang menghambat proses perubahan sosial. Adapun faktor yang mempercepat proses perubahan sosial diantaranya: 1. Kontak dengan budaya lain. Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. 2. Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan formal telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan

manusia

untuk

menilai

apakah

kebudayaan

masyarakatnya mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman, dan memerlukan sebuah perubahan atau tidak. 3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju. Sebuah hasil karya dapat memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya orang lain. Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri. 4. Adanya

toleransi

terhadap

menyimpang.

32

perbuatan-perbuatan

yang

Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat menjadi cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar tercipta inovasi. 5. Sistem stratifikasi masyarakat yang terbuka. Hal tersebut memungkinkan adanya gerakan sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Hal ini juga membuka

kesempatan

kepada

para

individu

untuk

dapat

mengembangkan kemampuan dirinya. 6. Penduduk yang heterogen. Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah mengalami pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. 7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu. Rasa tidak puas dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi atau berbagai upaya untuk merubahnya. 8. Adanya orientasi masa depan. Pemikiran yang selalu berorientasi masa depan akan membuat masyarakat selalu berfikir maju dan mendorong terciptanya penemuanpenemuan baru yang diseusaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. 9. Adanya nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk memperbaiki kehidupannya. Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan Adapun faktor yang menghambat proses perubahan sosial, diantaranya: 1. Kurangnya hubungan dalam masyarakat lain. Apabalia sebuah masyarakat tidak melakukan kontak sosial (interaksi) dengan masyarakat lain, maka tidak akan terjadi tukar informasi, atau

33

tidak akan mungkin terjadi proses asimilasi, akulturasi yang mampu merubah kondisi masyarakat tersebut. 2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat. Ilmu pengetahuan merupakan kunci perubahan yang akan membawa masyarakat menuju pada peradaban yang lebih baik. 3. Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Sikap tradisional akan mengagung-agungkan kepercayaan yang sudah diajarkan nenek moyangnya dapat menghambat sebuah masyarakat melakukan perubahan, karena dipercaya akan menimbulkan malapetaka. 4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau versted interest. Akan ada sekelompok individu yang akan mempertahankan atau hanya sekedar ingin mewujudkan ambisisnya dalam meraih tujuan pribadi atau golongannya dan berupaya keras untuk mempertahankan posisinya dalam masyarakat. 5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan. Masuknya unsur-unsur kebudayaan dari luar dapat diyakini akan mengancam integrasi sebuah masyarakat sehingga masyarakat seringkali membatasi diri untuk menerima unsur-unsur budaya dari luar. 6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup. Sikap demikian dapat dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah masyarakat lain sehingga memunculkan perasangka dan kehawatiran pada masyarakat tersebut. 7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis Setiap upaya untuk merubah masyarakat, tidak akan berjalan ketika bertentangan dengan nilai-nilai ideologi yang telah dianut kelompok masyarakat selama ini. 8. Adat atau kebiasaan. Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola prilaku bagi anggota masyarakat didalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. 9. Adanya nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.

34

B. Dampak Perubahan Sosial Perubahan senantiasa mengandung dampak negatif maupun positif. Untuk itu, dalam merespons perubahan diperlukan kearifan dan pemahaman yang mendalam mengenai nilai, arah, program, dan strategi yang sesuai dengan sifat dasar perubahan itu sendiri. Dampak inipun dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Dampak tidak langsung ini merupakan efek domino sebuah perubahan sosial yang terjadi secara bertahap atau gradual, dampak ini tidak dapat langsung dirasakan masyarakat. 1. Dampak Postif Beberapa dampak positif perubahan sosiak diantaranya adalah: 

Manusia semakin mudah dan cepat dalam menyelesaikan aktivitasnya.



Integrasi sosial semakin meningkat.



Kualitas individu (dan masyarakat) semakin baik, seiring perkembangan teknologi baru.



Mobilitas sosial semakin cepat.



Pola pikir manusia semakin berkembang melalui pertukaran budaya, pertukaran informasi yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.

2. Dampak Negatif Adapun dampak negatif perubahan sosial diantaranya:  Peningkatan angka kemiskinan.  Jumlah pengangguran semakin tinggi.  Peningkatan angka kriminalitas.  Terjadi konflik sosial.  Individualitas semakin meningkat.  Pencemaran lingkungan.

35

BAB III DATA DAN ANALISIS

3.1 Data 3.1.1 Blok Tempe Blok Tempe merupakan sebutan atau nama lain dari salah satu daerah padat penduduk di Bandung, tepatnya di Babakan Asih RT 04 RW 01 Bojongloa Kaler, kampung atau daerah ini memiliki sebuah cerita inspiratif. Kampung ini dulunya merupakan kampung yang kumuh dan sering terjadi banjir. Tetapi perubahan terjadi di kampung ini, kampung yang dulunya kumuh dan sering terjadi banjir, sekarang tidak lagi karena masyarakat didalamnya bergotong-royong membuat sumur resapan. Kampung ini bahkan menjadi kampung percontohan saat ini karena perubahan besar yang telah dilakukannya. Dibalik perubahan besar yang terjadi di Blok Tempe ternyata terdapat peran sekumpulan pemuda yang ternyata dulunya adalah pelaku kriminal, bahkan hampir seluruh pemuda, tepatnya 20 dari 25 pemuda di Blok Tempe pernah masuk ke dalam penjara. “Dulunya Blok Tempe disebut sebagai kampung narapidana karena kaum mudanya sering melakukan keributan disini, berkelahi, terlibat narkoba, bahkan sampai minuman keras”, kata Achmad Ruyani Ketua RT 04 tersebut. Hal ini menarik karena dibalik perubahaan lingkungan yang positif, terdapat peran kaum muda yang berlatarbelakang negatif dulunya. Hingga saat ini Blok tempe dapat menjaga dan melestarikan lingkungan dan warga didalamnya. Transformasi kehidupan inilah yang sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Ditengah maraknya kriminalitas yang dilakukan oleh kaum muda di Kota Bandung, ternyata ada sekumpulan pemuda yang notabene adalah mantan narapidana yang mampu membuat kampung atau desanya menjadi lebih baik. Terjadi pendekatan didalamnya, adanya rasa peduli terhadap lingkunganlah yang membuat mereka mampu melakukannya. Sebelumnya memang pemuda-

36

pemuda ini meresahkan warga dan menjadi sampah masyarakat, tetapi setelah dilakukan pendekatan yang intensif oleh Pak Achmad Ruyani dan salah satu pemuda disana yaitu Reggi Kanyong Munggaran, pemudapemuda ini lalu mau dan mampu untuk melakukan sesuatu yang positif untuk lingkungannya. Pendekatan sosial dengan cara terjun langsung dan berkegiatan bersama pemuda-pemuda ini menjadi cara yang cukup efektif dalam merubah perilaku buruk menjadi baik. Dimulai dari berkumpul bersama makan nasi liwet, membuat sumur resapan, membetulkan jalan yang rusak, hingga kegiatan berkesenian seperti mural tembok bersama, pencak silat, dan jaipong yang menjadi kegiatan sehari-hari pemuda di daerah Blok Tempe hingga saat ini. Hal menarik yang terjadi di Blok Tempe adalah masyarakatnya mampu

melakukan

perubahan

yang

sangat

signifikan

terhadap

lingkungannya. Sebelum terjadi perubahan lingkungan yang signifikan, terjadi perubahan terlebih dahulu pada pemuda-pemuda di Blok Tempe. Pemuda-pemuda Blok Tempe yang dulunya merupakan “pelaku kriminal” ternyata telah melakukan perubahan kualitas hidup. Kriminal yang dimaksudkan disini adalah kenakalan remaja seperti perkelahian, minumminuman keras, narkoba, judi, dan senjata tajam. Sampai pada akhirnya Pak Achmad Ruyani selaku ketua RT mencoba melakukan pendekatan kepada pemuda-pemuda di Blok Tempe secara perlahan. Pada malam hari ketika pemuda-pemuda berkumpul, Pak Achmad lalu datang dan meramaikan suasana dengan memainkan gitar diiringi nyayian pemuda disana. Sandi, salah satu pemuda mantan narapidana di Blok Tempe mengaku bahwa perubahan yang telah dilakukan olehnya dan temantemannya tidaklah mudah. Perubahan ini didasarkan kepada rasa lelah, malu, dan niat untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Sandi melihat adikadik setelahnya dan berharap mereka tidak mengikuti jejak kakakkakaknya.

Disamping

itu,

terdapat

peran

seseorang

yang

telah

berkontribusi banyak dalam membantu segala permasalahan Sandi dengan kepolisian juga pihak-pihak lainnya. Pemuda tersebut adalah Reggi, salah satu pemuda di Blok Tempe yang memiliki semangat dan kepedulian

37

tinggi

terhadap

lingkungannya.

Reggi

membantu

banyak

dalam

menyelesaikan masalah yang dialami Sandi seperti membantunya keluar dari penjara dan sebagainya. Pada akhirnya Sandi yang mulai jera dan malu lalu sedikit demi sedikit mau untuk melakukan perubahan dalam hidupnya. Didorong dengan nasihat-nasihat persuasif Reggi kepada Sandi dan kawan-kawan akhirnya mereka mau untuk melakukan perubahan. Perubahan itu berlangsung cukup lama dimulai dari tahun 2005-2007 hingga pada akhirnya pemuda-pemuda di Blok Tempe mulai mengurangi melakukan keributan disana, mengurangi minum-minuman keras di Blok Tempe, ketika hendak minum-minuman keras mereka cenderung memilih untuk meminumnya diluar, dan sebagainya. Karena di Blok Tempe sering terjadi banjir akhirnya pemuda-pemuda ini berkeinginan untuk membuat sesuatu untuk lingkungannya, dimulai dari jalanan yang rusak, membersihkan sungai, hingga membuat sumur resapan.

Gambar 3.1 Sumur Resapan di RT 04 pada jalanan yang telah di paving block saat ini. (Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

38

Adapun setelah memperbaiki jalan yang rusak dan menanggulangi banjir, masyarakat Blok Tempe pun membuat public space yaitu balai perkumpulan tempat anak-anak bermain juga berkumpulnya para warga Blok Tempe.

Gambar 3.2 Balai Perkumpulan Warga RT 04 saat ini. (Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

Gambar 3.3 Pemuda Blok tempe sedang berkumpul bersama. (Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

39

Pemuda-pemuda di Blok Tempe pun kerap kali berkumpul bersama menjalin silaturahmi di balai perkumpulan ini. Balai ini tentu saja tidak hanya dijadikan sebagai tempat berkumpul para warga tetapi juga sebagai sarana kegiatan warga seperti PAUD untuk anak-anak, pelatihan pencak silat, jaipong, bahkan latihan berkesenian seperti teater longser. Di Blok Tempe pun saat ini telah memiliki sarana air bersih sendiri.

Gambar 3.4 Keran Air (Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

Saat ini warga Blok Tempe tidak lagi khawatir tidak mendapatkan air bersih karena telah dibuat sarana air bersih dan memiliki air keran sendiri, salah satunya adalah keran air pada gambar diatas yaitu terletak tepat didepan balai perkumpulan warga RT 04. Sarana air bersih di Blok Tempe inipun telah diresmikan oleh Pemerintah Kota Bandung Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya.

40

Gambar 3.5 Peresmian Sarana Air Bersih oleh Pemerintah Kota Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

Pada bulan November 2016 kemarin pun baru saja diadakan syukuran bersama atas pembangunan tangki air. Warga Blok Tempe saat ini pun semakin kompak dan menjaga lingkungannya. Rencana kedepan tangki ini akan ditambah dan ditingkatkan lagi guna memperbanyak sarana air bersih di Blok Tempe.

Gambar 3.6 Acara syukuran pembangunan tangki air. (Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

41

Selama proses kerja bakti yang terjadi di Blok Tempe ini terjadi sinergi ang sangat baik antara pemuda dan warganya. Rasa peduli satu sama lain dan cinta akan lingkungan tempat mereka tinggal membuat lingkungan ini menjadi lingkungan atau kampung percontohan di Bandung. Mereka menamakan tim kerja bakti ini sebagai Kartoen Ervat yaitu Karang Taruna RT 04. Dibawah ini merupakan batu peresmian Kartoen Ervat.

Gambar 3.7 Peresmian Katoen Ervat oleh warga pada 28 Oktober 2010. (Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

Perubahan yang terjadi di Blok Tempe ini telah membawa banyak penghargaan salah satunya adalah Ridwan Kamil sebagai peranan penting dalam perubahan lingkungan ini mendapat penghargaan berupa Urban Leadership Award dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan Maret 2013 yang lalu karena berhasil membantu warga mendapatkan ruang publik, dalam hal ini warga di Blok Tempe.

42

Gambar 3.8 Ridwan kamil bersama warga Blok Tempe. (Sumber: http://www.kompasiana.com/haribrahma/blok-tempe-kawan-suciridwan-kamil-membangun-bandung_55c20a3cb27a618a048b4567, tahun 2011)

43

3.1.2 Data Karya Sejenis Penulis memilih data karya sejenis berupa film dokumenter dengan tujuan untuk memahami film dokumenter yang bertemakan sejenis, mempelajari struktur bertutur serta menetapkan unsur naratif yang dibentuk dari film dokumenter tersebut yang selanjutnya akan dianalisis sebagai karya acuan bagi penulis dalam melakukan perancangan. a. Human – The Movie

Gambar 3.9 Human – The Movie (Sumber: http://www.yannarthusbertrand.org/img/photos/HUMANmostra_l.jpg, tahun 2017)

Judul

: Human – The Movie

Genre

: Dokumenter

Durasi

: 02:13:44

Produksi : Fondation Bettencourt Schueller Sutradara : Yann Arthus - Bertrand Gaya

: Performatif

44

Sinopsis Manusia adalah kumpulan cerita dan gambar dari dunia kita, menawarkan penyelaman ke inti dari apa artinya menjadi manusia. Melalui cerita ini penuh cinta dan kebahagiaan, serta kebencian dan kekerasan.

Manusia

membawa kita berhadapan

dengan

yang

lain,

membuat kita merenungkan kehidupan kita. Dari cerita-cerita pengalaman sehari-hari ke rekening kehidupan paling luar, pertemuan pedih berbagi ketulusan langka dan menggarisbawahi yang merupakan kita – kami sisi gelap, tetapi juga apa paling mulia di dalam kita, dan apa universal. Bumi kita akan ditampilkan di paling luhur melalui tidak pernah dilihat sebelumfoto udara yang disertai oleh melonjak musik, mengakibatkan sebuah ode keindahan dunia, menyediakan waktu untuk menarik napas dan untuk introspeksi. Manusia

adalah sebuah

karya terlibat

politik yang

memungkinkan kita untuk merangkul kondisi manusia dan untuk merefleksikan makna keberadaan kita.

Struktur Penuturan Film dokumenter ini menggunakan struktur bertutur secara tematis dimana dalam film dokumenter tersebut kreator membuat cerita dengan membangun sebab akibat pada konflik yang sudah ada secara emosional. Struktur penuturan yang digunakan pada film Human adalah tematis dengan memenggal scene per scene secara acak untuk dapat membangun sebuah esensi cerita yang padu. Pembuatan film dokumenter menggunakan struktur penuturan tematis cenderung lebih sulit karena sutradara atau dokumentaris dituntut untuk memilih bagian-bagian cerita secara acak tetapi memiliki satu kesatuan dan benang merah yang sama, sehingga film dokumenter dapat dimengerti oleh khalayak. Gaya performatif lebih ditekankan pada film ini dimana kemasan secara visual lebih dikedepankan. Penonton disajikan dengan gambar-gambar indah sehingga audiens yang menonton dapat menerima dan menikmati film tersebut.

45

Plot Plot pada film ini sangat mengedepankan unsur dramatik dimana esensi emosional yang terjadi pada setiap potongan gambar pada film ini begitu menceritakan isi dari perasaan subjek pada film. Ekspresi, gestur, didukung dengan ketajaman visual dan dentingan backsound instrumental yang memperkuat esensi rasa pada film ini sehingga membuat audiens nya ikut turut merasakan dan masuk langsung ke dalam konten cerita pada film ini. Perasaan yang ada seperti sedih, senang, gembira, mengharukan, marah, semangat, semua lengkap dikemas dengan sinematografi yang indah. Sutradara disini mampu menunjukan sisi emosional dan rasa yang kuat pada setiap detik film ini, sehingga audiens yang menonton tidak bosan. Alur Cerita Alur yang digunakan pada film ini adalah alur maju, karena didalamnya tidak ada kilas balik (flashback) dan tidak pula ada campuran waktu lampau, masa depan, dan sekarang. Alur cerita yang digambarkan pada film ini cenderung memiliki tempo yang cukup lambat karena pada setiap scene menunjukan detail-detail yang cukup jelas. b. Waria dengan Tuhan Documentary

Gambar 3.10 Waria dengan Tuhan (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=R8Dj297nikA, tahun 2017)

46

Judul

: Waria dengan Tuhan Documentary

Genre

: Dokumenter

Durasi

: 00:20:14

Produksi : Sifa Sultanika and Team Sutradara : Sifa Sultanika Gaya

: Performatif

Sinopsis Menceritakan kisah hidup waria dari sudut pandang 3 orang waria dalam persepsi yang berbeda-beda. Pandangan mengenai agama dan Tuhan menurut mereka, serta mencari bagaimana kedudukan transgender dalam agama. Tiga persepsi yang berbeda-beda bagaimana mereka memandang agama, bagaimana lingkungan menyikapinya dan hidup dengan kondisi seperti itu. Struktur Penuturan Penuturan yang digunakan dalam film dokumenter ini adalah kronologis dimana hubungan antar scene per scene nya berurutan tidak ada yang loncat. Scene satu berlanjut dan berkaitan dengan scene dua, begitupun selanjutnya. Plot Plot yang digunakan dalam film ini menggunakan pendekatan esai dengan mengetengahkan secara kronologis atau tematik agar makna yang ingin disampaikan mudah dimengerti dan menarik sekali penyajiannya. Sutradara dalam film ini telah berhasil membawa penonton sampai dititik penasaran. Konten yang sudah

cukup

menarik lalu dia mampu membawanya dengan sangat cerdas. Penonton tidak akan bosan menonton film ini berulang kali karena mudah dipahami.

47

Alur Cerita Alur yang digunakan adalah alur maju, dimana kebanyakan adalah wawancara secara langsung (face to face interiew) lalu diselipkan stock shot video, kemudian wawancara lagi, lalu ditampilkan lagi footage ang saling berkesinambungan dengan wawancara sebelumnya. Sutradara cerdas membawa cerita ini dimulai dari hal yang paling menarik diawal, beberapa konfik ditengceritah, sehingga penonton akan terus bersemangat menontonnya hingga akhir. Di akhir cerita tensi yang ditekankan justru malah datar hingga setelah menontonnya penonton akan membicarakan hal tersebut dan mendiskusikannya. c. Lentera Indonesia -

Perjuangan Pendidikan Anak Pemulung

Pontianak

Gambar 3.11 Lentera Indonesia – Perjuangan Pendidikan Anak Pemulung Pontianak (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=7k1T0ofFyFw, tahun 2017)

Judul

: Lentera Indonesia – Perjuangan Pendidikan Anak Pemulung Pontianak

Genre

: Dokumenter Televisi

Durasi

: 00:21:06

Produksi : Documentary NET TV

48

Sutradara : Lentera Indonesia Gaya

: Eksposisi

Sinopsis Anggi adalah seorang relawan muda yang membantu mengajarkan pelajaran kepada anak-anak pemulung di Pontianak. Dokumenter televisi ini mengisahkan perjalanan Anggi bersama dengan temantemannya. Bagaimana anak - anak tersebut bisa belajar dan bagaimana perjuangan Anggi menjadi relawan mengajar. Struktur Penuturan Penuturan yang digunakan dalam film dokumenter ini adalah naratif dimana dokumenter ini dibagi menjadi tiga babak yaitu awal, tengah, dan akhir. Penuturan naratif tentu saja lebih ringan dan mudah dipahami

oleh

masyarakat

karena

dasarnya

dokumenter

ini

dikonsumsi oleh publik televisi. Plot Plot yang digunakan dalam film ini menggunakan pendekatan naratif dimana cerita dibagai menjadi tiga yaitu cerita awal, cerita oertengahan dan cerita akhir. Plot cerita disini cenderung datar dan hanya memaparkan informasi yang ada. Alur Cerita Alur yangdigunakan adalah alur maju. Penonton terus dibawa pada int permasalahan. Diceritakan diawal perlahan, lalu mulai dikupas hingga akhir dokumenter. Alur ini ringan karena mengingat keperluan cerita adalah untuk konsumsi audiens televisi.

49

3.1.3 Data Pendukung A. Data Wawancara 1. Wawancara Sutradara Film Dokumenter a. Narasumber 

Subjek 1 Nama

: Imanuel Daporaz

Usia

: 22 tahun

Sebagai

: Sutradara Film Dokumenter

Tempat

: Bandung

Waktu

: 06 Desember 2016

b. Hasil Wawancara 

Subjek 1 Saya masih duduk di bangku kuliah di STSI,

berangkat mengenal film dan menjalani proses ini dimulai dari SMK FILM di Bogor, beberapa kali mengikuti festival film terakhir tahun 2014, tahun 2015 menjadi juri di salah satu pergelaran film di Unpar Bandung, tahun 2016 sampai sekarang saya masih membuat film, tetapi untuk akhir akhir ini saya lebih sibuk mengurus keorganisasian di kampus dan acara-acara diskusi dan pemutaran film khususnya di bidang film dokumenter. Film dokumenter menurut saya adalah sebuah film yang mengedepankan kenyataan atau fakta yang sedang terjadi untuk dibawa ke ranah publik sebagai informasi, baik itu ajakan atau hanya sekedar menyajikan. Salah satu faktor yang penting dalam pembuatan film dokumenter menurut saya adalah pendekatan si kreatornya sendiri, misal si sutradanya. Sutradara ini harus bisa melakukan pendekatan yang mendalam ke si subjek dalam film tersebut, sehingga kenyamanannya terjalin, hal tersebut

50

bertujuan agar si subjek bisa lebih mengeluarkan emosinya dalam

bercerita

ataupun

beraktifitas

tanpa

merasa

terganggu dengan adanya kita sebagai sutradara atau kamera

yang

sebelumnya

mungkin

mereka

merasa

terganggu. Hal ini juga sangat membantu dalam proses wawancara, jadi subjeknya bisa lebih lepas bercerita mengenai hal yang saya tanyakan bahkan dia memberikan informasi lebih karena dia sudah tidak menggap kita sebagai orang asing lagi. Pendekatan ini juga membantu kreator film dalam hal meriset data-data yang dicari, karena riset tersebut bukan hanya sekedar turun kelapang untuk melihat langsung keadaan atau sebagainya, tapi riset ini harusnya bisa lebih mendalam karena kita langsung berhadapan dengan subjeknya maka kita bisa menggali lebih dalam informasi yang mungkin belum kita ketahui dan ternyata sangat menarik untuk bisa diangkat, hal tersebut bisa saja terjadi namun semuanya itu kembali lagi ke pendekatannya seperti apa. Saya

pernah

mendapatkan

pengalaman

yang

menarik dalam pembuatan film dokumenter suku dayak yang berlokasi di Serang, saya melakukan penelitian disana dan saya baru pertama kali saat itu melihat kehidupan orang dayak disana, dimana mereka tidak memekai baju, celananya pendek, tidak memakai alas kaki juga, dan berlokasi di tengah hutan di desa tersebut. saya kaget saat itu dan takjub karena masih ada di Negara berkembang seperti ini kelompok orang yang bisa di bilang primitif, hal tersebut memberi saya pengalaman dan sudut pandang baru dalam segala hal. Menurut saya pribadi film dokumenter yang bagus itu bisa dilihat dari konten, sekarang itu banyaknya orang

51

yang membuat film dokumenter lebih mengedepankan visual, ada sisi dari film dokumenter yang kurang diangkat bahkan dilupakan, yaitu isi dari film tersebut, kalau ngomongin masalah teknis udah pada jago tapi konten tersebut yang harusnya di kedepankan, karena hal ini tentang isi dari film tersebut untuk diangkat sebagai informasi. Ya lebih bagus kedua duanya seimbang sama bagusnya, karena dua duanya termasuk faktor penting dalam sebuah pembuatan film khususnya dokumenter.

2. Wawancara Narasumber Blok Tempe a. Narasumber 





Subjek 1 Nama

: Achmad Ruyani

Usia

: 52 tahun

Sebagai

: Ketua RT 04 Blok Tempe

Tempat

: Bandung

Waktu

: 13 September 2016

Subjek 2 Nama

: Sandi

Usia

: 38 tahun

Sebagai

: Pemuda Pelaku Penyimpangan

Tempat

: Bandung

Waktu

: 28 Oktober 2016

Subjek 3 Nama

: Reggi Kanyong Munggaran

Usia

: 37 tahun

Sebagai

: Warga Blok Tempe

Tempat

: Bandung

Waktu

: 28 Oktober 2016

52

b. Hasil Wawancara 

Subjek 1 Pada dasarnya kami tidak mau dibilang kampung napi.

2010 bale diresmikan, bergerak pembangunan 2007. Konflik dimulai dari 2002. Sebetulnya mendapat stigma “kampung napi” tidak dari awal malah dulu bisa dibilang “kampung hijau” dalam pengertian kampung yang banyak ustadnya, sampai disetiap RT mempunyai mesjid. Mungkin dari perubahan

jaman,

perubahan

lingkungan

anak-anak

menjadikan mereka nakal. Dimulai dari tahun 2000an mulai ada perubahan karakter pada anak-anak. Kenakalan remaja terjadi, mabuk-mabukan, judi, yang pada akhirnya tidak terkontrol. Kebanyakan pemuda adalah warga asli babakan asih. 20 dari 25 anak pernah masuk ke dalam bui berumur 1725 tahun. Sampai pada akhirnya saya selaku ketua RT berbicara kepada salah satu pemuda aktif yaitu Reggi, karena melihat dia produktif dan dapat menjadi motivator yang baik. Akhirnya saya dan Reggi memutuskan untuk melakukan pendekatan dengan terjun langsung, ikut ke dalam lingkungan mereka seperti ikut main gitar-gitaran, berkumpul bersama anak-anak. Ternyata cara seperti itu lumayan efektif, meskipun membutuhkan waktu yang sangat lama. Tidak bisa langsung dilarang, mengalami proses pendekatan yang lama dengan nasihat-nasihat sampai pada akhirnya ada rasa segan ketika ingin mabuk-mabukan di blok tempe. Yang susah saya lakukan adalah menumbuhkan kesadaran anak-anak untuk berbuat sesuatu kepada lingkungannya seperti hal-hal kecil membuang sampah tidak sembarangan. Hingga pada tahun 2005 setelah ada mulai kesadaran dari anak-anak pemuda-pemuda ini memiliki ide untuk membetulkan jalan dan mengatasi banjir yang sering terjadi di Blok Tempe. Setelah dirapatkan dengan warga akhirnya dengan dibantu Ridwan Kamil pada saat itu

53

membuat sumur resapan pada titik-titik tertentu. Setelah itu lalu membetulkan jalan yang selama proses perbaikan itu dilakukan oleh seluruh pemuda yang dibilang tanda kutip tersebut. Setelah proses itu berlangsung, terjadi perubahan signifikan pada lingkungan Blok Tempe ke arah yang lebih positif. Setelah saya dan Kang Reggi masuk ke dalam anakanak mulai timbul kepedulian pada pemuda-pemuda ini dengan melihat kondisi atau keadaan kampung Blok Tempe yang mulai sempit dan tidak ada ruang untuk anak-anak bermain, akhirnya pemuda-pemuda ini memiliki ide untuk membuat public space yang dibantu juga oleh Ridwan Kamil. Kenapa bisa seperti itu karena ide seseorang itu biasanya keluar dari obrolan-obrolan. Untuk saat ini kegiatan yang berlangsung di Blok Tempe hanya PAUD saja karena sedang terjadi pembangunan torrent Kegiatan yang biasanya dilakukan ada les bahasa inggris, pengajian, pencak silat, latihan jaipong. Malah sekarang mau bekerja sama dengan anak STSI yang mengajarkan tentang kesenian berbahasa berbudaya Sunda. Sudah tidak ada masalah di Blok Tempe tetapi ada sesuatu yang menurut saya belum mencapai target yaitu kedalaman atau perbaikan dalam spiritual pemuda ini secara menyeluruh. Pemuda yang besekolah layak hanya sedikit. 

Subjek 2

Banyak perubahan yang saya alami, dari dalam diri dan lingkungan sekitar, seperti contohnya mental, dulu itu saya gabisa diatur pengennya terserah sendiri, minum-minum dan hal sebagainya saya lakuin itu. Sampai pada akhirnya saya sadar akan harusnya berubah, dan perubahan ini gabisa saya lakukan sendiri, karena pembentuknya lingkungan jadi kembali lagi perubahan ini harus di dukung lingkungan juga, jadi saya engga sendiri disini, saya dan temen-temen mulai

54

merubah hal-hal buruk yang biasa kita lakukan, saling ngudukung satu sama lain, mulai merubah sedikit demi sedikit. Awalnya perubahan ini dimulai dari kesadaran sendiri, saya sendiri akuin bahwa yang saya lakuin ini salah, sampai pada akhirinya saya lelah dengan semua rutinitas ini dan saya putuskan buat berhenti, tapi karena engga ada yang dukung, atau kurangnya dorongan dari lingkungan dan akhirnya saya kembali lagi ke rutinitas saya dulu, minum-minum, tauran, sampai bolak balik kantor polisi dua kali, tahun 2007 saya dan temen temen mulai terdorong kembali untuk merubah perilaku kita ini, pemicu semua perubahan ini dimulai dari teman saya namanya Reegi, dia melakukan pendekatan ke kita dengan cara yang halus, bergabung dengan kita dan mulai membuat kita kembali sadar akan pentingnya perubahan ke arah yang lebih baik, kita yang awalnya dianggap sampah masayarakat oleh warga sedikit demi sedikit kita rubah persepsi itu bersamasama. Contohnya banjir, banjir ini menjadi faktor yang dianggap serius oleh kita sekarang, hal ini disebabkan oleh sampah yang menyumbat di aliran air desa ini, awalnya kita engga ngelarang orang-orang yang buang sampah sembarangan di desa kita karena kita engga punya solusi, kita bisa melarang kalo punya solusi. Pendekatan ke perubahan ini diawali dengan solusi kita terhadap kasus sampah ini. Kita mulai memungut sampah dari rumah ke rumah dengan menerapkan iuran bulanan, uang yang kita kumpulkan menjadi modal kita untuk mengatasi masalah lingkungan lain desa ini, kita menjadi pemuda yang mandiri dan lambat laun warga desa ini mengakui keberadaan kita yang memberi pengaruh perubahan lingkungan, gotong royong dan kerja bakti menjadi cara yang kita lakukan terus untuk menyelesaikan berbagai masalah lingkungan di desa ini.

55



Subjek 3

Kekumuhan kesemerawutan desa ini membentuk karakter pemudanya keras. Keras ini meliputi, sikap hidupnya, pola komunikasinya, relasi sosialnya, dan struktur budayanya, sehingga konsep hidup disana menjadi amat berat. dan akhirnya hal tersebut menciptakan pemikiran pemudanya yang ingin instan untuk mendapatkan uang, seperti menjual obat terlarang dan menghindari sitem bekerja dan berproses. Ditambah lagi keluar masuknya penjara dan membuat keresahan

masyarakat

yang

menyabebabkan

kelompok

pemuda disana dicap sebagai sampah masyarakat. Kemudian saya masuk kesana dan memperkenalkan buaya dialog, ngobrol-ngobrol yang bermanfaat, seperti berbagi wawasan

dan

lain

sebagainya,

sehingga

menimbulkan

kesadaran sosial bagi pemuda disana, dan hal ini memberi dampak posistif, mereka akhirnya selalu berdiskusi untuk memecahkan berbegai masalah, baik masalah perkelahin, keuangan, dan hal sebagainya. Karena pada intinya mereka butuh wadah untuk menendengakan dan didengarkan. Tahun 2007 pemuda disana sudah menjadi mandiri, mulai membuat acara-acara sosial, berkerja bakti untuk lingkungan sendiri, membenah dan menghidupkan mesjid, bahkan menggelar tablik akbar di desa tersebut. Kemudian kita membuat lingkungan desa disana menjadi hidup dan nyaman walaupun sebatas gang. Kita membuat mural di dindingdinding gang, membuat bale-bale perkumpulan, membuat penghijauan, membuat sumur resapan.Kemudian kita membuat juga berbagai komunitas kecil untuk mendukung aksi kemanusian mulai dibuat di dalam desa blok tempe ini dan di luar desa juga, seperti Rumah Cemara sebagai tempat untuk mengedukasi bahaya narkoba. Hal-hal luar biasa ini berangkat

56

dari kesadaran pemuda blok tempe yang pada awalnya mereka hanya sekelompok pemuda yang dicap sebagai sampah masayarakat yang kemudian kami berikan dorongan dan motivasi dengan berbagai pendekatan untuk mereka berubah ke arah yang lebih baik, dan hal itu berhasil.

B. Data Literatur a. Website Blok Tempe adalah sebutan untuk sebuah kawasan yang terletak di Kampung Babakan Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Jamika, Bandung. Awalnya kawasan ini dikenal sebagai Kampung Napi karena hampir seluruh warganya merupakan mantan narapidana yang pernah tinggal di dalam rumah tahanan.Namun melalui penataan yang dilakukan, saat ini Blok Tempe dikenal sebagai kampung yang asri dan produktif. Sebelum tahun 1998, RT 04/RW 01 di Kampung Babakan Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung ini dikenal sebagai daerah yang rawan perkelahian dan pencurian. Sebagian besar warga di kampung ini pernah merasakan penjara karena berbagai macam kasus dan ketika mereka keluar dari penjara, mereka ini dijauhi oleh warga sekitar. Lalu muncul ide dari dua orang pemuda yakni Agus dan Reggi Kayong Munggaran untuk melakukan pendekatan kepada mantan narapidana ini yang mayoritas masih tergolong dalam usia pemuda. Tujuan mereka mendekati para narapidana ini agar mereka bisa temotivasi untuk hidup dengan lebih produktif. Pendekatan dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan acara makan Nasi Liwet bersama-sama dan para pemuda diperkenalkan dengan berbagai macam masalah di kampung mereka seperti jalanan yang rusak serta banjir. Akhirnya mulai tahun 2005, Agus dan Reggi Kayong Munggaran bersama-sama dengan para pemuda di sana mulai berkontribusi untuk menata kampung mereka. Karena mereka tidak

57

memiliki tim ahli, maka Reggi Kayong Munggaran mendatangkan Ketua Bandung Creative City Forum saat itu, Ridwan Kamil untuk menjadi konsultan dan memberikan masukan serta arahan untuk mereka mengembangkan penataan kampung ini. Ridwan Kamil, yang saat ini menjabat sebagai Walikota Bandung, mulai melakukan penataan daerah tersebut pada tahun 2007. Saat itu keadaan daerah ini sangat kumuh karena sampah ada dimana-mana dan tidak ada lahan khusus bagi anak-anak untuk bermain. Melihat hal tersebut, Ridwan Kamil bersama-sama dengan warga di sana mulai menata daerah tersebut. Salah satu program yang dibuat oleh Ridwan Kamil adalah membuat

sumur

resapan

dengan

diameter

50 centimeter dan

kedalaman 2 meter. Sumur resapan ini dibuat karena daerah Blok Tempe berada di dekat aliran Sungai Citepussehingga ketika hujan turun, debit air naik dan membuat daerah ini banjir. Pada tahun 2009, penataan mulai difokuskan pada penganganan sampah, perbaikan jalan maupun pembuatan tempat bermain. Saat itu, warga serta beberapa orang lainnya patungan membeli tanah dan menyulap tanah kosong itu menjadi ruang keluarga, tempan anak-anak bermain maupun berlatih seni dan budaya. Kampung itu pun didekorasi dengan berbagai macam foto kegiatan warga Blok Tempe dan juga dinding yang dihiasi dengan mural. Sumber dana penataan Blok Tempe berasal dari iuran warga dan mereka juga menolak dana yang berasal dari partai politik maupun pemerintah. Kelebihan dana iuran ini menjadi kas warga yang digunakan untuk asuransi masyarakat. Setelah penataan yang dilakukan bersama-sama oleh warga, daerah yang saat ini dikenal dengan Blok Tempe berubah menjadi daerah yang asri dan produktif. Dalam sebuah perkampungan yang padat, Blok Tempe memiliki pemandangan yang berbeda karena jalan di daerah ini sudah memakai paving block dan kita dapat menemukan lapangan berumput seluas lapangan bulu tangkis yang digunakan anakanak untuk bermain bahkan berlatih seni budaya Sunda seperti Pencak Silat dan Jaipong. Tidak jauh dari lapangan itu, terdapat saung bambu

58

dua tingkat yang digunakan warga untuk berkumpul dan juga digunakan warga Blok Tempe untuk bersantap siang bersama-sama. Setiap acara atau perayaan hari besar, warga yang berada di Blok Tempe mengadakan berbagai macam acara kebersamaan, berbeda dengan keadaan sebelumnya yang selalu dipenuhi dengan keributan dan pekelahian. Selain kedaan kampung mereka yang berubah, sebagian besar warga Blok Tempe menjadi penguasaha rumahan. Pengembangan Blok Tempe di Bandung ini tidak hanya mengundang perhatian masyarakat lokal maupun masyarakat nasional saja melainkan mengundang perhatian dari pihak luar negeri. Pengembangan Blok Tempe ini akhirnya membuat sang inisiator, Ridwan Kamil mendapatkan penghargaan berupa Urban Leadership Award dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan Maret 2013 yang lalu karena berhasil membantu warga mendapatkan ruang publik, dalam hal ini warga di Blok Tempe. (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Blok_Tempe)

b. Artikel Beruntung Bandung kini dipimpin oleh seorang Ridwan Kamil. Gebrakannya sebagai orang nomor satu di Kota Bandung cukup fenomenal. Bagaimana tidak seorang arsitek profesional tiba-tiba mencalonkan diri menjadi wali kota dan menang pula. Padahal sewaktu bertarung Emil sapaan akrabnya melawan calon-calon yang lebih populer. Keberhasilan tersebut tentu melalui proses yang tak mudah dan panjang. Ada satu tempat yang tak bisa terpisahkan dari Emil, Blok Tempe. Blok tempe merupakan sebuah gang di daerah pemukiman padat di tengah Kota Bandung. Saking sempitnya lorong gang tidak bisa dilalui oleh roda dua secara berlawnan arah, salah satunya harus mundur dan menepi. gang itu juga dikenal dengan gang seribu punten dan gang narapidana. maklum kerasnya kehidupan membuat banyak warga di daerah tersebut sempat berurusan dengan

59

kepolisian. sebelum tatto menjadi tren seperti saat ini, pemuda Blok Tempe telah merajah tubuh mereka sebagai identitas. Kolaborasi Perubahan Bagai ulat yang bermetafora menjadi kupu-kupu cantik, warga blok tempe sadar perlunya perbaikan kualitas hidup. sadar jika waktu terus berjalan akan ada generasi baru yang menggantikan. Dengan modal perkawanan serta semangat perubahan Warga Blok Tempe akhirnya menemukan jalan. sulit rasanya jika harus berjuang sendirian di tengah situasi ekonomi rata-rata warga yang terbilang paspasan. Seorang pemuda setempat mengajak Ridwan Kamil untuk melakukan sesuatu di kampungnya. Gayung pun bersambut, hatinya terketuk jika di kota tercintanya terdapat permasalahan urban yang begitu kompleks yang tercermin dari kawasan Blok Tempe. Model kolaborasi untuk perubahan akhirnya dimulai di kawasan tersebut. Pada 2007, secara bergotong royong warga bersama relawan memermak kawasan itu. Dinding kusam dicat berwarna-warni, sebagian tembok disentuh seni grafiti, dibangun sumur resapan untuk mengurangi banjir yang terjadi di setiap turun hujan, membersihkan saluran air menanam pohon dan sebagainya. Dengan bantuan dana pihak ketiga sebuah lahan kosong dapat terbeli, diatasnya dibangun bale warga sebagai ruang berkegiatan warga setempat. Hingga hari ini bale tersebut hidup oleh aktifitas warga. (Sumber: http://www.kompasiana.com/haribrahma/blok-tempekawan-suci-ridwan-kamil-membangunbandung_55c20a3cb27a618a048b4567)

60

C. Data Khalayak Sasaran a. Demografis Remaja akhir - Dewasa di kota-kota besar ( laki-laki dan perempuan ) dengan segmen sebagai berikut: 

Usia : 18 - 25 Tahun



Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan



Pendidikan : Sekolah Tinggi



Status Sosial : Golongan menengah

Alasan memilih segmentasi tersebut ialah dikarenakan pada usia tersebut lah masa pertumbuhan remaja sedang pesat, remaja mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan memiliki kapasitas berfikir yang besar. Pada usia tersebut juga remaja lanjut ini mengalami peningkatan tingkat kriminalitas setiap tahunnya menurut data Lapas Anak Kelas III Bandung 20 September 2016.

b. Psikografis Dalam segi psikografis, khalayak sasaran memiliki minat untuk menonton film-film dokumenter dan menyukai gambargambar atau visual yang menarik didukung dengan kekuatan emosional konten film dokumenter tersebut. Saat ini khalayak menyukai tema-tema nostalgia.

c. Geografis Target sasaran penulisan meliputi kawasan kota dan kabupaten Bandung. Film ini fokus kepada masyarakat kota dan kabupaten Bandung karena masih banyak daerah kumuh padat penduduk yang masyarakatnya masih melakukan penyimpangan bahkan kriminalitas. Adanya film ini diharap dapat menginspirasi mereka.

61

d. Perilaku Konsumen Perilaku dari target sasaran sebagai konsumen dari penulisan ini secara umum ialah menyukai film yang memiliki visual-visual yang menarik, konten film bertemakan nostalgia, serta

mendukung

emosionalitas

pada

sebuah

film.

Film

dokumenter dengan tema buku harian dan nostalgia tentang transformasi kehidupan sosial untuk target audiens umur 18 - 25 tahun diharapkan bisa memberikan inspirasi dan motivasi terhadap khalayak sasaran dengan memberikan visual yang menarik juga didukung dengan konten naratif yang menarik, emosional secara persuasif agar film bisa dinikmati tidak hanya dari visualnya tetapi pesan moral yang terkandung dalam film juga dapat tersalurkan sehingga khalayak dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupannya

3.2 Analisis 3.2.1 Analisis Data Objek A. Analisis Terhadap Transformasi Sosial Dalam Sudut Pandang Sosiologi yang Terjadi di Blok Tempe Perubahan sosial yang terjadi di Blok Tempe merupakan bentuk revolusi yaitu merupakan wujud perubahan sosial yang berlangsung cepat yang berperan dalam pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan pembentuk ulang manusia (Sztompka dalam Martono; 2014). Perubahan di Blok Tempe merupakan perubahan yang besar karena merupakan perubahan yang membawa pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat. Perubahan di Blok Tempe inipun merupakan perubahan yang direncanakan oleh agent of change. Agent of change merupakanse seorang atau kelompok masyarakat yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin pada satu atau lebih lembagalembaga kemasyarakatan (Martono, 2014:16), dalam halnya disini adalah Achmad Ruyani dan Reggi Kanyong Munggaran.

62

Dulunya daerah Blok Tempe merupakan daerah hijau yang banyak kita temui masjid-masjid di setiap RT/RW nya. Kawasan blok tempe ini dulu dikenal dengan kawasan islami, tetapi semuanya mulai berubah dan pemudapemuda disana khususnya di RT 04 mengalami perubahan negatif dan sering kali melakukan tindak kriminal hingga penjara bukanlah hal yang baru untuk mereka. Setelah ditinjau lebih lanjut, perubahan awal pemuda ini pun didasari faktor dari dalam yaitu: 1. Bertambahnya penduduk. Blok Tempe merupakan kawasan padat penduduk dan penduduk dudalamnya

bertambah

setiap

tahunnya.

Pertambahan

jumlah

penduduk akan mempengaruhi persebaran wilayah dan juga akan menyebabkan perubahan sosial budaya. Semakin padat penduduk di Blok Tempe, semakin banyak pula persepsi dari setiap masyarakatnya sehingga kemungkinan besar timbul perpecahan dan perbedaan satu sama lain. 2. Penemuan-penemuan baru. Saat ini teknologi merupakan hal lumrah bahkan sudah menjadi kebutuhan bagi kita. Penemuan baru berupa teknologi dapat mempengaruhi atau mengubah cara individu berinteraksi dengan orang lain, secara tidak langsung teknologi membuat sifat individualis pada setiap masyarakat sehinngga timbbul rasa acuh dan kurangnya kepedulian terhadap lingkungan. Teknologi yang disalah-gunakan pun menyebabkan para pemuda-pemuda ini mengikuti jalan yang salah dan terlibat “pergaulan bebas” seperti narkoba, perkelahian, pencopetan, minuman keras, dsb. 3. Pertentangan atau konflik. Proses perubahan sosial dapat terjadi akibat adanya konflik sosial dalam masyarakat, hal tersebut disebabkan oleh faktor perbedaan kepentingan atau terjadi ketimpangan sosial. Adanya konflik antara masyarakat dan pemuda pun menjadi pemicunya. Masyarakat selalu saja menganggap “negatif’ kepada pemuda-pemuda “pelaku kriminal” di Blok Tempe.

63

Selain faktor tersebut ada faktor yang mendorong (mempercepat) dan yang menghambat proses perubahan sosial yang terjadi di Blok Tempe. Faktor yang mempercepat proses perubahan sosial diantaranya: 10. Kontak dengan budaya lain. Berinteraksi satu sama lain, bertemu dengan banyak orang yang memiliki latar belakang budaya berbeda membuat Reggi Kanyong Munggaran memilki wawasan yang luas dan mempunyai banyak relasi yang dapat membantunya dalam proses perubahan yang terjadi di Blok Tempe. Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. 11. Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan formal telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini memberikan kemampuan bagi Reggi Kanyong Munggaran untuk menganalisis serta bertindak tepat dalam melakukan perubahan pada kampung tempat tinggalnya. Semakin tinggi tingkat intelektual seseorang maka akan semakin dalam ia mampu mengkritisisasi keadaan yang sedang terjadi. 12. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju. Sebuah hasil karya dapat memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya orang lain. Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri. Reggi dan Pak Achmad sebagai ketua RT 04 yang melakukan pendekatan secara langsung kepada pemuda yang berkumpul setiap malam untuk bermain gitar, bercanda tawa dan sebagainya ternyata mampu menggugah hati para pemuda. Sikap saling menghargai antara Reggi, Pak Achmad dan para pemuda membuat kenyamanan dan kedekatan sosial yang berdampak baik. Keinginan untuk maju yang tentu saja dimiliki oleh Reggi dan Pak Achmad dapat menularkan semangat dan keinginan

64

untuk memperbaiki kualitas hidup pada masing-masing pemuda di Blok Tempe. 13. Adanya

toleransi

terhadap

perbuatan-perbuatan

yang

menyimpang. Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat menjadi cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta halhal baru yang kreatif. Seperti halnya di Blok Tempe, Reggi dan Pak Achmad selalu memberikan toleransi yang banyak serta kesempatan kepada pemuda untuk dapat berubah dan memperbaiki hidup mereka. 14. Sistem stratifikasi masyarakat yang terbuka. Hal tersebut memungkinkan adanya gerakan sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Hal ini juga membuka

kesempatan

kepada

para

individu

untuk

dapat

mengembangkan kemampuan dirinya. Masarakat di Blok Tempe yang akhirnya sedikit demi sedikit mulai terbuka dan mulai percaya kepada pemuda-pemuda ini memberikan lebih banyak peluang dan harapan sehingga semakin banyak pemuda yang ingin berubah menjadi lebih baik. 15. Penduduk yang heterogen. Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah mengalami pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Di Blok Tempe memiliki masyarakat heterogen yang memiliki latar belakang bidaya berbedabeda sehingga memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Reggi dan Pak Achmad sebagai pencetusnya lalu mulai menularkan rasa peduli akan lingkungan kepada masyarakat yang membuat perubahan ini semakin sinergi. 16. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu. Adanya rasa ketidakpuasan Reggi terhadap lingkungannya yang sedang kacau membuat Reggi memiliki keinginan yang kuat untuk dapat merubah lingkungannya. Hal ini juga dirasakan pemuda-pemuda

65

di Blok Tempe setelah melakukan perubahan, mereka merasa kurangnya public space di daerahnya lalu berkeinginan membuatnya yang sampai sekarang berhasil mempunyai balai perkumpulan sendiri di Blok Tempe RT 04. Rasa tidak puas dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi atau berbagai upaya untuk merubahnya. 17. Adanya orientasi masa depan. Reggi yang memiliki tingkat intelektual yang berbeda dibanding yang lain merasa perlu untuk mensuntikan formula-formula, nasihat-nasihat yang berorientasikan masa depan sehingga pemuda-pemuda ini mau dan berkeinan untuk maju. Proses yang terjadi cukup lama ini ternyata membuahkan hasil yang manis pada akhirnya. Pemikiran yang selalu berorientasi masa depan akan membuat masyarakat selalu berfikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang diseusaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. 18. Adanya nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk memperbaiki kehidupannya. Nasihat-nasihat dan juga dukungan moral Reggi dan Pak Achmad akan menjadi kekuatan bagi pemuda-pemuda di Blok Tempe untuk selalu mencoba dan berusaha untuk berubah. Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usahausaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan di Blok Tempe. Adapun faktor yang menghambat proses perubahan sosial di Blok Tempe, diantaranya: 10. Kurangnya hubungan dalam masyarakat lain. Rasa acuh dan ketidakpedulian masyarakat pada awalnya kepada pemudapemuda ini membuat keadaan semakin memburuk. Masyarakat dan pemudanya bukan saling membantu tetapi saling acuh sehingga tidak terjalinnya sinergi yang baik dan positif. Apabila sebuah masyarakat tidak melakukan kontak sosial (interaksi) dengan masyarakat lain, maka tidak

66

akan terjadi tukar informasi, atau tidak akan mungkin terjadi proses asimilasi, akulturasi yang mampu merubah kondisi masyarakat tersebut. 11. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat. Ilmu pengetahuan pada saat itu tidak banyak berkembang. Sedikit masyarakat yang bisa meneruskan sekolahnya ke tingkat perguruan tinggi termasuk pemuda-pemudanya. Kurangnya ilmu pengetahuan ini tentu saja menghambat proses perubahan di Blok Tempe karena masyarakat terbiasa dengan pemikiran tertutup, dan tidak berorientasikan masa depan. Ilmu pengetahuan

merupakan

kunci

perubahan

yang

akan

membawa

masyarakat menuju pada peradaban yang lebih baik. 12. Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Sikap tradisional akan mengagung-agungkan kepercayaan yang sudah diajarkan nenek moyangnya dapat menghambat sebuah masyarakat melakukan perubahan, karena dipercaya akan menimbulkan malapetaka. Di Blok Tempe pada saat itu awalnya masyarakat berpikiran sangat kolot, tertutup dan keras. Mereka tidak mau terbuka dan menerima dengan lapang dada pemuda-pemuda ini. 13. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan. Masuknya unsur-unsur kebudayaan dari luar dapat diyakini akan mengancam integrasi masyarakat di Blok Tempe sehingga masyarakat seringkali membatasi diri untuk menerima unsur-unsur budaya dari luar. 14. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup. Pada halnya disini masyarakat di Blok Tempe dulunya berfikiran tidak terbuka yang mengakibatkan sulitnya mereka untuk menerima perbuatanperbuatan pemuda-pemuda hingga mereka juga tidak memberikan kesempatan pada mereka pada awalnya. 15. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis Setiap upaya untuk merubah masyarakat, tidak akan berjalan ketika bertentangan dengan nilai-nilai ideologi yang telah dianut kelompok masyarakat di Blok Tempe selama ini.

67

16. Adanya nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki. Dulunya pemuda-pemuda ini memiliki pemikiran yang pesimis, dan itu tentunya tidak baik untuk keberlangsungan hidup mereka. Sikap pasrah ini menyebabkan masyarakat enggan melakukan perubahan.

B. Analisis Terhadap Perubahan Kehidupan Sosial Pemuda Relevansinya dengan Perubahan Lingkungan di Blok Tempe Perubahan sosial yang terjadi pada pemuda-pemuda inipun memberikan dampak positif bagi lingkungan dan Blok Tempe. Setelah melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, pemuda-pemuda ini kemudian melakukan perubahan terhadap lingkungannya. Perubahan inipun memiliki dampak positif diantaranya: 

Manusia semakin mudah dan cepat dalam menyelesaikan aktivitasnya.



Integrasi sosial semakin meningkat.



Kualitas individu (dan masyarakat) semakin baik, seiring perkembangan teknologi baru.



Mobilitas sosial semakin cepat.



Pola pikir manusia semakin berkembang melalui pertukaran budaya, pertukaran informasi yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.

Perubahan yang terjadi pada pemuda di Blok Tempe ternyata tidak berhenti sampai disitu saja. Pola pikir mereka berubah dan mereka berkeinginan untuk merubah lingkungannya menjadi lebih baik. Mulai dari jalanan yang rusak, membuat sumur resapan agar tidak lagi terjadi banjir di Blok Tempe, hingga membuat balai perkumpulan sendiri agar anak-anak dan masyarakat dapat berkumpul dan memiliki ruang publik untuk digunakan. Pola piikir yang berubah mampu menimbulkan rasa peduli yang tinggi pada

68

pemuda-pemuda ini hingga mereka dapat merubah lingkungan mereka menjadi lebih baik.

3.2.2 Analisis Data Karya Sejenis a. Film Dokumenter Human – The Movie Tabel 3.1 Analisis Film Dokumenter The Human

Bagian

Scene

Narasi

Pembukaan

Deskripsi Bumper film

Backsound

adalah

instrumental

potonganpotongan dari stockshoot gambar lalu muncul judul.

Menceritakan Gambar pertama apa arti cinta merupakan lewat kisah paling kesedihan emosional yang kisahnya. diangkat.

Stockshoot Backsound

gambar yang

instrumental

menggambarkan ketenangan.

69

Menceritakan Menuturkan rasa apa arti

bahagia yang

kebahagiaan

dimiliki setiap orang dengan latarbelakang

Menceritakan

budaya, ras,

apa arti

agama, adat dan

kebahagiaan

istiadat, kepercayaan, pandangan, pola pikir, serta

Menceritakan

perilaku yang

apa arti

berbeda-beda.

kebahagiaan

Stockshoot Backsound

gambar yang

instrumental

menggambarkan keanekaragaman

Pertengahan Backsound

Stockshoot

instrumental

gambar yang menggambarkan persatuan.

70

Menceritakan

Menceritakan

apa arti

pengalaman

perang

yang berbedabeda dari setiap manusia tentang apa itu perang,

Menceritakan apa yang mereka apa arti

rasakan ketika

perang

perang, dan apa makna perang menurut mereka.

Stockshoot Backsound

gambar yang

instrumental

menggambarkan kegemuruhan.

Menceritakan

Menceritakan

apa arti

pengalaman

perdamaian

mereka tentang perang, lalu menjelaskan pentingnya

Menceritakan apa arti perdamaian

71

perdamaian.

Stockshoot anak yang sedang Backsound

tersenyum

instrumental

bahagia menggambarkan perdamaian.

Menceritakan apa arti cinta Menceritakan pengalaman manusia dalam Menceritakan

memaknai apa

apa arti cinta

itu artinya cinta bagi mereka, dan seberapa berharganya itu, seberapa indahnya cinta

Menceritakan menurut mereka. apa arti cinta

Stockshoot Backsound

gambar yang

instrumental

menggambarkan kebahagiaan dengan hanya bermain ayunan.

72

Stockshoot Backsound

gambar yang

instrumental

menggambarkan keindahan alam.

Menceritakan Menceritakan

tentang setiap

apa arti

pengalaman

keluarga

tentang keluarga, apa itu keluarga,

Menceritakan

seberapa

apa arti

berharganya

keluarga

makna keluarga di kehidupan mereka. Keluarga

Menceritakan

merupakan

apa arti

sosok yang amat

keluarga

sangat mereka cintai, dan mereka menggambarkan seberapa besar itu. Stockshoot gambar yang

Backsound

menggambarkan

unstrumental

keselarasan dan harmoni.

73

Penutupan Menceritakan

Menceritakan

apa arti hidup

tanggapan atau persepsi mereka tentang apa arti hidup bagi mereka. Jejak

Menceritakan

apa yang ingin

apa arti hidup

ditinggalkan ketika sudah mati, dan untuk apa mereka hidup.

Menceritakan apa arti hidup

Stockshoot Backsound

gambar yang

instrumental

menggambarkan kehampaan.

Film ini Backsound

didedikasikan

instrumental

untuk apa, siapa, dan bagaimana.

74

Potongan wawancara dan

Credit title.

backsound

b. Film Dokumenter “Waria dengan Tuhan” Tabel 3.2 Analisis Film Waria dengan Tuhan

Bagian

Scene

Narasi

Pembukaan

Deskripsi Bumper film

Backsound

sangat

instrumental

sederhana.

Suara lalu

Stockshoot

lalang

kehidupan

kendaraan

jalanan di malam hari

Seorang PSK Wawancara.

waria yang sedang berdandan di

Memakai

malam hari

baju.

bersiap-siap untuk melakukan pekerjaannya

75

Wawancara.

sambil menceritakan Berangkat

senang, pahit,

kerja.

getir, yang dirasakan selama

Wawancara.

hidupnya, bagaimana ia

Memperlihat

memandang

kan tempat

hidup ini.

kerjanya dan bagaimana ia bekerja.

Menceritakan Wawancara.

Pondok Pesantren Waria dan memperlihatkan

Bercanda

kegiatan apa

bersama.

saja yang sering dilakukan disana. Mulai

Bersenda

dari diskusi,

gurau

beribadah

bersama.

bersama, mengaji bersama, hingga

76

Diskusi

bernyanyi

bersama.

bersama. Mereka berada di pesantren

Wawanacara.

bukan untuk menjadi lakilaki tetapi ingin mencari Tuhan.

Bernyanyi bersama.

Memperlihat kan fisik narasumber ketiga.

Mengamen

Menceritakan

sambil

bagaimana

berjoget.

orang lain memandang

Hidup di

nya, bagaimana

jalanan.

bagaimana dia menghadapi lingkungannya,

Merokok.

dan bagaimana keluarga menanggapi dirinya dengan

Wawancara.

Mengamen di

77

kehidupan nya.

tempat laundy.

Wawancara.

Diberikan uang setelah mengamen.

Wawancara.

Pertengahan

Timelaps jalanan di malam hari. Dimalam hari, disatu sisi waria Wawancara.

bekerja sebagai PSK dalam memenuhi

Waria sedang

kebutuhannya

malakukan

sehari-hari.

qamat

Disisi lain para

sebelum

waria yang

salat.

tinggal di Pondok Pesantren

78

Salat

berusaha

berjamaah.

mencari kedudukannya di dalam agama.

Wawancara.

Wawancara. Mereka bercerita bagaimana cara Mengaji

mereka

bersama.

berbadah kepada Tuhannya. Mereka juga

Wawancara.

berusaha mencari kedudukan mereka, status

Waria

sosial mereka

membaca

dalam

puisi.

lingkungannya. Mereka berbaur, beusaha untuk

Wawancara.

dapat diterima masyarakat, mulai dari lingkungan

Wawancara.

terdekat dulu seperti keluarga hingga meluas

79

sampai ke Berangkat

pemerintahan.

ziarah bersama.

Wawancara.

Menjelaskan Membeli

dari persepsi

bumbu di

masing-masing

pasar.

apakah mereka akan terus

Salat

selamanya

berjamaah.

menjadi seperti ini ataukah mereka akan bertaubat.

Wawancara.

Berdoa setelah salat.

Wawancara.

Wawancara.

80

Penutupan

Ziarah dan

Merkea

berdoa.

menjalani kehidupan mereka sehari-

Para waria

harinya biasa

berada di

saja, tidak

makam.

menghiraukan apa kata orang lain. Mereka menganggap

Wawancara.

kehidupan yang mereka jalani itu

Bersiap-siap

adalah benar,

untuk

sehingga mereka

berangkat

biasa saja

kerja.

menyikapi semua hal

Waria yang

termasuk

hidup

lingkungannya.

dijalanan.

Waria

Di tutup dengan

berdandan.

sangat cantik. Menampilkan pentas seni

Waria

waria dan

berdandan.

mereka bernyanyi bersama.

81

Bernyanyi bersama, melakukan pentas seni.

Credit title.

c. Dokumenter Televisi Lentera Indonesia - Perjuangan Pendidikan Anak Pemulung Pontianak Tabel 3.3 Analisis Dokumenter Televisi Lentera Indonesia

Bagian

Scene

Narasi

Pembukaan

Seorang anak muda sedang menjadi relawan.

Anak-anak sedang duduk.

Ekspresi anak-anak.

82

Deskripsi

Anggi mengajarkan anak-anak.

Mereka bermain bersama.

Bumper.

Pertengahan Anak-anak belajar membaca.

Anggi mengajar membaca.

Banyak juga relawanrelawan lain.

83

Stockshot

Relawan mengajar

Wawancara

Stockshot

Stockshot

Stockshot

84

Tempat mengajar anak-anak pemulung.

Kakek tua sedang bekerja keras.

Anak-anak sedang memulung.

Plastik menjadi incarannya.

Wawancara

Bernyanyi bersama musisi Pontinak.

85

Gambaran tempat.

Wawancara musisi.

Stockshot.

Wawancara Selanjutnya.

Bumper.

86

Anak-anak bermain bersama.

Wawancara.

Kegiatan belajarmengajar.

Anak-anak membagibagi beras. Beras ditimbang dan dimasukan ke dalam plastik. Lalu dibagikan kepada orang

87

tua anakanak.

Wawancara.

Wawancara.

Penutupan Kilas balik

Bumper

Wawancara

88

Kegiatan belajarmengajar di tepi danau

Credit title

3.3 Hasil Analisis Setelah dikaji lebih dalam dan analisis yang telah dilakukan, peneliti menarik garis kesimpulan dari analisis yang telah dikerjakan. Pada dasarnya perubahan dapat terjadi akibat adanya dorongan dan kemauan dari diri sendiri. Pemuda-pemuda di Blok Tempe tidak akan mampu berubah kalau tidak adanya dorongan dari lingkungan sekitarnya, ditambah lagi dengan kemauan ingin merubah kualitas hidup yang dimiliki oleh masing-masing pemuda di Blok Tempe. Perubahan terjadi karena adanya beberapa

faktor yaitu diantaranya

bertambah dan berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru dan pertentangan atau konflik. Adapun faktor-faktor yang dapat mempercepat dan

89

memperlambat proses perubahan diantaranya kontak dengan budaya lain, sistem pendidikan formal yang maju, sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju, adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang, sistem stratifikasi masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu, adanya orientasi masa depan, dan adanya nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk memperbaiki kehidupannya. Selain itu faktor penghambatnya adalah kurangnya hubungan dalam masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat, sikap masyarakat yang sangat tradisional, rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan, prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup, hambatan-hambatan yang bersifat ideologis, adat atau kebiasaan, dan adanya nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki. Perubahan akan terjadi apabila adanya kemauan dari diri sendiri dan dukungan serta kepercayaan dari orang-orang terdekat. Perubahan tidak mungkin terjadi sangat cepat, segalanya membutuhkan proses dan pendekatan. Bagaimana caranya kita dapat menghadapi segala kesulitan dan mencari solusi demi kepentingan dan kebaikan bersama. Masyarakat Blok Tempe pun sudah memiliki pola pikir yang terbuka dan mulai mau menerima pemuda-pemuda ini karena mereka memberikan bukti bukan janji. Apa yang terlihat kadang bukan seperti itu maknanya. Kepedulian akan lingkungan membuat harmoni dan kesejahteraan bagi masyarakat di Blok Tempe. Dimulai dari perubahan terhadap diri sendiri lalu kesadaran akan kenyamanan lingkungannya menjadikan Blok Tempe mempunyai banyak cerita. Film dokumenter menjadi media yang tepat bagi masyarakat kaum muda di Kota Bandung untuk dapat menginspirasi serta memotivasi mereka. Dokumenter yang dikemas tidak hanya dari segi konten yang menarik tapi juga dari segi visual yang memanjakan mata audiens. Struktur bertutur naratif lebih mudah dipahami oleh masyarakat dan alur campuran akan menarik jika digunakan dalam dokumenter ini. Dokumenter akan menarik jika visualnya bagus dan memiliki konten yang menarik dan dalam. Untuk membuat dokumenter ini dapat

90

menyentuh hati audiens diperlukan adanya struktur penuturan naratif secara emosional. Dalam pembuatan film dokumenter memang lebih sulit dibandingkan film fiksi karena kreator menyajikan sesuatu cerita secara nyata tanpa dibuat-buat dari segi konten. Kreator harus mampu memiliki pendekatan lebih secara emosional agar dapat mendapatkan informasi secara lebih lengkap dan terbuka.

3.4 Konsep Setelah peneliti mengkaji lebih dalam, peniliti lalu mulai membuat sebuah konsep dan perancangan baik dari segi konten maupun penggayaan. Peneliti akan membuat sebuah karya film dokumenter yang dapat menginspirasi masyarakat kaum muda dengan menggunakan penggayaan performatif dimana kreator dalam halnya disini adalah peneliti akan memberikan visual yang bagus dan memanjakan mata para audiens sehingga tidak membosankan. Dari segi konten peneliti akan membuat naratif dengan benang merah “perjuangan perubahan pemuda di Blok Tempe” dengan segala jatuh bangun yang mereka hadapi selama proses perubahan yang akan dikemas semenarik mungkin. Peneliti pun akan

91

mengedepankan struktur penuturan yang lebih emosional secara naratif, yaitu memiliki struktur 3 babak (pembukaan, isi, penutup) dengan alur campuran. Awalnya peneliti akan membuat keadaan Blok Tempe saat ini yang sudah sangat berubah dan bagus, lalu peneliti kemudian memutar waktu (flash back) dan menceritakan peliknya perjuangan pemuda-pemuda ini dalam melakukan perubahan. Peneliti akan mengambil titik-titik tertentu yang sangat krusial bagi masing-masing pemuda dan akan direpresentasikan kembali menggunakan wawancara mendalam secara emosional. Selama proses ini peneliti akan membuat jalur benang merah dan menyisipkan nilai-nilai inspiratif untuk menginspirasi secara persuasif agar audiens mau dan mampu melakukan perubahan kualitas hidup. Setting tempat yang akan digunakan tentu saja di Blok Tempe itu sendiri, penjara atau lapas anak, dan di studio untuk wawancara mendalam. Wawancara mendalam yang akan dilakukan penulis menggunakan pendekatan secara emosional agar subjek mampu memberikan cerita dan pengalaman yang real atau nyata secara lengkap. Selain wawancara pun penulis menggunakan narator (voice of God) sebagai pencerita dalam sudut pandang orang ketiga. Musik yang akan digunakan adalah musik instrumental. Durasi film dokumenter ini kurang lebih 10-15 menit. Konsep dari karya ini diharapkan mampu menginspirasi serta memotivasi masyarakat kaum muda.

92

BAB IV KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN

4.1 Konsep Film Setelah menganalisa data yang telah didapat dari Blok Tempe melalui pendekatan sosiologi, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dibutuhkan anakanak atau pelaku penyimpangan adalah sebuah kepedulian sosial dari lingkungan terdekat, dorongan, serta kesadaran diri sendiri terhadap kehidupan dan masa depan mereka yang akan datang. Kata kunci yang sudah didapat dari perubahan di Blok Tempe ini adalah inspirasi dan motivasi. Untuk itu diperlukan adanya media yang dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada pelaku penyimpangan agar mau dan mampu untuk melakukan perubahan. Media ini diharapkan dapat menghimbau lingkungan terutama masyarakat kota Bandung agar mau memberikan kepedulian, dorongan, serta perhatian yang lebih kepada pemuda pelaku penyimpangan yang ada disekitarnya. Penulis memilih dokumenter televisi sebagai media yang efektif karena dapat menyebarluaskan suatu informasi secara cepat serta dapat diapresiasi oleh banyak orang. Dokumenter televisi ini ingin dipublikasikan atau dijadikan sebagai pilot project dimana masyarakat mendapatkan informasi tentang peristiwa atau cerita perubahan yang sehingga dapat menjadi stimulus untuk melakukan perubahan-perubahan lainnya di Kota Bandung. Film yang dipilih adalah dokumenter televisi dengan judul Perubahan Sosial Pemuda Blok Tempe. Dalam program televisi berjudul “MOTEKAR” yang artinya menggambarkan kegigihan, kreatif dan banyak akal. Selain itu, Motekar juga mengandung arti keinginan untuk bekerja keras, bermimpi, berkarya, berkreatifitas, dan berusaha terus menerus untuk menjadi pribadi yang produktif sehingga berguna bagi diri dan masyarkat. Program televisi ini berisikan kontenkonten inspiratif dari masyarakat Kota Bandung yang menceritakan perubahanperubahan yang terjadi di Kota Bandung.. Dimana perubahan Blok Tempe merupakan episode satu yang kontennya lebih menekankan kepada bagaimana perbahan itu dapat terjadi, bagaimana proses serta jatuh bangun yang ada

93

didalamnya. Dalam halnya disini audiens diajak untuk melihat lebih dekat tentang suatu daerah yang awalnya kumuh, tidak aman, angker, kotor, sering terjadi banjir berubah menjadi daerah asri nan bersih, aman dan nyaman yang ternyata disebabkan oleh pemuda-pemuda yang notabene adalah “pelaku kriminal”. Audiens diajak untuk peduli akan lingkungannya dan distimulus agar dapat melakukan perubahan untuk memperbaiki hidupnya. Perihal kecil namun apabila seluruh masyarakat mampu peduli kepada lingkungannya, maka Indonesia akan menjadi lebih baik tentunya. Kontennya juga diisi dengan visual-visual yang menggambarkan perubahan itu sendiri. Dalam film ini penulis ingin menggunakan pendekatan emosional agar dapat menginspirasi masyarakat dengan tepat sasaran. Pendekatan emosional dibangun selain dari visual, juga audio musik yang mendukung serta konten yang inspiratif. Alur yang digunakan adalah alur campuran sehingga tidak monoton ketika ditonton, mengingat kebanyakan film dokumenter memiliki alur yang flat dan membosankan.

4.2 Konsep Kreatif 4.2.1 Strategi Kreatif a. Pendekatan Verbal Penyampaian pada film dokumenter ini menggunakan bahasa Indonesia dan beberapa logat bahasa sunda pada dialog antar narasumber. Bahasa Indonesia digunakan agar memudahkan siapa saja masyarakat Indonesia yang menontonnya. Logat Sunda beserta budaya-budaya Sunda akan lebih ditekankan pada film ini agar penonton dapat merasakan perbedaan “khas” busaya Sunda itu sendiri. b. Pendekatan Visual Visual yang ditampilkan merupakan gabungan wawancara mendalam dari beberapa narasumber dan footage yang mendukung. Pengambilan gambar pun akan disesuaikan dengan konsep pada film ini yaitu “inspiratif” dan akan

mengedepankan

visual

yang

94

menarik

untuk

menginspirasi

penontonnya secara emosional, didukung juga dengan audio musik yang sesuai. 4.2.2 Genre Genre pada film digunakan untuk mengklasifikasikan jenis film. Dokumenter terbagi dalam sebelas kategori, diantaranya adalah laporan perjalanan, sejarah, potret atau biografi, perbandingan dan kontradiksi, ilmu pengetahuan, nostalgia, rekonstruksi, investigasi, eksperimen / seni (Association Picture Story), buku harian, dan dokudrama. Dilihat dari jenis penggayaan dan konten dari dokumenter Blok Tempe, genre yang paling sesuai adalah nostalgia. Dimana dokumenter nostalgia biasanya banyak menceritakan kilas balik (flashback) dan napak tilas pada kejadian-kejadian dari seseorang atau satu kelompok, dalam halnya disini adalah kilas balik dan napak tilas perjalanan kehidupan pemuda di Blok Tempe. 4.2.3 Naratif Unsur naratif yang digunakan sutradara adalah pola linier mengingat dokumenter ini bertujuan untuk menginspirasi audiens, sehingga dibuat semudah mungkin agar penonton mampu untuk memaknai film ini dengan baik. Disamping itu dokumenter ini ditujukan juga bagi konsumen televisi dimana psikologisnya cenderung lebih menyukai halhal ringan dan tidak berat dalam berfikir. Sutradara memutuskan untuk membuat sedikit kejutan diawal, menyimpan klimaks diawal agar pada saat mulai menonton audiens akan merasa penasaran dan ingin tetap menyaksikan hingga akhir film. Alurnya akan dibuat campuran tetapi tetap pada benang merah yang sama sehingga pola linier lah yang paling tepat untuk dokumenter televisi ini. Elemen pokok naratif pada perancangan ini diantaranya adalah:

95

a. Pelaku Cerita Pelaku cerita pada film ini adalah Ipong, Reggi, Pak RT serta tiga pemuda lain yaitu Sandi, Iwan, dan Mulyono. Jalannya cerita akan dibangun dengan dialog antar subjek, tanpa menggunakan

narator.

Kekuatan

karakter

pada

setiap

narasumber akan membuat jalan cerita lebih menarik dibanding menggunakan narator. Audiens akan dibiarkan bebas untuk menyaksikan dan menginterpretasi isi cerita tanpa harus dibimbing dengan narator, sehingga pada akhirnya diharapkan film ini akan menjadi bahan diskusi dan diteruskan kepada audiens-audiens lainnya.

b. Permasalahan Inti permasalahan dalam film lebih memfokuskan bagaimana para pemuda ini dapat bertransformasi. Proses perubahan itulah yang akan diangkat. Bagaaimana meraka jatuh bangun menghadapi realita hidup dan tekan sehingga mereka mampu melakukan perubahan terhadap diri mereka sendiri, hingga berdampak pada lingkungan mereka. Lalu pada akhirnya perubahan itu mampu mendorong mereka untuk bekerjasama dalam merubah lingkungan menjadi lebih baik.

c. Tujuan Tujuan naratif itu sendiri dibuat agar dapat mampu merangsang penonton untuk dapat melakukan perubahan, serta bagaimana mereka (para pemuda di Blok Tempe) yang telah mampu merubah dirinya dan lingkungan menjadi lebih baik untuk dapat membagi kisah inspiratif tersebut agar lebih banyak lagi perubahan yang dapat terjadi dalam masyarakat lainnya.

96

4.2.4 Struktur Naratif Setelah mementukan elemen-elemen pokok naratif kemudian dibagi menggunakan penuturan struktur tiga babak yang mana diantaranya ada pembukaan, isi dan penutupan. Dalam alurnya dibagi menjadi eksposisi, komplikasi, klimaks, dan resolusi. Struktur naratif dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Tahap Pembukaan Pada tahap ini sutradara akan menyisipkan bagian klimaks untuk dapat merangsang minat penonton dalam menyaksikan film lebih lagi. Lalu akan disusul dengan eksposisi kota Bandung, dilanjutkan dengan eksposisi narasumber satu dalam halnya disini adalah Ipong. Masih pada tahap eksposisi dilanjutkan dengan eksposisi daerah Babakan Asih, Blok Tempe dan wawancara Pak Achmad Ruyani sebagai pembuka.

b. Tahap Pertengahan Selanjutnya

adalah

wawancara

para

pemuda

dengan

segala

pengalamannya saat berada di Blok tempe, bagaimana prosesnya dan siapa saja yang terlibat. Begitupun wawancara pada Pak Achmad Ruyani dan Ipong pada tahap ini. Keseluruhan tahap ini berisikan bagaimana proses jatuh bangun pemuda Blok tempe dalam melakukan perubahan dalam 3 sudut pandang yaitu pemuda, reggi sebagai pembentuk dan warga sebagai orang ketiga yang memperhatikan dan menggikuti

perjalananpara

pemuda

ini.

Bagaimana

dampak

perbandingan sebelum dan sesudah berubah pada lingkungannya. Ditambah dengan pendapat para pakar diantaranya pakar psikologi dan Lembaga Perlindungan Anak Bandung.

c. Tahap Penutupan Pada tahap ini merupakan tahap resolusi dimana para pemuda berkeinginan untuk membagi kisah ini dan mempunyai harapan serta pesan kepada para pelaku penyimpangan yang masih belum bisa

97

berubah sampai saat iini. Pada tahap inilah pemuda-pemuda ini akan dipertemukan kembali pada silaturahmi yang akan diadakan di Blok Tempe. Closing nya akan ditutup dengan keceriaan dan kebersamaan yang hangat antar warga di Blok Tempe.

4.2.5 Struktur Dramatik (Dramatic Tension)

Skema 4.1 Struktur Dramatik

 Eksposisi Scene 1-5 Kontennya berisi pemaparan daerah Blok Tempe, pengenalan subjek atau narasumber, dan pemaparan issue.  Komplikasi Scene 6-13

98

Kontennya berisi permasalahan yang mulai muncul ketika subjek atau narasumber menceritakan tentang pengalamannya serta proses jatuh bangun perubahan mereka.  Klimaks Scene 14 Kontennya berisi tensi tertinggi dimana titik emosional subjek ketika menceritakan bahwa dirinya tidak diterima oleh masyarakat.  Resolusi Scene 15-16 Kontennya berisi resolusi, anti-klimaks, pendapat para ahli, saran, serta pemaparan warga Blok Tempe beserta pemuda sedang berkumpul sebagai penutupan.

4.3 Konsep Media 4.3.1 Identitas Program Televisi a. Latar Belakang Program Dasar pemikiran program ini adalah karena banyaknya program televisi yang kurang menarik dan tidak berbobot, juga kurangnya program televisi yang informatif namun tidak membosankan. Sehingga diperlukan adanya program televisi yang menyajikan informasi-informasi aktual namun tetap dikemas secara menarik agar tidak membosankan bagi penonton. b. Tujuan dan Manfaat Program Tujuan dari program televisi ini adalah memberikan informasi dan edukasi kepada konsumen televisi tentang segala macam perubahan di Kota Bandung dan dampaknya kepada masyarakat agar dapat menginspirasi penonton agar terstimulus untuk melakukan perubahan positif baik terhadap diri sendiri

99

maupun lingkunganya. Manfaat program televisi ini adalah sebagai ilmu pengetahuan. c. Segmentasi Program

Bumper / teaser

TVC (iklan)

SEGMEN 1

TVC (iklan)

SEGMEN 2

Credit Title

SEGMEN 3

Skema 4.2 Segmentasi Program

1. Bumper / Teaser Durasi: 2 menit Konten berisi bumper program acara dan teaser mengenai program acara televisi. Dalam halnya disini bumpper berisikan logo motekar dan teaser memaparkan perubahan Bandung dan masyarakatnya secara visual.

2. Segmen 1 Durasi: 7 menit Konten segmen satu memaparkan eksposisi objek, daerah atau tempat yang akan diekspos, serta pengenalan narasumber satu per satu.

3. Segmen 2 Durasi: 6 menit Konten pada segmen dua berisikan komplikasi dimana masalah-masalah mulai terbuka dan bagaimana narasumber meresppon hal tersebut hingga mencapai emosi klimaks.

100

4. Segmen 3 Durasi: 5 menit Konten segmen tiga diantaranya anti-klimaks, resolusi, penyelesaian masalah, saran dan ditutup dengan closing.

5. Credit Title Durasi: 1 menit Berisikan keterangan program acara seperti produser, sutradara, kameramen, editor, dan kru lainnya.

6. TVC (ads) Iklan dibagi menjadi 2 sesi yaitu sesi pertama dengan setiap sesi dibatasi dengan durasi 2,5 menit atau 150 detik. Iklan pertama terletak setelah segmen 1 berakhir berkisar kurang lebih 5-8 iklan dengan durasi kurang lebih 15-30 detik. Iklan kedua terletak setelah segmen 2 berakhir.

d. Deskripsi Program 

Judul Program: “MOTEKAR” Judul program televisi ini dipilih berdasarkan artinya yang

dalam bahasa Sunda menggambarkan kegigihan, kreatif dan banyak akal. Selain itu, Motekar juga mengandung arti keinginan untuk bekerja keras, bermimpi, berkarya, berkreatifitas, dan berusaha terus menerus untuk menjadi pribadi yang produktif sehingga berguna bagi diri dan masyarkat. Penulis memilih “MOTEKAR” karena yang pertama adalah bahasa Sunda yang dimana film ini bertempat dan menceritakan masyarakat Sunda di Bandung, lalu yang kedua memiliki arti yang sesuai yaitu menggambarkan masyarakat Bandung yang gigih, berkarya, dan

101

berusaha terus menerus untuk menjadi pribadi yang produktif sehingga berguna bagi diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. 

Target Pemirsa

Target pemirsa atau target penonton dalam program ini berdasarkan jenis kelamin, usia, dan SES (socio economy status). -

Jenis Kelamin: Laki-laki dan Perempuan

-

Usia: Remaja hingga Dewasa (15 – 40 tahun)

-

SES: kelas B (menengah ke atas) dan kelas C (menengah ke bawah)

4.3.2 Perencanaan Media a. Judul Judul yang diambil pada dokumenter televisi yang dalam halnya disini merupakan episode 1 dari program televisi MOTEKAR adalah “Dari Preman Jadi Pahlawan” yang secara jelas menggambarkan tentang perubahan sosial dalam kehidupan pemuda-pemuda di Blok Tempe. b. Tema Pada

dasarnya

tema

secara

keseluruhan

dalam

program

dokumenter televisi ini adalah perubahan atau transformasi yang terjadi di Kota Bandung. Sesuai dengan judul programnya yaitu motekar, konten-konten dalam program ini berisikan karya-karya bentuk perubahan dari yang kecil hingga yang besar yang terjadi di Kota Bandung. Salah satunya adalah perubahan sosial dan

102

lingkungan yang terjadi di Blok Tempe sebagai episode pertamanya. c. Pesan dan Tujuan Tujuan pada film ini sangat jelas yaitu ingin memberikan informasi yang edukatif juga inspiratif mengenai perubahan kehidupan sosial pemuda mantan narapidana di Blok Tempe yang berdampak positif bagi lingkungannya. Dengan adanya film dokumenter ini diharapkan dapat menggugah, memicu, dan menstimulus siapa saja yang menontonnya untuk dapat melakukan perubahan lebih baik untuk dirinya sendiri dan juga lingkungannya. Dalam dokumenter ini juga dipaparkan bagaimana seharusnya lingkungan menyikapi anak-anak yang melakukan penyimpangan dan tindak kriminal. Pesan yang ingin disampaikan adalah bagaimana perubahan itu baik adanya untuk siapa saja yang berniat dan berkemauan keras, juga kepedulian dari lingkungan sekitar juga menjadi salah satu faktor yang berperan penting bagi pelaku penyimpangan dalam melakukan perubahan. d. Ide Dasar Bagaimana membuat sebuah alur yang menarik dalam film dokumenter televisi tentang kisah inspiratif perubahan yang terjadi di Blok Tempe, dengan menggabungkan gaya performatif dan eksposisi agar tetap menarik dan tidak membosankan. Tidak hanya konten yang berbobot namun dokumenter ini harus mampu menginspirasi audiensnya, dibantu dengan audio dan visual yang mendukung. e. Durasi dan Format Video Perencanaan Durasi : 21 menit Format video H.264/MP4, dengan aspec ratio square pixel (1.0), dengan resolusi 1920x1080 25fps dengan kualitas gambar Bluray.

103

Sehingga film yang dihasilkan memiliki kualitas gambar yang bagus dan sesuai dengan format video program televisi pada umumnya.

4.3.3 Perencanaan Peralatan Sebelum melakukan produksi, tim produksi menyusun praproduksi yaitu salah satunya melakukan perencanaan peralatan apa saja yang akan digunakan. Alat-alat yang akan digunakan adalah sebagai berikut: 1. Kamera Canon DSLR 5D mark II (2 buah) 2. Lensa Canon EF 28-70mm f/2.8 L-Series (1 buah) 3. Lensa Canon EF 70-300mm F/4-5.6L IS USM (1 buah) 4. Lensa Canon EF 50mm f/1.2 L (1 buah) 5. Tripod Attanta VD-2500 Video 75mm bowl head (1 buah) 6. Portable LED (1 buah) 7. ZOOM + Microphone (1 buah) 8. Extra Canon battery (2 buah) 9. MMC Class 10 32GB (2 buah) 10. Stabilizer – Glide Cam (1 buah)

4.3.4 Estimasi Biaya No. 1

Nama Alat Biaya Peralatan Sewa Kamera DSLR Canon 5D Mark II Sewa Lensa  24-70mm  70-200mm  50mm (fix) Sewa Glide Cam Sewa Tripod Zoom Shotgun

Jumlah Hari Harga Satuan

Total Harga

2

7

Rp 275.000,-

Rp 3.850.000,-

1 1 1

7 3 3

Rp 175.000,Rp 150.000,Rp 200.000,-

Rp 1.225.000,Rp 450.000,Rp 600.000,-

1 1 1 1

4 7 7 7

Rp 150.000,Rp 60.000,-

Rp 600.000,Rp 420.000,-

104

2

Biaya Transportasi dan Konsumsi Transportasi Bensin 7 Rp 50.000,Konsumsi 1 7 Rp 100.000,3 Biaya Media Pendukung Poster 5 Rp 10.000,Packaging + CD 5 Rp 20.000,4 Biaya Tak Terduga Biaya tak terduga Biaya Total

Rp 350.000,Rp 700.000,Rp 50.000,Rp 100.000,Rp. 2.000.000 Rp 10.345.00,-

4.4 Konsep Visual Konsep visual merupakan interpretasi sutradara dalam memvisualisasikan treatment, bagaimana sudut pandang sutradara dalam memaknai dan mengolah deskripsi tulisan menjadi visual. Dalam perancangan ini, konsep visual yang dibangun oleh sutradara merupakan visual-visual yang mampu menginspirasi penontonnya secara emosional dan dikemas secara menarik. Tujuannya adalah agar penonton dapat memaknai film ini dengan baik.

Dalam menampilkan keberagaman Kota Bandung sebagai pembuka, kreator menggunakan gambar-gambar candid saat warga Bandung sedang melakukan berbagai hal di jalanan yang berciri khas kan “ikon” Kota Bandung seerti Gedung Sate, Alun-Alun Bandung, dsb. Dengan menyorotkan beberapa ikon nya akan

105

menambah kesan dari Kota Bandung itu sendiri. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah berkesenian.

Pada wawancara perorangan, konsep visualnya hanya menggunakan dua sisi kamera, yaitu master dan detail dengan konsep standar dokumenter televisi.

Pada wawancara tiga orang, sutradara mencoba untuk mengambil gambar yang berbeda dengan dokumenter televisi pada umumnya. Mengambil master gambar dengan lensa wide.

Pada beberapa gambar, sutradara berusaha menampilkan karakter objek atau narasumber menggunakan beberapa ciri khas seperti contohnya tato. Tidak hanya mewakilkan karakter narasumber, gambar-gambar tersebut akan menimbulkan ketertarikan sendiri pada penonton yang menontonnya.

106

Untuk menggambarkan daerah Blok Tempe, sutradara berusaha mengambil gambar sehari-hari kegiatan warga dari yang muda hingga yang tua, dan memanfaatkan suara-suara ambient alami dari sekitar Blok Tempe.

Konsep visual banyak menekankan pada visual-visual emosional seperti ekspresi objek atau narasumber. Footage detail pada setiap narasumber memperkuat setiap kata-kata yang terucap. Sutradara banyak menggunakan teknik fokus-blur untuk membuat kesan atau tensi dramatik yang lebih pada visual ini.

107

4.5 Pra – Produksi 4.5.1 Treatment TREATMENT Oleh: Oryza R. Ramafedita

Ipong seorang mantan narapidana yang sudah belasan kali merasakan

dinding-dinding

penjara

menceritakan

pengalamannya

dulu.Ia terlihat santai sambil menghisap rokoknya.Terlihat tatto disekujur tubuhnya yang kurus. Suasana Kota Bandung di siang hari, sinar matahari yang terik menyinari jalan-jalan Kota Bandung. Tampak pengamen jalanan, tukang bersih-bersih debu kaca mobil, dan pedagang asongan yang sedang berjualan diperempatan lampu merah. Mobil dan motor yang berlalu-lalang, ada yang membuka jendelanya untuk membeli rokok atau sebotol air mineral dari pedagang asongan. Tampak beberapa pengemis duduk di trotoar, ada pula anak-anak yang meminta uang dari mobil yang satu ke mobil yang lain. Ipong

dengan

kesehariannya

merawat

anjing

pitbullnya,

memberi makan dan minum, mengajak jalan-jalan bersama, serta mengajaknya bermain bersama. Rumah yang tidak terlihat terlalu besar namun sangat nyaman dihuni.Ipong biasa mengantar istinya menggunakan motor ke tempat kerjanya. Dilain sisi dijalanan, gang-gang sempit di kawasan Babakan Asih tampak banyak anak-anak kecil sedang berlarian, bermain bersama. Digang lainnya pun tampak ibu-ibu yang sedang memotong

108

sayuran di teras rumahnya untuk segera dimasak. Ada pula orangorang yang berpapasan dengan motor di gang itu dan terpaksa harus mengalah dan mempersilakan motor untuk jalan terlebih dahulu. Tampak seorang anak kecil yang sedang membeli jajanan di warung. Didepan warung tersebut terdapat balai warga dan tampak beberapa bapak-bapak sedang bercengkrama bersama, merokok, meikmati kopi, sambil mengobrol bersama. Terlihat sudah ada gorengan tersedia untuk cemilan. Pak Achmad mantan Ketua RT 04 di Babakan Asih tersebut pandai bermain gitar, diiringi dengan nyanyian dari warga lainnya. Sore terasa begitu besahaja, udara yang sejuk membuat betah berada lama-lama di balai tersebut. Sambil duduk bersama, Pak Achmad menceritakan sejarah Blok Tempe dengan segala haru biru yang ada didalamnya. Pak Deden salah satu warga yang juga sudah cukup lama berada di Blok Tempe juga bercerita perjalanan perjuangan pemudapemuda dulunya. Pak Deden ini juga merasakan perubahan dan ikut dalam proses perubahan tersebut. Jalanan yang bersih, banyak titik-titik sumur resapan, torrent air yang siap menyediakan air bersih untuk warga Blok Tempe, anak-anak yang riang gembira bermain bola dilapangan telah membuktikan bahwa Blok

Tempe

pantas

mendapatkan

predikat

salah

satu

kampung

percontohan yang ada di Kota Bandung. Ridwan Kamil sang walikota Bandung yang dulunya belum menjabat sebagai walikota saat itu menjadi pemimpin perubahan kampung

Blok

Tempe

pun

terlihat

sangat

bangga

pada

saat

menceritakan sejarah perubahan Blok Tempe. Ia memperlihatkan

109

medali yang ia dapatkan atas penghargaan terhadap keberhasilannya mempin perubahan lingkungan di Blok Tempe. Ipan Garniwa atau yang biasa disebut Ipong ini terlihat bermain-main dengan anjingnya. Ipong juga sering menjalankan bisnis jual-beli anjing untuk tambahan kehidupan sehari-hari. Sambil

memberi

bagaimana

proses

makan ia

anjinnya, berubah

ia

dulu,

banyak

bercerita

bagaimana

ia

tentang

menghadapi

masyarakat yang dulunya tidak mau menerima dia. Ia bercerita tentang hari-harinya saat berada di Blok Tempe, susah senang yang ia lalui bersama teman-temannya. Di lapas anak, arcamanik tampak beberapa anak muda yang sedang piket harian, makan siang bersama, bercanda ria bersama dibalik jeruji besi itu. Ruangan yang sempit menambah sesak orang yang berada didalamnya. Beberapa ada yang masih sangat kecil hingga berusia remaja. Ada yang bermuram durja namun ada pula yang telihat biasa saja. Berkeseharian bersama seperti belajar bersama, olahraga bersama membuat mereka mau tidak mau menjadi teman satu sama lain. Miris itu lah kata yang tepat ketika berada di dalam lapas anak ini. Pak Deden, ibu-ibu, serta warga lainnya memiliki pendapat yang beraneka ragam. Air mengalir deras di sungai Babakan Asih tersebut. Kecil namun padat membuat Blok Tempe tidak pernah sepi untuk didatangi. Sandi, Widi dan kawan-kawan lain juga termasuk pemuda-pemuda “nakal” pada saat itu bercerita tentang masa lalunya di Blok Tempe.

110

Sandi laki-laki paruh baya dengan peringai cukup tampah, bersih, kulitnya sawo matang, badan agak berisi memiliki harapan terhadap generasi-generasi muda jaman sekarang. Berbeda dengan Widi, walaupun terlihat sangar, Widi termasuk orang yang humoris dan sering membuat lelucon agar semua orang tertawa. Mereka semua mempunyai harapan masing-masing tentang generasi muda yang akan datang. Reggi seorang advokat muda yang dulunya menjadi peranan penting dalam perubahan Blok terlihat sedang menikmati secangkir kopi bersama

teman-teman

dalam

perkumpulan

mapala

di

Unisba.

Ia

terlihat sedang memberi masukan dan nasihat kepada mahasiswa mapala disana. Kopi yang panas menambah hangat suasana. Reggi memang mahir dalam memberikan motivasi kepada anak muda termasuk pemuda Blok Tempe dulu. Ia merupakan orang yang sangat peduli akan sekitarnya. Matahari pun mulai turun dan terbenam, adzan maghrib sudah berkumandang, warga-warga Blok Tempe mulai berbondong-bondong pergi ke masjid untuk melakukan salat berjamaah. Dilain sisi Ipong dan keluarganya pun melakukan salat berjamaah dirumahnya. Keesokan harinya Ipong dan keluarga bersiap-siap untuk pergi. Setelah mandi dan siap untuk pergi Ipong mengunci rumahnya lalu naik motor bersama anak dan istrinya. Ipong dan keluarga pergi ke Blok Tempe untuk menghadiri acara reunian dan silaturahmi bersama. Ipong disambut oleh para warga dan teman-temannya yang sudah lama rindu kepadanya. Reggi juga ada disana turut ikut dalam acara silaturahmi tersebut.

111

Acara dimulai dengan syukuran berdoa, lalu makan tumpeng bersama. Suasana yang sejak lama sudah dirindukan ini akhirnya bisa terjadi lagi. Ipong, Sandi, Widi dan kawan-kawan tertawa bersenda gurau mengenang masa-masa dulu, saling melepas rindu dan berbahagia.

4.5.2 Pemilihan Narasumber (Pelaku pada Film) Pemilihan narasumber bertujuan agar isi dan konten pada film ini tepat sasaran. Dimana sebelum produksi, penulis melakukan observasi terjun langsung melihat dan mencari tahu tentang apa, dimana, dan siapa saja yang terlibat dalam proses perubahan tersebut. Setelah melakukan observasi dan wawancara singkat, penulis memilih beberapa narasumber penting diantaranya: 1. Reggi Kanyong Munggaran Reggi merupakan narasumber utama berperan penting karena statusnya sebagai salah satu pemuda yang peduli dan berusaha keras dalam merubah pemuda lain di Blok Tempe.

2. Achmad Ruyani Merupakan mantan ketua RT yang saat itu menjabat ketika para pemuda sedang menyimpang. Ia juga berperan penting dalam proses perubahan mereka karena Pak Achmad Ruyani terjun langsung untuk berbaur dan membantu merubah sikap dan pola pikir pemuda tsb.

3. Ipan Garniwa Ipan Garniwa atau biasa disebut Ipong adalah salah satu pemuda menyimpang mantan narapida yang paling banyak masuk ke dalam penjara juga saat ini menjadi orang yang berarti untuk masyarakat di Blok Tempe. Ia adalah ikon pemuda mantan kriminal di Blok Tempe.

112

4. Sandi, Mulyono dan Iwan Ketiga orang ini merupakan perwakilan dari para pemuda menyimpang lainnya selain Ipong, untuk mendapatkan persepsi lain dari pemuda lainnya penulis memilih mereka karena sampai saat ini mereka masih berada di Blok Tempe dan palingsering berkumpul bersama.

5. Lembaga Perlindungan Anak Bandung Lembaga Perlindungan Anak disini adalah sebagai peninjau keadaan anak-anak yang bermasalahan dan menentukan dimana letak hak dan kewajiban mereka. LPA disini juga sebagai informan kepada audiens untuk memberitahukan perlindungan anak yang seharusnya.

4.5.3 Perencanaan Director Shot N

TIME

LOCATION

SCENE

EQUIPMENT

Siang

Jalanan

-sinar matahari

Canon 5D Mark II Full

Hari

Kota

terik menyinari

Frame, Lensa Canon

Pukul

Bandung

jalanan Kota

L-series 28-70, tripod

11.00 –

*simpang

Bandung.

13.00

dago

-tampak

WIB

*pasopati

LIGHTS

O 1

pengamen jalanan, -tukang bersihbersih debu kaca mobil, -dan pedagang asongan yang sedang berjualan di lampu merah.

113

Outdoor

2

Pagi Hari

Rumah

-kang Ipong

Canon 5D mark II Full

Indoor

Pukul

Kang

dengan

Frame, Lensa Canon

&

10.30 –

Ipong

kesehariannya:

11.30

*memberi

WIB

L-series 24-70mm dan Outdoor 50mm,tripod,zoom

makan anjing *mengajak anjing jalanjalan *menjemput anak dan istrinya

3

Siang

Babakan

-keseharian

Hari

Asih, Blok

kegiatan

Pukul

Tempe

13.00 – 15.00 WIB

Canon 5D mark II full frame,24-

wargadi Blok

70mm,tripod,zoom

Tempe *gang-gang sempit *motor dan orang yang berpapasan di gang-gang sempit *ibu-ibu memotong sayuran didepan teras rumahnya *anak-anak jajan, ada yang berlarian satu

114

Outdoor

sama lain *sungai, lapangan bola, dan sumursumur resapan *terlihat bapak-bapak sedang berkumpul mengobrol bersama di balai warga 4

Tentative

Kediaman

Ridwan Kamil

Canon 5D mark II Full

Ridwan

menjelaskan

Frame, Lensa Canon

Kamil

tentang Blok

L-series 24-70mm dan

Tempe

Indoor

50mm,tripod,zoom

(wawancara) 5

Sore Hari

Rumah

-kang Ipong

Canon 5D mark II Full

Indoor

Pukul

Kang

dengan

Frame, Lensa Canon

&

14.00 –

Ipong

kesehariannya:

16.00

*merawat

WIB

L-series 24-70mm dan Outdoor 50mm,tripod,zoom

anjing

*membersihkan rumah, menonton tv 6

Siang

Lapas

Tampak

Canon 5D mark II Full

Hari

Anak

keseharian

Frame, Lensa Canon

Pukul 13.00 –

Arcamanik anak-anak penghuni lapas

115

L-series 24-70mm dan 50mm,tripod

Indoor

15.00

seperti:

&

WIB

Outdoor *memberishkan halaman *makan bersama *bercandagurau bersama *beribadah dan mendapat pelajaran dari lapas

7

Sore Hari

Babakan

Kegiatan warga

Canon 5D mark II Full

Pukul

Asih, Blok

Blok Tempe

Frame, Lensa Canon

Indoor

15.00 –

Tempe

yang bekerja

L-series 24-70mm dan

&

17.00

setiap harinya

50mm,tripod,zoom

Outdoor

WIB

seperti membuat sample gorden, dsb. *Pemudapemuda lainnya berbagi cerita mengenai Blok Tempe tempo dulu (Sandi, Widi, dkk)

8

Tentative

Kediaman

Kang Reggi

Canon 5D mark II Full

Kang

menjelaskan

Frame, Lensa Canon

Reggi

tentang Blok

L-series 24-70mm dan

116

Outdoor

Tempe,

50mm,tripod,zoom

memotivasi agar orang lain mau dan mampu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. (wawancara) 9

Sore Hari

Blok

Pukul

Tempe

*matahari mulai terbenam

Canon 5D mark II Full Frame, Lensa Canon

17.00 –

*adzan

L-series 24-70mm dan

18.00

maghrib

50mm,tripod

WIB

berkumandang

Outdoor

*para warga berbondongbondong menuju masjid 10

Sore Hari

Rumah

Pukul

Kang

15.00 –

Ipong

*Ipong

Canon 5D mark II Full

Indoor

bersiap-siap

Frame, Lensa Canon

&

menuju Blok

L-series

Outdoor

16.00

Tempe untuk

50mm,beholder,zoom

WIB

menghadiri acara silaturahmi *Ipong mengendarai kendaraannya

11

Sore -

Blok

Warga Blok

117

Canon 5D mark II Full

Malam

Tempe

Tempe

Frame, Lensa Canon

Hari

menyambut

Pukul

Ipong dan

16.00 – 20.00

Outdoor

L-series 24-70mm dan 50mm,tripod,zoom

makan bersama di Blok Tempe

WIB

4.6 Produksi a. Cahaya Cahaya yang digunakan ketika proses produksi ada 2 yaitu cahaya indoor dan outdoor. Cahaya indoor membutuhkan bantuan cahaya dimana menggunakan lighting portable, dikhususkan pada wawancara didalam ruangan seperti saat mewawancarai Ipong dirumahnya.

Sedangkan cahaya outdoor hanya mengandalkan matahari saja karena lighting disini tidak dipelukan, cahaya diatur sedemikian rupa agar tidak over atau low pada gambar. Gambar outdoor banyak diambil menggunakan cahaya matahari seperti contohnya di Blok Tempe.

118

b. Audio Audio pada proses produksi menggunakan zoom dan microphone sebagai alat bantu agar suara yang dihasilkan jernih dan memiliki kualitas yang bagus. Tanpa audio yang menunjang penonton akan sulit untuk mendengar dan mengerti isi pembicaraannya.

c. Pelaku / Narasumber Dalam hanya disini objek atau narasumber diajukan pertanyaan mendalam mengenai proses perubahan. Seperti halnya list pertanyaan pada wawancara Ipong.

 DAFTAR PERTANYAAN 1 IPAN GARNIWA

1. Kang Ipong memperkenalkan diri 2. Kang Ipong sebagai salah satu pemuda yang dulu tinggal di Blok Tempe, seperti apa dulu kehidupan Kang Ipong? 3. Bagaimana awal mulanya Kang Ipong sering melakukan tindak kriminal? 4. Apa saja tindak kriminal yang dilakukan? 5. Mengapa Kang Ipong melakukan hal tersebut? Apa motifnya? 6. Berapa kali Kang Ipong masuk bui dan dengan tuduhan apa saja? 7. Bagaimana rasanya masuk ke dalam bui berkali-kali? 8. Bagaimana reaksi warga pada saat itu terhadap Ipong? 9. Bagaimana rasanya dipandang sebelah mata oleh lingkungan?

119

10. Lalu apa yang mendasari Ipong ingin berubah hinga menjadi seperti sekarang? 11. Bagaimana proses kejadian kecelakan tersebut? 12. Adakah perasaan bersalah yang Ipong rasakan? 13. Apa yang Kang Ipong rasakan setelah kejadian itu? 14. Lalu siapa itu Kang Reggi? 15. Seberapa besar arti Kang Reggi untuk Kang Ipong? 16. Selama proses perubahan, adakah rasa ingin kembali seperti dulu lagi? 17. Bagaimana proses dilema yang Kang Ipong rasakan saat itu? 18. Bagaimana tanggapan keluarga Kang Ipong sendiri terhadap Kang Ipong? 19. Apa arti keluarga untuk Kang Ipong? 20. Apakah teman-teman di Blok tempe sudah seperti keluarga Kang Ipong sendiri? 21. Seberapa besar kedekatan Kang Ipong dan warga serta teman-teman di Blok Tempe? 22. Adakah penyesalan terbesar yang Kang Ipong rasakan seumur hidup Kang Ipong? 23. Adakah pengalaman yang menarik, lucu dan menyenangkan selama hidup Kang Ipong yang tidak bisa Kang Ipong lupakan? 24. Apa arti cinta untuk Kang Ipong? Siapa yang paling Kang Ipong cintai? 25. Sekarang Kang Ipong sudah mempunyai keluarga, yaitu satu orang istri dan dua orang anak. Adakah harapan Kang Ipong agar anak-anak Kang Ipong tidak mengikuti jejak yang sama seperti kang Ipong dulunya?

120

26. Apa tindakan atau upaya Kang Ipong dalam mencegah hal tersebut? 27. Adakah harapan Kang Ipong untuk generasi muda saat ini dan yang akan datang berdasarkan pengalaman Kang Ipong?

 DAFTAR PERTANYAAN 2 Reggi Kanyong Munggaran

1. Kang Reggi memperkenalkan diri, (umur, pekerjaan) 2. Apa kegiatan Kang Reggi sehari-hari? 3. Kang Reggi sebagai salah satu pemuda yang tidak melakukan tindak kriminal, malah membantu “mereka yg melakukan tindak kriminal”, bagaimana ceritanya? 4. Bagaimana awal mulanya timbul rasa peduli dan ingin membantu temanteman di Blok Tempe? 5. Apasaja tindakan atau upaya yang Kang Reggi lakukan dalam merubah sikap dan perilaku teman-teman di Blok Tempe agar menjadi lebih baik? (step per step) 6. Bagaimana tanggapan masyarakat pada saat itu terhadap pemudapemuda Blok Tempe? 7. Bagaimana cara Kang Reggi membuat masyarakat mau ikut turut serta untuk peduli kepada teman-teman di Blok Tempe?

121

8. Adakah tindakan secara langsung Kang Reggi dalam membantu temanteman yang sedang bermasalah, misalnya masuk ke dalam bui? Mengingat Kang Reggi merupakan seorang advokat. 9. Dalam proses yang cukup panjang tersebut, adakah kesulitan tersendiri Reggi dalam membantu teman-teman agar mau berubah? Bagaimana cara Kang Reggi mengatasinya? 10. Adakah rasa lelah dan jenuh ketika proses perubahan tersebut? (Pesimis/Optimis) 11. Seberapa penting teman-teman di Blok Tempe untuk Kang Reggi? 12. Jika ada teman-teman lain diluar sana yang masih bergelut didunia kriminal, bagaimana tanggapan Kang Reggi? Apa upaya yang seharusnya dilakukan oleh kita masyarakat yang tahu bahwa itu salah. 13. Sebenarnya adakah atau apa hal paling mendasar yang terbukti dapat membantu merubah pemuda-pemuda bermasalah seperti itu? 14. Terakhir bagaimana perasaan Kang Reggi melihat saudara-saudara diluar sana yang masih banyak melakukan tindak kriminal? Apa pesan Kang Reggi untuk mereka?

122

4.7 Pasca – Produksi Pada tahap pasca produksi disini merupakan tahap akhir dari pembuatan film dokumenter, dimana diantaranya terdapat editing, musik dan audio, serta color grading yang dilakukan oleh editor.

4.7.1 Editing Editing pada film dokumenter ini tidak mengikuti treatment secara keseluruhan, karena pada dasarnya gambar harus di padu-padankan sesuai dengan konsumsi publik televisi, sehingga dibuat semenarik mungkin. Akan tetapi alur dan benang merah secara keseluruhan tetap sesuai dengan treatment. 4.7.2 Musik dan Audio Konsep audio dan musik sangat mempengaruhi jalannya cerita dan tensi emosional yang akan dibangun. Scoring pada musik benar-benar menjadi fokus sutradara dalam memilih. Editor menawarkan beberapa pilihan musik lalu sutradara memilih dan meyesuaikan dengan konsep dan isi cerita. Musik dan audio yang mendukung sangat penting karena harus menunjang konsep film yaitu menginspirasi penonton secara emosional. 4.7.3 Color Grading Konsep color grading yang digunakan sesuai dengan genre film yang dipilih aitu nostalgia. Dimana dominan warna dan mood yang dipakai berwana kuning oranye, tetapi tidak terlalu terlihat seperti vintage. Warna oranye kekuningan ini juga memperlihatkan kehangatan dan kebersamaan.

123

4.5 Hasil Perancangan

Scene

Screenshot

Deskripsi

1

Pada scene ini perancang ingin menunjukan dan memperlihatkan sisi kreatif dari kota bandung karena pada dasarnya acara MOTEKAR ini hanya mencari konten acara yang hanya berada diruang lingkup kota bandung.

2 Wawancara Ahmad selaku mantan ketua RT di blok tempe yang akan menjelaskan tentang sejarah blok tempe.

124

3

Wawancara Ajat selaku warga blok tempe yang sudah hidup cukup lama disana, pada scene ini Ajat menjelaskan blok tempe pada zamannya dulu serta kronologi terjadinya sebuah kampung yang dinamakan blok tempe.

4

Wawancara sandi dkk. Selaku mantan kriminal di blok tempe ini akan menjelaskan tentang apa saja yang sudah terjadi pada mereka dulunya. Menceritakan kilas balik kejadian dulu yang mereka alami.

125

5

Wawancara Reggi yang akan menjelaskan tentang pengalamannya dengan pada saat melakukan pendekatan dengan para pemuda di blok tempe yang dulunya bisa disebut sebagai kriminal.

6

126

Wawancara Ipong selaku mantan kriminal yang akan menceritakan tentang masa lalunya yang sudah ia lewati pada saat dulu dirinya yang menjadi seorang preman. Serta ipong juga akan mengungkapkan perasaannya bagaimana pandangan orang atau masyarakat terhadapnya. 7

Pada scene ini akan memperlihatkan tentang keseharian pemuda yang suka nongkrong sekaligus pak ahmad akan menceritakan sedikit tentang beberapa kejadian yang sudah terjadi di blok tempe.

127

8

Pada scene ini ingin memperlihatkan keadaan aktifitas warga serta memperlihatkan suasana yang ada di blok tempe. Kampung yang padat penduduk dengan jalan sempit yang hanya bisa dilewati oleh satu motor saja sebagai jalan utamanya.

9 Wawancara reggi, pada sesi ini reggi akan menyampaikan proses dia dengan pak rt dulunya dalam melakukan pendekatan dengan para pemuda, dengan berbagai upaya dan usaha yang hingga akhirnya dapat meyakinkan para pemuda untuk berhenti dan berguna bagi sekelilingnya.

128

10

Wawancara sandi dkk. Tentang perasaan mereka tentang apa yang sudah mereka lakukan pada blok tempe berkat usaha dan kegigihan pemuda yang pada akhirnya blok tempe sudah tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat sekitar.

11

Shot ini menunjukkan satu satunya lahan tempat buat bermain para anak anak di blok tempe. Walau terlihat kumuh, anak anak terlihat ramai dan senang menggunakan lahan tersebut.

129

12

Wawancara sandi dkk. pada sesi ini, sandi dan kawan kawan memberikan informasi tentang resolusi dalam merubah diri sendiri menjadi lebih baik.

13

Pada scene ini Ipong akan menjelaskan tentang kegigihan dari pah ahmad mantan ketua RT dan Reggi dulunya pada saat melakukan pendekatan dengan beliau dan teman teman sepermainannya.

130

14 Pada scene ini, Reggi akan menceritakan tentang masalah masalah yang dihadapinya pada saat melakukan pendekatan dengan para pemuda. Berbagai rintangan dan hambatan tidak membuat Reggi takut untuk berhenti bergaul dengan mereka

. 15

Wawancara dengan pakar psikolog anak tentang bahayanya pergaulan yang dapat menyebabkan terjadinya peyimpangan soal kepribadian serta cara bermain yang menjadi lebih buruk

131

16

Pada scene ini sandi dkk akan menyampaikan tentang pentingnya peran seseorang penggerak yang mau melakukan perubahan terutama buat diri sendiri. Namun selain dari diri sendiri, diperlukannya peran dari seseorang untuk mengakui eksistensi mereka karena dipandang sebelah mata oleh orang lain.

132

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa menggunakan metode sosiologi telah didapatkan bahwa pemuda yang melakukan perubahan memerlukan adanya dorongan dari lingkungan sekitarnya. Dimana dorongan tersebut mampu megubah cara pandang serta pola pikir pemuda kriminal tersebut, sehingga dorongan tersebut akhirnya timbul dari dalam dirinya sendiri. Apabila tidak adanya dorongan dari diri sendiri maka perubahan itu belum tentu terjadi. Salah satu faktor penting perubahan juga adanya kepedulian dan juga motivasi yang kuat agar pemuda-pemuda ini mampu melakukan perubahan. Jangka waktu yang diperlukan dalam merubah pemudapemuda ini pun tidak sedikit tentunya, maka lingkungan yang bersangkutan harus mampu dan mau untuk bersabar. Pendekatan yang paling efektif yang sudah terbukti di Blok Tempe adalah dengan terjun langsung ke dalam lingkungan pemuda-pemuda ini. Telah didapatkan hasil wawancara bahwa ternyata sedikit yang peduli, dan lebih banyak warga yang acuh bahkan mencibir para pemuda ini. Kasus ini tentunya tidak terjadi hanya di Blok Tempe saja, banyak masyarakat yang di lingkungannya terdapat pemuda-pemuda syarat kriminal, namun bukannya merubah, kebanyakan dari mereka tidak menghiraukan apalagi memikirkan masa depan anak-anak ini. Sehingga dapat disimpulkan hal terpenting dari perubahan ini adalah adanya motivasi, serta dorongan kepada anak-anak ini agar mereka mampu merubah pola pikir sehingga mereka mempunyai masa depan yang lebih baik. Kesimpulan dalam penyutradaraan ini adalah dokumenter televisi tidak harus dikemas dengan gaya konvensional, namun dapat dipadu padankan dengan penggayaan lain yaitu performatif misalnya, sehingga tidak hanya dari segi pemaparan objek yang menarik, tetapi alur (plot) ceritanya juga dikemas secara

133

menarik. Plot atau treatment yang memiliki struktur dramatik tinggi di awal menjadi salah satu strategi menarikdalam merangsang minat audiens untuk menonton dokumenter ini. Dalam halnya disini, sutradara telah mampu membuat sebuah dokumenter televisi yang merangkum dan memberikan informasi dari perubahan yang terjadi di Blok Tempe untuk dapat disebarkan dan dijadikan inspirasi oleh siapa saja yang menontonnya di televisi. Dokumenter televisi ini tidak hanya memberikan informasi yang faktual, namun juga memberikan hiburan bagi penonton televisi karena telah dikemas semenarik mungkin dengan visual, audio, serta alur yang menarik. Dokumenter televisi ini diharapkan akan memberikan dampak yang positif bagi penonton televisi Indonesia.

5.2 Saran Saran kepada penulis atau kreator dokumenter televisi lainnya adalah diharapkan

dapat

melanjutkan

Program

Televisi

Motekar

ini

dan

mengembangkannya menjadi lebih baik lagi. Program Televisi Motekar ini setidaknya dapat merangkum dan menginformasikan perubahan-perubahan sosial di Kota Bandung. Tentunya banyak hal-hal sosial yang dapat diangkat menjadi salah satu episode didalam program ini. Semoga kreator-kreator lain dapat memperbaiki kesalahan dari kreator sebelumnya, dan juga menambah kekurangan yang ada, sehingga Motekar dapat dikemas menjadi lebih menarik dan lebih baik tentunya.

134

Related Documents

Semua
November 2019 38
Keciciran Semua
December 2019 46
Semua Cover
October 2019 30
Semua Bab.docx
December 2019 49
Semua Hasmat.docx
May 2020 29
Semua Bab.pdf
June 2020 23

More Documents from "CandraPrayogi"

Semua Bab.pdf
June 2020 23