Sejarah Literasi Inggris Chapter I: Anglo-Saxon Whatever Happen to the Jutes Awal mula bahasa Inggris bermula dari prasa ‘Up Yours Caesar!’ ketika Roma meninggalkan Britania. Orang-orang dari Jerman mulai berdatangan, di antaranya adalah orang-orang Angles dan Saxon. Dan dari sinilah terminology Anglo-Saxon berasal. Orang-orang Roma meninggalkan banyak hal untuk Britania, tapi tidak dengan bahasa. Tentu saja, ada bahasa Latin, namun sulit dan berbelit-belit. Anglo-Saxon datang dengan bahasa simpel yang mudah dipahami dan dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari tanpa adanya kesulitan. Seperti house, woman, loaf, dan werewolf. Mereka juga member nama pada empat hari dalam bahasa Inggris: Tuesday, Wednesday, Thursday, Friday. Nama-nama itu didapat dari dewa-dewi Anglo-Saxon. Kenapa hanya empat? Karena tentu saja, mereka suka libur! Ketika pengaruh Anglo-Saxon sudah masuk ke dalam masyarakat, para misionaris Kristen datang dengan pengalaman dan keinginan untuk menyebarkan agama mereka, mereka menyebarkan Bahasa Latin dengan format yang lebih baik. Dan berhasil, agama Kristen menjadi trending kala itu, dan karena itu masyarakat menjadi senang belajar bahasa Latin. Ditambah, dalam bahasa Latin, kata-katanya terdengar keren, seperti martyr, bishop, dan font. Hingga datangnya Viking. Bersamaan dengan para bajak laut dari yang ada di bawah bimbingan Thor dan Wotan itu dan kata-kata pembangkit semangat seperti: drag, ransack, thrust, dan die kampung-kampung di Britania hancur lebur dan kekerasan banyak terjadi. Namun, di sisi lain, para Viking juga melakukan aksi give and take, di mana mereka member bahasa Inggris dua ribu kata baru. Termasuk give dan take. Termasuk prasa: ‘Watch out for that man with the enormous axe.’
Chapter 2 The Norman Conquest Pada tahun 1066, seseorang bernama William the Conqueror –yang seperti namanya, menginvasi Britania, dia pula membawa perubahan di antaranya masuknya pengaruh bahasa Perancis, dan buku Dumesday. Bahasa Perancis hampir digunakan seluruhnya pada percakapan bisnis. Katakata seperti judge, jury, evidence, dan justice bermunculan dan memberi roket di awal karir John Grisham. Bahasa Latin, di sisi lain masih masif digunakan dalam lingkungan Gereja, tapi di masyarakat biasa yang berbahasa Inggris, percakapan dengan orang Perancis hanya bisa dilakukan dengan bahasa isyarat, atau dengan mengucapkan kalimat dengan keras serta perlahan agar orang Perancis tadi maksud. Kata-kata seperti cow, sheep, dan swine datang dari petani berbahasa Inggris, sementara beef, mutton, pork, berasal dari tuan-tuan berbahasa Perancis. Membuat tren mengubah nama menu lebih parlentir di restoran dimulai. Bahasa Inggris sendiri menyerap sekitan sepuluh ribu kata baru dari para Norman. Tapi masalahnya, mereka masih bingung bagaimana menyebut ciuman di pipi. Intervensi Perancis di Inggris berakhir ketika kerajaan Britania memulai perang perlawanan dan kata-kata baru seperti army, navy, soldier bermunculan dalam Hundred Years War melawan Perancis –sebenarnya perang itu hanya 116 tahun, tapi pada masa itu tak ada yang bisa menghitung lebih baik dari Perancis. Dan bahasa Inggris menjadi language of power, setelah kemenangan mereka.
Chapter 3 Shakespeare Jika Viking berhasil menemukan 2000 kata baru untuk bahasa Inggris, atau Perancis dengan 10000 katanya, mereka menemukan hal itu sebagai sebuah bangsa. Mereka punya sejarah yang dalam, dan kata ibu dari setiap kata baru. Namun, ada seorang pujangga dari tanah Britania, berhasil menambahkan 2000 kata baru ke dalam kamus bahasa Inggris, sebagai seorang individu. Dialah William Shakespeare. Dia tidak hanya menemukan kata-kata yang ringkas dan jelas serta lugas, seperti eyeball, puppydog, anchovy, pun dia menemukan kata-kata puitis seperti dauntless, besmirch, lucklustre. Shakespeare juga menemukan kata alligator, setelah memikirkan kata yang seirama dengan crocodile. Jamuan teh di sore hari juga belum pernah selengkap ketika Shakespeare menemukan kata hob-nob. Tanpanya, kita takkan pernah mendengar ‘our flesh and blood out of house and home’, kita juga harus mengucapkan ‘good riddance to the green eyed monster’ dan memecahkan es akan semematikan ‘doornail’. Tentu saja, sangat mungkin bagi Shakespeare untuk mendengar katakata itu dari orang lain atau ada orang lain yang menggunakannya terlebih dahulu, namun tak ada sumber yang lebih kredibel dan meyakinkan dari Shakespeare. Shakespeare menunjukkan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang kaya tanpa batasan dan penuh akan emosi.
Chapter 4 King James Bible Pada 1611, ‘the power that be’ ‘turn the world upside down’ dengan ‘labour of love’ sebuah terjemahan baru dari Bible. Tim penerjemah dengan ‘wisdom of Solomor’ ‘went the extramile’ berkumpul dan membuat terjemahan King James ‘all things to all men’ biarpun itu dari ‘heart’s desire’, ‘to fight the good fight’, ataupun hanya ‘filthy lucre’. Bible baru yang menggoda ini berawal dari ‘strength to strength’ menuju ‘the root of the matter’ dengan bahasa yang bahkan ‘the salt of the earth’ mengerti. ‘The writing wasn’t on the wall’, namun ada di buku kecil yang dibacakan penceramah yang ber-‘fire and brimstone’ di setiap Gereja, kata-kata dan prasanya ‘took root’ ‘to the ends of the Earth’ –yah, setidaknya sampai ujung Britania. Bible terjemahan King James adalah sebuah buku yang mengajarkan kita bahwa ‘a leopard can’t change its spots’, bahwa ‘a bird in the hand is worth two in the bush’, bahwa ‘wolf in sheep’s clothing’ lebih susah untuk ditemukan dibanding yang dikira, dan seberapa menyebalkannya untukmu jika ada ‘a fly in your ointment’. Bible ini kemudian menjadi ensiklopedia tentang metafor dan moralitas, dan tetap membentuk bagaimana bahasa Inggris diucapkan, hingga sekarang.
Chapter 5 English Science