Sejarah Dan An Radio1

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sejarah Dan An Radio1 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,771
  • Pages: 8
Sejarah dan Perkembangan Radio Komunitas Published February 14, 2008 Radio Komunitas 1 Comment

Perkembangan media komunitas memiliki peran penting dalam membangun kesadaran publik dan mendorong terciptanya aliran informasi dua arah. Di Indonesia kata “media komunitas” mulai dipakai oleh masyarakat pada awal tahun 2000 dengan muncul buletin komunitas “Angkringan” yang digagas oleh sekelompok anak muda di Timbulharjo, Yogyakarta, buletin Forum Warga Kamal Muara, “Fokkal” buletin Forum Warga Kalibaru dan beberapa Forum Warga di Bandung. Memasuki tahun 2001, kelompok anak muda yang mengelola buletin Angkringan di Timbulharjo mulai mengembangkan radio komunitas, yang mereka sebut Radio Angkringan FM, kemudian menginspirasi Paguyuban Pengembangan Informasi Terpadu (PINTER) di Terban Yogyakarta untuk mendirikan Panagati FM, Forum Warga Cibangkong (FWC) mendirikan radio komunitas Cibangkong di Bandung, Forum Masyarakat Majalaya Sejahtera (FM2S) mendirikan radio komunitas Majalaya Sejahtera (MASE) dan Forum Komunikasi Warga Kamal Muara mendirikan radio komunitas Kamal Muara di Jakarta. Pada bulan Februari 2002 beberapa radio komunitas yang digagas oleh forum warga mulai terlibat advokasi Rencana Undang-Undang (RUU) Penyiaran, revisi UU No. 24 tahun 1997 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3701). Untuk kepentingan advokasi itulah pada tanggal 22 sampai dengan tanggal 24 Maret 2002 diadakanlah workshop pertama radio komunitas, yang dihadiri oleh 18 radio komunitas; 2 radio komunitas yang didirikan oleh forum warga, 5 radio kampus, 9 radio hobby, Radio

Komunitas Angkringan dan Radio Komunitas Serikat Petani Pasundan. Pada workshop inilah mulai dibahas tentang definisi, ciri dan karakteristik radio komunitas. Selain itu pada workshop ini juga dirumuskan stategi untuk melakukan advokasi RUU Penyiaran yang mengakomodir Lembaga Penyiaran Komunitas dan sebagai alat perjuanganya, pada hari minggu tanggal 24 Maret 2002 pukul 14.00 WIB dideklarasikanlah Jaringan Radio Komunitas (JRK) Jawa Barat. Kemudian menyusul deklarasi Jaraingan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) pada tanggal 6 Mei 2002, kemudian dilanjutkan dengan lokakarya nasional pada 12-15 Mei 2002 sekaligus deklarasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI). Pada tanggal 28 Desember 2002, perjuangan radio komunitas menampakkan hasil yang cukup menggembirakan dengan disyakkannya UU Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran yang di dalamnya mengakui keberadaan Lembaga Penyiaran Komunitas tepatnya pada Bagian Keenam pasal 21-24 tentang Lembaga Penyiaran Komunitas. Berdasarkan perkembanganya, maka penggolongan radio komunitas dapat di bagi kedalam empat kelompok; pertama, radio komunitas yang berangkat dari perkembangan kebutuhan media informasi komunitas yang digagas oleh forum warga seperti radio komunitas Panagati, Radio Komunitas Cibangkong (RKC) dan radio komunitas Kamal Muara. Dalam hal ini radio komunitas Angkringan merupakan kekecualian karena keberadaan buletin dan radio angkringan digagas oleh sekelompok anak muda dan dalam perjalannya melakukan penguatan kelembagaan dengan membentuk Forum Komunikasi Warga Timbulharjo (FOKOWATI) pada tanggal 27 Mei 2001. Kedua, radio komunitas yang berbasis kampus. Ketiga, radio komunitas yang pada awalnya merupakan radio hobbi yang kemudian beririsan dengan kelompok pertama dalam proses advokasi UU

Penyiaran dan melakukan reorientasi menjadi radio komunitas. Keempat, radio komunitas yang orientasinya hobbi atau komersil dan lebih cocok menjadi lembaga penyiaran swasta (radio swasta), tetapi tidak mempunyai daya saing dengan radio swasta eksisting. Sekarang ini perkembangan radio komunitas kian pesat, seiring semakin terbukanya akses informasi, kemajuan teknologi, kesempatan dan keinginan masyarakat untuk menggunakan media dalam penyelesaian persoalan-persoalan komunitasnya. Bahkan beberapa radio komunitas semakin memantapkan perannya dalam proses pembentukan local good governance, sekaligus menyokong ekonomi kerakyatan dan melestarikan kearifan-kearifan lokal. Seiring dengan itu pula muncul berbagai persoalan yang harus segera diselesaikan oleh radio komunitas, persoalan teknis/perangkat siaran, isi/content siaran dan kelembagaan radio komunitas yang berdampak terhadap keberlanjutan lembaga penyiaran ini.

RADIO KOMUNITAS DAN ALOKASI FREKUENSI Published February 14, 2008 Radio Komunitas Leave a Comment

Frekuensi bagi radio adalah satu hal yang ga bisa dipisahkan. Maka menjadi penting bagi radio komunitas untuk mendapatkan alokasi frekuensi yang adil dan setara. Beberapa masalah yang menimpa radio komunitas baru-baru ini banyak berkaitan dengan urusan frekuensi. Misalnya saja, interperensi terhadap frekeunsi penerbangan atau tertutupnya siaran radio komunitas oleh beberapa lembaga penyiaran radio yang mengaku komunitas. Di Jakarta misalnya Suara Metro milik kepolisian menposisikan frekuensi di alokasi frekuensi radio komunitas yang di atur di KM 15 tahun 2003. Sehingga para pengelola radio komunitas lain terganggu dan tertimpa frekuensinya oleh radio Suara Metro. Di Bandung radio Sonata milik pemda Bandung memposisikan juga frekeunsinya di alokasi yang menurut KM 15 khusus untuk radio komunitas. Akibatnya para pengelola radio komunitas di Bandung menjadi terganggu dan sulit siaran secara maksimal di komunitasnya. Bila kita menilik persoalan-persoalan yang menimpa radio komunitas yang berurusan dengan frekeunesi , maka akan didapatkan beberapa point penting permasalahan yang di hadapi radio komunitas yakni; (1) Alokasi frekuensi. Saat ini alokasi frekuensi masih mengikuti ketetapan dalam Kepmen Hub no 15 tahun 2003, dimana Radio komunitas yang masuk kategori kelas D hanya mendapatkan jatah frekuensi 3 kanal dengan lebar pita yang sangat sempit sekali. (2) Perijinan. Meskipun telah ada “kesepakatan baru” antara KPI dan Depkominfo, namun proses perijinan yang dimulai dari bawah tetap saja banyak yang tidak di pahami, baik oleh KPI D, maupun oleh Dinasdinas terkait. Sebaiknya Depkominfo juga harus membangun kesepakatan dengan Dinas-dinas di daerah untuk tidak menetapkan aturan ganda pada penyiaran dan penggunaan frekuensi. Meskipun itu hak Pusat, tetapi dalam PP 25 tahun 2000 tentang Otonomi Daerah salah satu pasal menyebutkan pengelolaan frekuensi ada di tangan Pemda dan PP ini belum dicabut . “Peseteruan” ini terjadi hampir di semua Propinsi. Nah ada baiknya ada Islah juga antara Depkominfo dengan Pemda, kalau tidak selesai persoalan ini maka yang dirugikan adalah lembaga-lembaga penyiaran yang ada, termasuk radio komunitas. (3) Standarisasi Peralatan. Sampai sekarang belum ada peraturan yang menegaskan bagaimana standarisasi peralatan Radio Komunitas, alhasil masih mengikuti pola2 yang dilakukan untuk Radio Swasta. Jika memang ini wewenang Pemerintah, Depkominfo harus menyusun regulasi mengenai itu dengan mempertimbangkan peralatan yang saat ini dimiliki oleh radio komunitas (umumnya

rakitan sederhana). (4) Biaya Penggunaan Frekuensi. Belum ada ketentuan untuk radio komunitas. Kalau memang ada tuntutan radio komunitas mengurus perijinan, maka regulasi-regulasi yang terkait seharusnya sudah ditetapkan juga. Biaya penggunaan Frekuensi merupakan salah satu yang belum jelas dalam pengurusan ijin radio komunitas. Alhasil, beberapa daerah menetapkan berdasarkan “keinginannya sendiri”. Sudah menurut aturan salah, Pemda menetapkan berdasarkan keinginannya sendiri. (5 Jangkauan siaran. Dalam PP disebutkan jarak jangkauan adalah 2,5 km. Kalau diambil saja satuan wilayah administrasi terkecil adalah desa/kelurahan, maka hampir semua kelurahan/desa di luar Jawa luasnya jauh dari ukuran itu. Ukuran ini sudah menjadi wacana di Pemerintah semenjak Kepmen no 15 tahun 2003 di keluarkan. dan sebenarnya juga sudah banyak diskusi dan argumentasi yang menjelaskan ukuran itu kurang tepat jika diberlakukan di seluruh Indonesia. Namun dalam PP 51 keluar juga hal yang sama. Setelah mengetahui peta masalah di atas para pengelola radio komunitas dan organisasi Jaringan Radio Komunitas Wilayah meminta untuk alokasi frekuensi radio komunitas, penempatan kanalnya tidak di atas ( 107,7; 107,8; 107,9) spt yg sekarang di alokasikan oleh KM 15. Alasan teman-teman pengelola radio komunitas berkaitan degan kanal tersebut selalu dipakai alasan oleh pihak lain termasuk pemerintah daerah mengganggu frekuensi pesawat terbang. Kasusterbarunya adalah yang terjadi di rakom Citra Melati, Plered, Purwakarta, Jabar. Secara organisasi pun kami meminta alokasi frekuensi untuk radio komkunitas ini degan cara pandang hak Lembaga penyairan komunitas (LPK) yang seharusnya posisinya setara dengan lembaga penyiaran lain yg juga di sebut dalam UU No. 32 tentang Penyiaran di mana ada 4lembaga penyiran yg diakui oleh UU tersebut. Dari cara pandang inilah teman-teman rakom dan juga organisasi rakom meminta alokasi 20% frekuensi untuk penyiaran komunitas. Adapun tentang biaya penggunaan frekuensi kami telah buat cara penghitunganya ( terlampir). Untuk urusan yang berkaiatan dengan perizinan sebenarnya teman-teman rakom sudah membikin kriterianya walaupun sangat normatif dan ga bisa di ukur. Yakni perizinan ini harus memegang prinsip “mudah” dan”murah”.

Possibly related posts: (automatically generated)

Selamat datang di duniagus.blogspot.com, kritik dan saran dapat ditujukan ke [email protected].

02 Agustus 2008 Perkembangan Radio dulu dan sekarang Tulisan ini sebenarnya tugas dari Earlya Fevri, Sana Addini, Syifa Kamila dan Zahra Meilia, siswi kelas VII / SBI-1 yang diambil dari berbagai referensi. Tulisan ini menjelaskan Sejarah, Peranan dan Fungsi, Keuntungan dan Dampak Negatif Radio. Semoga dapat bermanfaat.... Sejarah Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali dijelaskan pada tahun 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam papernya di Royal Society mengenai teori dinamika medan elektromagnetik berdasarkan hasil kerja penelitian yang dikerjakan antara antara 1861 dan 1865. Untuk pertama kalinya, Heinrich Rudolf Hertz membuktikan teori Maxwell yaitu antara 1886 dan1888, melalui eksperimen. Dia berhasil membuktikan bahwa radiasi gelombang radio memiliki sifat-sifat gelombang (sekarang disebut gelombang Hertzian), dan menemukan bahwa persamaan elektromagnetik dapat diformulasikan (dirumuskan) ke dalam persamaan gelombang. Peranan dan Fungsi Radio dalam Kehidupan Sehari-hari Radio (istilah secara umum) dalam kehidupan sehari hari digunakan sebagai sarana penyampai informasi. Suara yang kita dengar dari pesawat radio merupakan perubahan bentuk energi elektromagnetik dari gelombang radio yang ditangkap oleh pesawat radio, kemudian diubah melalui loudspeaker (pengeras suara) menjadi energi bunyi sehingga bisa kita dengar. Suara yang kita dengar dari pesawat radio bisa berisi tentang hiburan, misalnya musik, humor serta berita dan berbagai informasi lainnya. Jadi penyebutan istilah RADIO pada umumnya masih rancu. Pengertian pertama adalah: alat/pesawat untuk mengubah gelombang radio menjadi gelombang bunyi/suara. Sedang pengertian lainnya adalah gelombang radio yang merupakan bagian dari gelombang elektromagnetik. Keuntungan dari Radio Dapat menjangkau hampir seluruh warga negara dalam masyarakat, setiap waktu, setiap tempat, dan melibatkan siapa saja (bahkan orang buta huruf) serta di mana saja.

Pendengar radio tidak harus tetap berada di depan pesawat radionya, tidak seperti halnya menonton televisi. Ini berarti mendengarkan radio dapat dilakukan sembari melakukan hal-hal lainnya, berpindah tempat, tetapi harus tetap dengan konsentrasi tinggi. Hal ini berarti lebih banyak waktu yang dapat digunakan untuk mengerjakan hal-hal lainnya, sambil dapat mendengarkan/ menikmati suara radio. Ini juga berarti bahwa makin banyak pendengar yang dapat dijangkau sementara mereka masih tetap dapat bekerja sesuai tanggung jawab pekerjaannya. Radio adalah media elektronik termurah, baik pemancar maupun penerimanya. Ini berarti terdapat ruang untuk lebih banyak stasiun radio dan lebih banyak pesawat penerima dalam sebuah perekonomian nasional. Dibandingkan dengan media lain, biaya yang rendah sama artinya dengan akses kepada pendengar yang lebih besar dan jangkauan lebih luas kepada kaum dengan tingkat ekonomi yang rendah. Dampak Negatif dari penggunaan Radio 1. Radiasi gelombang radio dapat menimbulkan induksi gelombang elektromagnetik. 2. Induksi gelombang elektromagnetik dapat mempengaruhi ion positif dan ion negatif di sekeliling pancaran radiasinya. 3. Di dalam tubuh manusia, terkandung ion-ion yang bermuatan positif maupun negatif. 4. Muatan (ion) positif dan negatif di dalam tubuh terjadi keseimbangan apabila tidak mendapat pengaruh terutama dari radiasi gelombang elektromagnetik. 5. Apabila pengaruh radiasi tersebut melebihi batas ambang yang dapat diterima oleh tubuh manusia, maka akan terjadi ketidakseimbangan muatan (ion) di dalam tubuh manusia yang akan berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi organ tubuh atau metabolisme dalam tubuh manusia. 6. Apabila hal ini terjadi terus menerus dalam jangka waktu yang lama maka kesehatan orang tersebut akan terganggu (sakit). Macam-Macam Radio

Radio Tahun 1970 - 1980 an

Radio Tahun 1990-2000 an

Radio masa sekarang

Related Documents