Rakitan Teknologi Sapi Potong Betina Perbaikan dalam budidaya sapi potong sangatlah komplek untuk pemenuhan kebutuhan atau tingkat produksi sapi potong, baik melalui peningkatan populasi dan perbaikan mutu. Secara garis besar perbaikan perbaikan budidaya sapi potong merupakan salah satu upaya pengawalan terhadap peningkatan produksi populasi maupun mutunya. Penekanan budidaya dilakukan terhadap ketersediaan bibit yang baik, kecukupan pakan, tatalaksana pemeliharaan, reproduksi dan kesehatan. Rakitan Teknologi Upaya peningkatan populasi dan mutu sapi potong sangat tergantung kepada kemampuan fisiologi ternak dan performan yang dapat dilihat sebagai kemampuan genetik. Tujuan utama budidaya sapi potong adalah peningkatan produksi baik berupa daging maupung anak. Selain itu sapi potong diharapkan mempunyai daya fertilitas yang tinggi dengan masa produktif yang lebih panjang. Pemilihan Bibit Seleksi bibit dilakukan untuk mendapatkan sapi bakalan sebagai bibit yang mempunyai mutu / produktivitas yang tinggi, dengan spesifikasi performan sebagai berikut : Asal Bibit Induk ( tetua ) yang memiliki produktivitas yang tinggi sebagai sapi pototng Tentunya yang normal, tidak melalui kelainan genetik ( cacat Turunan ) Tanda Klinis Sehat, Lincah/Gesit, Mata cerah Bulu harus mengkilat Tampak Luar Kepala Pendek dan bagian leher tebal Bentuk badan kompak dan berbentuk persegi panjang Bagian punggung, pinggang dan tulang kenudi lebar Posisi kaki tegak dan pendek Kondisi badan sedang/tidak gemuk atau kurus Umur : ±12 bulan Pemeliharaan sapi potong muda. Pemeliharaan sapi mudu ditujukan untuk mendapatkan pertambahahn berat badan yang cukup tinggi sehingga dewasa kelamin dan dewasa tubuh dapat dicapai lebih awal.
D:\budidaya\sapi betina.doc
Dengan Pemeliharaan yang baik sapi potong diharapkan kawin pertama pada umur 14 bulan dan sudah beranak pada umur 2 tahun. Pemberian pakan yang mencukupi untuk pertumbuhan pada sapi dara/betina diharapkan dapat meningkatkan aktivitas ovarium, jangan sampai terjadi kegemukan. Kondisi badan merupakan salah satu faktor akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisiologi reproduksi ternak. Pada ternak yang memiliki kondisi badan terlalu kurus maupun terlalu gemuk dapat bertindak sebagai faktor yang menghambat/mengganggu aktivitas reproduksi, tampak dengan terhentinya aktivitas ovarium dan siklus estrus. Pemeliharaan sapi bunting Sapi potong yang sedang bunting memiliki kondisi badan lemah dan rentan terhadap pengaruh luar dan penyakit, sehingga perlu perawatan yang baik. Pemberikan pakan yang baik ( Flushing ) dilakukan pada saat umur kebuntingan mencapai 8 bulan. Hal ini untuk meningkatkan kondisi badan induk yang akan mempengaruhi kesehatan dan kemampuan hidup anak yang dilahirkan, serta memberi respon yang baik terhadap aktivitas reproduksi induk setelah melahirkan. Pemeliharaan induk menyusui Pada induk sapi potong yang sedang menyusui perlu dulakukan pemberian pakan lebih banyak dengan kualitas pakan baik ( Steaming up ), yang berguna untuk meningkatkan produksi susu dan mengurangi beban tubuh dalam memenuhi kebutuhan pokok hidup. Perbaikan kondisi badan pada induk dapat menunjang aktivitas reproduksi dan merangsang kesiapan tubuh untuk estrus dan kawin kembali jauh lebih awal. Pemeliharaan Pedet Tindakan yang perlu diperhatikan : Segera setelah lahir pedet dibersihkan dari lendir yang menempel pada hidung dan mulut, tali pusar diikat, dipotong ± 2,5 cm dan diberi antiseptik ( Jod Tinture ) Pedet ditempatkan pada kandang yang bersih, kering dang hangat bersama-sama dengan induknya. Diupayakan pedet diberi susu pertama ( colustrum ) sekurang-kurangnya 6 jam setelah dilahirkan dan pemberiannya selama 3 hari. Setelah berumur 2 minggu pedet mulai diberi rumput muda dan konsentrat untuk melatih belajar makan, pemberian pakan ditingkatkan jumlahnya selaras dengan bertambahnya berat badan dan umur. Pencegahan terhadap parasit cacing diberi obat cacing setelah umut 3 minggu. Pakan Pola pemberian pakan yang digunakan untuk budidaya pemeliharaan sapi potong diperhitungkan untuk tidak memberikan
pertambahan berat badan yang berlebihan dan mengarah ke terjadinya kegemukan. Perbaikan pemberian pakan diarahkan untuk meningkatkan aktivitas fisio;ogi ternak dan meningkatkan efisiensi pertumbuhan, maka jumlah mutu pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan pokok dan ptoduksi. Kebutuhan bahan kering pakan untuk sapi sebanyak 2,5 – 3 % berat badan. Sedangkan perbandingan antara hijauan dengan konsentrat dapat dipenuhi dengan 70 – 80%, 30 – 20%, disesuaikan dengan kondisi badan sapi, kualitas pakan yang tersedia, status faali dan tujuan dari pemeliharaan. Pada keadaan kualitas rumput yang baik yaitu rumput yang dipotong cukup umur, dalam bentuk rumput segar dapat diberikan sebanyak 10% dari berat badan sudah mencukupi untuk kebutuhan pokok hidup. Pemberian konsentrat sebagai suplement diperlukan dengan kisaran 1 – 1,5% berat badan dan mineral sebanyak 1 sendok makan perhari yaitu dalam keadaan : Gizi hijauan pakan kualitasnya rendah atau umur terlalu tua dan bisa terjadi pada musim kemarau dan awal musim penghujan sangat dirasakan peternak sulit mendapatkan pakan yang memadai. Status faali ternak yang berbeda, kebutuhan juga berbeda Untuk mengatasi kualitas hijauan pakan yaitu rumput dan limbah pertanian sebagai sumber serat kasar yang berkualitas jelek diatas dengan perlakukan Melakukan pemotongan hijauan pakan pendek-pendek Pemberian konsentrat 1 – 1,5% berat badan dan mineral 0,5 – 1% pakan Pemberian leguminosa sebagai sumber protein sebesar 2 % berat badan. Kebutuhan hijauan leguminosa untuk sapi potong dapat diberikan sebesar 2 % dari berat badan ( misalnya berat badan dapi 200 Kg maka kebutuhan daun gamal 4 Kg/ekor/hari), dan ditambah dengan makanan penguat 2 Kg/ekor/hari. Reproduksi Kondisi badan ternak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas reproduksi. Kondisi badan ternak terlalu jelek atau kegemukan akan mempengaruhi efisiensi reproduksi ternak. Perubahan kondisi badan sangat nyata mempengatuhi perubahan aktivitas reproduksi yaitu kondisi badan jelek ( Kurus ), aktivitas reproduksi dapat berhenti sama sekali ( disfungsi Ovarium), Hypofungsi dan cystic ovari. Penurunan berat badan sebesar 18 % dibawah rata-rata populasi ( <200 Kg ) menyebabkan terjadinya inaktivitas ovarium dan tanda estrus yang tidak jelas secara klinis ( Silent Heat ). Infertilitas atau inaktivitas ovarium dapat terjadi bila ternak kehilangan berat badan sebesar 50 – 8- Kg. Estrus Siklus estrus pada sapi berkisar antara 18 – 24 hari ( 21 Hari ), dengan lama estrus 12 – 18 jam ( Rata-Rata 18 jam ) dan diikuti oleh ovulasi ( pelepasan sel telur ) yang terjadi dala, 10 – 15 jam setelah tanda estrus pertama muncul. Copy : Ir. Bambang Indrawan
Tanda-randa estrus Pada saat menjelang estrus tampak tanda klinis berupa mencium-cium, mencoba menaiki sapi lain dan perubahan vulva menjadi merah, bengkak, hangat ( 6 – 10 jam ) Pada sat estrus secara klinis tampak gerakan berdiri dengan kaki belakang, gelisah, menguak, nafsu makan menurun dan menaiki sapi lain, mengeluarkan lendir transparan dan pupil mata melebar ( 12 – 28 jam, diakhiri dengan ovulasi ) Pada saat setelah estrus sapi tidak mau dinaiki sapi lain, lendir masih keluar dari vulva, ovulasi telah berlangsung dan daya tahan hidup ovum selama 6 –8 jam. Perkawinan Penggunaan sistem perkawinan dengan pedoman perputaran, bila estrus tampak di pagi hari maka perkawinan dilakukan paling lambat pada sore hari, untuk kejadian estrus pada waktu yang lain maka waktu untuk perkawinan turut bergeser pada waktu yang berikutnya, setiap putaran memiliki jangka waktu kurang dari 18 jam uyaitu waktu yang diperkitakan terjadi ovulasi. Pengaturan didalam sistem perkawinan sapi potong merupakan upaya menentukan waktu pelaksanaan yang tepat, sehingga jarak beranak dapat dicapai kurang dari 15,6 bulan, dengan perkiraan days open 3 bulan. Pengaturan perkawinan setelah post partus yaitu perkawinan setalah melahirkan dilakukan pada estrus kedua dengan perkiraan 60 hari setelah beranak, merupakan waktu yang diperlukan untuk maserasi uterus sehingga uterus telah siap menerima kebuntingan berikutnya. Kebuntingan post partum terjadi pada hari ke 80 – 90 sehinga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif memperpendek jarak beranak. Estrus Post partum yang baik terjadi antara 40 – 50 Hari. Jarak beranak pada sapi potong pada kondisi peternakan rakyat adalah sangat tidak efisien yaitu sekitar 506 + 101,6 hari dan saat kawin kembali setelah beranak adalah 309,4 + 101,9 hari. Kondisi badan sapi potong dipeternakan rakyat lebih banyak memiliki kondisi badan sedang-jelek. Malnutrisi penyebab terjadinya penurunan kemampuan membersarkan anak, meningkatnya angka kematian prenatal, lahir mati/lemah, estrus post partum lebih panjang.
Terpisah dengan bangunan perumahan Tidak dekat sumber air (sumur ), terutama tempat penampungan kotoran ternak Ukuran kandang Perekor ternak lebar 1,5 meter, panjang 2 meter dan tinggi 2,5 meter Bahan kandang Bahan kandang murah dan kuat Lantai : lebih tinggi dari lingkungan sekitar, agar air tetap mengalir keluar Alas, Kedap air, tidak tergenang air Atap, Seng, genting dll Dinding, Untuk pelindung terhadap cuaca, dari bilik, tembok dll Lain-lain Dilengkapi tempat pakan dan ,imu,, tidak langsung di atas tanah dan mudah dijangkau oleh ternak Tempat penampungan kotoran terletak 2 – 3 m diluar kandang Ventilasi dan cahaya matahari cukup Kandang selalu dalam keadaan bersih dan kering. -
2. 1. Teknologi Induk Flushing Bunting Penyapih ( 8 bl an )
2. NonTeknologi
-
Penyapih an anak 3 bulan
- Penyapihan anak lebih 6 bln
a.Induk Estrus Siap Kawin Jarak beranak b. Anak Dijual Replecemant stock Induk Estrus terlambat Jarak beranak panjang
Analisa Usaha Nilai tambah pola pemeliharaan sapi potong Betina dalam upaya efisiensi adalah Uraian 1. Sapi dara ( 12 Bl )
Introduksi 1.Teknologi Pakn Penguat Obat cacing 2. NonTeknologi
Pencapaian Estrus umur 14 Bl Kondisi badan baik -
-
Estrus umur 18 bl
-
Kondisi badan jlek.
Saran/hasil Siap kawin Belum siap kawin
Keberhasilan perkawinan ditandai oleh : Tidak tampak tanda estrus pada periode berikutnya Pemeriksaan kebuntingan setelah umur kandungan 45 – 60 hari. Perkandangan Letak kandang D:\budidaya\sapi betina.doc
Copy : Ir. Bambang Indrawan
D:\budidaya\sapi betina.doc Copy : Ir. Bambang Indrawan
D:\budidaya\sapi betina.doc Copy : Ir. Bambang Indrawan