TIGA CATATAN TERAKHIR 2007 /1/ di dalam sebuah pejam aku saksikan sepasang mataku menghamburkan jutaan kunang-kunang. kuning seperti daun lerai dari ranting kunang-kunang itu berkerumun di ujung-ujung jari tanganku menyematkan ciuman terakhir sebelum terbang berkilau-kilauan di udara kunang-kunang itu melanglang mencari sepasang matamu yang berada dalam sebuah pejam yang lain pejam yang telah lama direncanakan alam dan malam. dan engkau menyangka kunang-kunang yang masuk ke matamu adalah mimpi, mimpi yang engkau duga-duga maknanya namun pada saatnya engkau akan tahu, kelak kunang-kunang itu terbang hinggap di kelopak pipimu setiap kali aku engkau kenang /2/ tiba-tiba mampu aku pahami seluruh yang pernah datang bertandang ke dua mataku bahkan yang aku duga mimpi tiba-tiba aku jatuh cinta melebihi seluruh jatuh cinta yang pernah menyakiti dadaku. namun ketika ingin aku katakan pada telingamu aku tak lagi memiliki suara, ketika ingin aku katakan pada matamu aku tak lagi memiliki cahaya.
/3/ melalui lubang pepori kulitku, air resap perlahan membentuk sungai-sungai kecil di tubuhku sungai itu mencari rongga dadaku mencari lautan yang pernah dipenuhi ribuan ikan mungil peliharaanmu sesaat sebelum mataku dikatup dan peti matiku ditutup, sungai-sungai itu meluap, menguap ke langit lapang, langit yang selalu engkau pandang sambil menggigit bibir sendiri dengan mata bergenang-linang, sebab engkau tak mau lebih manja dari langit di bulan-bulan hujan tetapi tidak. kelak langit dan dirimu sendiri akan memaafkan semua kesedihan yang engkau ciptakan dari kematianku
SENDIRI TANPAMU Rindu yang bermain di jiwa Menggoda musim sepiku Mengheret aku tenggelam Dalam menungan yang panjang Kepedihan ini Menikam tajam hari-hariku Detik waktu yang ku tunggu Tanggungan derita Penuh lara Mestikah aku rebah Tika belati tajam berbisa Menusuk tubuhku Mampukah aku berdiri Saat kesaorangan begini Sendiri tanpamu Menghadap hidangan duka Berpanjangan Mampukah aku bersuara Andai jeritan batin ini Terpenjara diruang kamar tertutup Tanpa simpati sesiapa Sejuta sendu yang engkau tinggalkan Di depan mataku Sejuta resah menangani langkahku Adakah hanya sebuah ilusi bagimu? Kenangan demi kenangan Bersamamu dulu Mengusik resah jiwaku Mampukah aku Menghapus semua cerita iti Mampukah aku Mengusir detik seindah Musim bunga berkembangan di taman...