Rodhophyta.docx

  • Uploaded by: Siti Jannaria Faisal
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rodhophyta.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,689
  • Pages: 10
Identifikasi Alga Merah (Rhodophyta)

Drs.Sulisetjono, M.Si Ainun Nikmati Laily, M.Si

1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai Negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Sebagai Negara dengan luas wilayah lebih dari 70 %, salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber daya alam hayati. Selain ikan, alternatif hasil laut yang bisa diolah adalah alga meskipun tidak semua alga bisa digunakan. Pada umumnya, alga yang memilki zat kapur terbagi dalam tiga kelas, yaitu Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta. Kelas-kelas ini mengandung jenis-jenis alga yang hampir terdapat di seluruh perairan pantai di dunia. Salah satunya adalah kelas Rhodophyta, kehadiran jenis-jenis kelas ini merupakan pelopor dari rumput laut berzat kapur yang sejati karena mempunyai kandungan zat kapur sangat tinggi. Hampir semua komunitas alga berzat kapur didominasi oleh divisi Rhodophyta. Ia banyak dijumpai pada rataan terumbu karang terutama tumbuh pada substrat karang mati, moluska dan benda-benda yang tenggelam di dasar laut. Pantai Kondang Merak merupakan tempat yang ideal untuk pertumbuhan makroalga sebab perairannya yang masuk daerah pasang surut sampai daerah subtidal.Subtratnya berupa batu karang, pasir serta intensitas cahanya yang relatif tertutup dari masyarakat pesisir pantai. Oleh karena itu, praktikan melakukan kegiatan kuliah kerja lapangan (KKL) di pantai Kondang Merak, Malang. Karena kondisi di pantainya yang masih sangat alami dan jauh dari keramaian. Sehingga di mungkinkan ditemukannya berbagai macam jenis alga di pantai ini. 1.2 Tujuan Tujuan diadakannya pengamatan makroalga ini adalah: 1. Untuk mempelajari organisasi thallus divisi alga merah (Rhodophyta) di pantai Kondang Merak, Malang Selatan 2. Untuk mengetahui morfologi divisi alga merah (Rhodophyta) di pantai Kondang Merak, Malang Selatan 3. Untuk mengetahui siklus hidup atau reproduksi alga merah (Rhodophyta) di pantai Kondang Merak, Malang Selatan. 1.3 Manfaat Manfaat yang bisa diperoleh dari diadakannya penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai divisi alga merah (Rhodophyta) dan spesiesnya, khususnya spesies yang ditemukan di pantai Kondang Merak, Malang Selatan. 2. Memberikan informasi pada masyarakat tentang beberapa spesies dari divisi alga merah (Rhodophyta) yang ditemukan di pantai Kondang Merak Malang Selatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rhodophyta (Alga merah) Alga merupakan tumbuhan talus yaitu tumbuhan yang struktur organ tubuhnya belum dapat dibedakan dengan jelas (Puty,2001). Tubuhnya memiliki sel tunggal dan juga sel banyak, yang berpigmen dan berklorofil.Umumnya tumbuhan ganggang hidup di tempat yang lembab, baik di air tawar maupun air laut. Semua alga mengandung klorofil tetapi ada pigmen lain yang ,menyusun yang terkandung dalam plastid (Campbell, 1992). Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu divisi alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran. Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan (sebagai pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar). Alga merah sebagai bahan makanan memiliki kandungan serat lunak yang baik bagi kesehatan usus (Tjitrosoepomo, 2005). Rhodophyta (ganggang merah) Umumnya hidup di laut dan beberapa jenis di air tawar, mengandung pigmen klorofil a, klorofil d, karoten, fikoeritrin, fikosianin.Tubuh bersel banyak menyerupai benang atau lembaran.Reproduksi vegetatif dengan spora (Bold, 1978). Alga merah berbentuk lembaran. Susunan Sel Rodophyta Rhodophyta berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan.kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil-a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang mengadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin. Pada jenis-jenis tertentu terdapat fikosianin. Sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, yang juga merupakan hasil polimerisasi glukosa, berbentuk bulat, tidak larut dalam air, seringkali berlapis-lapis, jika dibubuhi yodium berwarna kemerah-merahan. Tepung ini sifatnya lebih dekat kepada glikogen, dan tidak terdapat dalam kromatofora, melainkan pada permukaannya. Selain tepung floride terdapat juga floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa) dan tetes-tetes minyak. Pirenoid kadangkadang juga terdapat. Selain beberapa perkecualian, rhodophyta selalu bersifat autotrof. Yang heterotrof tidak mempunyai kromatofora dan hidup sebagai parasit pada lain ganggang. Dinding sel terdiri atas dua lapis, yang dalam terdiri atas selulosa, yang luar terdiri atas pectin yang berlendir (Bold,1978). Rhodophyceae berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerahmerahan. Kromatofor mengandung klorofil-a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang mengandung fluoresensi, yaitu fikoeretin. Sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, yang juga merupakan hasil polimerisasi glukosa berbentuk bulat, tidak larut dalam air, seringkali berlapis-lapis, jika dibubuhi yodium berwarna kemerahmerahan. Rhodophyceae selalu bersifat autotrof dan heterotrik, hidup dalam air laut,

hidupnya sebagai bentos, melekat pada suatu substrat dengan benang-benang pelekat atau cakram pelekat (Bold,1978). 2.2 Ciri-ciri Rhodophyta Adapun cici-ciri Rhodophyta secara spesifik dipaparkan sebagai berikut (Bold,1978): 1) Mengandung kloroplas berisi fikoeretrin lebih banyak dibandingkan klorofil, ada karotenoid, sedikit fikosianin. 2) Kebanyakan hidup di air laut, yaitu laut dalam yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek. Hidup sebagai bentos, melekat pada substrat dengan benang/cakram pelekat. 3) Bersifat autotrof, tetapi ada yang heterotrof. Yang heterotrof tidak berkromatofora dan hidup sebagai parasit pada ganggang lain. 4) Hasil asimilasi berupa tepung floridae (mirip glikogen) dan floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa) serta tetes minyak. Kadang terdapat pirenoid. 5) Dinding sel ganggang merah terdiri atas selulosa (sebelah dalam) dan pektin berlendir (sebelah luar). 6) Bentuk talus beranekaragam dengan jaringan tubuh yang belum bersifat parenkim tetapi hanya berupa plektenkim. 7) Reproduksi aseksual dengan spora, dan seksual dengan cara oogami. Spora atau gamet tidak berflagel, jadi tidak dapat bergerak aktif.

2.3 Habitat Rhodophyta Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang Euchema spinosum menyukai laut dangkal. Rhodophyta yang ada di habitat air tawar dan tanah adalah spesies dari genus Audouinella, Bangia, Batrachospermum, Chroodactylon,Hildenbrandia, Lemanea dan Porphyridium. Beberapa genus, misalnya Bangia, Bostrychia dan Hildenbrandia, memuat spesies kelautan maupun air tawar. Beberapa ganggang merah bersifat parasit pada ganggang lainnya, seperti Choreocolax dan Holmsella (Nontji, 1993). Spesies kelautan biasanya berwarna kemerahan, sementara spesies air tawar biasanya hijau kebiruan, hijau kekuningan, coklat atau abu-abu. Ganggang merah mengandung klorofil a, dan sebagian juga mengandung klorofil d; tilakoid tunggal (tidak berasosiasi) dan mengandung pikobilisoma yang memuat pikoeritrin dan/atau pikosianin. Banyak karotenoid, misalnya xantofil dan beta karoten, juga ada. Produk hasil fotosintesis antara lain pati floridean dan floridosida (Nontji, 1993).

2.4 Sistem reproduksi Rhodophyta Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid (n) yang dihasilkan oleh sporangium atau

thalus ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid (n). Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan jantan disebut spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak berflagel. Sedangkan alat kelamin betina disebut karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang baru yang menghasilkan aplanospora dengan pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit (Aslan,1991). Perkembangbiakan dapat secara aseksual, yaitu dengan pembentukan spora, dapat pula secara seksual (oogami) (Ferdinant, 2002). a). Reproduksi seksual terjadi melalui pembentukan dua anteridium pada ujung-ujung cabangtalus. Anteridium menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatium.Gametangium betina disebut karpogonium yang terdapat pada ujung cabang lain.Karpogonium terdiri dari satu sel panjang. Bagian karpogonium bawah membesar seperti botol, sedangkan bagian atasnya membentuk gada atau benang dan dinamakan trikogen. Inti sel telur terdapat di bagian bawah yang membesar seperti botol. Spermatium mencapai trikogen karena terbawa air (pergerakan secara pasif). Spermatium kemudian melekat pada trikogen. Setelah dinding perlekatan terlarut,seluruh protoplasma spermatium masuk dalam karpogonium. Setelah terjadi pembuahan, terbentuklah sumbat di bagian bawah. karpogonium. Sumbat itumemisahkan karpogonium dan trikogen. Zigot hasil pembuahan akan membentuk benang-benang sporogen. Dalam sel-sel di ujung benang sporogen itu, terbentuk spora yang masing-masing memiliki satu inti dan satu plastida; spora tersebutdinamakan karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel ujung benangsporogen sebagai protoplasma telanjang berbulu cambuk. Karpospora ini mula-mula berkecambah menjadi protalium yang akhirnya tumbuh menjadi individu baru lengkap dengan alat-alat generatifnya.

b) Reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk tetraspora. Tetrasporaakan menjadi gametangium jantan dan gametangium betina. Gametangium jantann dan betina akan bersatu membentuk karposporofit. Karposporofit kemudian menghasilkan tetraspora, Contoh anggotaanggota Rhodophyta antara lain: Corrallina, Palmaira, Batrachospermum moniliforme, Gelidium, Gracilaria, Eucheuma,dan Scicania furcellata.

2.5 Klasifikasi Rhodophyta Menurut Smith (1955), divisi Rodophyta hanya mempunyai satu kelas, yaitu Rhodophyceae. Ordonya antara lain (Tjitrosoepomo, 2005).: a)

Bangiales (contohnya Bangia, Porphyra)

b)

Ceramiales (contohnya Bostrychia; Ceramium, Griffithsia, Polysiphonia)

c)

Compsopogonales (contohnya. Compsopogon)

d) Cryptonemiales (contohnya Choreocholax, Corallina, Gloiopeltis, Hildenbrandia, Holmsella, Lithophyllum)

e) Gigartinales (contohnya. Chondrococcus, Chondrus, Eucheuma, Furcellaria, Gardneriella, Gigartina,Gracilaria, Iridaea) f)

Nemalionales (contohnya Audouinella, Batrachospermum, Gelidium, Lemanea);

g)

Palmariales (contohnya Palmaria)

h)

Porphyridiales (contohnya Chroodactylon, Cyanidium, Porphyridium)

i)

Rhodochaetales (contohnya Rhodochaete)

j)

Rhodymeniales (contohnya Coeloseira, Rhodymenia).

2.6 Manfaat Rhodophyta Manfaatnya antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik.misalnya Eucheuma spinosum , selain itu juga dipakai untuk mengeraskan atau memadatkan media pertumbuhan bakteri. Berwarna merah sampai ungu, kromotofora berbentuk cakram atau sesuatu lembaran, sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, hidupnya diair laut, da berkembang biak secara aseksual, yaitu dengan pembentuka spora dan seksual atau oogami (Ferdinant, 2002). Penyebaran alga atau rumput laut di Indonesia ada beberapa jenis yaitu rumput laut penghasil agaragar (Agarophyte) diantaranya adalah Gracillaria sp, Gelidium, Gelediupsis, Hypnea, dan rumput laut penghasil keraginan yaitu spinosum, Euchema catini dan Eucheuma striatum. Selain itu juga rumput laut penghasil algin yaitu sargasum, Marcocystis, dan lessonia (Supriyono, 2007). Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang hidup di laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnya Chondrus crispus (lumut Irlandia) dan beberapa genus Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina mamilosa menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat pencuci rambut. Alga merah lain seperti Gracilaria lichenoides, Euchema spinosum, Gelidium dan Agardhiella dibudidayakan karena menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai agar-agar. Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai medium biakan bakteri dan fase padat pada elektroforesis gel, untuk pengental dalam banyak makanan, perekat tekstil, sebagai obat pencahar (laksatif) atau sebagai makanan penutup (Nontji, 1993). BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat Praktikum pengamatan makroalga ini dilaksanakan pada hari sabtu sampai minggu tanggal 11-12 Oktober 2014, di pantai Kondang Merak di daerah Bantur Malang bagian selatang.

3.2 Alat dan bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada saat pengamatan makroalga di Kondang Merak antara lain: 1.

Kamera digital

1 buah

2.

Alat tulis menulis

1 buah

3.

Senter

1 buah

4.

Penggaris

1 buah

5.

Kantong plastik besar

1 buah

3.1.2 Bahan Bahan-bahan yang diperlukan dalam pengamatan antara lain: 1.

Objek makroalga Rhodophyta Kondang Merak

2.

Buku tentang identifikasi alga

2 buah 1 buah

3.3 Cara Kerja Langkah kerja dalam pengamatan ini antara lain: 1. Dicari alga merah pada saat air laut surut yaitu pada sore hari dan esok paginya 2. Dimasukkan plastik sampel alga merah yang telah ditemukan 3. Diambil gambar spesies alga merah dengan kamera yang telah dibawa 4. Diidentifikasi dan dideskripsikan alga yang telah ditemukan dengan menggunakan buku literatur tentang alga.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Scinaia complanata Gambar pengamatan Gambar literatur

(Goeman, 2012)

Klasifikasi (Goeman, 2012): Kingdom: Plantae Divisi : Rhodophyta Class : Nemaliales Ordo : Galaxauraceae Family : Scinaea Biv Genus : Scinaea Spesies : Scinaia complanata Sciania complanata biasanya tumbuh dalam rumpun daun kecil dengan struktur yang semakin luas semakin dekat dengan puncak dari percabangan. Daun ini seperti struktur juga akan memiliki bentuk agak tidak konsisten . Scinaia complanata bisa tumbuh lebih besar 5 inci dan 4 sampai 5 inci. Morfologinya bewarna merah tua, ditemui menempel pada karang dan batuan dalam bentuk koloni atau rumpun, helaian daunnya pipih, bercabang atau dikotom, antara blade atau helaian dan stipe dapat dibedakan dan terlihat thalus menempel pada substrat. Rumpun scinaia hidup dengan menempel pada batu atau benda lain di pantai. Scinaia hidup pada zona sublitoral pada jarak 8 meter dari bibir pantai.. Untuk kondisi air, Sciania hidup pada laut dengan konsentrasi nitrat sekitar 5 ppm. Sciania tersebar di sekitar pantai barat Kepulauan Inggris termasuk Shetlands, Isle of Man dan Channel Islands, namun tak ada di pantai timur Inggris dan Skotlandia. Eropa: Mediterania, Azores, Portugal, pantai Atlantik Spanyol dan Perancis, selatan Norwegia. Pantai Atlantik Amerika Utara: Kanada, dari Massachusetts ke Connecticut, Canary dan Maroko.

Manfaat Scinaia complanata dalam kehidupan manusia antara lain dapat dimanfaatkan untuk pewarna alami untuk makanan, selain itu Scinaia complanata juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan dalam aquarium. Sedangkan dalam habitatnya sendiri, Scinaia complanata menjadi sumber makanan bagi sejumlah hewan laut, misalnya kepiting, lobster dan pemakan mikroalga lainnya. 4.2 Chindrus crispus Gambar pengamatan Gambar literatur

(Iqbal, 2008)

Keterangan : 1.

Panjang 2 inci atau 4 sampai 5 cm

2.

Terlihat adanya holdfast

3.

Warna merah tua

4.

Percabangan dikotom pendek

Klasifikasi (Iqbal, 2008): Kingdom: Plantae Divisi: Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo: Gigatrinales Famili: Gigartinaceae Genus : Chondrus Spesies: Chondrus cripcus Berdasarkan hasil pengamatan pada tugas kuliah kerja lapangan di pantai Kondang Merak, setelah dilakukan identifikasi diketahui adanya spesies Chondrus cripcus. Tergolong dalam divisi Rhodophyta dengan warna merah, ditemukan di tepi pantai, terlihat adanya holdfast, blade dan percabangan dikotom. Chondrus cripcus termasuk golongan dalam divisi Rhodophyta. Bentuk talus silindris pipih. Bentuk merumpun yang terbentuk oleh berbagai percabangan ada yang sederhana dan ada pula yang kompleks. Menurut (Birsyam, 1992), ciri-ciri Chondrus cripcus adalah sebagai berikut:      



Daur hidup terdiri dari dua fase Banyak mengandung zat pektin, disamping zat floredian 3. Thallus pipih 4. Percabangan dikotom pendek, elastis seperti tulang rawan 5. Warna merah keunguan (bila segar) dan putih ketika mengering Chondrus cripcus merupakan sumber industri carragenean, yang biasa digunakan sebagai pengental dan penstabil dalam produk susu seperti es krim dan makanan olahan. Dapat juga digunakan sebagai pengental dalam calico pencetakan dan denda bir atau anggur (Yudianto,2006). Chondrus cripcus mengalami siklus hidup dengan dua tahap yang berbeda: seksual haploid gametofit panggung dan aseksualterjadi pada tahap diploid sporophyte. Selain itu, ada sepertiga panggung carposporophyte, yang dibentuk pada gametofit perempuan setelah pembuahan. Para gamethophytes pria dan wanita menghasilkan gamet yang sekering untuk membentuk karposporophyte diploid, yang menbentuk karpospores, yang berkembang menjadi saprofit. Sporophyte kemudian mengalami meiosis untuk menghasilkan tetraspores haploid (laki-laki atau perempuan), yang berkembang menjadi gametofit. Tiga tahap ( laki-laki, perempuan dan sporophite) sulit untuk membedakan ketika mereka tidak subur, namun gametophytes sering menunjukkan permainan warna biru (Yudianto, 2006).

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1.

Bentuk thalus dari spesies alga merah (Rhodophyta) adalah helaian atau seperti tumbuhan.

2. Morfologi dari spesies divisi Rhodophyta yang ditemukan antara lain, hidup berkoloni atau membentuk rumpun, thalus bersel banyak (multiseluler), bewarna merah, antara blade dan stipe dapat dibedakan dengan jelas, untuk holdfastnya ada dan menempel pada substrat di batuan dan karang air laut zona pasang surut. 3. Siklus hidup dari spesies divisi Rhodophyta yang ditemukan di tempat pengamatan adalah memiliki dua cara reproduksi yakni aseksual dan seksual. Reproduksi aseksualnya adalah dengan pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau thalus ganggang yang diploid, sedangkan reproduksi seksualnya dengan oogami, yaitu pembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium). 5.2 Saran Pengamatan makroalga khususnya divisi Rhodophyta di Kondang Merak ini membawa banyak manfaat, karena mahasiswa dapat secara langsung terjun ke lapangan melihat habitat asli dari makroalga divisi Rhodophyta di air laut tersebut. Akan tetapi dengan minimnya pengalaman dan referensi maka ditemukan adanya banyak kendala terutama dalam hal pengidentifikasian. Oleh karena hal tersebut, maka diharapkan pada kuliah kerja lapangan selanjutnya dipersiapkan dengan lebih matang agar tidak mengganggu jalannya kuliah kerja lapangan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta Birsyam, Inge.L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB Bandung Bold. 1978. Introduction To The Algae, Structure and Reproduction. New Delhi : Prentice Hall Of India. Campbell, Neil A. 1992. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga Ferdinand,Fiktor, 2002. Praktis Belajar Biologi. Jakarta : Visindo Iqbal, Ali. 2008. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Jakarta: Erlangga Nontji, A. 1993. Laut Nusantara.Jakarta: Djambatan. Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang : UIN Press Supriyono, Agus. Aktivitas Antioksidan Beberapa Spesies Rumput Laut dari Pulau Sumba dalam jurnal sains dan teknologi indonesiaVol. 9 No. 1 april 2007 hlm. 34-38

Tjitrosoepomo, Gembong.2005. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Yogyakarta: UGM Press Yudianto, Suroso Adi. 2006. Penuntun Praktikum Botani Cryptogami. Bandung: UPI

More Documents from "Siti Jannaria Faisal"