RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT PASAL 1 MEMULAI KERJA
1.1. Selambat-lambatnya 1(satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan Perintah Kerja Pelaksanaan Pekerjaan (SPMK) pihak Pemborong harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
1.2. Jika setelah 1(satu) minggu dari tanggal penunjukan Pelaksanaan
Pekerjaan
(SPMK),
pihak
dan Perintah Kerja
pemborong
belum
memulai
pelaksanaan pembangunan fisik secara nyata di lapangan tanpa alasan yang tepat maka keputusan penunjukan dan perintah kerja pelaksanaan pekerjaan (SPK) akan dibatalkan dan dialihkan kepada pemborong lain.
1.3. Mobilisasi yang dimaksudkan adalah mencakup hal-hal seperti berikut : a. Transport peralatan konstruksi (Constructuional Plant) yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang diajukan bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk melaksankan pekerjaan ini.
b. Transport material ke lokasi pekerjaan, sesuai dengan lahan yang telah ditenetukan berdasarkan gambar kerja.
c. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan daerah setempat, maka kontraktor harus memasang
papan nama proyek sesuai dengan
peraturan daerah yang berlaku, atas biaya kontraktor.
PASAL 2 STANDAR YANG BERLAKU
Semua pekerjaan dalam Syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI, dan Standar Industri Indonesia (SII) dan peraturanperatuiran setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :
PUBI-1982
: Peraturan Bahan Bangunan Indonesia
NI-8
: Peraturan Semen Portland Indonesia
AVWI
: Peraturan Umum Instalasi Air.
PBI
: Peraturan Beton Indonesia
1
Untuk pekerjaan - pekerjaan yang belum termasuk dalam standar - standar yang tersebut diatas. maupun standar - standar Nasional lainnya, maka diberlakukan standar - standar internasional yang berlaku atas pekerjaan pekerjaan tersebut atau setidak - tidaknya berlaku standar - standar Persyaratan Teknis dan Negara - negara asal bahan / pekerjaan yang bersangkutan.
PASAL 3 LOKASI PEKERJAAN
Lokasi Pekerjaan ini berada di Kelurahan, Distrik Abepura, Kota Jayapura.
PASAL 4 JENIS DAN MUTU BAHAN
4.1. Semua Bahan yang dipakai harus berkualitas baik
4.2. Semen yang digunakan adalah Portland cement (PC) type 1 dalam kualitas baik, dalam artian belum membeku atau mengeras
4.3. Bahan batu dipakai batu kali atau batu gunung ukuran 10-20cm, terdiri dari batu keras dengan permukaan keras tanpa cacat dan retak terbebas dari kotoran lumpur.
4.4. Bahan pasir harus dari butiran alami yang keras dan kandungan lempung atau bahan lolos saringan No. 200 tidak boleh melebihi dari 6% dari berat pasir.
4.5. Agregat keras/krikil adalah krikil alam dengan butiran yang keras dan bergradasi menerus dengan diameter maksimum 3cm, butirannya harus bersih dengan kandungan lumpur maksimum 1% .
4.6. Bahan air harus bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti lumpur, asam dan unsur organik.
2
PASAL 5 PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas. Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada Direksi atau Konsultan Pengawas dan dalam jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu mengadakan
penelitian
dan
pengujian
terlebih dahulu atas persiapan
pekerjaan tersebut.
PASAL 6 PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN
Bila Pemborong tidak berada ditempat pekerjaan dimana Direksi atau Konsultan Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk itu oleh Pemborong.
PASAL 7 ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI
7.1. Administrasi 1. Pelaksana wajib menyediakan buku direks dan buku tamu.
2. Membuat
request
sheet
untuk
direksi/Pengawas tentang kesiapan
menerima
persetujuan
untuk melaksanakan
suatu
pekerjaan.
3. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan harian pekerjaan.
4. Bila pelaksanaan pekerjaan berlangsung ditemui hal-hal yang melibatkan perubahan kontrak (addendum) dalam variasi volume pekerjaan,
maka
pelaksana
wajib
membuat
perhitungan
tambah/kurang dengan memperoleh persetujuan dari pihak pemilik kegiatan dan hasil perhitungan terlebih dahulu harus diperiksa oleh konsultan pengawas.
3
7.2. Dokumentasi Pelaksana wajib mengambil rekaman pekerjaan pada kondisi 0% (Nol Persen), 50% (lima puluh persen, dan 100% (Seratus Persen)
PASAL 8 PENGUKURAN
Pemborong harus memulai pekerjaan pengukuran dari garis-garis dasar yang telah disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran pengukuran yang dibuatnya.
Pemborong harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, termasuk juru-juru ukur (Surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran untuk setiap bagian pekerjaan yang memerlukannya.
Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan induk, seperti yang dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya menurut petunjuk Pelaksana, Tinggi lantai ini harus disesuaikan dengan tinggi lantai saluran yang telah ada/selesai dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan pengurugan tanah.
PASAL 9 PAPAN NAMA KEGIATAN
Pelaksana harus memasang papan nama kegiatan pada lokasi kegiatan dengan ukuran 120 x 80 cm2 sebagai papan nama pemberitahuan yang berisikan informasi, Pekerjaan yang dilaksanakan, Pembiayaan, Janga waktu pelaksanaan, Nama konsultan pengawa, Dan Nama Kontraktor pelaksana. Papan nama kegiatan ini dipasang sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai dan seluruh beban yang timbul menjadi beban dan kewajiban pelaksana.
PASAL 10 PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI
10.1 Lingkup Pekerjaan Termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian tanah sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, menjaga terhadap kemungkinan terjadinya longsoran sehingga mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya sampai pengurugan kembali hingga padat.
4
10.2 Pembersihan Pemborong harus membersihkan dan menyingkirkan semua puing-puing bekas bongkaran di dalam daerah pekerjaan.
10.3 Penggalian dan Penimbunan Kembali 1. Lingkup Pekerjaan Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, termasuk pengupasan dan penimbunan kembali lapisan tanah atas (Top Soil) serta pekerjaan- pekerjaan yang berhubungan dengan itu, yang disesuaikan dengan gambar-gambar.
2. Pelaksanaan a. Penggalian Penggalian
harus
dilakukan
untuk
mencapai
garis
elevasi
permukaan dan kedalaman yang perlu untuk dasar bangunan yang dipersyaratkan atau diperlihatkan pada gambar- gambar. Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu-batu dan bahan lain yang dijumpai dalam pekerjaannya. Jika dijumpai
kondisi
yang
tak
memuaskan
pada
ternyata kedalaman
yang diperlihatkan dalam gambar-gambar maka penggalian harus diperdalam, diperbesar atau diubah sampai disetujui Konsultan Pengawas, untuk mana pekerjaan ini akan dimulai sebagai pekerjaan tambah kurang. Jika terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, maka kelebihan diatas harus ditimbun kembali dengan pasir yang dipadatkan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada pemilik. Pada
pekerjaan
penggalian
untuk
mencapai/membentuk
permukaan tanah rencana maka Pemborong harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian tersebut tidak merusak/mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada.
b. Penimbunan Penimbunan
dan
didaerah-daerah mengikuti
Penimbunan
kembali
ataupun bagian-bagian
ukuran-ukuran
ketinggian.
harus
dilaksanakan
pekerjaan,
serta
kemiringan- kemiringan
dan bentuk-bentuk seperti yang ditunjukkan dalam gambar-gambar. Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk-bentuk lapisan-
5
lapisan dengan ketebalan maksimum 20 cm. Padatkan sesuai dengan Instruksi Direksi atau Konsultan Pengawas. Penimbunan dan timbun kembali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, harus dari bahan galian pekerjaan ini. Bahan timbunan harus bebas dari kotoran-kotoran, tumbuhtumbuhan, batu-batuan atau bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.
c. Perlindungan Terhadap Air Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus dengan semua cara yang disetujui Direksi atau Konsultan Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan-genangan air yang dapat mengganggu atau merusak semua pekerjaan galian atau urugan.
d. Penghamparan dan Pernadatan Tanah harus dihamparkan dalam lapisan-lapisan setebal tidak lebih dari 20 cm gembur, agar dapat mengatur kepadatan yang merata untuk
seluruh
ketebalannya.
Tanah
urugan
harus
dibasahi
secukupnya (sebelum dipadatkan) untuk mencapai kepadatan yang dipersyaratkan.
10.4 Permukaan Tanah Sebelum memulai suatu penggalian, Pemborong harus memeriksa permukaan tanah, baik setempat maupun garis transisi yang tertera dalam kontrak adalah betul. Jika tidak sesuai Pelaksana harus memberitahu secara tertulis kepada Pemberi Tugas/Pengawas, jika tidak maka tuntutan mengenai ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.
10.5 Tinggi Pendugaan (Peil) Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan selanjutnya
induk,
seperti yang
dinyatakan
dalam
gambar,
dan
menurut petunjuk Pelaksana. Tinggi lantai ini harus
disesuaikan dengan tinggi lantai gedung yang telah ada/selesai dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan pengurugan tanah.
6
PASAL 11 PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
11. 1 Lingkup Pekerjaan Pekerjaan pasangan batu tela ini meliputi pekerjaan dinding bangunan dan seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.
11. 2 Persyaratan Bahan Bata yang dipasang adalah Batu Tela dengan mutu terbaik, dan yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.
11. 3 Pemasangan - Untuk dinding trasram/rapat air dengan aduk campuran 1 PC : 2 PP. - Setelah bata tela terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikeruk sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan setelah kering permukaan pasangan disiram air. - Dinding bata tela sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar dibersihkan. - Pelubangan akibat pemasangan perancah pada pasangan bata sama sekali tidak diperkenankan. - Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 10 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang tertanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali bila satu dan lain hal ditentukan lain oleh Direksi / Konsultan Pengawas. - Tidak diperkenankan memasang bata tela yang patah lebih dari dua. - Pekerjaan plesteran halus adalah untuk semua permukaan pasangan bata dan beton yang akan difinish dengan cat. - Ketebalan
plesteran
harus
mencapai
ketebalan
permukaan
dinding/kolom/lantai yang dinyatakan dalam Gambar Kerja dan /atau sesuai peil-peil yang diminta dalam Gambar Kerja.Tebal plesteran minimal 1 cm, maksimal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 3 cm, maka diharuskan menggunakan kawat anyam yang diikatkan ke permukaan pasangan bata atau beton yang bersangkutan untuk memperkuat daya lekat plesteran.
7
PASAL 12 PLESTER DAN ADUKAN
12.1.Lingkup Pekerjaan Dalam hal ini meliputi seluruh pekerjaan plester dan adukan seperti yang dijelaskan dalam gambar-gambar pelaksanaan.
12.2.Bahan-bahan Semua bahan yang digunakan dalam pekerjan ini terdiri dari : 1. Pasir Pasir yang dipakai harus kasar. tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau campuran-campuran lain.
2. Portland cement Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membantu dan dalam zak yang tertutup seperti yang disyaratkan. Hanya sebuah merk dari satu jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan.
3. Air Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak, asam, dan
unsur
organik
kecuali
ditunjukkan
lain,
Pemborong harus menyediakan air kerja atas biaya sendiri.
12.3.Perencanaan 1. Campuran Adukan dan Plester Perbandingan
adukan
dan
pengetesannya
dapat dilaksanakan
dalam waktu 1 minggu dan tidak ada penambahan waktu lagi untuk itu. Plester / adukan dengan campuran 1 pc : 4 ps digunakan pada daerah - daerah seluruh dinding bata seperti ditunjukkan dalam gambar.
2. Acian Acian dibuat dalam
campuran 1
pc
:
2
air
( volume )
dan
digunakan hanya pada dinding-dinding yang akan di cat.
12.4.Pelaksanaan 1. Umum Pergunakan
peralatan
yaug
memadai. Bersihkan semua
permukaani yang akan diplester dari bahan-bahan yang akan merusak plesteran dan disiram air hingga jenuh. Pekerjaan plesteran harus rata sesuai perintah Direksi atau Pengawas, dengan tebal plesteran,
8
kecuali bila dinyatakan lain < adalah 15 mm dengan toleransi minimum 13 mm dan maksimum 25 mm.
2. Pencampuran Membuat campuran adukan/plester tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilaksanakan bila ada izin dari Direksi atau Pengawas.
3. Pelaksanaan Adukan/Plesteran a. Adukan pasangan batu : lihat Pekerjaan Pemasangan Batu. b. Plesteran : Plesteran ke dinding batu kali.
PASAL 13 PEKERJAAN SIAR
13.1. Ketentuan umum Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan yang meliputi pada gambar rencana
13.2. Bahan-bahan Komposisi adukan pada siar adalah 1 PC : 2 PP
13.3. Pelaksanaan 1. Sebisa mungkin menggunakan mesin pengaduk (molen) dan peralatan memadai. Persiapan da bersihkan permukaan-permukaan yang di plester dari kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain yang dapat merusak plesteran, tukang-tukang plester yang tidak cakap, karena pekerjaan yang buruk harus diganti dengan pekerja yang baik.
2. Siar / adukan yang tidak sesuai dengan persayaratan teknis ini harus disingkirkan dari pekerjaan
3. Pekerjaan siar harus timbul dari bidang pemasangannya, dan pekerjaan yang cacat harus diperbaiki sesuai perintah pengawas.
4. Adukan dibuat dalam jumlah yang dapat dipakai habis dalam waktu 45 menit. Adukan dapat dipakai sampai batas adukan tidak dapat diolah (lebih kurang dari 90 menit setelah adukan jadi).
5. Membuang adukan tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilakukan dengan izin pengawas
9
6. Membuang adukan dengan mesin pengaduk/molen, bak Molen Harus benar-benar bersih, isikan setengah sejumlah air yang dibutuhkan berikut masukan pasir, lalu tambahkan semen sementara bak pengaduk berputar, kemudian tambahkan air sesuai kebutuhan.
PASAL 15 PEKERJAAN BETON
15.1.Ketentuan Umum 1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan syaratsyarat pelaksanaan beton dalam
bagian
secara
umum
menjadi
kesatuan
buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain
dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi di bawah ini: a. Peraturan Beton SKSNI 1991 b. Peraturan pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 c. American Society of Testing Materials (ASTM) c. Standar Industri Indonesia ( SII)
2. Bilamana tersebut
ada di
ketidaksesuaian atas
antara
peraturan - peraturan
maka peraturan - peraturan Indonesia yang
menentukan.
3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, semua pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya pemborong sendiri. 4. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai persyaratan
dan disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas.
Direksi atau Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan - bahan tersebut dan pemborong bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari proyek / site dalam waktu 3 x 24 jam.
15.2.Lingkup Pekerjaan 1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan gambar rencana termasuk pengadaan
10
bahan, upah, pengujian dan peralatan pembantu.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
15.3.Bahan-Bahan 1. Semen: a. Semua
semen
Cement
yang
sesuai
digunakan
adalah
jenis
portland
dengan persyaratan NI-2 Bab 3 Standar
Indonesia NI-8 /1964, SH 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk / pabrik.
b. Pemborong harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan type, kualitas "manufacture's test
dari
certificate "
semen
yang
digunakan
yang menyatakan memenuhi
persyaratan tersebut dalam huruf "a" di atas. c. Pemborong harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan, dan tidak boleh ditaruh langsung di atas tanah tanpa alas kayu.
d. Semen
yang
kotoran
atau
menggumpal, sweeping,
tercampur dengan
kena air/lembab tidak diizinkan untuk digunakan
dan harus segera dikeluarkan dan proyek dalam batas 3 x 24 jam.
e. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
2. Agregat Kasar: a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut SNI-2 pasal 3, 4, 5 bab III dan serta mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
b. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari volume dan tidak boleh mengalami pembekuan hingga melebihi 50 % kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles (L A).
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang merusak beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % serta mempunyai gradasi seperti berikut:
11
Saringan
Ukuran
% Lewat Saringan
1” ¾” 3/8” No.4
25,00 mm 20,00 mm 95,00 mm 4,76 mm
100 90 - 100 20 – 55 0–1
Hasil “crushing test” dari laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada direksi atau konsultan pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
3. Agregat Halus : a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton atau S NI - 2 pasal 3 bab 3, sebagai referensi, boleh digunakan pasir Cimangkok Sukabumi atau Ciapus Bogor.
b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dan partikel- partikel yang tajam dan keras mempunyai gradasi seperti tabel berikut: Saringan
Ukuran
% Lewat Saringan
3/8 No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 No. 200
9,5 mm 4,76 mm 2,39 mm 1,19 mm 0,19 mm 0,297 mm 0,149 mm 0,074 mm
100 90 – 100 80 – 100 50 – 85 25 – 65 10 – 30 5 – 10 0–5
4. Air : Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat yang dapat memsak beton baja bertulang. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih yang dapat diminum. atau seperti SNI - 2 pasal 6 Bab 3.
5. Tulangan : a. Baja
tulangan
yang digunakan adalah
Besi Wiremesh M10
dengan jarak antara tulangan 150 mm. b. Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara langsung dan penimbunan baja tulangan diudara terbuka
12
harus dihindari. c. Kawat ikat berukuran. minimal Ø 1 mm. d. Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun pada tempat terpisah dan diberi tanda yang jelas.
6. Bahan pencampur: a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak dijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana. b. Apabila harus
akan
digunakan
bahan
pencampur,
pemborong
mengadakan percobaani-percobaan perbandingan berat
dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (admixture) tersebut.
7. Cetakan Beton: Dapat menggunakan kayu kelas II dengan ketebalan minimal 3 cm, atau multiplek tebal minimal 12 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam SKSNI jarak rangka kayu harus disetujui Direksi atau Konsultan Pengawas.
15.4.MUTU BETON 1. Mutu beton untuk Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan karakteristik sebagai berikut: Mutu beton K 150 K 225
Jenis Pekerjaan Lantai Kerja Semua struktur beton &
plat beton 2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan SKSNI adalah sebagai berikut: Jenis Konstruksi
Slump maks. (cm)
Pelat & Dinding Pondasi Telapak Pelat, Balok & Dinding, Kolom Kaison & Konstruksi bawah tanah Pelat diatas tanah/pergeseran jalan
12,5 15,0 9,0 7,5
Slump min.
(cm)
5,0 7,5 2,5 5,0
3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, maka harga tersebut diatas dapat dinaikan sebesar 50 % dengan catatan tidak boleh melebihi 15 cm.
15.5.PERCOBAAN PENDAHULUAN 1. Pemborong harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi
13
jumlah takaran dari masing- masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari Direksi atau Konsultan Pengawas.
2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material- material harus dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus menerus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab .
3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Batch Mixer atau Portable Continuous Mixer). Mesin pengaduk harus betulbetul
kosong
sebelum
menerima
bahan-bahan
dari
adukan
selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
4. Bahan-bahan
pembentuk
beton
harus
dicampur
dan
diaduk
selama 1,5 menit sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Direksi atau Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.
5. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air habis dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
15.6.PERSIAPAN PENGECORAN 1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton harus sudah terpasang
(pipa-pipa
untuk
instalasi
listrik,
plumbing
dan
perlengkapan-perlengkapan lain).
2. Cetakan dengan
atau beton
pasangan
dinding
yang
akan
berhubungan
harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan
tulangan harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan
14
kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi mortar dengan susunan yang sama seperti adukan beton dan air harus dibuang dari semua bagian-bagian yang akan dicor.
4. Pemborong harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin pengecoran diberikan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas.
5. Apabila pengecoran tidak memakai bekisting kayu maka dasar permukaan yang akan dicat harus diberi beton dengan adukan 1 pc : 3 ps : 5 krk setebal 5 cm.
15.7.ACUAN / CETAKAN BETON / BEKISTING 1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batasbatas dan bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelonggaran dari penyangga harus menggunakan Multiplex.
2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sehubungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah Horisontal dan Vertikal, terutama untuk permukaan beton yang tidak di "finish"( exposed concrete).
3. Tiang-tiang
penyangga
harus
direncanakan
sedemikian
rupa
agar dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress" atau perpindahan termpat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan.
4. Penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
kekuatan
dan
tidak
akan
terjadi
penurunan
dan
pengembangan pada saat beton dituang. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi "form oil" untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus
15
berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dan dengan tulangan.
5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan terlulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas, atau jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut: a. Bagian sisi balok
48 jam
b. Balok tanpa beban konstruksi
7 hari
c. Balok dengan beban konstruksi
21 hari
d. Plat lantai / atap / tangga
21 hari
6. Dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila basil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan tanggung jawab Pemborong tehadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.
7. Pembongkaran
cetakan
harus
dilaksanakan
dengan
hati-hati
sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak.
8. Dalam hal terjadi bentuk beton gambar
yang tidak sesuai dengan
rencana, Pemborong wajib mengadakan perbaikan atau
pembentukan kembali.
9. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurugan dilakukan.
10. Untuk permukan beton yang diharuskan exposed, maka pemborong wajib memfinishnya tanpa pekerjaan tambah.
15.8.PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN 1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
16
2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas.
3. Pemborong
harus
memberitahukan
Direksi
atau
Konsultan
Pengawas selambat- lambatnya 2 (dua) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa Pemborong akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat telah melampaui 1,5 jam, dan waktu ini dapat
berkurang,
bila
Direksi
atau
Konsultan
Pengawas
menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.
6. Adukan tidak boloh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami "initial set" atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran, penggetaran harus bersamaan dengan penuangan beton.
8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai kerja setebal 5-10 cm, agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah /pasir secara langsung.
17
9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali atas persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada malam haii dengan ketentuan bahwa sistem penerangan sudali disiapkan dan memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-tenda untuk menjaga terjadi hujan
15.9.PEMADATAN BETON 1. Pemborong bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu penggetaran secara berlebih.
2. Pemadatan
beton
"Mechanical
seluruhnya
Vibrator"
dan
harus
dilaksanakan
dioperasikan
oleh
orang
dengan yang
berpengalaman.
3. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan "Over Vibration" dan
tidak
diperkenankan
melakukan
penggetaran
dengan maksud untuk mengalirkan beton.
4. Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari lubanglubang, segregasi atau keropos.
5. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
6. Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton boleh melebihi 12,5.
7. Jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan vertikal, tetapi dalam keadaan khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator
18
tidak boleh digerakkan secara horizontal.
8. Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak minimal 5 cm dari bekisting.
9. Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara perlahanlahan harus ditarik, hal ini tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).
15.10. PENYAMBUNGAN KONSTRUKSI DAN DILATASI 1. Rencana
atau
penyelesaian
schedule satu
pengecoran
konstruksi
secara
harus
disiapkan
menyeluruh,
untuk
termasuk
persetujuan letak " Construction joints" (sambungan konstruksi). Dalam keadaan tertentu dan mendesak. Konsultan Pengawas dapat merubah letak "Construction joints" tersebut .
2. Permukaan " Construction joints" harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai di dapat permukaan beton yang padat.
3. "Construction joints'
harus
diusahakan berbentuk garis
miring.
Sedapat mungkin dihindarkan adanya "Construction joints" tegak, kalaupun diperlukan maka harus dimintakan persetujuan dari Direksi atau Konsultan Pengawas. Bila "Construction joints" tegak diperlukan, maka tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit.
4. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan "grout" segera sebelum beton dituang.
5. Untuk
penyambungan
beton
lama
dan
baru,
harus
menggunakan.bahan additive "Bonding Agent" (lem beton) yang disetujui Direksi atau konsultan pengawas.
6. Dilatasi antar kolom atau balok menggunakan Styrofoam dan Sealant.
15.11. BAJA TULANGAN 1. Semua baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi polos, tulangan besi ulir harus bersih dari segala macam kotoran, karat,
19
minyak, cat dan lain-lain yang akan 2. Pelaksanaan
penyambungan,
pemotongan,
pembengkokan
dan
pemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam SKSNI T 151991 3. Selimut beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai berikut: Bagian Konstruksi Bagian-bagian pada Mini STP Balok praktis Kolom praktis Sloof dan Pondasi
Tebal Selimut Beton (cm) 5,0 2,5 2,5 3
15.12. BENDA - BENDA YANG TERTANAM DALAM BETON 1. Semua angkur, baut pipa dan benda-benda lain yang diperlukan tertanam dalam beton, harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran. 2. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan kotoran- kotoran lain pada saat pengecoran. 3. Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa harus sudah diuji dengan baik, baru boleh dicor.
15.13. PENYELESAIAN BETON 1. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian- bagian yang membekas pada permukaan. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.
2. Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang, dan tidak memenuhi persyaratan harus segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya untuk kemudian diratakan. Bila diperlukan, seluruh permukaan beton dihaluskan dengan ampelas, carborondum atau gurinda.
3. Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi kerataan pada permukaan lantai tidak boleh melampaui 1cm dalam jarak 10 m. Tidak dibenarkan untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan maksud menyerap kelebihan air.
4. Apabila pengecoran dilakukan dengan ready mix harus ditunjukkan pesanannya yang menunjukkan kekuatan tekan karakteristik beton
20
15.14. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON 1. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang
disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas. Setelah pengecoran selesai, permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan harus tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari.
2. Permukaan-permukaan beton yang dibongkar cetakannya sedang
masa perawatan beton belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat (1) tidak boleh tertindih barang atau terinjak langsung pada permukaan beton. 3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum
dibongkar, selama masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan terjadinya celah-celah pada sambungan.
4. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut di
atas, harus
15.15. PENGUJIAN BETON 1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam
SKSNI dan minimum memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut.
2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikerjakan
dalam satu hari dengan volume sampai sejumlah 5 m3, atau 2 benda uji.
3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk
kubus 15 x 15 x 15 cm. Satu benda uji akan dites pada umur 28 hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada Direksi atau Konsultan Pengawas, sedangkan 3 (tiga) benda uji lainnya hasil rata-rata dan ketiga spesimen tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik 225 kg/cm2 untuk mutu beton K 225, tidak boleh ada satu benda uji yang hasil tesnya lebih kecil dari =160 kg/cm2.
4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi ditinggal di
lapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan keadaan sebenamya.
21
5. Kubus-kubus yang baru dicetak disimpan pada tempat yang bebas
getaran dan ditutup dengan karung basah selama 24 jam.
15.16. SUHU / TEMPERATUR 1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh lebih dari 32 derajat
Celsius. Bila suhu dari beton yang ditaruh berada antara 27 derajat dan 32 derajat Celsius, maka beton harus diaduk ditempat pekerjaan dan langsung dicor.
2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat
mengakibatkan suhu beton melebihi dari 32 derajat Celsius, maka pemborong
harus
mengambil langkah-langkah yang efektif,
umpamanya mendinginkan agregat atau mengecor pada waktu malam hari.
15.17. PERIZINAN 1. Pemborong harus memberitahukan pada Direksi atau Konsultan
Pengawas minimal 1 minggu sebelum pengecoran dimulai.
2. Pengecoran boleh dilaksanakan apabila sudah ada Berita Acara
Pengecoran dan izin tertulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas.
PASAL 16 PEKERJAAN PELAPIS LANTAI/PEKERJAAN LANTAI KERJA
16.1.LINGKUP PEKERJAAN 1. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan ini sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan yang baik.
2. Pekerjaan
lantai
kerja
ini
meliputi
seluruh
detail
yang
disebutkan/ditunjukkan
16.2.PERSYARATAN BAHAN Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi atau Konsultan Pengawas untuk disetujui.
22
16.3.SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN 1. Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan dipasang
lantai
kerja
harus
dipadatkan
untuk
mendapatkan
permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh daya dukung tanah yang maksimum, pemadatan dipergunakan alat timbris.
2. Untuk pasangan di atas pelat beton, pelat beton diberi lapisan dengan mutu k-150 dan diberi pasir setebal minimum 5 - 10 cm dengan memperhatikan kemiringan lantai, terutama di daerah basah.
3. Lantai kerja beton tumbuk di atas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar- benar rata, dengan memperhatikan kemiringan lantai di daerah basah.
PASAL 17 PEMBERSIHAN AKHIR/FINISHING
Pada Akhir Pekerjaan Seluruh Permukaan Pasangan Batu dan Sebagainya harus bersih dari sisa-sisa semen dan kotoran lainnya. Gundukan-gndukan tanah bekas galian harus diratakan serta bahan-bahan yang tidak terpakai lagi harus diangkut keluar dari lokasi pekerjaan. Bila ada bagian-bagian pekerjaan yang oleh suatu hal menyebabkan kecacatan pada bagian pekerjaan tersebut belum memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka pelaksana wajib melakukan perbaikan-perbaikan terhadap bagian-bagian pekerjaan tersebut.
23