Rk3k.docx

  • Uploaded by: hendrik
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rk3k.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 16,826
  • Pages: 63
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang No. 01/1970 tentang Keselamatan dan kesehatan kerja 2. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per -05 /MEN /1996 Tgl. 12 Desember 1996, Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

TUJUAN & SASARAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dari sistem Manajemen K3 adalah menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan dilokasi kerja dengan melibatkan unsur yang terlibat seperti : manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. 1. Konsep PT. ..............................Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja : PT. ..............................sebagai salah satu Perusahaan yang bergerak di bidang jasa kontruksi untuk pekerjaan Sipil dan Arsitek memiliki komitmen yang tinggi dalam keselamatan dan kesehatan kerja, dan sebagai strategi Perusahaan dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :       

Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia dibidang keselamatan dan kesehatan kerja Memberi jaminan Kesehatan kerja kepada Karyawan / Tenaga Kerja ; Mewujudkan Tempat Kerja yang Aman dan Nyaman Mematuhi Perundang-undangan yang berlaku untuk keselamatan kerja ; Mengutamakan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap pekerjaan ; Penerapan Sistem Keselamatan dan kesehatan Kerja ; Pengendalian Terhadap barang Berbahaya.

Hal ini wajar karena PT. ..............................sebagai kontraktor di bidang konstruksi memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, karena dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik maka indikator keberhasilan perusahaan akan jasa konstruksi disebut : Biaya, Mutu, Waktu dan Lingkungan umum, dapat terpenuhi, Selain itu PT. ..............................memahami dasar hukum yang berkaitan dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut :   

Undang-Undang No. 01/1970 tentang Keselamatan dan kesehatan kerja KEPMENAKER No. 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan - peraturan lain yang berlaku yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Untuk melaksanakan Undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja dan sistim manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, maka PT. ..............................membentuk struktur organisasi K3 yang diimplementasi dalam setiap pelaksanaan pekerjaan, Yaitu :

1

1.1

Struktur Organisasi Keselamatan dan kesehatan kerja di Proyek :    

1.2

Kepala Proyek Pelaksana K3 dan Pembantu pelaksana K3 Staff Administrasi dan Keuangan Proyek serta Staff Administrasi Teknik Proyek. Pelaksana dan Pembantu pelaksana.

Tugas dan Fungsi Pelaksana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelaksana K3 terdiri dari: Managemen / Pimpinan / Supervisor / Pengawas dan Pelaksana K3 / OH&S Manager di Proyek, mempunyai tugas dan fungsi :  Memahami peraturan yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja ;  Membuat sistem prosedur dalam upaya penanganan keselamatan dan kesehatan kerja  Menetapkan standar baku keselamatan dan kesehatan kerja dalam proyek;  Melakukan identifikasi resiko yang akan timbul dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja;  Melakukan evaluasi terhadap kebutuhan untuk keselamatan dan kesehatan kerja;  Melakukan rapat evaluasi dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja;  mengevaluasi kebutuhan peralatan untuk keselamatan dan kesehatan kerja;  Menyusun form keselamatan dan kesehatan kerja untuk masing-masing item pekerjaan;

1.3

Tugas dan Fungsi Manager di Proyek :  Merencanakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja  Menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja  Melakukan monitoring terhadap aplikasi sistem keselamatan dan kesehatan kerja  Melakukan sosialisasi terhadap sistem keselamatan dan kesehatan kerja  Menyediakanperangkat keras kebutuhan penerapan system keselamatan dan kesehatan kerja  Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja  Mengambil tindakan nyata terhadap sistem keselamatan dan kesehatan kerja.

1.4

Tugas dan Fungsi Supervisor (Pengawas) :  Memastikan semua tenaga kerja dalam posisi aman sesuai prosedur Kerja sebagai pedoman;  Melakukan evaluasi terhadap semua kondisi yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.  Memberikan kepastian terhadap tenaga kerja telah dilengkapi dengan alat pelindung keselamatan.  Mengidentifikasi awal penyebab kecelakaan kerja dan melakukan tindakan awal penyelamatan..  Memberikan informasi kepada tenaga kerja mengenai resiko akibat melanggar keselamatan dan kesehatan kerja.

1.5

Tugas dan Fungsi Karyawan dan Personil Pemasok / Sub Kontraktor Proyek :    

1.6

Bekerja sesuai prosedur kerja aman seperti yang tertulis dalam Manual K3 / OH&S ini. Memakai alat pelindung diri pada sat akan bekerja sebagaimana yang dianjurkan oleh Pelaksana. Melaporkan suatau kondisi tidak aman kepada atasannya. Menjaga lingkungan tempat kerja sebagaimana seharusnya.

Tugas dan Fungsi Pelaksana Keselamatan dan Kesehatan Kerja / OH&S Manager :

2

 Memilih pengetahuan yang baik tentang Peraturan Undang-Undang K3 / OH&S Indonesia, standar keselamatan dan kesehatan kerja bidang industri dan memastikan penerapannya dengan benar setiap saat.  Memastikan bahwa "Prosedur Kerja Aman" berlaku efektif, diketahui, dimengerti, dan diterapkan. Memastikan perbaikan diterapkan dengan seharusnya.  Menyediakan laporan bulanan untuk jajaran manajemen yang memuat analisis gejala statistik dan informasi berikut :  Ringkasan tentang semua kecerdasan  Semua insiden penting  Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja  Memberikan program Induksi Keselamatan dan kesehatan kerja kepada "Karyawan Baru".  Melakukan inspeksi lapangan secara terus menerus untuk mengidentifikasi tindakan dan keadaan yang tidak aman, dan memberitahu jajaran pimpinam tentang hal-hal yang tak bisa ditanggulangi dengan segera.  Menyampaikan saran berharga lini manajemen tentang masalah keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk standar-standar yang berlaku dibidang legislatif maupun industri.  Membantu penyelidikan pergerakan dan mengumpulkan laporan lengkap tepat pada waktunya.  Membantu Pelatihan K3 / OH&S bagi semua tingkat karyawan. 1.7

Identifikasi Bahaya dan Evaluasi Potensi Bahaya Keselamatan Tahapan identifikasi dan Potensi bahaya keselamatan dapat dijabarkan sebagai berikut : 1.7.1

Penanganan Kejadian Kecelakaan : Kejadian kecelakaan dapat diklasifikasikan menjadi : 1.7.1.1 Kasus pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Mencakup kasus yang hanya memerlukan perawatan sesekali selesai dan hanya untuk luka kecil karena goresan, terpotong, terbakar, robek dan sejenisnya, yang sebenarnya tidak memerlukan perawatan medis. Perawatan dan pemeriksaan seperti ini digolongkan dalam pertolongan pertama walaupun dilayani oleh dokter atau tenaga professional resmi. 1.7.1.2 Kasus Ditangani Dokter Mencakup perawatan kecelakaan yang dilakukan oleh para dokter, tenaga medis professional atau orang biasa (bukan tenaga medis). Perawatan medis ini tidak termasuk perawatan pertolongan pertama seperti yang didefinisikan pada bagian 4.b walaupun dilakukan oleh dokter atau personil profesional. 1.7.1.3 Kasus Kecelakaan Kerja Ringan Merupakan kasus-kasus yang karena kecelakaan atau sakit maka :  Karyawan ditugaskan untuk melakukan pekerjan lain sementara waktu, atau  Karyawan bekerja sesuai pekerjaannya, tetapi tidak sehari penuh, atau  Karyawan bekerja sesuai pekerjaanya tetapi tidak melakukan semua  kewajiban yang berkaitan dengan pekerjaanya. Pengawasan aktivitas kerja ini terjadi bila karyawan, karena kecelakaan atau sakit yang disebabkan oleh pekerjaannya, secara fisik ataupun mental tak dapat melakukan semua atau sebagian pekerjaan harian atau yang sesuai dengan gilirannya.

3

Penekanannya adalah pada kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjaannya yang biasa pada saat giliran kerjanya. 1.8

Hilangnya Waktu Karena Kecelakaan Kecelakaan jenis ini adalah kecelakaan yang mengakibatkan adanya ketidakmampuan bekerja, sedikitnya selama sehari penuh atau satu giliran kerja setelah kecelakaan terjadi.

2. Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja / OH&S Kegiatan promosi K3/OH&S dilakukan untuk memberitahukan dan men- sosialisasikan K3 / OH&S seluruh anggota organisasi proyek dan para tamu proyek yang bersifat pemberitahuan dengan media gambar dan tulisan singkat tentang K3 dan diberikan atau di tempel di tempat yang strategis, yang dapat berbentuk : rambu-rambu, pamplet, spanduk, label, Buku Saku, dll. Untuk karyawan / tenaga kerja baru dan para tamu diberikan brifing atau induction tentang penerapan SMK3, Potensi Bahaya yang ada dan peraturan yang berlaku diarea proyek, serta diberikan alat pelindung diri yang harus digunakan. Setiap Karyawan / Tenaga Kerja dan Tamu dibuatkan Kartu Identitas yang harus dipakai waktu melaksanakan kegiatan, tugas dan atau pekerjaannya didaerah / lokasi proyek. Kartu Identitas ini harus dikelola pendataan, pembuatan dan pengarsipannya oleh Pelaksana K3 proyek. 2.1

Ijin Kerja pada Pekerjaan yang Berbahaya Untuk memastikan perlindungan tenaga kerja yang mengerjakan pekerjaan yang mempunyai resiko tinggi dan atau pekerjaan yang berbahaya atau pekerjaan dalam ketinggian dan kedalaman baik di-air maupun di-tanah, maka pekerja wajib mendapatkan Ijin Kerja dari Pelaksana K3 / OH&S Manager dan disetujui oleh Kepala Proyek, agar dapat dipastikan siapa personil yang mengerjakan termasuk kompetensinya, kondisi dan tempat / daerah bekerja, jenis pekerjaannya dan tindakan-tindakan apa yang perlu untuk pencegahan terjadinya kecelakaan serta alat pelindung diri yang harus digunakan. Dengan menggunakan form Surat Ijin Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( FM-SIK3)

2.2

Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Awal Kerja Dalam rangka memastikan perlindungan dan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja dan personil proyek, maka perlu setiap tenaga kerja / personil khususnya di Proyek diwajibkan diperiksa kesehatannya oleh Dokter Periksa pada awal tugas / setiap pekerjaan baru, untuk sebagai dasar diognosa tinjauan pemeriksaan berkala bagi perkembangan kesehatan seorang pekerja apakah ada dampak Penyakit akibat kerja dalam rangka melaksanakan tugas di unit kerjanya.

2.3

Pelaksananaan secara teknik dapat dilaksanakan, sebagai berikut :  Untuk tenaga kerja harian lepas / tidak tetap / pekerja mandor borong atau pemasok / subkontraktor dapat diperiksakan kepada Dokter Klinik / puskesmas yang terdekat dengan menyerahkan tanda bukti surat keterangan dokter yang bersangkutan sepada Bagian Personalia Proyek  Untuk pegawai / personil Inti Proyek diwajibkan untuk diperiksa oleh Dokter Periksa yang ditunjuk oleh Perusahaan atau Kepala Divisi / Wilayah / Proyek dan dapat pula diperiksa oleh Dokter Klinik Perusahaan di Kantor Pusat.Pemeriksaan awal dan berkala serta pengawasan yang menyeluruh akan membuktikan apakah program kesehatan dan keselamatan dan kesehatan kerja serta sarana fisik yang ada sudah memenuhi standar. Pemeriksaaan dan pengawasan Kesehatan ini untuk mengukur kinerja Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan dan Proyek yang bersangkutan.

4

2.4

Pemeriksaan dan pengawasan dilaksanakan :  Berdasarkan petunjuk standar yang jelas dan pasti.  Dengan memakai observasi, wawancara, contoh, pengawasan fisik dan tinjauan datadata dokumentasi.  Oleh kelompok yang tidak memiliki kepentingan pribadi atau mendapat tekanan dari luar, yang dapat memberikan pendapat yang objektif dan "tak berprasangka".  Program pemeriksaan akan disusun setiap tahun.  Hal-hal yang tidak sesuai akan diperhatikan dan diperbaiki.

2.5

Keselamatan dan kesehatan kerja Pemasok atau Subkontraktor Para subkontraktor yang bekerja di Lapangan Fabrikasi harus memahami dan mengikuti peraturan Keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang berlaku bagi para tenaga kerja / karyawan PT. ..............................dan pernyataannya ditulis di dalam bagian isi kontrak yang telah disepakati bersama. PT...............................bertanggung jawab untuk menangani dan mengontrol aktivitas subkontraktor. Memenuhi pelaksanaan Prosedur Keselamatan dan kesehatan kerja akan ditentukan sebagai persyaratan semua tender dan kontrak. Bangunan pabrik, peralatan perlengkapan, perkakas dan personil PT. ..............................tidak boleh digunakan oleh subkontraktor, kecuali disebutkan langsung khusus atau disetujui sesuai kontrak. Para Superintendent / Manager / Pelaksana Lapangan yang terlibat dengan pekerjaan subkontraktor harus memantau standar pekerjaan mereka dan memastikan bahwa semua pekerjaan yang dilakukannya memenuhi persyaratan. Para subkontraktor harus menghadiri Rapat Keselamatan dan kesehatan kerja (Tool Box Safety Meeting) mingguan dan mengirim wakil yang tepat pada Rapat Komite Keselamatan. Para Subkontraktor harus mengikuti Kursus Pengantar Keselamatan dan kesehatan kerja sebelum mulai bekerja dilapangan.

2.6

Alat Pelindung Tubuh/Diri Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja.APD dipergunakan setelah melakukan rekayasa dan cara kerja yang aman telah dilaksanakan dengan baik dan benar (maksimum) 2.6.1

2.6.2

Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Pelindung Diri : 2.6.1.1

Setiap karyawan / tenaga kerja akan diberi alat-alat pelindung diri yang menjadi tanggungjawab perusahaan dan atau pemasok / subkontraktor seusuai dengan kontrak kerjanya

2.6.1.2

Setiap karyawan / tenaga kerja bertanggung jawab untuk memakainya, merawat dan melaporkan segala kerusakan atau kesalahan yang terdapat pada alat-alat tersebut.

2.6.1.3

Setiap Supervisor / Pengawas bertanggung jawab atas pemakaian alat pelindung diri sesuai persyaratan, memperagakan cara pemakaian yang benar dan mendorong bawahan untuk memakainya.

Para Manajer dan Pelaksana K3 Proyek bertanggung jawab untuk memberitahu para Subkontraktor. Pemasok barang dan Klien untuk mengikuti peraturan penggunaan Alat Pelindung Diri, tanpa perkecualian.

5

2.6.3

2.6.4

2.6.5

Alat Pelindung Diri merupakan : 2.6.3.1

Persyaratan Karyawan / Tenaga Kerja Proyek untuk memakai dan menjaga Alat-alat Pelindung Diri dan meminta perlengkapan baru jika alat-alat yang ada sudah tidak memenuhi syarat.

2.6.3.2

Tanggung Jawab Supervisor / Pengawas untuk memastikan Alat-alat Pelindung Diri telah dipakai sesuai tingkatnya, baik oleh dirinya sendiri maupun oleh karyawan / tenaga kerja-nya dan harus mempromosikan praktek keselamatan dan kesehatan kerja dengan memberikan contoh yang baik.

Pemberian Alat Pelindung Diri : 2.6.4.1

Jenis dan Macam Kebutuhan Alat Pelindung Diri dibuat oleh Tim P2 K3 atau Pelaksana K3 dan Kepala Proyek beserta Manager yang terkait dari hasil Identifikasi Bahaya dan Sasaran dan Program Keselamatan & Kesehatan Kerja ( sesuai dari basil tahap pada nomor item 3.4 dan 3.5 tersebut diatas )

2.6.4.2

Kebutuhan Alat Pelindung Diri diajukan permintaannya oleh Manager yang terkait dan diketahui oleh Pelaksana K3 .

Syarat-syarat Alat Pelindung Diri : 2.6.5.1

Enak dipakai

2.6.5.2

Tidak menggangu kerja

2.6.5.3

Memberikan perlindungan yang efektif sesuai dengan jenis bahaya ditempat kerja.

2.6.6

Pengadaan atau Pembelian Alat Pelindung Diri dilaksanakan oleh Manager Logistik Proyek sesuai permintaan tersebut diatas.

2.6.7

Manager Logistik dan Pelaksana K3 menyerahkan / membagikan / medistribusikan Alat-alat Pelindung Diri kepada setiap Karyawan / Tenaga Kerja dengan form Daftar Distribusi APD( FMDDA ) dengan tanpa dipungut biaya, didalam formulir tersebut tercantum catatan yang benar tentang :

2.6.8

2.6.7.1

Nomor karyawan / tenga kerja

2.6.7.2

Nama karyawan / tenaga kerja Pekerjaannya

2.6.7.3

Jenis Peralatan APD yang diterima

2.6.7.4

Tanda Terima dan persetujuan atas ketentuan yang berlaku

2.6.7.5

Tanggal didistribusikan

Alat-alat Pelindung Diri pada umumnya, antara lain yaitu : 2.6.8.1

Pelindung Kepala yaitu Safety Helmet / Topi Pengaman Penjelasan : Semua karyawan harus memakai topi pengaman selama berada dilapangan fabrikasi, kecuali saat berada didalam kendaraan, kantor atau daerah bebas alat pelindung. Topi yang sudah penyok, topi yang terbuat dari almunium dan topi yang tidak dapat diperbaiki lagi, tidak diperkenankan dipakai dilapangan fabrikasi.

6

Topi pengaman tidak boleh digambari, dicat kemauan sediri dan dihindari dari terkena bahan kimia. 2.6.8.2

Pelindung Mata yaitu Spectacle goggles / Kacamata biasa dan Goglles / Kacamata Khusus. Penjelasan :

2.6.8.3

-

Lapangan fabrikasi dinyatakan sebagai daerah tempat pelindung mata harus dikenakan, kecuali saat berada dikendaraan, kantor atau daerah bebas Alat Pelindung Diri.Hanya pelindung mata yang memenuhi standar keselamatan internasional yang boleh dipakai. Kacamata teduh atau pelindung mata tanpa tutup disisi kiri dan kanan tidak diizinkan dipakai. Contoh standar pelindung mata yang disetujui adalah USA ANSI Z87.1 1988.Semua karyawan / tenaga kerja yang menggerinda atau membersikan dengan piringan kawat baja harus memakai kacamata pengaman dan pelindung wajah. Saat melakukan pekerjaan di ruangan tertutup, kacamata anti debu (monogogle) harus dipakai.Karyawan / tenaga kerja harus memakai kacamata anti debu dan pelindung wajah saat menggunakan sabun pembersih yang berbahaya, cairan korosif atau bahan lain yang berbahaya.

-

Pelindung mata yang resmi untuk proses pemotongan harus digunakan saat melakukan proses memotong menggunakan oksigen (oxy-cutting).

-

Semua karyawan / tenaga kerja harus memakai lensa kacamata pengaman bening. Perkecualian hanya diberikan kepada penderek dan para operator crane crawler dan pettibone. Mereka boleh memakai lensa kacamata bening atau gelap.

-

Kacamata para pengecat harus menggunakan pelindung lensa kacamata pengaman.

-

Kacamata sesuai resep dokter akan diberikan kepada karyawan yang mengalami cacat mata. Kacamata baca tidak disediakan perusahaan.

-

Kacamata yang tidak mendapat kacamata sesuai resep dokter tidak akan mendapat kacamata pengaman yang standar.

-

Tiap anggota dijajaran supervisi harus memberikan contoh yang baik kepada semua karyawan untuk mematuhi aturan pelindung mata.

-

Supervisor harus memastikan para karyawan yang berada dibawah tanggung jawabnya (maupun karyawan lainnya yang berada dalam bahaya) telah memiliki dan memakai kacamata pelindung seperti yang seharusnya, dan memeriksa keadaan kacamata pelindung tersebut, serta segera memperbaikinya jika ada yang salah.

Pelindung Kaki / Sepatu Kerja yang Aman Penjelasan : -

Pelindung kaki yang dilengkapi dengan penutup jari dari baja harus selalu dipakai dilapangan, kecuali saat berada dikendaraan, kantor atau daerah bebas Alat Pelindung Diri.

-

Pelindung kaki yang sudah tidak layak pakai harus diganti. Sepatu atau boot bertali harus digunakan dalam keadaan tali sepatu terikat sebagaimana mestinya, untuk keamanan kaki.

7

2.6.8.4

2.6.8.5

Pelindung Tangan seperti Sarung Tangan -

Sarung tangan (biasa) atau yang panjang (menutupi lengan bawah) harus dipakai mana ada resiko terluka

-

Sarung tangan bahan kimia harus dipakai apabila menangani produk-produk dari minyak, solar, zat asam, bahan kimia dan bahan cairan-cairan berberbaya yang lainnya.

-

Sarung tangan dari kulit atau yang panjang harus dipakai untuk melindungi tangan dari panas, barang-barang yang dapat terperangkap atau terjepit diantara putaran.

Pelindung Pernapasan dari Debu, Asap, Gas Kimia dan Udara Menyengat yang biasa disebut Respirator / Masker Penjelasan :

2.6.8.6

-

Pelindung pernapasan yang sudah disetujui harus dipakai bilamana terdapat bendabenda diudara yang berbahaya untuk kesehatan.

-

Topeng debu harus dipakai ditempat-tempat yang berdebu.

-

Alat pernapasan organik harus dipakai ketika melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan cat, larutan dan bahan kimia lain.

-

Alat pernapasan udara terpisah harus dipakai ketika masuk ketempat yang kurang oksigen.

-

Alat pernapasan dengan pemasukan udara tersendiri atau tameng harus diapai ketika melakukan penyemprotan atau pengecetan didaerah tertutup.

-

Alat pernapasan harus dipakai hanya oleh personil yang terlatih. Karyawan / tenaga kerja tertentu harus dilatih untuk memilih dan memakai, pelindung pernapasan sesuai dengan persyaratan pabrik., cat atau produk lain yang akan dipakai.

Pelindung Alat Pendengaran / Terlinga  Ear Plug / Sumbat Telinga dan Ear Muff / Tutup Telinga Penjelasan : Pelindung Pendengaran / Telinga harus dipakai oleh semua karyawan yang terpapar kebisingan 85 db (A) atau lebih dari 8 jam penuh. Penutup telinga harus dipakai dipembangkit tenaga listrik dan tempat-tempat yang bising karena mesin. Penyumbat telinga (yang sekali pakai saja atau yang dapat dipakai berulang) harus dipakai :    

Bila menggerinda, menghaluskan/ memoles, memukul dengan palu besar, perkakas, yang bising, dan "gouging" dengan tekanan udara yang tinggi. Didalam bengkel-bengkel yang bising. Dimana relah dipasang tanda untuk maksud itu dan bila instruksikan oleh para pengawas. Sumbat telinga yang dapat dipakai berulang kembali harus dibersihkan.

8

2.6.8.7

Pelindung di Tempat Ketinggian meliputi Safety Belt atau Sabuk Pengaman, tali pengaman (ada 3 jenis yang berbeda) yaitu: Jaring Angkat, Sabuk Penunjang dan Sabuk Pengikat dan perlengkapan khusus lainnya sesuai keperluan. Penjelasan :

2.6.8.8

-

Safety Belt, Sabuk Pengaman, Tali Pelindung Tubuh dan Tali Pengaman yang disetujui harus dipakai dan terikat sebagaimana seharusnya jika ada resiko jatuh pada ketinggian dua meter atau lebih.

-

Safety Belt / Sabuk Pengaman harus digunakan dan terikat dengan pengaman dengan tepat bila bekerja dan tidak dipagari dengan pegangan tangga.

-

Safety Belt / Sabuk Pengaman (atau tipe parasut) harus dipakai oleh semua karyawan yang bekerja pada jacket jacket yang tinggi.

-

Safety Belt / Sabuk Pengaman harus dipakai dan terikat ketika bekerja didalam keranjang derek dan saat menggunakan alat pengangkat mekanis.

-

Safety Belt / Sabuk Pengaman harus terpasang ketat dipinggang dan tali pengaman panjangnya tidak boleh lebih dari 1,2 m.

-

Tali pengaman harus terikat untuk mengamankan pemakainya dan tidak boleh berada dibawah pinggang.

-

Safety Belt / Sabuk Pengaman penuh tipe parasut harus selalu dipakai searah dengan gerakan kumparan (Sala Block). Perlengkapan ini harus dipakai oleh mereka yang bekerja didaerah beresiko tinggi.

-

Sala Block atau gerak kumparan harus menempel pada bagian yang kokoh dengan perisai diatas pemakai.

-

Alat-alat pelindung pencegah jatuh harus diperiksa sebelum digumakan. Perlengkapan yang tidak layak pakai tidak boleh digunakan.

-

Safety Belt / Sabuk Pengaman, sabuk tipe parasut dan tali pengaman harus disimpan dan dijaga agar jangan sampai kena minyak, pelumas atau benda lain yang bisa membuatnya kotor.

-

Alat-alat pencegah jatuh yang pernah terbentur beban yang keras harus segera dimusnahkan.

Pelindung Badan terdiri dari Pakaian Kerja Biasa dan Pakaian Kerja Khusus (tahap api / radiasi / zat kimia, dll ), jika diperlukan. Penjelasan : -

Pakaian pelindung yang sesuai harus dipakai setiap saat.

-

Tidak seorang pun karyawan diperkenankan bekerja tanpa kemeja.

-

Celana pendek tidak diperkenankan dipakai saat melakukan pekerjaan apapun dan saat berada didaerah konstruksi.

-

Pakaian yang longgar atau robek tidak boleh dipakai saat bekerja dengan perlengkapan dan perkakas yang berputar.

9

2.6.8.9

-

Perhiasan seperti kalung atau cincin sebaiknya tidak dipakai saat bekerja karena bisa membahayakan si pemakai.

-

Udara yang dimampatkan, oksigen atau gas yang dimampatkan sama sekali tidak boleh dipakai untuk "menghembus" pakaian kerja.

Pelindung di Daerah Bahaya Tenggelam / di Daerah Perairan Dalam Dengan Menggunakan Baju Pelampung, Alat Penyelam, dll. Penjelasan : -

Baju pelampung harus dipakai saat bekerja di pinggir tongkang, kapal atau tempat lain diatas air, dan selama melakukan pemuatan (deck, jacket). Baju pelampung tidak perlu dikenakan bila sudah tersedia pegangan tangga.

-

Baju pelampung harus dipakai ketika berdiri atau bekerja di bagian luar pegengan tangga pada tongkang material atau bila tongkang tidak dilengkapi pegangan tangga.

-

Semua pekerjaan pemuatan (deck, jacket), semua orang ditongkang harus memakai baju pelampung, meskipun pegangan tangga terpasang.

3. Pemakaian Bahan Berbahaya & Beracun (B3). Pengadaan dan Pembelian Bahan / Material proyek harus mengikuti Prosedur Sumber Daya Bahan / Logistik dan Jasa ( PNK-MU-04-1 s/d. P-NK-MU-04-04 ) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. a) Penyimpanan Bahan / Material. -

Tempat Penyimpanan Bahan atau Gudang dibuat gambar denahnya dan diatur agar dipisahkan bahan berbahaya dan beracun ( B3 ) dengan bahan lainnya.

-

Gambar Denah di tempel didinding depan Gudang yang strategis.

-

Tanah, lantai dan atau bagasi penyimpanan tempat barang / material yang akan ditumpuk haruslah dalam keadaan kuat dan bebas dari ganguan yang dapat menyebabkan rusak atau berkurangnya mutu dan menyusut / berkurangnya volume bahan / material yang disimpan.

-

Bahan-bahan yang berbentuk pipa atau bejana bulat harus diberi ganjal diantara sisi luarnya agar tidak menggelinding.

-

Sedapat mungkin, pelihara keseragaman dalam hal ukuran, bentuk, berat, dan sebagainya diletakan dan dikelompokan bahan yang sejenis, seukuran dan satu bentuk, serta diberi tanda identifikasi dengan tulisan atau label pada tempat, tumpukkan dan atau pada bahan yang mewakilinya

-

Jalan masuk di antara tumpukan bahan-bahan harus terjaga.

b) Penyimpanan Dan Penanganan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3). Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3 ) atau biasa disebut Bahan Kimia Berbahaya adalah zat, bahan kimia atau sesuatu baik dalam keadaan tunggal maupun campuran, yang berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan kerja atau keamanan umum.

10

Jenis Bahan Berbahaya dan Beracun dapat dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu : 1. 2. 3. 4.

Beracun Sangat Beracun Sangat Reaktif Mudah Meledak

-

Bahan Berbahaya dan Beracun harus disimpan dalam kontainer / wadah / tempat yang baik, kuat tidak bocor, kering, tidak mudah terbakar dan diletakan di tempat penyimpanan didaerah yang berventilasi baik, tanpa dipasang peralatan sprinkler air, terpisah dengan bahan lain dan ditempel Label B3 dan atau Label Material Safety Data Sheet ( MSDS)-nya.

-

Bahan Kimia Berbahaya yang Sangat Reakif dan Mudah Meledak harus dijaga tetap kering, diletakan pada posisi peletakan yang benar dan jauh dari bahan-bahan dan sumber yang dapat menyala. Bahanbahan tidak boleh berhubungan dengan air atau udara.

-

Kontainer / wadah / tempat penyimpanannya harus dijaga terhadap kerusakan fisik dan harus berhatihati bilamana memindahkan bahan selama kegiatan produksi.

-

Lokasi Penyimpanan atau gudang dicegah dan dipelihara kebersihannya kotoran debu agar tidak terakumulasi terutama di daerah-daerah kerja dan dibersihakan khususnya pada selang-selang penghisap / pipa-pipa udara.

-

Ventilasi udara harus dipelihara agar dalam kondisi baik setiap saat.

-

Hanya perkakas kedap percikan (kuningan dan tembaga) yang boleh dipakai untuk membuka drum karbid dan untuk pembersihannya.

-

Makan,minum dan merokok didaerah kerja penyimpanan tidak dibenarkan.

-

Praktek-praktek yang sehat harus dilakukan setelah menangani bahan-bahan ini.

-

Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran Bahan Berbahaya dan Berracun harus dipisahkan dan dicatatan pada lembar Laporan Persediaan Barang ( FM-NK-MU-04 03-01 ) tersendiri agar mudah di monitor jumlah penggunaannya setiap saat.

c) Penanganan Peralatan Produksi - Penanganan dan pemeliharaan peralatan produksi harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur Sumber Daya Peralatan (P-NK-MU-OS-01) dan Instruksi Kerja yang telah ditetapkan sesuai manual peralatannya yang ada. - Pelaksana Peralatan harus membuat Daftar Peralatan untuk semua Alat Produksi yang ada dan digunakan diproyek, yang dapat dilihat jumlah, Jenis, kondisi dan masa. berlakunya surat ijin operasi alat sesuai peraturan yang berlaku. - Untuk Alat Ukur harus dibuat Daftar Alat Ukur yang dapat dilihat jenis, jumlah, kondisi dan masa kalibrasinya.Pelaksana Peralatan harus membuat dan mengeluarkan daftar pemeriksaan untuk setiap jenis peralatan.Para operator peralatan harus memeriksa semua hat perlengkapan yang tertera pada daftar sebelum mereka memakainya. - Daftar pemeriksaan harus ditandai dengan tanda (v) sebagai tanda "OK" atau "memerlukan perhatian". Keterangan harus dicatat di bagian bawah halaman tersebut. Hal-hal yang memerlukan perhatian harus segera dilaporkan ke Pelaksana Peralatan melalui operator Foreman atau Supervisor peralatan tersebut. - Pelaksana Peralatan harus mengevaluasi memastikan kondisi peralatan dan menyatakan peralatan harus : - Digunakan hanya untuk keperluan terbatas atau hanya untuk tingkat pengoperasian lebih ringan,

11

jika

- Diberi label "Berbahaya, Jangan Dioperasikan". - Pelaksana Peralatan harus memberitahukan jenis dan jumlah peralatan yang memerlukan perhatian kepada Superintendent / Pelaksana Lapangan, juga memberikan keterangan singkat tentang masalah yang ada.

- Pelaksana Peralatan atau staf petugas yang mewakili harus mengumpulkan salinan tiap daftar pemeriksaan peralatan setiap minggu dan menyerah-kannya ke Bagian Pemeliharaan untuk ditinjau ulang serta untuk pengambilan langkah tindakan lanjutan. - Dari hasil pemeriksaan dan data alat, Pelaksana Peralatan membuat Daftar Pemeriksaan dan harus diberitahukan kepada Kepala Pelaksana / Site Manager masalah yang tidak dapat diselesaikan, peralatan yang macet atau tidak berfungsi dan yang memerlukan perbaikan total. - Pelaksana Peralatan berkewajiban untuk membuat laporan-laporan peralatan rutin sesuai dengan ketentuan sistem manajemen peralatan yang telah ditetapkan oleh Biro Logistik dan Peralatan Pelaksana Peralatan berkewajiban dan bertanggung jawab untuk : - Memonitor dan memastikan kondisi alat dalam keadaan layak operasi. - Mengadakan perawatan alat secara periodik dan kondisi khusus alat sesuai dengan standar pedoman pengopearasian peralatannya. - Perijinan penggunaan atau pengoperasian alat dan operatornya sesuai persyaratan dan peraturan yang berlaku. - Mengawasi dan mengatur operasi alat agar resiko terjadinya kecelakaan akibat operasi alat dapat dicegah. 4. PERALATAN UNTUK MENANGANI METERIAL 4.1

Alat Derek Dan Pengangkat - Dilarang menunggangi alat pengangkat, muatan, atau setiap permukaan bulat dari crane dan alat derek lainnya. - Jangan memanjat atau menuruni peralatan yang sedang bergerak. Jangan meloncat dari peralatan apapun. Gunakan kedua tangan saat naik atau turun dari suatu peralatan. - Berdirilah ditempat yang aman saat peralatan sedang aktif dijalankan. Semua karyawan / tenaga kerja harus berada ditempat yang sama saat pengangkatan dan saat ambin (sling) dibuka. - Hindari tangan anda dari titik jepit saat mengait, menyambung atau menjepit. Tali pengaman akan digunakan sesuai permintaan. - Semua kait harus dililit, kecuali bila sudah dilengkapi dengan palang pengaman. - Hanya satu orang, yang harus diketahui operator, yang boleh memberikan kode atau syarat kepada operator. Untuk ini digunakan aba-aba tangan yang standar pada crane. - Para operator crane harus diberi pengarahan oleh supervisor mereka sebagai bagian dari Analisis Keselamatan dan kesehatan kerja. - Pertimbangan terhadap factor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja harus dievaluasi ulang jika sudut sling melebihi 60 derajat. - Karena pertimbangan akan berat dan pusat gaya berat, maka semua muatan harus dicek sebelum diangkat. Pastikan peralatan pengangkat bekerja sesuai dengan kapasitasnya.

12

- Jangan mengukur muatan dengan pengait, kecuali memang dirancang demikiandan pengait memang untuk dipakai keperluan itu. - Gunakan sling berkaki banyak, bukan gabungan sling, dari kaki tunggal. Jangan mengangkat beban memakai satu dari sling kaki banyak sebelum kaki-kaki yang tidak terpakai diikat dengan aman. - Sebelum melakukan pengangkatan, pastikan bahwa sling tidak melilit, terpelintir atau kusut, dan telah dipasang pada muatan secara benar. Salah mengaitkan muata, muatan miring atau tidak seimbang, mengangkat dengan tali pemikul beban yang terpelintir atau kusut, dapat membebani sling melebihi kapasitasnya. - Saat mengangkat atau menurunkanmuatan hindari adanya sentakan mendadak pada muatan. Sentakan atau tarikan mendadak pada saat pengangkatan akan membebani sling dan menyebabkan berat beban bertambah dari yang sebenarnya. Naikkan sling secara perlahan sampai tali tidak kendur lagi. - Gunakan sling yang sesuai dengan jenis dan berat beban yang diangkat. - Buang semua barang-barang yang lepas, yang mengganggu, sebelum muatan dipindahkan. - Jangan meninggalkan muatan tergantung diudara tanpa operator yang menjaga crane. Tempatkan muatan serendah mungkin, tapi cukup tinggi dari yang ada di bawahnya. - Jangan memasang segel melintang pada muatan. Mata sling harus masuk pada per dari segel. - Tali penggerak atau tali baja yang sudah diapkir tidak boleh digunakan untuk membuat sling. - Periksalah pengait dan palang pengamannya sesering mungkin. Jagalah agar palang pengaman selalu bersih dan terlumasi dengan baik. - Jangan menggerek dua atau lebih muatan yang terpisah-pisah sekali angkat, walaupun berat muatan seluruhnya tidak melebihi nilai kapasitas derek. - Jika bukaan pengait lebih dari 15% dari yang seharusnya (diukur dari titik yang terdekat) atau terputar lebih dari 10 derajat dari pengait yang tak bengkok, pengait tersebut tidak boleh digunakan. - Matikan semua mesin pada saaat diminyaki, diisi bahan bakar, dicek airnya atau disetel bagianbagiannya yang bergerak. - Operator Crane harus mengecek daftar pemeriksaan kelayakan crane sebelum pekerjaan dimulai. - Semua sling segel dan pengait harus diberi kode warna. Kode warna akan

diumukan setiap tahun.

- Hanya karyawan yang berwenang yang diperbolehkan mengoperasikan semua mesin konstruksi, termasuk alat pengangkat dan peralatan bergerak. Operator yang berwenang harus memakai surat izin yang sesuai dengan peralatan yang digunakannya. - Semua bagian berbahaya atau mesin-mesin/ alat-alat yang bergerak harus diamankan atau diberi penghalang. Setiap selesai perbaikan , penghalang tersebut harus dipasang kembali. - Supervisor akan memberitahu dan menginstruksikan semua karyawan bawahannya tentang prosedur pelaksanaan kerja yang aman. - Foreman, atau penggantinya, bertanggung jawab untuk melakukan inspeksi sebelum setiap giliran kerja dimulai. Inspeksi dilakukan terhadap semua alat pengangkat ; seperti tali, kabel, sling, dan sebagainya, yang akan dipakai selama giliran kerja. - Peralatan bergerak harus diarahkan oleh seorang penunjuk jalan di tempat-tempat yang padat dan sempit.

13

- Keranjang kerja yang bisa jatuh sendiri dilarang untuk digunakan. - Crane yang bloknya bisa jatuhbebas diberi stiker kabin yang tepat, tidak boleh digunakan untuk mengangkat atau menurunkan keranjang kerja. - Crane tidak boleh dipakai jika ada angin kencang atau bila ada instruksi dari Pelaksana Peralatan. - Kondisi landasan harus diperiksa untuk kelayakan sebelum crane mobil dijalankan. - Kaki-kaki penopang (bila ada) harus dikeluarkan pada pengangkatan-pengangkatan yang tetap ditempat. 4.2

Forklift - Hanya operator dengan tanda pengenal yang sah yang boleh mengoperasikan forklift. - Alarm yang dibunyikan waktu mundur harus terpasang di semua forklift (kecuali forklift berkapasitas ½ ton dan memakai kaca spion yang terang) - Tidak seorangpun kecuali operator, diperbolehkan menaiki forklift, kecuali diizinkan untuk membawa karyawan penunjuk jalan. - Operator harus tahu bila ada permukaan yang tidak rata atau rintangan di lapangan. Penunjuk jalan harus ditunjuk untuk membantu operator jika memakai forklit didaerah yang sempit dan padat. - Garpu harus diturunkan ketanah ketika forklift diparkir. - Dianjurkan selalu membawa muatan sedekat mungkin dengan permukaan tanah. - Pakailah lampu saat bekerja di malam hari.

4.3

Alat Penarik Dengan Tekanan Udara Dan Alat Yang Digerakkan Tangan Harus dilengkapi dengan : - Kunci penghalang atau roda gigi pengunci untuk mencegah muatan berputar kembali saat diderek. - Rem tangan - Pengaman

4.4

Keranjang Kerja Definisi : “Keranjang atau kotak panggung kerja yang dipakai untuk mengangkut rang dengan crane sebagai alat untuk mengangkat atau menurunkan“. - Setiap keranjang pengangkut orang harus dirancang oleh teknisi berpengalaman. - Fabrikasa keranjang pengangkut orang harus ditangani oleh juru las yang ahli dan diinspeksi. - Keranjang harus dicap dengan SWL (Beban Kerja Aman) sesuai rancangannya. - Beban Kerja Aman tidak Boleh dilampaui selama keranjang digunakan. - Operator derek harus selalu siap siaga dan tidak lengah saat ada orang di dalam keranjang, yang tergantung pada crane-nya. - Sling harus terpasang dengan kuat di antara keranjang dan pengait Derek.

14

- Palang pengaman harus dipasang pada pengait derek atau pengait harus dililit dengan benar saat mengangkat orang. Setiap segel harus dililit. - Keranjang pengangkut orang hanya boleh diisi dengan material, peralatan, serta orang yang bertugas sedikit mungkin, sesuai keperluan pekerjaan. Material dan peralatan harus dalam keadaan aman. - Jika diperlukan, tali pengaman harus dipakai untuk mengontrol gerakan keranjang. - Tiap karyawan harus dilindungi dengan sabuk pengaman saat berada di dalam keranjang. Tangan harus selalu diletakkan di pegangan agar tidak terjepit. - Komunikasi antara operator crane dengan karyawan yang ada di dalam kernjang harus selalu terjaga dengan baik. Radio, pengamatan langsung atau juru isyarat tambahan untuk memberikan aba-aba bisa ditugaskan untuk mejamin keselamatan dan kesehatan kerja. - Hanya operator yang sungguh-sungguh berkompeten yang diperbolehkan mengangkat orang dalam keranjang. Keranjang hanya bisa digerakkan setelah adanya instruksi yang jelas diterima. - Keranjang yang tidak aman tidak boleh dipakai. - Personil yang tidak memakai sabuk pengaman tidak boleh diangkat. 4.5

Panggung Bergerak (Cherry Pickers) Definisi : Panggung atau podium yang dijalankan mesin hidrolik/ mekanis. Ketentuan Panggung Bergerak : - Tiap panggung bergerak harus di cap dengan Beban Kerja Aman. - Panggung tidak boleh dimodifikasi diluar atau perancang pabrik. - Panggung tidak boleh dimuati melebihi rancangan Beban Kerja Aman. - Panggung tidak boleh dipakai sebagai alat derek atau hal lainnya diluar tujuan pemakaannya yang asli.

- Rem atau alat pengunci harus dipakai saat panggung digunakan. 4.6

Tali Temali Dan Pengikat Sling - Hanya juru ikat yang telah mengikuti kursus tali temali, baik teori maupun praktek, yang boleh terlibat dalam aktivitas tali temali dan pengikat sling. Hanya tiga anggota magang yang boleh ikut bekerja dengan seorang juru ikat. - Semua sling, balok pelebar (speader bars), jepot pengangkat (lifting clamps), rantai pengangkat (lifting chains) dan kait (hooks) pengangkat harus diberi kode warna sesuai dengan warna dan jadwal yang telah disetujui. - Setiap enam bulan sekali, orang yang ditunjuk oleh Rigging Superintendent harus melakukan inspeksi terhadap tali temali dan alat pengangkat, serta memberikan kode warna untuk menandai masa pemeriksaan. - Semua sling, tali kawat dan sebagainya, harus dirawat, dilumasi dan disimpan sebaik mungkin untuk menghindari kekusutan, karat, keretakan atau resiko lainnya. - Pengelasan yang sesuai harus digunakan untuk mencegah kerusakan pada sling, rantai dan sebagainya pada saat bergesekkan dengan permukaan atau ujung yang tajam. - Pengait dan segel harus dilengkapi dengan pengaman yang efektik untuk memastikan beban tidak terjatuh dengan tiba-tiba.

15

- Ketahui beban kerja aman yang tertera pada alat takel atau tali temali yang digunakan. Jangan sampai melebihi batas maksimum. - Hitung berat badan sebelum diikat. - Pakailah sarung tangan ketika memegang tali kawat. - Periksalah semua perangkat keras, peralatan, alat takel dan sling sebelum digunakan dan kembalikan peralatan yang rusak kepada Rigging Superintendent. - Jangan memakai sling yang kusut atau rusak. - Semua sling harus diberi tanda pengenal dengan nomor identifikasi dan batas , maksimum kapasitas pada sebuah pelat logam atau cincin yang terkait secara permanent. Tempelkan pada kumparan. - Jangan menyeret tali sling dari bawah beban. - Jauhkan semua tali daerah kerja yang menggunakan api pemotong dan pengelas listrik. - Balok pengangkat harus ditandai dengan jelas data beratnya dan beban kerja yang dirancang, dan hanya bisa dipakai sesuai fungsi yang telah dirancang. - Tambang kerekan tidak boleh dililitkan di sekeliling muatan. Muatan harus dihubungkan ke pengait dengan sling atau tali yang lain, sesuai dengan beban yang akan diangkat. - Jangan membuat perbaikan yang bersifat sementara pada sling. Sling yang rusak harus dikembalikan kepada Rigging Superintendent. - Jangan mengangkat beban dengan satu kaki dari sling berkaki banyak sampai kaki-kaki yang tidak digunakan itu sudah diikat. - Jangan mengungkit muatan dengan pengait jika tidak dirancang untuk itu. - Bila memakai dua atau lebih sling untuk mengangkat satu beban pastikan semua sling terbuat dari bahan yang sama. - Hindari sentuhan antara sling dengan cairan pelarut atau bahan-bahan kimia. - Sling yang melilit dan tertekuk dan tidak dapat diperbaiki, tidak boleh digunakan. - Jangan memakai tali kerekan yang diapkir sebagai bahan untuk sling. - Jangan melilitkan tali kawat disekeliling pengait, putaran yang tajam atau kecil akan merusak sling. - Hindari pembengkokan di bagian matanya. - Ketika mengangkat barang yang kaku dengan sling berkaki tiga atau empat, dua dari kakinya harus bisa memanggul beban secara keseluruhan. - Bila menggunakan kait bermata, jangan menekan mata terlalu rapat ke arah beban, karena sekali talinya tegang akan mengakibatkan tambang itu rusak. - Jangan berdiri atau memasuki jarak lentingan tali atau berada di bawah muatan. 4.7

Peralatan dengan Tenaga Ledak - Peralatan hanya boleh dioperasikan oleh personil yang sudah terlatih. - Peralatan harus digunakan sesuai instruksi pengoperasian yang ditentukan pabrik pembuat alat. - Peralatan harus selalu terkunci saat tidak dipakai. - Bahan peledak atau selongsongnya tidak boleh dibuang ke dalam api atau tempat sampah.

16

- Pasang tanda peringatan "Berbahaya, Peralatan Mudah Meledak". - Bersihkan peralatan yang telah digunakan secara menyeluruh dan dikembalikan ke kotak antidebunya. - Dilarang bermain-maindengan alat ini. Tindakan demikian dapat diancam pemecatan. 4.8

4.9

Kode-Kode Isyarat Untuk Penderekan -

Hanya satu orang yang boleh memberikan aba-aba penderekan, kecuali memang diperlukan adanya tambahan orang untuk menjadi perantara pemberian aba-aba.

-

Sedapat mungkin, gunakan pengarahan secara visual.

-

Pengarahan lewat radio bisa digunakan untuk penderekan dengan banya keran, didaerah yang gelap dan sebagainya, asalkan tidak ada komunikasi radio lain yang dapat menggangu pesan-pesan itu.

-

Operator crane dilarang melaksanakan kerja jika isyarat yang diterima tidak jelas.

-

Radio dan baterai harus dirawat. Baterai harus diisi secara teratur.

Pemeliharaan Lingkungan Kerja dan Kebersihan PT. TRIPERKASA AMININDAH, khususnya di Proyek selalu berusaha untuk memastikan bahwa Lingkungan Kerja harus bersih, tertib, aman dan sehat untuk tempat bekerja. Perlu diperhatikan dan dipastikan bahwa Lingkungan Kerja harus : 4.9.1

Mempunyai Sistem Sanitasi yang sehat, tidak ada bahan pencemar yang sengaja dibuang ke saluran air atau langsung ke tanah.

4.9.2

Limbah dan sampah dikontrol dengan cara mendaur ulang atau membuangnya dengan cara yang layak.

4.9.3

Semua sampah ( kertas, plastik, polysterene dan sebagainya ) harus dibuang di tempat sampah dan tidak dibiarkan berterbangan di lapangan.

4.9.4

Lingkungan Kerja yang perlu diadakan pemeriksaan dan pemeliharaan adalah : 4.9.4.1

Pemeliharaan Lingkungan Kerja PROYEK : -

Tata letak kantor harus efisien, nyaman dan aman.

-

Pintu keluar harus bebas dari halangan dan jika dikunci, harus bias dibuka dari dalam tanpa menggunakan anak kunci.

-

Pintu kaca harus memiliki penerangan dan ventilasi yang cukup.

-

Peralatan listrik / elektronik harus selalu dalam keadaan bekerja dgn. baik.

-

Kabel listrik yang melintasi lantai, jika ada, harus diplester agar tidak membuat orang tersandung. Stop kontak lirtrik tidak boleh dibebani dengan banya adaptor.

-

Bukalah laci lemari arsip satu hanya pada satu saat. Membuka dua laci paling atas sekaligus, dari empat laci yang ada, bias membuat lemari arsip roboh. Laci harus segera ditutup setelah digunakan.

-

Benda-benda yang berat tidak boleh diletakkan di tempat yang tinggi, benda-benda tersebut harus disimpan di tempat yang rendah.

-

Tangga lipat harus disediakan untuk menghindari orang berdiri di atas kursi untuk mencapai tempat-tempat yang tinggi.

17

4.9.4.2

-

Personil kantor disarankan untuk tidak memiringkan kursi kebelakang, kecuali kursi tersebut memang dirancang untuk bisa dimiringkan.

-

Ketika menaiki tangga, kedua tangan personil tidak boleh penuh dengan bawaan, satu tangan harus selalu bebas untuk memegang pegangan tangga.

-

Kerapian dan kebersihan harus selalau dirawat dengan baik; cairan yang tumpah harus segera dibersihkan; kertas dan benda lain yang mudah terbakar jangan sampai menumpuk, menjadi ancaman bahaya kebakaran; hal-hal yang menyebabkan risiko tersandung, seperti : kawat listrik dan ubin yang rusak harus diangkat.

-

Korek api atau rokok yang masih menyala tidak boleh dilempar ke keranjang sampah kertas.

-

Tabung pemadam kebakaran harus selalu diletakkan di tempatnya.

-

Personil kantor harus memahami tipe dan cara pemakaian alat pemadam kebakaran di tempatnya.

Pemeriksaan Lingkungan Kerja Proyek yang perlu dilakukan adalah : 4.9.4.2.1

Lampu / Penerangan

-

Semua daerah kerja harus memiliki penerangan yang cukup, baik disiang hari maupun malam hari.

-

Lampu sementara harus memiliki alas atau kaki dengan ukuran yang sesuai agar tidak terguling pada saat dipakai.

-

Lampu sementara harus dilengkapi dengan pengaman agar tidak terjadi sentuhan dengan bola lampu atau elemen lain.

-

Ketika mengganti bola lampu yang rusak, pastikan alirannya sudah diputus. Lampu neon yang sudah rusak harus ditangani dengan hati-hati dan dibuang dengan benar agar tidak menimbulkan luka/ celaka.

-

Peralatan lampu, bola lampu, dan sebagainya yang tidak berfungsi harus segera dilaporkan kepada supervisor.

-

Personil yang bekerja di daerah dengan penerangan atau pencahayaan rendah hanya boleh memakai kacamata pengaman berlensa bening.

-

Hanya personil yang bewenang yang boleh memperbaiki lampu atau peralatan penerangan.

-

Semua unit penerangan harus diperiksa setiap dua bulan sekali dan dipasangi kode warna yang sama dengan yang diguanakan saat itu.

-

Semua perlengkapan lampu rendah (portable lamp) harus dipasangi steker yang disetujui.

4.9.4.2.2

Iklim Kerja.

-

Iklim Kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja.

-

Semua tempat / ruangan aktivitas aktifitas kerja harus dilakukan peninjauan keadaan iklim kerja ruangannya sesuai dengan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja dan atau kesepakatan subkontraktor yang telah disetujui.

18

-

Pelaksana K3 harus memonitor, memeriksa dan melakukan penelitian secara acak apakah seluruh ruang / tempat kerja telah memenuhi prosedur dan persyaratan yang ditentukan serta melaporkan hal-hal yang menyimpang kepada Kepala Proyek.

4.9.4.2.3

Kontrol Debu

Memelihara kebersihan kantor dari kotoran dan debu. Diusahakan mengurangi pengaruh debu, dilakukan dengan :  Menyiram air jika halaman depan Kantor Proyek kering dan berdebudan dengan manual atau memakai truk air, secara rutin.  Dengan mempertimbangkan personil yang sedang bekerja, kecepatan kendaraan di lapangan harus dibatasi sampai 25 km/jam. 4.9.4.2.4

Kontrol Kebisingan

Tempat / Ruangan Kerja yang berdekatan atau terdapat Alat Produksi yang mengeluarkan suara bising ( seperti Genset, Pile Hamer, Gerinda dll ) harus diperiksa atau diukur itensitas kebisingannya agar diketahui tingkat kebisingannya. Jika tingkat kebisingan melebihi dari Nilai Ambang Batas ( NAB ) Normal dapat dipersyaratkan wajib pakai Alat Pelindung Diri Pendengaran yang harus digunakan oleh karyawan / tenaga kerja atau tamu yang berada di daerah / tempat / ruang kerja tersebut. Dan jika akan menggangu atau menimbulkan protes Masyarakat sekitarnya, maka perlu diupayakan :  Menurunkan tingkat intensitas kebisingan pada sumber atau alat produksinya dengan menempatkan alat peredam pada sumber getarannya.  Pengaturan waktu operasi, jika memungkinkan  Penempatan penghalang pada jalan transmisi secara baik dengan cara mengisolasi mesin / sumbernya. 5. Pengawasan dan Pembinaan K3 / OH&S : 5.1.

Pemeriksaan / Inspeksi pada pekerjaan oleh penanggungjawab pekerjaan atau Pelaksana Proyek. Inspeksi / pemeriksaan pekerjaan harus dilakukan oleh penanggunjawab pekerjaan atau pelaksana dari sebelum mulai kerja s/d. selesainya pekerjaan tersebut yang berhubungan dengan resiko potensi bahaya yang akan terjadi. Pelaksanaan Inspeksi / Pemeriksaan pada pekerjaan harus dilakukan sesuai dengan prosedur Sistem Kerja Aman dan Sehat ( P-NK-K3-08-06 ) dan ketentua pelaksanaan pekerjaan dan atau persyaratan yang berlaku.

5.2.

Inspeksi Berkala oleh Pelaksana K3 dan Personil K3 / OH&S. Pelaksana K3 dengan staf personil K3 / OH&S-nya harus melakukan pemeriksaan / inspeksi berkala sesuai program kerjanya keseluruh tampat kerja di Kantor dan Lapangan Proyek dan melaporkan hasil inspeksi K3 sesuai form Laporan Inspeksi K3 ( FM-LIK3 ) kepada Kepala Proyek dan arsipnya disimpan sebagai bukti kegiatan.

5.3.

Pembinaan K3 / OH&S : Pelaksana K3 dan Staf personilnya berkewajiban untuk memberikan sosialisasi dan pengarahan atau Induction kepada setiap karyawan / tenaga kerja baru dan tamu proyek tentang penerapan Keselamatan & Kesehatan Kerja di Proyek dan perihal yang penting yang harus diketahui dan ditaati didalam area produksi proyek.

19

Pelaksana K3 wajib memberi peringatan dan sangsi yang tegas kepada setiap karyawan / tenaga kerja yang tidak melaksanakan kewajibannya yang berhubungan dengan ketidak displinan mentaati peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di proyek. Sanksi yang diberikan kepada karyawan / tenaga kerja yang tidak mentaati peraturan K3 dapat berupa :  Peringatan tertulis pertama s/d. ketiga.  Hukuman administrasi bagi personil karyawan tetap yang bersangutan.  Larangan bekerja kembali di proyek.  Pemberian denda finansial dan lainnya yang disepakati oleh Wakil Pekerja, Pelaksana K3 dan Kepala Proyek. 5.4.

Rapat Koordinasi K3 / OH&S. 5.4.1.

RAPAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

-

Rapat Mingguan Keselamatan dan kesehatan kerja diadakan setiap hari Senin, sebelum dilaksanakan giliran kerja siang dan malam. Semua karyawan / tenaga kerja dan kontraktor diharuskan hadir.

-

Tujuan dari rapat ini adalah sebagai sarana komunikasi antara karyawan / tenaga kerja dan wakil manajemen tentang berbagai topik keselamatan dan kesehatan kerja dan untuk meningkatkan kesadaran dan kecakapan dalam masalah keselamatan.

-

Karyawan / tenaga kerja diberi kesempatan untuk mengungkapkan kepedulian mereka terhadap masalah keselamatan dan bersama Supervisor / Pengawas dan Pelaksana K3 dapat merumuskan jalan keluarnya.

-

Masalah yang tidak dapat diselesaikan akan dicatat dan diserahkan kepada Bagian Keselamatan dan kesehatan kerja untuk diproses lebih lanjut.

5.4.2.

RAPAT PANITIA PEMBINAAN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( P2K3 ) DIVISI / WILAYAH Rapat P2K3 Divisi / Wilayah diadakan minimal 2 ( dua ) bulan sekali ini diadakan dengan para wakil Pelaksana K3 Unit Kerja di Divisi / Wilayah yang ditunjuk. Didalam Rapat dibahas tentang hasil kegiatan K3 dan masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang belum dapat diselesaikan di tingkat Unti Kerja Divisi / Wilayah atau Proyek. Pelaksana K3 Divisi / Wilayah dalam hal ini Wakil Manajemen Harian ISO Divisi / Wilayah ( WMH ISO - Divisi / Wilayah ) membagikan laporan kepada seluruh anggota Tim P2K3 yang hadir tentang kecenderungan kecelakaan yang terjadi dalam periode ini serta melaporkan masalah-masalah lain yang ada di lapangan / proyek dan Unit Kerja yang ada di Divisi / Wilayah. WMH ISO - Divisi / Wilayah sebagai Anggota Tim P2K3 akan menyampaikan hasil Rapat P2K3 Divisi / Wilayah dan permasalah yang belum selesai dipecahkan kepada Ketua Tim P2K3 Kantor Pusat untuk diambil tindakan. Berbagai masalah didiskusikan untuk dicarikan jalan keluarnya. Masalah yang tidak dapat dipecahkan dibawa ke Rapat Umum P2K3 Kantor Pusat atau Rapat Tinjauan Manajemen.

20

5.4.3.

RAPAT PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( P2K3 ) KANTOR PUSAT Para anggota Dewan Keselamatan dan kesehatan kerja Senior atau Tim P2K3 Kantor Pusat mengadakan Rapat Umum P2K3 setiap 3 ( tiga ) bulan sekali untuk membahas masalah yang tidak bisa dipecahkan tingkat Unit Kerja / Proyek dan yang memerlukan masukan dari manajemen tingkat atas, serta kegiatan-kegiatan K3 yang dilakukan. Rapat Umum P2K3 ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan Rapat Tinjauan Manajemen Mutu, K3 dan OHSAS yang diadakan 2 ( dua ) kali dalam satu tahun. Anggota Dewan / Tim P2K3 Kantor Pusat terdiri dari wakil-wakil setingkat Superintendent / Staf Inti Unit Kerja / Pelaksana K3 di Kantor Pusat / Divisi dan Kepala Proyek dengan seorang Sekretaris yang mempunyai kompetensi sebagai Ahli K3 Umum dan Wakil Ketuanya adalah Kepala Biro Korporasi serta diketuai oleh salah satu Anggota Direksi yang ditunjuk Oleh Direktur Utama. Anggota Dewan Keselamatan dan kesehatan kerja Senior / Tim P2K3 harus :  Menyediakan masukan untuk menetapkan, memperbaharui sesuai keperluan dan memastikan bahwa pelaksanaan kerja telah memenuhi Prosedur Keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan dan isi Buku Pedoman Keselamatan dan kesehatan kerja.  Meninjau masalah yang tidak diselesaikan oleh Komite Keselamatan dan kesehatan kerja dan membantu memberikan dukungan yang penting agar kesimpulan yang memuaskan dapat dicapai.  Mengidentifikasikan dan mengimplementasikan semua persyaratan pelatihan dan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja.  Memberikan peringatan tentang peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada.  Meninjau hal-hal dibawah ini setiap bulan : - Ringkasan kecelakaan yang terjadi. - Kejadian penting. - Berbagai hasil inspeksi terencana. - Masalah-maslah dari pelanggan yang belum dipecahkan.  Mengidentifikasi semua gejala positif dan negatif yang ada dan merekomendasikan tindakan perbaikan yang harus dilakukan atau mengungkapkannya kepada mereka yang bertanggung jawab.  Setiap bulan memberikan masukkan untuk “Tujuan Keselamatan dan kesehatan kerja” di lapangan.  Meninjau ulang dan memberikan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah yang diungkapkan oleh Pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja Perusahaan dan Pemeriksa dari Klien/ pelanggan.  Mengevaluasi “Peralatan Perlindungan Diri” yang dipakai oleh karyawan dan memastikan perlengkapan dengan standar yang berlaku telah disediakan dan bias digunakan setiap waktu.  Mendiskusikan setiap “Masalah Umum” dan menyimpan notulen setiap rapat.  Secara aktif ikut meningkatkan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan cara memberikan contoh yang baik kepada semua karyawan / tenaga kerja agar bisa dijadikan teladan.  Membuat Laporan Kinerja K3 Bulanan untuk Unit Kerjanya kepada Tim Panitia Pembina Keselamatan & Kesehatan Kerja (Tim P2K3 ) Kantor Pusat. Tim P2K3 Kantor Pusat berwenang dan berkewajiban menghimpun data dari setiap Unit Kerja dan Proyek untuk bahan pembuatan Laporan Kegiatan K3 periodik setiap 3 ( tiga ) bulan kepada Instansi yang berwenang, yaitu : Suku Dinas Tenaga Kerja & Transmigarsi Kotamadya Jakarta Timur dan tembusannya kepada :  Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, c.q Ditjen.Binawas Tega Kerja di Jakarta.  Manajemen / Direksi PT. Nidya Karya (Persero)

21

6. Pelaporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Pelaksana K3 / OH&S Manager berkewajiban untuk membuat pelaporan - pelaporan tentang kejadian, kegiatan, perkembangan dan kinerja Keselamatan & Kesehatan Kerja kepada Kepala Proyek dan Biro Korporasi c.q Bagian Mutu dan Keselamatan dan kesehatan kerja / Sekretaris Tim P2K3 Kantor Pusat serta kepada Instansi yang terkait, yaitu : Dinas Tenaga Kerja setempat. Adapun kewajiban pelaporan K3 tersebut adalah : 6.1

Laporan Setiap Kejadian Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja Setiap terjadinya Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja, Pelaksana K3 harus membuat Laporan Khusus kepada Kepala Proyek dan Tim P2K3. Laporan tersebut adalah :

6.2

6.3

6.1.1

Laporan Kejadian Kecalaan Kerja dibuat sesuai formulir LAPORAN KECELAKAAN KERJA ( FM-LKKK ) terlampir.

6.1.2

Laporan Kejadian Penyakit Kerja dibuat setelah ada indikasi atau rekomendasi dari Dokter Periksa atau Dokter Perusahaan dan diketahui oleh Kepala Unit atau kepala Proyek sesuai formulir LAPORAN KESEHATAN KARYAWAN ( FM-LKK ) terlampir.

Laporan Penyelidikan Kejadian Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja 6.2.1

Setelah adanya Laporan Kecelakaan Kerja ( FM-LKKK ) dan Laporan Penyakit Akibat Kerja ( FM-LKK ) dari Kepala Unit / Proyek, maka Tim P2K3 ( Anggota Ahli K3 Umum ), bersama Pelaksana K3 dan Kepala Proyek melakukan proses Penyelidikan Kecelakaan Kerja dengan menggunakan formulir LAPORAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN KERJA ( FM-LPKK), terlampir.

6.2.2

Hasil Laporan Penyelidikan Kecelakaan Kerja dari Lapangan atau Tempat Kejadian dilaporkan kepada Manajemen datam hal ini kepada Ketua Tim P2K3 Kantor Pusat, untuk selanjutnya dimintakan Arahan Upaya Penanganan dan Rehabilitasi Akibat Kecelakaan Kerja tersebut, serta Tindakan Pencegahan apa yang harus dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja penerapan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja / OHSAS untuk waktu yang akan datang.

Laporan Periodik Kinerja K3 / OH&S Proyek Laporan Peiodik Hasil Kinerja K3 Proyek yang harus dilakukan oleh Pelaksana K3 dan Kepala Proyek, yaitu antara lain tidak terbatas pada : 6.3.1

Laporan Periodik/Bulanan K3 kepada Tim P2 K3 Kantor Pusat, yaitu:  Laporan Hasil Kegiatan dan Kinerja K3 dengan menggunakan formulir Laporan Kinerja K3 ( FM-LKK3 )  Laporan Hasil Pencapaian Sasaran dan Program K3 dengan formulir ACTION PLAN PENCAPAIAN SASARAN MUTU, SASARAN dan PROGRAM K3 (from contoh )

6.3.2

Laporan Periodik / Bulanan K3 untuk Keperluan Proyek, yaitu :  Judul  Daftar Isi.  Kata Pengantar. Pendahuluan. Tujuan dan Penjelasan Implementasi K3 / OH&S secara Singkat. Struktur Organisasi K3.  Laporan Kejadian Kecelakaan :

22



Laporan Sumber Bahaya K3 → formulir DAFTAR LAPORAN SUMBER BAHAYA KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA ( FM-DLSB )  Laporan Kejadian Nyaris Celaka ( Near Miss ) → formulir LAPORAN KEJADIAN NYARIS CELAKA ( NEAR MISS ) ( FM-LKNC )  Laporan Kondisi Peralatan Penunjang K3 dan Kebersihan  Laporan Pemantauan Alat Pelindung Diri yang digunakan Proyek →formulir PEMANTAUAN APD ( FM-APD )  Laporan Peralatan yang di Kalibrasi 4 formulir DAFTAR PERLATAN yang DIKALIBRASI ( FM-KA )  Laporan Hasil Tindakan Pencegahan Kecelakaan Kerja  Laporan Hasil Inspeksi K3 :  Laporan Hasil Inspeksi Sistem Hidran → formulir DAFTAR INSPEKSI SISTEM HIDRAN (FM-DISH)  Laporan Hasil Inspeksi Alat Pemadan Api Ringan → formulir DAFTAR INSPEKSI ALAT PEMADAM API RINGAN ( FM-DIAPAR )  Laporan Hasil Inspeksi Keselamatan & Kesehatan Kerja → formulir LAPORAN INSPEKSI K3 ( FM-LIK3 ).

23

METODE KESELAMATAN KERJA

Pekerjaan pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Arar-Sorong akan dijelaskan sesuai sub Bab yang tercantum dalam Dokumen Lelang dan lebih detail akan dijelaskan pada masing-masing item pekerjaan. Ruang lingkup Pekerjaan pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Arar-Sorong, adalah sebagai berikut : I. PEKERJAAN PERSIAPAN A. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Utama B. Barak Pekerja, Gudang dan Bengkel C. Laboratorium Beton dan Test Beton D. Listrik Penerangan Kerja E. Pagar Pengaman Proyek F. Pengukuran dan Positioning II. PEKERJAAN SARANA LAUT : A. Pekerjaan Dermaga ; B. Pekerjaan Trestle ; III. PEKERJAAN SARANA DARAT : A. Couseway B. Pekerjaan Areal Darat : 1).

Pekerjaan Talud Pelindung Lereng

2).

Pekerjaan Timbunan

3).

Pekerjaan Pengaspalan Jalan Lingkungan

C. Pekerjaan Gedung (Kantor Pelabuhan) D. Pekerjaan Jalan Lingkungan E. Pekerjaan Bangunan Pos Jaga F. Pekerjaan Bangunan Gudang G. Pekerjaan Lapangan Penumpukan H. Pekerjaan Areal Parkir I.

Pekerjaan Pembangunan Rumah Genset

J. Pekerjaan Pembangunan Reservoar air K. Pekerjaan Jalan penghubung L. Pekerjaan Penerangan

24

I. A.

PEKERJAAN PERSIAPAN

Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Utama 1)

Proses Kerja Sebagaimana penjelasan dalam metode keselamatan, bahwa mobilisasi untuk pekerjaan di Arar / Sorong dilakukan melalui 3 (tiga) tempat yaitu lokasi Kalimantan Barat, Lokasi Gorontalo dan lokasi Manokwari. Langkah yang dilakukan dalam melakukan mobilisasi sebagai berikut :

2)

*

Peralatan yang akan digunakan dilakukan persiapan dan dilakukan running test di workshop baik di Kalimantan Barat, Lokasi Gorontalo dan lokasi Manokwari. Tujuannya adalah untuk memberi jaminan bahwa kondisi peralatan dalam kondisi baik dan siap untuk dioperasionalkan.

*

Setelah melakukan pengecetakan dan pengetesan peralatan dan dipastikan dalam kondisi baik, maka diangkut ke pelabuhan terdekat dengan menggunakan crane dan truck tronton

*

Selanjutnya peralatan diangkut ke lokasi proyek Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Arar / Sorong dengan menggunakan Kapal LCT.

Prediksi Resiko Kecelakaan Kerja : * * *

3)

Solusi keselamatan: * * * * *

4)

Terjadinya luka akibat tertimpa material, Terjadi lecet akibat penggunaan peralatan kerja dan tersengat listrik Terajdi kecelakaan akibat kesalahan procedure pada penggunaan alat berat, misalnya sling putus, muatan jatuh dari tronton, ban pecah dll

Tenaga kerja harus melengkapi dengan helmet Persiapan obat-obatan Mematuhi keselamatan dan kesehatan kerja di area workshop. Menaati procedure pengoperasian serta memperhatikan kapasitas alat Penyesuaian muatan Kapal harus dengan kapasitas Tonase Kapal

Peralatan Keselamatan : Untuk mencapai solusi keselamatan, maka diperlukan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut : No.

Klasifikasi Lokasi Keselamatan

Peralatan keselamatan

1.

Di Workshop

Helmet Pengaman, Sepatu Safety, Kacamata Safety, Kacamata Las, Sarung Tangan dan Sarung Tangan Las.

2.

Di kapal

3.

Di pelabuhan Asal dan Tujuan

sekoci pengaman, jaket pelampung pemadam kebakaran dll. Hemet Pengaman, Sepatu Safety, Kacamata Las, Sarung Tangan dan Sarung Tangan Las.

25

B.

Barak Pekerja, Gudang dan Bengkel, Volume = 150 m2 1)

Proses kerja : * *

* * *

2)

Prediksi Resiko Kecelakaan Kerja : * * * *

3)

Terjadi luka pada kapala akibat terjadi benturan benda keras / tertimpa material. Terjadi luka pada kaki akibat tertusuk benda tajam/paku. Terjadi lecet akibat pemakaian alat-alat kerja Kemungkinan jatuh dari ketinggian pada waktu memasang rangka, dinding dan atap.

Solusi Keselamatan : No.

C.

Melakukan pengukuran oleh Kontraktor dan Direksi untuk menentukan lokasi pembuatan barak kerja, gudang dan bengkel kerja. Kemudian membuat Bowplank pada lokasi penumpukan material kayu untuk dilakukan pabrikasi di sekitar lokasi untuk membuat rangka sesuai dengan shop drawing yang telah disetujui oleh direksi Balok kayu kemudian diangkat dari lokasi penumpukan material untuk dipabrikasi disekitar lokasi untuk membuat rangka sesuai dengan shop drawing yang telah disetujui oleh direksi Setelah rangka berdiri, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan rangka atap dan pemasangan atap. Kemudian dipasang dinding, pintu dan jendela sesuai dengan shop drawing yang telah disetujui

Aktivitas Kerja

Solusi keselamatan

Peralatan

1.

Pelaksanaan Pengukuran

tenaga kerja yang terlibat harus menggunakan Helm pengaman peralatan standar meliputi helm pengaman, Sepatu Safety sepatu boot dan kaos tangan Kaos tangan

2.

Pelaksanan pembangunan

setiap tenaga kerja harus menggunakan helm Helm pengaman pengaman, sepatu boot dan kaos tangan. Sepatu Safety Khusus yang bekerja pada ketinggian, maka Kaos tangan untuk menghindari resiko jatuh, harus menggunakan safety belt atau body harness yang dikaitkan pada tiang

Laboratorium Beton dan Test Beton 1)

Proses Kerja * *

*

Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan Beton, Pihak kontraktor membuat Mix Design untuk mutu beton yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, yang dilaksanakan di Laboratorium Beton. Setelah diperoleh hasil mix design, pihak kontraktor, kemudian meminta persetujuan direksi terhadap hasil mix design tersebut, untuk kemudian dijadikan pedoman dalam pekerjaan beton selanjutnya. Dalam Pelaksaanaan pekerjaan beton, sebagai pengendalian mutu, maka setiap akan melaksanakan pengecoran harus dilakukan pengukuran slump test untuk mangukur kekentalan

26

campuran dan pengambilan sample kubus beton nantinya dilakukan pengetesan kubus beton di laboratorium Beton. 2)

Prediksi Resiko Kecelakaan Kerja : * * * *

3)

4)

Solusi Keselamatan No.

Aktivitas Kerja

1.

Pelaksanaan Pekerjaan Beton

2.

Pelaksanan pembangunan

Peralatan

tenaga kerja yang terlibat harus menggunakan Helm pengaman peralatan standar meliputi Kaca Mata ,Masker, Sepatu Safety helm pengaman, sepatu boot dan kaos tangan Kaos tangan Masker Kaca Mata setiap tenaga kerja harus menggunakan helm Helm pengaman pengaman, sepatu boot dan kaos tangan. Sepatu Safety Khusus yang bekerja pada Pelaksanaan Beton Kaos tangan Harus Wajib Mempergunakan Masker ,Sarung Masker Tangan, untuk menghindari resiko Iritasi Mata Kaca mata dan iritasi Udara Dikarenakan Debu Yang Timbul

Dalam pelaksanaan percobaan, maka procedure percobaan harus dimengerti Tenaga yang terlibat harus menggunakan peralatan keselamatan.

Peralatan Keselamatan : * * * * *

D.

Solusi keselamatan

Langkah Antisipasi * *

5)

Kecelakaan akibat salah penggunakan peralatan Luka pada kaki akibat tertusuk benda tajam dan iritasi air semen Sesak napas akibat debu material Mata kemasukan debu material

Helm Pengaman Kaca mata Pengaman Masker Sepatu Safety Kaos Tangan

Listrik Penerangan Kerja 1)

Proses Kerja : * *

Pihak kontraktor dengan persetujuan direksi memasang Instalasi listrik pada Lokasi kerja yang dipagari, Barak Pekerja, Gudang dan disekitar lokasi proyek yang ditentukan oleh direksi Penerangan hanya dilakukan pada malam hari selama masa kerja berlangsung

27

2)

Prediksi Resiko Kecelakaan Kerja * *

3)

4)

Solusi Kesalamatan No.

Aktivitas Kerja

1.

Pelaksanaan Pekerjaan Penerangan kerja

Peralatan

tenaga kerja yang terlibat harus menggunakan peralatan standar meliputi,Sarung tangan,Sepatu Boot Karet,helm Pengaman ,disiapakannya Alat Pemadam kebakaran

Helm pengaman Sepatu Safety Kaos tangan Alat pemadam Kebakaran

Dalam pemasangan instalasi, maka hubungan arus harus diputuskan. Sambungan-sambungan kabel diletakkan pada daerah yang aman dan terlindung dengan baik. Jaringan Instalasi harus terpasang sedemikian rupa, sehingga tidak terganggu pada saat pekerjaan berlangsung

Peralatan Keselamatan : * * * *

E.

Solusi keselamatan

Langkah Antisipasi * * *

5)

Tersengat aliran listrik Kebakaran akibat hubungan arus pendek

Helm pengaman Sepatu safety Kaos Tangan Pemadam Kebakaran

Pagar Pengaman Proyek 1)

Proses Kerja : * * * *

2)

Pihak kontarktor dan direksi mengadakan pengukuran untuk menentukan areal lokasi proyek yang akan dipagari. Tukang kayu dan Pekerja pembuat tiang pagar dan menanam dengan jarak tiang 2 meter, dengan kedalaman tertanam sekitar ,05 meter. Setelah kemudian ditumpu dengan balok penopang dan dipasangi balok melintang. Setelah itu kemudian dipasangi seng gelombang dan dicat dengan warna yang telah ditentukan sebelumnya oleh direksi.

Prediksi Resiko Kecelakaan Kerja : * * *

Luka di kepala akibat benturan benda keras/ tertimpa material. Luka akibat tertusuk benda tajam, teriris seng. Lecet akibat pemakaian alat-alat kerja.

28

3)

Solusi Keselamatan Kerja : No. 1.

4)

*

Peralatan

Pelaksanaan tenaga kerja yang terlibat harus Helm pengaman Pekerjaan menggunakan peralatan standar Sepatu Safety Pengamanan lokasi meliputi,Sarung Kaos tangan Proyek tangan,SepatuSafety,helm Pengaman ,

Dalam pelaksanaan, maka tenaga harus memperhatikan dengan benar lokasi penumpukan material di daerah aman dari hilir mudik pekerja lain. Setiap tenaga kerja harus menggunakan helm pengaman, sepatu boot, dan kaos tangan.

Peralatan Keselamatan : * * *

F.

Solusi keselamatan

Langkah antisipasi : *

5)

Aktivitas Kerja

Helm pengaman Sepatu safety Kaos tangan

Pengukuran dan Positioning 1)

Proses Kerja * * *

* *

2)

Pihak kontraktor dan direksi mengadakan pertemuan membahas posisi letak dermaga berdasarkan layout gambar dan rencana. Surveyor kemudian mencari lokasi titik BM terdekat dan kemudian membiat Temporary BM di sekitar dermaga dengan berpatokan pada elevasi BM yang menjadi referensi. Selanjutnya surveyor berdasarkan gambat rencana kemudian menentukan titik pemancangan dan membuat patok-patok bantu arah memanjang pada daerah darat dan arah melintang pada dermaga exsisting. Patok-patok bantu tersebut kemudian dibuat permanen dengan cor beton pada daerah darat dan pada dermaga existing di cat. Titikt-titik pada patok bantu tersebut kemudian menjadi titik untuk mengontrol pemancangan arah memanjang dan melintang.

Prediksi Resiko Kecelakaan Kerja : * * * *

Luka di kepala akibat benturan benda keras/ tertimpa meterial. Luka pada kaki akibat tertusuk benda tajam. Lecet akibat pemakaian alat-alat kerja. Jatuh ke laut.

29

3)

Solusi Keselamatan Kerja : No. 1.

4)

Aktivitas Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran Dan Positioning

tenaga kerja yang terlibat harus menggunakan peralatan standar meliputi,Sarung tangan,SepatuSafety,helm Pengaman ,Baju Pelampung

Peralatan Helm pengaman Sepatu Safety Kaos tangan Baju Pelampung

Langkah Antisipasi : *

Setiap tenaga kerja harus menggunakan Helm Pengaman,Sepatu Boot,dan kaos tangan

II. A.

Solusi keselamatan

PEKERJAAN SARANA LAUT

Pekerjaan Pengadaan Material Tiang Pancang

1. Proses kerja *

*

* *

Setelah ada penunujukan pemenang dari panitia lelang, maka sambil menunggu proses kontrak dan pencairan uang muka, pihak Kontraktor segera membuat Purchasing Order material-material tersebut diatas sesuai spesifikasi teknis dalam dokumen lelang. Pihak ketiga yang telah menerima P.O material tersebut kemudian memprodusi material sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan oleh pihak kontarktor dalam jangka waktu yang telah disepakati oleh pihak produsen dengan dengan pihak kontarktor dengan berdasarkan Time schedule yang telah dibuat oleh pihak kontraktor dan diajukan dalam dokumen penawaran Dalam Proses produksi, pihak kontarktor terus menerus melakukan monitoring menyangkut kemajuan proses produksi serta mutu produksi. Setelah semua material selesai dipabrikasi, kemudian dengan menggunakan truck tronton material-material tersebut kemudian diangkut ke pelabuhan terdekat untuk kemudian diangkut dengan jasa ekspedisi ke lokasi proyek.

2. Prediksi Resiko Kecelakaan Kerja * * * * * * *

Kecelakaan pada saat produksi Kecelakaan akibat kesalahan prosedure penggunaan alat berat, misalnya sling putus, muatan jatuh dari tronton, ban pecah dan lain-lain Kecelakaan pada kapal ekspedisi. Langkah pencegahan Perusahaan produsen harus memperhatikan betul peraturan K3 pada lingkungan pekerjaannya. Penggunaan alat berat harus memperhatikan prosedure pengoperasian dan memperhatikan kapasitas alat. Muatan kapal harus disesuaikan dengan kapasitas Tonase kapal

30

3. Solusi Keselamatan Kerja : No.

Klasifikasi Lokasi Keselamatan

1.

Di Workshop

2.

Di kapal

3.

Di pelabuhan Asal dan Tujuan

Peralatan keselamatan Helmet Pengaman, Sepatu Safety, Kacamata Safety, Kacamata Las, Sarung Tangan dan Sarung Tangan Las. sekoci pengaman, jaket pelampung pemadam kebakaran dll. Hemet Pengaman, Sepatu Safety, Kacamata Las, Sarung Tangan dan Sarung Tangan Las.

4. Langka Antisipasi : *

Penggunaan alat berat Harus memperhatikan Prosuder Pengoperasian dan memperhatikan Kapasitas alat .

5. Peralatan keselamatan * * *

Peralatan di workshop meliputi : helm, pengaman, sepatu safety, kacamat safety, kacamata las, sarung tangan, sarung tangan las. Perlatan pengangkutan meliputi : helm pengaman, sepatu safety, kaos tangan. Perlatan di kapal ekspedisi, berupa sekoci pengaman, jaket pelampung, pemadam kebakaran, dll

B.

Pekerjaan pengangkutan tiang pancang ke titik pancang

1.

Proses Kerja * * * *

2.

Prediksi Resiko Kecelakaan Kerja * * * *

3.

Pembantu operator memasang sling pada tiang yang akan diangkat dengan crane ke ponton transport Operator mengoperasikan crane untuk mengangkat dan memindahkan tiang dari tempat penumpukan ke ponton transport dengan petunjuk arah dari seorang operator lainnya Ponton transport kemudian ditarik boat ke titik pemancangnya Setelah sampai di lokasi pemancangan, tiang kemudian diangkat dari ponton transport dengan menggunakan winch dan leader dan hammer untuk selanjutnya ditempatkan pada titik pemancangan

Kecelakaan akibat kesalahan prosedure penggunaan alat berat, misalnya : sling putus, tiang jatuh dari ponton. Luka di kepala akibat terbentur benda tiang/benda keras Luka pada kaki akibat tertusuk benda tajam Lecet akibat penggunaan peralatan kerja.

Solusi Keselamatan Kerja : No. 1.

Aktivitas Kerja

Solusi keselamatan

Pelaksanaan Pekerjaan pengakutan tiang pancang ke titik pancang

tenaga kerja yang terlibat harus menggunakan peralatan standar meliputi,Sarung tangan,SepatuSafety,helm Pengaman ,Baju Pelampung

31

Peralatan Helm pengaman Sepatu Safety Kaos tangan Baju Pelampung

4.

Langkah Antisipasi : * *

5.

Penggunaan alat berat harus memperhatikan prosedur pengoperasian dan memperhatikan kapasitas alat. Tenaga Kerja yang terlibat dalam pekerjaan tersebut harus menggunakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja

Peralatan Keselamatan * * * *

Helm pengaman Sepatu Safety Kacamata Safety Kaos Tangan

C.

Membuat dan Pasang Sepatu Tiang

1.

Proses Kerja * * * *

2.

Prediksi Resiko Kecelakaan Kerja * * * *

3.

4.

Pekerja mengambil material dari gudang dan mempersiapkan peralatan las listrik dan las potong Mandor dan tukang las kemudian menggambar dan memotong plat. Plat yang telah dipotong kemudian disambung dengan nas untuk membentuk sepatu tiang. Sepatu tiang yang telah terbentuk kemudian dilas dengan tiang untuk kemudian diangkut ke lokasi pemancangan

Kesalahan akibat kesalahan prosedure penggunaan peralatan Luka di kepala akibat terbentur benda tiang/benda keras Luka pada kaki akibat tertusuk benda tajam Lecet akibat penggunaan peralatan kerja.

Solusi Keselamatan Kerja No.

Aktivitas Kerja

1.

Pelaksanaan Pekerjaan pembuatan dan pemasangan sepatu tiang

Solusi keselamatan tenaga kerja yang terlibat harus menggunakan peralatan standar meliputi,Sarung tangan,SepatuSafety,helm Pengaman ,Baju Pelampung,kaca mata las

Peralatan Helm pengaman Sepatu Safety Kaos tangan Baju Pelampung

Langkah Pencegahan * *

Penggunaan alat berat harus memperhatikan prosedure pengoperasian dan memperhatikan kapasitas alat. Tenaga Kerja yang terlibat dalam pekerjaan tersebut harus menggunakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja

32

5.

Peralatan Keselamatan * * * *

D.

Helm pengaman Sepatu Safety Kacamata Safety Kaos Tangan

Pemancangan Tiang

1. Proses kerja *

Setelah tiang pancang diangkut ke lokasi pancang, maka kemudian ponton pancang diarahkan ke titik pancang dengan menggunakan winch tangan yang di jangkarkan pada lima arah yang saling bersilangan. Surveyor memandu dari dua arah untuk menentukan titik pancang sesuai koordinat dalam gambar rencana. Setelah posisi tiang benar-benar sudah tepat pada titik pemancangan, maka hammer akan diturunkan untuk membebani tiang dan selanjutnya prose pemancangan dilanjutkan. Setelah pemancangan tiang dianggap telah diperoleh perlawanan tanah yang diperkirakan telah cukup keras dengan melihat tinggi jatuh hammer dan penetrasi tiang, maka pencatatan dari final set dilakukan dengan cara kalendering. Kalendering dilakukan 3 kali dengan masing-masing 10 pukulan untuk mendapatkan data final setting yang akurat.

* * *

*

2.

Prediksi resiko Kecelakaan Kerja * * * * *

3.

Percikan oli dan solar ke mata Jatuh pada saat memanjat leader. Luka di kepala, akibat terbentur benda tiang/benda keras Luka pada kaki akibat tertusuk benda tajam Lecet akibat penggunaan peralatan kerja.

Solusi Keselamatan Kerja : No.

Aktivitas Kerja

1.

Pelaksanaan Pekerjaan pemancangan tiang

Solusi keselamatan tenaga kerja yang terlibat harus menggunakan peralatan standar meliputi,Sarung tangan,SepatuSafety,helm Pengaman ,Baju Pelampung,kaca mata las

33

Peralatan Helm pengaman Sepatu Safety Kaos tangan Baju Pelampung

4.

Langkah Pencegahan * * * * *

5.

Crane pemancangan harus menggunakan peralatan standar yang terdiri dari helm pengaman, kaos tangan dan sepatu safety. Crane pamancang harus menggunakan peralatan pelindung mata (kaca mata safety) untuk menghindari percikan minyak dan oli dari alat pancang mengenai mata Crane pemancang harus menggunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi kebisingan akibat suara ledakan-ladakan hammer dan tumbukan hammer dan tiang. Crane pemancang harus menggunakan safety belt ketika memanjat leader. Hammer kalau ada bagain hammer atau yang sling yang tersangkut. Dalam pencatatan pemancangan (pile driving record/kalendering) dilakukan, Crew pemancang yang bertugas harus menggunakan jas hujan untuk melindungi dari percikan bahan bakar (solar dan olie)

Peralatan Keselamatan : * * * * *

Helm Pengaman Kacamata Pengaman Masker Sepatu Safety Kaos Tangan.

E.

Penyambungan Tiang Pancang

1.

Proses kerja * * * *

2.

Tahap penyambungan pipa dilakukan didarat sehingga diperoleh panjang tiang yang sudah ditentukan sesuai panjang leader dari ponton Penyambungan dilakukan oleh tenaga ahli las yang berpengalaman dengan memenuhi persyaratan Spesifikasi (welding Procedure Specification – WPS ) Penyambungan tiang pipa juga akan dilakukan di laut setelah pemancangan tiang 24 meter dengan persyaratan penyambungan yang sama Pipa –pipa yang telah disambung kemudian dites pengelasan penyambungannya dengan persyaratan bahwa semua sambungan harus kuat dan tidak bocor

Prediksi resiko Kecelakaan Kerja * * * * * *

Percikan oli dan solar ke mata Jatuh pada saat memanjat leader. Luka di kepala, akibat terbentur benda tiang/benda keras Luka pada kaki akibat tertusuk benda tajam Lecet akibat penggunaan peralatan kerja. Percikan bunga api kemata

34

3.

Solusi keselamatan Kerja No. 1.

4.

Pelaksanaan pekerjaan penyambungan Pipa pancang

Solusi keselamatan tenaga kerja yang terlibat harus menggunakan peralatan standar meliputi helm pengaman, sepatu boot dan kaos tangan ,kaca mata las ,masker,pelindungmuka baju pelampung

* *

Peralatan las harus dalam keadaan baik , Tiang pancang yang akan dilas harus dalam keadaan bersih dari kotoran seperti solar oli ,karat ,dll. Tenaga kerja harus orang yang terlatih dalam pekerjaan pengelasan Tenaga kerja harus menggunakan perlengkapan keselamatan kerja yang dipersiapkan

Sepatu safety Kaca mata las Pelindung muka Masker Baju pelampung Pemadam kebakaran

III.

PEKERJAAN AREAL DARAT

A.

Pekerjaan Talud Pelindung Lereng

1.

Proses Kerja * * *

Pekerjaan pembuatan talud diawali dengan pembuatan galian untuk pasangan batu Untuk mempermudah pemasangan susunan batu dapat dibuatkan mal dari kayu kelas II, sehingga batu tidak akan mudah tergelincir Pasangan batu yang dipakai adalah yang berukuran 10-15 dan 40-60 kg/Unit.

Prediksi resiko Kecelakaan Kerja * *

3.

Helm pengaman Sepatu Safety Kaos tangan Kaca mata las Masker Pelindung muka Baju pelampung

Peralatan Keselamatan : * * * * * *

2.

Peralatan

Langkah Pencegahan * *

5.

Aktivitas Kerja

Anggota tubuh terluka karena terkena alat kerja Anggota tubuh terluka karena terkena material - Tangan tergores batu kosong yang akan disusun - Tangan atau kaki terjepit pasangan batu

Solusi keselamatan Kerja * *

Pada saat pekerjaan pembuatan galian untuk pasangan batu para pekerja diwajibkan untuk menggunakan peralatan keamanan yang telah disediakan. Peralatan yang wajib untuk digunakan :

35

- Kaos Tangan - Sepatu Boot - Helm Pengaman B.

Pekerjaan Pemasangan Geotextile

1.

Proses Kerja * *

2.

Sebelum pemasangan geotextile akan terlebih dahulu dilakukan pekerjaan pemasangan cerucuk. Ini bertujuan agar daya dukung pada lapisan Sub Grade dapat lebih stabil, sehingga timbunan tidak akan mengalami penurunan/settlemen yang significant. Setelah pemasangan cerucuk maka dapat langsung dikerjakan pemasangan geotextile.

Prediksi resiko Kecelakaan Kerja Pada pekerjaan pemasangan cerucuk resiko kecelakaan yang dapat terjadi adalah: * Tangan terluka karena terkena serat kayu * Anggota tubuh terluka karena terkena alat alat kerja ataupun bahan material.

3.

Solusi keselamatan Kerja * *

Untuk pekerjaan pemasangan geotextile resiko kecelakaan yang dapat terjadi kemungkinannya sangat kecil akan tetapi para pekerja tetap akan dilengkapi dengan peralatan keamanan. Sedangkan untuk pemasangan cerucuk solusi yang dapat diterapkan adalah melengkapi pekerja dengan peralatan keamanan yang telah memenuhi standart. Peralatan keamanan yang wajib digunakan : - Kaos tangan - Sepatu Boot - Helm Pengaman

C.

Pekerjaan Penimbunan

1.

Proses Kerja * * * *

2.

Untuk pekerjaan penimbunan pasir tahap pertama yang dikerjakan adalah pengadaan material kelokasi dengan menggunakan dump truck ( pasir dimasukkan kedalam dump truck dengan menggunakan Exavator) Material pasir yang sudah tiba dilokasi diratakan dengan menggunakan Motor Grader atau dengan Buldozer. Setelah material diratakan tahap selanjutnya adalah pemadatan dengan menggunakan PTR . Untuk proses penimbunan tanah tahapan pekerjaannya sama dengan penimbunanlapisan pasir.

Prediksi resiko Kecelakaan Kerja Resiko yang dapat terjadi pada operator alat berat (Exavator) adalah : * Gangguan pernafasan akibat debu dari material yang di angkut * iritasi mata karena debu dari material * Tergelincirnya alat berat karena diakibatkan kontur tanah yang tidak rata * Anggota tubuh terluka karena alat kerja

3.

Solusi keselamatan Kerja Solusi yang dapat diterapkan : * Pemakaian pelindung pernafasan * Pemakaian Pelindung Mata * Pemakaian Peralatan Pelengkap lainnya

36

4.

Peralatan Keselamatan * * * * *

D.

Masker Kaca mata Kaos tangan Sepatu Boot Helm Pengaman

Pekerjaan Perkerasan / Lapisan Jalan 1. Proses Kerja Pada pekerjaan perkerasan jalan tahapan pelaksanaannya terbagi atas 3 bagian : * Lapisan Sub Base * Lapisan Base Corse * Lapisan Surface Untuk lapisan sub base dan base corse proses pengerjaannya dimulai dengan pengadaan bahan material ke lokasi. Adapun bahan yang digunakan adalah : * 1. Lapisan Sub Base : Sirtu * Lapisan Base Corse : batu 5/7 – 3/5 Setelah lapisan sub base dan base corse dipadatkan, maka proses selanjutnya adalah perkerasan / pengaspalan. 2.

Prediksi resiko Kecelakaan Kerja Pada tahapan Pekerjaan lapisan Sub base dan base corse resiko kerja yang dapat terjadi adalah : * * * *

terganggunya pernafasan yang diakibatkan debu dari bahan material (Sirtu). Iritasi mata akibat debu bahan material Terlukanya anggota tubuh diakibatkan dari alat kerja yang digunakan Tergelincirnya alat berat diakibatkan kontur tanah yang tidak rata pada saat proses perataan dan pemadatan.

Pada tahapan pekerjaan lapisan surface resiko kerja yang dapat terjadi * * * * 3.

4.

iritasi mata dan gangguan pernafasan akibat debu pada pada saat dibersihkan dengan menggunakan air compressor. Terlukanya kaki atau anggota tubuh lainnya yang diakibatkan terkene oleh aspal panas (prime coat – taek coat) pada saat proses pengaspalan. terlukanya anggota tubuh lainnya yang diakibatkan oleh alat kerja lainnya. Tergelincirnya alat berat pada saat pemadatan lapisan aspal.

Solusi keselamatan Kerja * * *

adalah :

Pemakaian pelindung pernafasan Pemakaian Pelindung Mata Pemakaian Peralatan Pelengkap lainnya

Peralatan Keselamatan * Masker * Kaca mata * Kaos tangan * Sepatu Boot * Helm Pengaman

37

E.

PEKERJAAN GEDUNG (KANTOR PELABUHAN) I. Pekerjaan persiapan A. Pembersihan lokasi 1. Proses kerja : *

Melakukan pembersihan lokasi sehingga aman dan nyaman pada saat pelaksanaan pekerjaan.

*

Pembersihan dilakukan di seluruh lahan yang akan dipergunakan untuk proses pekerjaan termasuk membuat akses ke proyek.

*

Membuat pagar pembatas antara lokasi kerja dengan daerah sekitarnya.

*

Pagar pembatas dibuat dengan seng dan di bangun sekeliling lokasi proyek.

2. Resiko Kecelakaan kerja : *

Kecelakaan yang terjadi akibat dari gigitan serangga.

*

Kecelakaan akibat terkena alat yang digunakan untuk membersihkan lokasi seperti terkena cangkul atau sekop.

*

Kecelakaan akibat tertusuk kayu atau terkena pecahan beling pada waktu pembersihan lokasi.

*

Terkena serpihan seng pada waktu pembuatan pagar di sekeliling lokasi proyek.

3. Langkah Pencegahan : *

Menggunakan peralatan kerja yang berfunsi untuk melindungi diri seperti sepatu dan sarung tangan.

*

Menghindari kesalahan prosedur pemakaian alat.

*

Memberikan pengetahuan kepada pekerja tentang keselamatan kerja.

*

Tidak menggunakan alat yang rusak yang dapat menimbulkan kecelakaan.

4. Peralatan Keselamatan : *

Menggunakan pakaian kerja lengkap yang berfunsi untuk melindungi diri dari kecelakaan seperti sepatu boot, helm dan sarung tangan.

*

Memakai sarung tangan untuk menghindari terjadinya luka dan tertusuk benda-benda tajam.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

B. Pemasangan bowplank 1. Proses Kerja : *

Melakukan pengukuran areal dengan menggunakan theodolite.

*

Membuat tonggak-tonggak yang ditancapkan ketanah pada beberapa titik di luar bangunan.

*

Menghubungkan titik-titik tersebut dengan benang atau dengan papan sehingga diketahui titik-titik ukur posisi denah bangunan dan ketinggian elevasi antar lantai.

38

2. Resiko Kecelakaan Kerja : *

Kecelakaan yang terjadi akibat dari gigitan serangga.

*

Kecelakaan akibat terkena alat yang digunakan untuk membuat patok-patok/bowplank seperti terkena palu.

*

Kecelakaan akibat tertusuk kayu atau terkena pecahan beling pada waktu pembuatan bowplank.

3. Langkah Pencegahan : *

Menggunakan peralatan kerja yang berfungsi untuk melindungi diri seperti sepatu dan sarung tangan.

*

Menghindari kesalahan prosedur pemakaian alat.

*

Memberikan pengetahuan kepada pekerja tentang keselamatan kerja.

*

Tidak menggunakan alat yang rusak yang dapat menimbulkan kecelakaan.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

4. Peralatan Keselamatan : *

Menggunakan sepatu boot untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan akibat tertusuk benda-benda tajam seperti pecahan kaca ataupun seng.

*

Memakai sarung tangan untuk menghindari terjadinya luka dan tertusuk benda-benda tajam.

*

sedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

II. Pekerjaan Pondasi A. Pekerjaan galian tanah 1. Proses Kerja : *

Melakukan pengukuran terhadap lokasi yang akan digali.

*

Menandai lokasi yang akan digali dengan membuat bowplank disekelilingnya.

*

Membuat galian yang berfungsi sebagai tempat dudukan pondasi dengan kedalaman disesuaikan dengan rencana/gambar kerja.

2. Resiko Kecelakaan Kerja : *

Terkena pecahan-pecahan benda tajam yang tedapat di dalam tanah.

*

Luka akibat kena peralatan yang digunakan untuk menggali tanah seperti terkena cangkul.

*

Kecelakaan akibat tertimpa tanah yang disebakan runtuhnya tanah galian.

*

Luka pada tangan akibat terkena butiran-butiran tanah yang tajam pada saat menggali tanah.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki dari luka akibat tertusuk benda-benda tajam.

*

Memakai sarung tangan untuk menghindari luka akibat pecahan kaca atau benda tajam lainnya.

39

*

Membuat penahan tanah untuk menghindari terjadinya longsor.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

4. Peralatan Keselamatan : *

Menggunakan sepatu boot untuk menghindarkan terjadinya luka pada kaki.

*

Memakai sarung tangan agar tidak terluka akibat tertusuk benda tajam.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

B. Urugan pasir bawah pondasi 1. Proses Kerja : *

Setelah galian selesai, dilakukan pengurugan pasir yang berguna untuk memudahkan pekerjaan meratakan perletakan batu pondasi dan meratakan beban beban.

*

Urugan pasir dilakukan dengan ketebalan yang disesuaikan dengan rencana/gambar kerja.

*

Setelah urugan pasir selesai dilanjutkan dengan membuat coran lantai kerja.

*

Cor lantai kerja disesuaikan dengan rencana kerja.

2. Resiko Kecelakaan Kerja : *

Luka akibat kena peralatan kerja.

*

Kecelakaan akibat tertimpa pasir pada saat membuang pasir kedalam lobang galian.

*

Luka pada tangan akibat terkena butiran-butiran pasir yang tajam pada saat perataan pasir.

*

Jatuh kedalam lobang galian pada saat membuang pasir.

*

Terkena pasir yang masuk ke`mata.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk menghindari luka akibat tergores butiran pasir.

*

Meningkatkan kewaspadaan pada saat membuang pasir kedalam lubang galian.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Memakai helm pengaman.

4. Peralatan Keselamatan : *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

40

C. Pemasangan batu pondasi 1. Proses Kerja : *

Sebelum memulai pengerjaan pondasi terlebih dahulu dibuat bekisting untuk pondasi

*

Setelah dibuat bekisting kemudian dilakukan pemasangan batu untuk pondasi.

*

Pemasangan batu untuk pondasi digunakan campuran sesuai dengan rencana kerja.

2. Resiko Kecelakaan Kerja : *

Luka akibat terkena air semen.

*

Kemungkinan luka terkena campuran semen.

*

Kecelakaan akibat tertimpa material batu pada saat memindahkan material kedalam lubang.

*

Jatuh kedalam lubang pada saat melakukan pekerjaan.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk menghindari luka terkena batu.

*

Meningkatkan kewaspadaan pada saat membuang pasir kedalam lubang galian.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Memakai helm pengaman.

4. Peralatan Keselamatan : *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

D. Urugan tanah kembali 1. Proses Kerja : *

Setelah selesai pemasangan batu pondasi kemudian dilanjutkan dengan mengurug tanah menutup galian.

*

Tanah yang digunakan adalah tanah hasil dari galian pondasi.

*

Pengurugan dilakukan dengan menarik tanah yang berada disekitar bekas galian.

2. Resiko Kecelakaan Kerja : *

Luka pada kaki akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada tangan akibat butiran tanah.

*

Terkena tanah yang masuk ke mata.

41

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Meningkatkan kewaspadaan pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Memakai helm pengaman.

4. Peralatan Keselamatan : *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

III. Pekerjaan Beton Bertulang A. Pekerjaan sloof 1. Proses Kerja : *

Membuat bekisting untuk pekerjaan sloof.

*

Membuat rangkaian tulangan besi yang akan digunakan untuk pekerjaan sloof.

*

Melakukan pengecoran.

*

Pengecoran dilakukan sesuai dengan mutu yang telah ditentukan.

*

Setelah pengecoran pengecoran mengering kemudian bekisting dibuka.

2. Resiko Kecelakaan Kerja : *

Luka pada kaki akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada tangan akibat terkena serpihan besi tulangan.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Meningkatkan kewaspadaan pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

4. Peralatan Keselamatan : *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

42

B. Pekerjaan Kolom 1. Proses Kerja : *

Membuat bekisting untuk pekerjaan kolom.

*

Membuat rangkaian tulangan besi yang akan digunakan untuk pekerjaan kolom.

*

Melakukan pengecoran.

*

Pengecoran dilakukan sesuai dengan mutu yang telah ditentukan.

*

Setelah pengecoran pengecoran mengering kemudian bekisting dibuka.

2. Resiko Kecelakaan Kerja : *

Luka pada kaki akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada tangan akibat terkena serpihan besi tulangan.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat jatuh dari ketingggian.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Meningkatkan kewaspadaan pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

4. Peralatan Keselamatan : *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

C. Pekerjaan Ringbalk 1. Proses Kerja : *

Membuat bekisting untuk pekerjaan Ringbalk.

*

Membuat rangkaian tulangan besi yang akan digunakan untuk pekerjaan Ringbalk.

*

Melakukan pengecoran.

*

Pengecoran dilakukan sesuai dengan mutu yang telah ditentukan.

*

Setelah pengecoran pengecoran mengering kemudian bekisting dibuka.

2. Resiko Kecelakaan Kerja : *

Luka pada kaki akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada tangan akibat terkena serpihan besi tulangan.

43

*

Kemungkinan kecelakaan akibat jatuh daru ketingggian.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Meningkatkan kewaspadaan pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

4. Peralatan Keselamatan : *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

D. Pekerjaan balok lantai 1. Proses Kerja : *

Membuat bekisting untuk pekerjaan balok lantai.

*

Membuat rangkaian tulangan besi yang akan digunakan untuk pekerjaan balok lantai.

*

Melakukan pengecoran.

*

Pengecoran dilakukan sesuai dengan mutu yang telah ditentukan.

*

Setelah pengecoran pengecoran mengering kemudian bekisting dibuka.

2. Resiko Kecelakaan Kerja : *

Luka pada kaki akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada tangan akibat terkena serpihan besi tulangan.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat jatuh dari ketingggian.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Meningkatkan kewaspadaan pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

44

4. Peralatan Keselamatan : 

Menggunakan helm pengaman.



Memakai sepatu kerja.



Memakai sarung tangan.



Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

IV. Pekerjaan Dinding dan Plesteran A. Dinding pasangan batu bata 1. Proses Kerja : *

Membuat patok-patok yang dihubungkan dengan benang untuk memudahkan pemasangan batu bata.

*

Membuat adukan beton untuk bahan pengikat batu bata.

*

Adukan beton disesuaikan dengan campuran yang telah ditentukan sebelumnya.

*

Pemasangan batu bata dilakukan dengan cara ½ bata.

2. Resiko Kecelakaan Kerja : *

Luka pada kaki akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada tangan akibat terkena batu bata.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat jatuh dari ketingggian.

*

Kecelakaan akibat tertimpa material.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Meningkatkan kewaspadaan pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan dengan prosedur kerja.

4. Peralatan Keselamatan : *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

45

sesuai

B. Plesteran dan acian 1. Proses Kerja : *

Membuat marking.

*

Membuat kepalaan.

*

Melakukan screeding.

*

Plesteran dan acian dilakukan dengan cara menggosok permukaan tembok dengan alat roskan dan kertas semen.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan plesteran.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat jatuh dari steiger.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

V. Pekerjaan Kusen dan Daun Pintu A. Kusen pintu dan jendela 1. Proses Kerja : *

Membuat design kusen dan pintu.

*

Menghaluskan permukaan kayu.

*

Melakukan pemasangan kusen dan daun pintu pada lokasi.

46

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin, mesin amplas dll.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

B. Daun pintu dan jendela 1. Proses Kerja : *

Membuat design daun pintu dan jendela.

*

Menghaluskan permukaan kayu.

*

Melakukan pemasangan daun jendela dan daun pintu pada lokasi.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

uka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin, mesin amplas dll.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

47

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

C. Perlengkapan pintu dan jendela 1. Proses Kerja : *

Menentukan jenis dan design kunci dan engsel pintu dan jendela.

*

Melakukan pemasangan kunci dan engsel pada daun jendela dan daun pintu.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin, mesin amplas dll.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Memakai masker/kaca mata pelindung.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

*

Masker / kaca mata pelindung.

48

VI. Pekerjaan Atap A. Nok 1. Proses Kerja : *

Membuat design nok.

*

Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan atap.

*

Melakukan pemasangan rangka atap kayu pada lokasi.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin, mesin amplas dll.

*

Jatuh dari atap bangunan.

*

Tertimpa material kayu pada saat pemasangan rangka atap.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

B. Papan reuter 1. Proses Kerja : *

Membuat design papan reuter.

*

Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan reuter.

*

Melakukan pemasangan rangka papan reuter pada lokasi.

49

2. Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin, mesin amplas dll.

*

Jatuh dari atap bangunan.

*

Tertimpa material kayu pada saat pemasangan rangka papan reuter.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai Memakai sepatu kerja.

*

sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

C. Gording 1. Proses Kerja : *

Membuat design gording.

*

Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan gording.

*

Melakukan pemasangan gording pada lokasi.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin, mesin amplas dll.

*

Jatuh dari atap bangunan.

*

Tertimpa material kayu pada saat pemasangan gording.

50

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

D. Gunungan / Gavel 1. Proses Kerja : *

Membuat design gunungan/gavel.

*

Mempersiapkan kayu yang digunakan pada gunungan/gavel.

*

Melakukan pemasangan rangka gunungan/gavel pada lokasi.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin, mesin amplas dll.

*

Jatuh dari atap bangunan.

*

Tertimpa material kayu pada saat pemasangan. gunungan/gavel.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

51

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

E. Mirplat 1. Proses Kerja : *

Membuat design mirplat.

*

Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan mirplat.

*

Melakukan pemasangan rangka mirplat pada lokasi.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin, mesin amplas dll.

*

Jatuh dari atap bangunan.

*

Tertimpa material kayu pada saat pemasangan rangka atap.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

52

E. Usuk dan Reng 1. Proses Kerja : *

Membuat design usuk dan reng.

*

Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan usuk dan reng.

*

Melakukan pemasangan usuk dan reng.pada lokasi.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin, mesin amplas dll.

*

Jatuh dari atap bangunan.

*

Tertimpa material kayu pada saat pemasangan usuk dan reng.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

F. Rangka atap 1. Proses Kerja : *

Membuat design rangka atap.

*

Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan atap.

*

Melakukan pemasangan rangka atap kayu pada lokasi.

53

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin, mesin amplas dll.

*

Jatuh dari atap bangunan.

*

Tertimpa material kayu pada saat pemasagan rangka atap.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

G. Jurai dan talang 1. Proses Kerja : *

Membuat design jurai dan talang

*

Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan jurai dan talang

*

Melakukan pemasangan rangka jurai dan talang kayu pada lokasi.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin, mesin amplas dll.

*

Jatuh dari atap bangunan.

*

Tertimpa material kayu pada saat pemasangan rangka jurai dan talang.

54

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

H. Lisplank 1. Proses Kerja : *

Membuat design lisplank

*

Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan lisplank.

*

Melakukan pemasangan rangka lisplank pada lokasi.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin, mesin amplas dll.

*

Jatuh dari atap bangunan.

*

Tertimpa material kayu pada saat pemasangan lisplank.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

55

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

VII. Pekerjaan Lantai dan Aksesori A. Urugan pasir 1. Proses Kerja : *

Menentukan peil lantai

*

Penarikan benang dengan menggunakan selang ataupun waterpass.

*

Melakukan pengurugan sesuai ketebalan yang disyaratkan.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan material.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

*

Memakai masker pengaman.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Masker pengaman.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja

56

B. Lantai Kerja 1. Proses Kerja : *

Menarik benang dengan menggunakan waterpass/selang agar pengurugan rata.

*

Melakukan pengurugan pasir sesuai dengan tebal yang telah ditentukan.

*

Melakukan perataan dengan menggunakan sekop ataupun cangkul.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka akibat kena peralatan kerja.

*

Kecelakaan akibat tertimpa pasir.

*

Luka pada tangan akibat terkena butiran-butiran pasir yang tajam pada saat perataan pasir.

*

Terkena pasir yang masuk ke`mata.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk menghindari luka akibat tergores butiran pasir.

*

Meningkatkan kewaspadaan pada saat membuang pasir kedalam lubang galian.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Memakai helm pengaman.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

C. Keramik 1. Proses Kerja : *

Menentukan peil lantai dan screeding.

*

Memilih dan menentukan jenis keramik dan aksesoris.

*

Mempersiapkan keramik dan aksesoris lainnya yang digunakan pada saat pemasangan lantai.

*

Melakukan pemasangan keramik pada lokasi.

57

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan material.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat pemotong keramik.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

*

Memakai masker pengaman.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Masker pengaman.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja

D. Lis Dinding 1. Proses Kerja : *

Selain pemasangan keramik pada lantai diikuti juga dengan pemasangan lis dinding pada tepi-tepi dinding.

*

Pemasangan lis dinding dengan menggunakan keramik yang sama dengan memotong keramik sesuai dengan kebutuhan.

*

Lis bertujuan untuk membuat keramik rata pada tiap sudut dinding

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan material.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat pemotong keramik.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

58

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

*

Memakai masker pengaman.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Masker pengaman.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja

E. Aksesori 1. Proses Kerja : *

Menentukan jenis aksesori yang dibutuhkan seperti closet, kran, shower dll.

*

Melakukan pemasangan aksesori sesuai dengan prosedur pekerjaan.

*

Pekerjaan dilakukan oleh tenaga yang terampil memasang aksesoris tersebut.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan material.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat pemotong keramik.

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

*

Memakai masker pengaman.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

59

*

Memakai sarung tangan.

*

Masker pengaman.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja

VIII. Pekerjaan Instalasi A. Instalasi Listrik 1. Proses Kerja : *

Menentukan titik-titik pemasangan listrik.

*

Memilih dan menentukan jenis alat-alat listrik.

*

Mempersiapkan alat listrik dan aksesoris lainnya yang digunakan pada saat pemasangan instalasi.

*

Melakukan pemasangan instalasi listrik pada lokasi.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Kesetrum aliran listrik pada sat pengerjaan instalasi.

*

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan material.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat yang digunakan

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

*

Memakai masker pengaman.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Masker pengaman.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja

60

B. Instalasi Air 1. Proses Kerja : *

Menentukan titik-titik pemasangan instalasi air.

*

Memilih dan menentukan jenis alat-alat yang digunakan.

*

Mempersiapkan alat dan aksesoris lainnya yang digunakan pada saat pemasangan instalasi.

*

Melakukan pemasangan instalasi air pada lokasi.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Kesetrum aliran listrik pada sat pengerjaan instalasi.

*

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan material.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat yang digunakan

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Masker pengaman.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja

IX. Pekerjaan Penyelesaian A. Pengecatan 1. Proses Kerja : *

Menentukan titik-titik pengecatan.

*

Memilih dan menentukan cat yang digunakan.

*

Mempersiapkan alat dan aksesoris lainnya yang digunakan pada saat pengecatan.

*

Melakukan pengecatan pada lokasi.

61

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.

*

Terkena percikan cat pada mata.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat yang digunakan

*

Jatuh dari steiger

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Masker pengaman.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

B. Pembersihan 1. Proses Kerja : *

Setelah semua item pekerjaan selesai di perlukan pembersihan lokasi kerja

*

Pembersihan dilakukan dengan membersihkan sisa-sisa hasil dari pekerjaaan sebelumnya.

2. Resiko Kecelakaan Kerja *

Luka pada tangan akibat serpihan serpihan sisa pekerjaan.

*

Luka pada kaki akibat sisa-sisa pekerjaan.

*

Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat yang digunakan

*

Jatuh dari steiger.

62

3. Langkah Pencegahan : *

Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.

*

Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.

*

Memakai helm proyek pada saat bekerja.

*

Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

*

Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.

4. Peralatan Keselamatan *

Menggunakan helm pengaman.

*

Memakai sepatu kerja.

*

Memakai sarung tangan.

*

Masker pengaman.

*

Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.

63

More Documents from "hendrik"

Rk3k.docx
November 2019 27
Pbpd5(1).pdf
November 2019 8
Sahhariidid Ja Peptiidahel 1
December 2019 11
Lahuste Omadused
November 2019 13
_ixtx9vj.pdf.pdf
April 2020 6
Keemiline Kineetika
November 2019 11