Risalah Nasehat 1

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Risalah Nasehat 1 as PDF for free.

More details

  • Words: 26,429
  • Pages: 120
Abu Asadillah Adham bin Shalih Al Iskandar Alamiy

!!!

Denie Asseif Engkau memang

As Salafy [Type the co mpany a d dress] [Type the phone nu mber] [Type the fa x nu mber] [Pick the date]

Abu Asadillah [Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document. Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document.]

1|Risalah Nasehat 1

Abu Asadillah Adham bin Shalih bin Ubaid bin Arifin bin Muhammad Shalih Al Iskandar Alamiy

Sebuah Bantahan Ilmiah dan Teguran Keras Untuk Sang Bocah Petualang

[ Denie Asseif ]

e       Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orangorang yang beriman.” (QS. Adz Dzariyat: 55)

2|Risalah Nasehat 1

N Sebuah Bantahan Ilmiah dan Teguran Keras Untuk Sang Bocah Petualang

[ Denie Asseif ] Disusun oleh: Abu Asadillah Adham bin Shalih bin Ubaid bin Arifin bin Muhammad Shalih Al Iskandar Alamiy Penerbit: Al Maktabah Al Ilmiyyah Cetakan Pertama: 1430 H / 2009 M

3|Risalah Nasehat 1

Do’A

[ Mereka Adalah Teroris ]

4|Risalah Nasehat 1



K Bismillah…, aku memulai Risalah ini dengan menyebut asma Allah, berharap barokah dan rahmah. Seiring berjalan waktu…, semakin terasa indahnya bermanhaj Salaf. Semoga Allah  senantiasa meneguhkan kita untuk selalu bersabar meniti jalan yang lurus. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat serta salam untuk Nabi dan Rasul yang termulia, juga untuk keluarga dan para sahabat seluruhnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Amma ba‘du. Alhamdulillah setelah jeda berlalu, kini aku sedikit mempunyai waktu luang untuk membalas surat seorang bocah petualang bernama Denie Asseif. Walau penat di kepala dan nyeri di badan masih bercokol setelah dalam beberapa hari ini mesti bolak balik Gresik-Malang untuk menyelesaikan berkas-berkas yang harus dikirim ke Jakarta dan ke Yaman untuk persiapan keberangkatan ke Yaman awal Desember nanti, walaupun sempat kesulitan ketika harus berurusan di kantor imigrasi.. maklum tak mengherankan seperti yang sudah-sudah dampak kebiadaban terorisme membuatku ikut terkena getahnya. Punggung ini masih terasa sakit, nyeri dibeberapa otot karena memanggul barang-barang dari ma‘had untuk dibawa pulang menggunakan sepeda motor, kitab-kitab dan juga beberapa pakaian. Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam, sementara mata ini sudah demikian lelah, ditambah lagi harus menatap monitor laptop yang cukup menyengat pandangan, namun rasa sakit di punggung tak jua membuatku ingin untuk beristirahat, teringat seorang teman nun jauh disana yang amat sangat membutuhkan bimbingan dan nasehat, maka untuk itulah risalah ini kubuat… khawatir disalahtanggap, ma‘af bukan sok hebat, tapi karena memang Ad Dienun Nasihat ......

5|Risalah Nasehat 1

teringat sebuah pesan baginda Rasulullah Muhammad 

―Agama itu adalah nasehat, para Shahabat bertanya, bagi siapa diperuntukkan nasehat

itu? Rasulullah  menjawab: "Bagi Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan orang-orang awam mereka. " (HR. Imam Muslim: 102/55. dari sahabat Abi Ruqayyah Tamim Bin Aus Ad Dary)

"Dan tidak halal nasihat itu disembunyikan dari kaum Muslimin –yang baik ataupun

yang jahat- di dalam urusan agama. Maka barangsiapa menyembunyikannya maka dia telah menipu kaum Muslimin. Dan barangsiapa menipu kaum Muslimin, maka sungguh dia telah menipu agama ini. Dan barangsiapa menipu agama ini, maka sungguh dia telah mengkhianati Alloh dan Rosul-Nya dan kaum Mukminin." ("Syarhus Sunnah")

"Janganlah rasa takut (segan) terhadap manusia menghalangi seseorang di antara ka-

lian dari berkata benar jika dia mengetahuinya atau menyaksikannya atau mendengarnya " ( Hadits Abi Said yang diriwayatkan oleh ahlus sunan dan tersebut dalam ash shohihul musnad dan as silsilah ash shohihah juz 1 hal 167 ).

‫ش‬١‫حتّ ٌٕفغٗ ِٓ اٌخ‬٠ ‫ٗ ِب‬١‫حتّ ألخ‬٠ ٝ‫إِٓ أحذوُ حز‬٠ ‫ال‬ ―Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, hingga dia menyukai untuk saudaranya sesuatu yang ia sukai untuk dirinya sendiri dari perkara yang baik‖. [HR. Al Bukhari, Muslim, An-Nasa‘i] 6|Risalah Nasehat 1

Oleh karena itu, ketika melihat saudara-saudaraku seiman digiring menuju kepada jurang kesesatan oleh para penebar fitnah dan kebatilan maka akupun tidak rela, sebagaimana akupun tak rela jika hal itu terjadi pada diri ini. Akupun menginginkan mereka – saudara-saudara seiman bersama-sama berada diatas manhaj (metode pemahaman) dan aqidah yang benar dibawah naungan Al Qur‘an dan As Sunnah berdasarkan apa yang telah dipahami oleh generasi as-salafush shalih yakni para sahabat, tabi‘in, dan tabiut tabi‘in yang telah diridhoi oleh Allah .

                            ― Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan

muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar .‖ (QS. At Taubah: 100) Demi mewujudkan keinginan tersebut, aku berupaya menyajikan sebuah risalah teguran serta nasehat ini untuk menjelaskan kepada umat hakekat sebenarnya, sebagian besar penulisan risalah ini aku mengutipnya dari beberapa kitab, baik kitabkitab berbahasa ‗arab dan kitab-kitab terjemah, silahkan merujuk ke daftar pustaka yang ada di halaman terakhir risalah ini. Aku berusaha menyebutkan nasehat dan pernyataan para ‗ulama Ahlus Sunnah wal Jama‘ah yang mendasari aqidah dan pemahamannya dengan aqidah dan paham generasi as-salafush shalih. Mereka para ‗ulama tersebut adalah orang-orang yang berjiwa tegas dan bersikap adil terhadap semua pihak. Membantah berbagai kesesatan untuk membersihkan Islam ini dari berbagai permasalahan yang mengotorinya. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah  dalam haditsnya:

7|Risalah Nasehat 1

‫ ارذبي‬ٚ ٓ١ٌ‫ف اٌغب‬٠‫ْ ػٕٗ رذش‬ٛ‫ٕف‬٠ ٌٗ ٚ‫ذًّ ٘زا اٌؼٍُ ِٓ وً خٍف ػذ‬٠ .ٓ١ٍ٘‫ً اٌجب‬٠ٚ ‫ رأ‬ٚ ٓ١ٍ‫اٌّجط‬ ―Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya) dari tiap-tiap

generasi, yang selalu berjuang membersihkan agama ini dari :  Tahriful Ghalin (Pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh orangorang yang menyimpang).  Intihalul Mubthilin (Kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan agama).  Ta‘wilul Jahilin (Penta‘wilan agama yang salah yang dilakukan oleh orangorang yang bodoh). [dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah no.248]

Selesai di waktu Adzan Ashar berkumandang, Malang, 13 Dzulqa‘dah 1430 H 31 Oktober 2009 M

8|Risalah Nasehat 1

Al Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 241 H)

“Cinta kekuasaan lebih disenangi orang daripada emas dan perak. Barangsiapa berambisi memperoleh kekuasaan, ia akan mencari-cari aib orang lain



9|Risalah Nasehat 1

BAB I 

‫ّئَبد‬١‫ِٓ ع‬ٚ ‫س أٔفغٕب‬ٚ‫رثبهلل ِٓ شش‬ٛ‫ٔؼ‬ٚ ُٖ‫ٔغزغفش‬ٚ ٕٗ١‫ٔغزؼ‬ٚ ٖ‫ئَْ اٌذَّْذَ هلل ٔذّذ‬ ‫ئٌٗ ئالاهلل‬٢ ْ‫ذأ‬ٙ‫أش‬،ٌٗ َٞ‫ ٘بد‬٣‫ضًٍ ف‬٠ ِٓٚ ٌٗ ً‫ ِض‬٣‫ذٖ اهلل فـ‬ٙ٠ ِٓ،‫أػّبٌٕب‬ ٌٗ‫ػً آ‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ٌٗ ص‬ٛ‫سع‬ٚ ٖ‫ذ أَْ ِذّّذا ػجذ‬ٙ‫أش‬ٚ ٌٗ ‫ه‬٠‫دذُٖ الَ شش‬ٚ .ٍُ‫ع‬ٚ ٗ‫أصذبث‬ٚ Allah  berfirman di dalam kitab-Nya:

              ―Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan

kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu ‖. (QS. AlMaidah 3). Berkata Imam Malik

ketika menjelaskan tentang ayat ini:

"ٓ٠‫َ د‬ٛ١ٌ‫ظ ا‬١ٍ‫ٕب ف‬٠‫ِئز د‬ٛ٠ ٓ‫ى‬٠ ٌُ ‫"ِب‬ ―Suatu perkara yang bukan bagian daripada agama pada hari itu (hari diturunkannya ayat tersebut), maka pada hari ini pula bukan bagian daripada agama‖. Sehingga dengan itu setiap perkara, baik dalam bentuk ibadah, mu‘amalah, akhlak, atau ‗aqidah yang tidak didapati pada hari itu –yaitu pada hari yang Rasulullah  masih hidup bersama para Shahabatnya  menyampaikan dan mengajarkan serta menamakan seluruh urusan agama sampai wafat beliau- maka ibadah, akhlak, mu‘amalah, maupun ‗aqidah tersebut bukan bagian daripada Islam. Sehingga dengan itu Islam adalah agama yang tidak perlu ditambah-tambah lagi, atau direvisi. Islam sebagaimana yang dipahami, diyakini, dan diamalkan oleh para Shahabat Rasulullah  sebagai murid-murid langsung beliau , menimba Ilmu secara langsung kepada beliau  adalah Islam yang telah sempurna, Ibadah, ‗Aqidah, Akhlak, Mu‘amalah mereka adalah patut dicontoh oleh seluruh umat yang datang setelah mereka. Bahkan Allah 10 | R i s a l a h N a s e h a t 1

 menjadikan kebenaran ‗Aqidah dan iman para Shahabat  tersebut sebagai tolok ukur kebenaran ‗aqidah dan iman orang-orang yang datang setelah mereka. Hal ini sebagaimana dipertegas oleh Allah didalam firman-Nya:

                      ―Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan

mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.‖ (QS. An-Nisaa‘ 115) Berkata Asy-Syaikh Al Albani

bahwa sabilul Mu‘minin dalam ayat tersebut adalah

khusus jalannya para Shahabat. Makna ini dipertegas lagi oleh dua hadits Rasulullah  , yang salah satunya bersifat lebih khusus, dan yang kedua bersifat lebih umum. Kedua hadits tersebut adalah:

‫ب‬ِٕٙ ‫ رسفذ‬ٚ ‫ة‬ٍٛ‫ب اٌم‬ِٕٙ ‫جٍذ‬ٚ ‫ػظخ‬ِٛ ‫ي اهلل‬ٛ‫ػظٕب سع‬ٚ :‫خ لبي‬٠‫خ اٌؼشثبض ثٓ عبس‬١‫ ٔج‬ٟ‫ػٓ أث‬ ٚ ،ًّ‫ ج‬ٚ ّ‫ اهلل ػض‬ٜٛ‫ىُ ثزم‬١‫ص‬ٚ‫ " أ‬:‫ لبي‬.‫صٕب‬ٚ‫دّع فأ‬ِٛ ‫ػظخ‬ِٛ ‫ب‬ّٙٔ‫ي اهلل ! وأ‬ٛ‫ب سع‬٠ :‫ فمٍٕب‬،ْٛ١‫اٌؼ‬ ُ‫ى‬١ٍ‫ فؼ‬،‫شا‬١‫ اخزالفب وث‬ٜ‫ش‬١‫ؼش ِٕىُ فغ‬٠ ِٓ ّٗٔ ‫ فا‬،ّٟ‫ىُ ػجذ دجش‬١ٍ‫ ئْ رأِّش ػ‬ٚ ‫ اٌطبػخ‬ٚ ‫اٌغّغ‬ ‫ ِذذثبد‬ٚ ُ‫ّب و‬٠‫ ئ‬ٚ ،‫اجز‬ٌٕٛ‫ب ثب‬ٙ١ٍ‫ا ػ‬ّٛ‫ ػض‬،ٞ‫ٓ ِٓ ثؼذ‬١ّ٠‫ذ‬ٌّٙ‫ٓ ا‬٠‫ عّٕخ اٌخٍفبء اٌشا شذ‬ٚ ٟ‫ثغّٕز‬ .‫ إٌبس‬ٟ‫ وً ضالٌخ ف‬ٚ ‫خ‬٠‫ا‬ٚ‫ س‬ٟ‫ ف‬ٚ .‫ وً ثذػخ ضالٌخ‬ٚ ‫س فا ّْ وً ِذذثبد ثذػخ‬ِٛ٤‫ا‬ ―Dari Abi Najih Al ‗Irbadh bin Sariyah, berkata: bahwa Rasulullah

memberikan nasehat kepada kami dengan sebuah nasehat yang menggetarkan hati dan meneteskan air mata. Maka kami berkata: ‗Wahai Rasulullah, seolah-olah ini adalah nasehat seorang yang akan berpisah. Maka berilah kami wasiat.‘ Maka Rasulullah berkata: ‗Aku mewasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah , dan selalu mendengar dan taat (kepada penguasa) walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak dari negri Habasyah/Ethiopia 1. Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang hidup (setelahku) akan mendapati perselisihan yang sangat banyak. (maka dalam kondisi seperti itu) wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnah-ku 1

(suatu perumpamaan dari Rasulullah ‗walaupun yang memerintah itu seorang dari kalangan rendahan, yang secara logika tidaklah mungkin seorang budak bisa menjadi raja, ditambah lagi Rasulullah memberi penekanan kembali ‗walaupun yang memerintah tersebut berasal dari Negeri Habasyah/Ethiopia yang dipahami bahwa secara kultur dan ras bangsa arab lebih baik).

11 | R i s a l a h N a s e h a t 1

dan sunnah Al-Khulafa‘ur Rasyidun yang telah mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi-gigi geraham (suatu perumpamaan Rasulullah  untuk memegang sunnah tersebut erat-erat). Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yang diada-adakan (dalam masalah agama), karena sesungguhnya setiap perkara baru yang diada-adakan adalah bid‘ah, dan setiap bid‘ah itu sesat. [dalam riwayat lain]: dan setiap kesesatan itu (tempatnya) di Neraka‖.2 Dalam hadits pertama ini, Rasulullah

menjadikan sunnah beliau dan sunnah

Al-Khulafa‘ur Rasyidun sebagai referensi utama bagi umat ini disaat mereka menghadapi perselisihan. Dan sekaligus beliau

memperingatkan mereka dari perkara

yang diada-adakan dan tidak dikenal pada masa Rasulullah

hidup atau tidak dikenal

pada masa Al-Khulafa‘ur Rasyidun. Sehingga setiap ibadah, ‗aqidah, ataupun manhaj (metode pemahaman) yang tidak dikenal dimasa Rasulullah

dan Al-Khulafa‘ur

Rasyidun adalah ibadah, ‗aqidah, dan manhaj yang bid‘ah . Kemudian dalam hadits yang kedua, Rasulullah

menyebutkan kriteria

tersebut dengan sifat yang lebih umum, maksudnya adalah tidak hanya terbatas pada

Al-Khulafa‘ur Rasyidun, tetapi meliputi para Shahabatnya yang lainnya. Hadits tersebut adalah:

ِٓ ‫ا‬ٌٛ‫ لب‬،‫ادذح‬ٚ ‫ إٌبس ئال‬ٟ‫ب ف‬ٍٙ‫ٓ فشلخ و‬١‫عجؼ‬ٚ ‫ ثالس‬ٍٝ‫ِخ ػ‬٤‫عزفزشق ٘زٖ ا‬ٚ .ٟ‫ أصذبث‬ٚ َٛ١ٌ‫ٗ ا‬١ٍ‫ ِثً ِب أٔب ػ‬ٍٝ‫ ُ٘ ِٓ وبْ ػ‬:‫ي اهلل؟ لبي‬ٛ‫ب سع‬٠ ٟ٘ ―Dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.

Para Shahabat bertanya: ‗Siapakah mereka (yang selamat) itu wahai Rasulullah ? Rasulullah menjawab: ―Mereka (kelompok yang selamat itu) adalah orang-orang yang kondisinya berada diatas apa yang aku dan sahabatku berada diatasnya pada hari ini (pada masa Rasulullah  berbicara / semasa hidup beliau) .‖ 3 [Hadits Riwayat. AthThabarani] Dalam hadits tersebut dengan tegas Rasulullah

menjadikan beliau serta para

shahabatnya sebagai barometer kebenaran dan sekaligus tolok ukur Golongan yang

2

Diriwayatkan oleh Abu Dawud (4596,4597), At Tirmidzi (2642), Ibnu Majah (3990), Ad Darimi (II/241), Ahmad (IV/102, II/332), Al Hakim (1/128) 3 Hadits Shahih Riwayat Ath-Thabrani di Ash Shaghir I/256. Hadits tentang Iftiraqul Ummah ini diriwayatkan dari beberapa shahabat, antara lain: Abu Hurairah, Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan, Anas bin Malik, ‗Auf bin Malik, Ibnu Mas‘ud, Ali bin Abi Thalib , dll.

12 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Selamat (Al Firqatun Najiyah). Sehingga barangsiapa yang menginginkan keselamatan dari kesesatan di dunia dan berbagai macam bid‘ah, baik bid‘ah dalam perkara ibadah, ‗aqidah, ataupun manhaj (metode berpikir) maka haruslah mengembalikan semua perkara agama kepada mereka. Perlu diketahui bahwa barangsiapa yang enggan dan berpaling dari manhaj dan ‗aqidah Rasulullah

dan para shahabatnya

tersebut, maka dia tidak lagi tergolong sebagai

Golongan yang Selamat, bahkan Allah

akan membiarkan dia terus hanyut dalam

kesesatan dan kebid‘ahan, serta Allah

lemparkan dia ke dalam jurang neraka

jahannam, sebagaimana Firman-Nya dalam surat An-Nisaa ayat ke 115 :

                      ―Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan

mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin (Shahabat), Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali‖. (An-Nisaa: 115) Itulah Dienul Islam yang telah lengkap dan sempurna. Semuanya telah jelas dan gamblang, tidak ada satupun yang tersamar atau tidak jelas. Tidaklah menyimpang darinya kecuali dia pasti binasa. Agama yang telah lengkap dan sempurna tersebut senantiasa terjaga dan lestari hingga akhir zaman. Bahkan Allah

langsung menjamin terjaganya dien ini,

sebagaimana Allah tegaskan dalam firman-Nya:

        ―Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya

Kami benar-benar memeliharanya‖. (QS. Al-Hijr: 9) Maka agama yang telah lengkap dan sempurna ini diwarisi dari Rasulullah oleh para shahabatnya, kemudian murid-murid mereka, dan seterusnya di setiap masa diwarisi oleh para ‗Ulama dari kalangan Ahlul Hadits Ahlus Sunnah wal Jama‘ah. Merekalah pewaris para Nabi, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah

di dalam

haditsnya: 13 | R i s a l a h N a s e h a t 1

‫ ئّّٔب‬،‫ ال دسّ٘ب‬ٚ ‫ٕبسا‬٠‫ا د‬ٛ‫سّث‬ٛ٠ ٌُ ‫بء‬١‫ٔج‬٤‫ ئّْ ا‬،‫بء‬١‫ٔج‬٤‫سثخ ا‬ٚ ‫ئّْ اٌؼٍّبء‬ .‫افش‬ٚ ‫ فّٓ أخزٖ أخز ثذظ‬،ٍُ‫ا اٌؼ‬ٛ‫سّث‬ٚ ―Sesungguhnya para ‗ulama itu adalah pewaris para Nabi. Dan para Nabi

tidaklah mewariskan dinar maupun dirham. Namun mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut, sungguh ia telah mendapat bagian yang sangat besar‖. [Shahih Sunan Abi Dawud (no.3641)]. Mereka adalah pewaris Nabi, yang dipercaya untuk mengemban ilmu agama ini, menjaga dan menda‘wahkannya kepada umat. Mereka juga dipercaya untuk membentengi agama ini dari berbagai penyimpangan dan penyelewengan. Merekalah orang-orang adil dan terpercaya di tengah-tengah umat ini.

         ― Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanya-

lah ‗ulama‖. (QS. Fathir: 28). Maka di setiap masa dan waktu Allah

bangkitkan di tengah-tengah

umat ini ‗ulama yang siap tampil membela dan membentengi agama ini dari musuhmusuhnya. Dengan keberadaan ‗ulama, terbongkarlah kedok dan borok para penyesat umat, sehingga tidaklah tersisa satu tempat persembunyian pun bagi mereka melainkan telah diketahui dan telah diporak-porandakan. Sehingga umat tidak lagi mudah ditipu oleh mereka.

‫ رأ‬ٚ ٓ١ٍ‫ ارذبي اٌّجط‬ٚ ٓ١ٌ‫ف اٌغب‬٠‫ْ ػٕٗ رذش‬ٛ‫ٕف‬٠ ٌٗ ٚ‫ذًّ ٘زا اٌؼٍُ ِٓ وً خٍف ػذ‬٠ .ٓ١ٍ٘‫ً اٌجب‬٠ٚ ―Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya) dari tiap-tiap

generasi, yang selalu berjuang membersihkan agama ini dari:  Tahriful Ghalin (Pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh orangorang yang menyimpang).

14 | R i s a l a h N a s e h a t 1

 

Intihalul Mubthilin (Kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan agama). Ta‘wilul Jahilin (Penta‘wilan agama yang salah yang dilakukan oleh orangorang yang bodoh). [dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah no.248]

SOLUSI....??? Dalam menghadapi situasi yang penuh fitnah dan kebingungan, Rasulullah telah memberikan bimbingan yang sangat baik dan tepat. Disebutkan dalam sebuah hadits: ٓ‫ وٕذ أعأٌٗ ػ‬ٚ ،‫ش‬١‫ عٍُ ػٓ اٌخ‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ي اهلل ص‬ٛ‫ْ سع‬ٌٛ‫غأ‬٠ ‫ وبْ إٌبط‬:‫ّبْ لبي‬١ٌ‫فخ ثٓ ا‬٠‫ػٓ دز‬ ِٓ ٛ١‫ؼذ ٘زا اٌخ‬٠ ًٙ‫ ف‬،‫ش‬١‫زا اٌخ‬ٙ‫ فجبءٔب اهلل ث‬.ّ‫ شش‬ٚ ‫ّخ‬١ٍ٘‫ جب‬ٟ‫ ئّٔب وّٕب ف‬،‫ي اهلل‬ٛ‫ب سع‬٠ :‫ فمٍذ‬،ٟٕ‫ذسو‬٠ ْ‫اٌشش ِخبفخ أ‬ ‫ش‬١‫ْ ثغ‬ّٕٛ‫غز‬٠ َٛ‫ ل‬:‫ِب دخٕٗ ؟ لبي‬ٚ :‫ فٍذ‬.ٓ‫ٗ دخ‬١‫ ف‬ٚ .ُ‫ ٔؼ‬:‫ش ؟ لبي‬١‫ ً٘ ثؼذ رٌه اٌششّ ِٓ خ‬ٚ :‫ لٍذ‬.ُ‫ ٔؼ‬:‫اٌششّ ؟ لبي‬ ‫اة‬ٛ‫ أث‬ٍٝ‫ دػبح ػ‬.ُ‫ ٔؼ‬:‫ش ِٓ ششّ ؟ لبي‬١‫ ً٘ ثؼذ رٌه اٌخ‬:‫ فمٍذ‬،‫ رٕىش‬ٚ ُِٕٙ ‫ رؼشف‬،ٟ٠‫ش ٘ذ‬١‫ْ ثغ‬ٚ‫زذ‬ٙ٠ ٚ ٟ‫عّٕز‬ ‫ب‬٠ :‫ لٍذ‬.‫ْ ثأٌغٕزٕب‬ٍّٛ‫زى‬٠ ٚ ،‫َ ِٓ جٍذرٕب‬ٛ‫ ُ٘ ل‬:‫ لبي‬،‫ُ ٌٕب‬ٙ‫ صف‬،‫ي اهلل‬ٛ‫ب سع‬٠ :‫ لٍذ‬.‫ب‬ٙ١‫ٖ ف‬ٛ‫ب لزف‬ٙ١ٌ‫ُ ئ‬ٙ‫ ِٓ أجبث‬،ُّٕٙ‫ج‬ ‫ ال ئِبَ ؟‬ٚ ‫ُ جّبػخ‬ٌٙ ٓ‫ى‬٠ ٌُ ْ‫ فا‬:‫ فمٍذ‬،ُِٙ‫ ئِب‬ٚ ٓ١ٍّ‫ رٍضَ جّبػخ اٌّغ‬:‫ رٌه ؟ لبي‬ٟٕ‫ ئْ أدسو‬ٞ‫ي اهلل ! فّب رش‬ٛ‫سع‬ .‫ رٌه‬ٍٝ‫ أٔذ ػ‬ٚ ‫د‬ٌّٛ‫ذسوه ا‬٠ ٝ‫ أصً شجشح دز‬ٍٝ‫ٌُ أْ رؼص ػ‬ٚ ،‫ب‬ٍٙ‫ فبػزضي رٍه اٌفشق و‬:‫لبي‬ ―Dari shahabat Hudzaifah Ibnul Yaman berkata: ―Dahulu manusia (para

shahabat) selalu bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan (amalan-amalan yang bisa mengantarkan ke Surga, pent), sementara aku sering bertanya kepada beliau tentang kejelekan, karena kekhawatiran akan kejelekan tersebut datang menimpaku.  Maka aku berkata: ―Wahai Rasulullah

, sesungguhnya kami dahulu dalam keadaan jahiliyyah dan kejelekan. Kemudian Allah mendatangkan kebaikan (agama Islam, pent) ini kepada kami. Apakah setelah adanya kebaikan ini masih akan ada kejelekan?‖  Rasulullah menjawab: ―Ya‖.  Aku berkata: ―Dan apakah setelah datang kejelekan tersebut masih akan ada kebaikan lagi?‖

15 | R i s a l a h N a s e h a t 1

 Rasulullah  

 

     

menjawab: ―Ya, tapi pada kebaikan tersebut tercampur dengan adanya asap (yang mengaburkan, pent).‖ Aku berkata: ―Apa bentuk asap (yang mengaburkan, pent). tersebut?‖ Rasulullah menjawab: ―Adanya suatu kaum yang berprinsip selain dengan sunnahku, dan mengambil petunjuk selain dengan petunjukku. Engkau mendapati beberapa kebaikan pada mereka di satu sisi, namun di sisi lain engkau mengingkari kemungkaran yang ada pada mereka.‖ Aku berkata: ―Apakah setelah kebaikan tersebut masih akan muncul kejelekan lagi?‖ Rasulullah menjawab: ―Ya, yaitu munculnya sekelompok da‘i penyeru umat, yang berada di pintu-pintu jahannam. Barangsiapa yang memenuhi seruan mereka, maka mereka akan melemparkannya ke dalam jahannam.‖ Aku berkata: ―Wahai Rasulullah sebutkan kriteria mereka kepada kami.‖ Rasulullah menjawab: ―Mereka adalah suatu kaum yang berasal dari bangsa kita dan berbicara dengan bahasa kita.‖ Aku berkata: ―Wahai Rasulullah , apa nasehat engkau jika keadaan yang demikian itu menimpaku?. Rasulullah menjawab: ―Wajib atasmu untuk selalu berpegang dengan ‗Jama‘atul Muslimin (Pemerintah Muslimin) dan penguasa mereka. Kemudian aku berkata: ―Kalau seandainya mereka (‗Jama‘atul Muslimin) tidak memiliki pemerintahan dan penguasa?‖ Rasulullah menjawab: ―Maka tinggalkanlah semua kelompokkelompok, walaupun engkau terpaksa harus menggigit akar pohon, hingga kematian datang menemuimu sementara engkau tetap dalam keadaan yang demikian itu .‖ [Muttafaqun ‗alaihi 4].

Dalam hadits diatas, terkandung sebuah pelajaran penting dan pedoman hidup beragama bagi setiap muslim. Diantaranya adalah di saat munculnya para da‘i yang berada di pintu jahannam, yang mereka adalah kelompok yang selalu menuntut kekuasaan dan berupaya menggulingkan penguasa yang sedang memerintah, baik dari kelompok teroris khawarij maupun yang selainnya. Maka wajib kepada kaum

4

HR. Bukhari (no.3606,7084) ; Muslim (no.1847)

16 | R i s a l a h N a s e h a t 1

muslimin untuk selalu bersikap mendengar dan taat kepada waliyul amr walaupun penguasa tersebut adalah penguasa yang zhalim dan kejam. Serta wajib kepada seluruh kaum muslimin untuk tidak memenuhi seruan-seruan kelompok-kelompok sempalan, yang selalu menyerukan penentangan terhadap penguasa. Wajib kepada kaum muslimin untuk meninggalkan kelompokkelompok tersebut secara menyeluruh, terkhusus di saat tidak adanya penguasa yang memerintah kaum muslimin. Walaupun terpaksa dia harus mengalami kehidupan yang sengsara akibat itu semua. Hadits diatas, sekaligus sebagai bantahan terhadap kelompok-kelompok yang menyatakan bahwa pada saat ini sudah tidak ada lagi penguasa muslim yang harus ditaati. Sementara di waktu yang sama mereka mengajak umat untuk ikut bersama kelompoknya, taat, dan berbai‘at kepada amir kelompoknya. Kalaupun seandainya kita anggap klaim mereka itu benar, bahwa sekarang dinyatakan sudah tidak ada lagi penguasa muslim yang wajib untuk ditaati dan didengar perintahnya, maka dengan tegas Rasulullah

menyatakan bahwa dalam kondisi seperti itu, kita

diperintahkan untuk menjauhi semua kelompok-kelompok (Hizb) yang ada tanpa kecuali. Maka melalui risalah ini, kami mengajak semua pihak dan kelompokkelompok sempalan yang telah mengikat para anggotanya dengan kewajiban mendengar dan taat serta berbai‘at kepada amir kelompoknya, serta berupaya untuk menghilangkan

kepercayaan

umat

kepada

penguasanya,

bahkan

berupaya

menggulingkan penguasa-penguasa kaum muslimin; untuk kembali bertaubat kepada Allah

, serta berpegang kepada prinsip-prinsip Rasulullah

dan para shahabatnya

serta salafush shalih. Kami mengajak serta menyeru kelompok-kelompok sempalan seperti JI (Jama‘ah Islamiyyah), NII (Negara Islam Indonesia), LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia), HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), MMI (Majelis Mujahiddin Indonesia), FPI (Front Pembela Islam), IM (Ikhwanul Muslimin),... dll untuk kembali kepada bimbingan Ahlus Sunnah wal Jama‘ah dan pemahaman salafush shalih dengan meninggalkan tindakan-tindakan bid‘ah yang sesat lagi menyesatkan itu. Untuk sama-sama kita bersatu di bawah bimbingan Al-Qur‘an dan As0Sunnah dalam bingkai pemahaman salaful ummah.

17 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Amar Ma’ruf Nahi Munkar Salah satu prinsip terpenting dalam agama adalah prinsip amar ma‘ruf nahi munkar.

Yang dengan tegas diperintahkan oleh Allah

di dalam ayat-Nya:

                ―Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.‖ (QS. Ali Imraan: 104) Begitu pula dalam beberapa hadits Rasulullah , dengan tegas beliau memerintahkan umat ini untuk mengingkari kemungkaran. Yang perlu diketahui dan difahami oleh setiap pribadi muslim bahwa amar

ma‘ruf nahi munkar merupakan salah satu ibadah dari sekian ibadah yang telah diwajibkan oleh Allah  kepada hamba-hamba-Nya. Dan setiap ibadah mempunyai ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Demikian pula ibadah

amar ma‘ruf nahi munkar ini. Namun sangat disayangkan ketika kebanyakan umat ini, terkhusus para aktivis kelompok-kelompok sempalan tak luput pula sang bocah petualang bergelar Sarjana Sains Terapan dalam bidang Ilmu Komputerisasi ini yang mempunyai hobi ―working

and political watch‖ sebagaimana yang dia nyatakan melalui profil facebooknya, yang tidak mengerti alias Jahil tentang ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat dari amar ma‘ruf nahi munkar . Mencukupkan dengan modal semangat membabi buta tanpa ilmu dan sok bergaya jagoan membela mati-matian harkat martabat kelompoknya HTI

(Hizbut

Tahrir Indonesia),

sang

bocah

petualang

ini

begitu

gencar

mempropagandakan kesesatan kelompoknya melalui berbagai media, tak luput pula internet yang memang sebagai bidang spesialisasinya . Bermodal kecanggihan klik kanan copy paste, ‗seenak udelnya‘ saja bocah ini mencomot dalil-dalil Al-Qur‘an dan As-Sunnah yang memang berkutat diseputar apa yang dipahami oleh kelompoknya saja5. Sehingga mereka keluar dari batas-batas ketentuan dan syarat-syarat yang telah diletakkan oleh Allah  dan Rasul-Nya . Yang ada bukan kema‘rufan yang muncul, malah melahirkan kemungkaran yang lebih besar, tidak hanya kepada sang pengingkar 5

akan datang penjelasan-penjelasan dan bukti tentang ke-‗seenak udelan’ Denie Asseif dalam mencomot dalil-dalil Al-Qur‘an dan As-Sunnah pada Bab yang kedua dari Risalah ini, bi Idznillahi Ta‘ala

18 | R i s a l a h N a s e h a t 1

kemungkaran saja, tetapi juga mengenai pihak-pihak lain yang tak bersalah. Mereka itu adalah para Ruwaibidhah, yaitu orang-orang dungu dan bodoh yang sok mau berbicara tentang urusan umat, sok memperjuangkan kemuliaan umat dengan cara yang total salah kaprah, sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah :

" ‫ش أٍ٘ٗ فبٔزظش اٌغبػخ‬١‫ غ‬ٌٝ‫ِش ئ‬٤‫عّذ ا‬ٚ ‫" ئر‬ ―Jika setiap urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya‖. Rasulullah  ketika menjelaskan kepada umatnya tentang kewajiban amar

ma‘ruf nahi munkar juga membatasi perintahnya itu sesuai dengan kemampuan umatnya, dan agar umat ini tidak memaksakan diri di dalam melakukan upaya tersebut di luar batas kemampuannya, diriwayatkan dari shahabat Abu Sa‘id Al Khudri bahwa Rasulullah  bersabda:

‫ رٌه أضؼف‬ٚ ،ٗ‫غزطغ فجمٍج‬٠ ٌُ ْ‫ فا‬،ٗٔ‫غزطغ فجٍغب‬٠ ٌُ ْ‫ فا‬،ٖ‫ذ‬١‫ّشٖ ث‬١‫غ‬١ٍ‫ ِٕىُ ِٕىشا ف‬ٜ‫ِٓ سأ‬ .ْ‫ّب‬٠‫اإل‬ ―Barangsiapa diantara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah merubah dengan tangannya, jika ia tak mampu maka hendaklah merubah dengan lisannya, jika ia tak mampu maka rubahlah dengan hatinya (mengingkari kemungkaran tersebut, pent), dan itulah selemah-lemah iman.‖ [HR. Muslim no.49].

Pembaca yang budiman... Tatkala muncul segelintir orang yang berani keluar dari pemahaman Islam yang benar dan sempurna, berani keluar dari manhaj dan pemahaman para shahabat di dalam memahami, meyakini, dan mengamalkan agama ini, serta mengabaikan prinsip-prinsip amar ma‘ruf nahi munkar, maka mereka pun menjadi sesat dan menyesatkan, yang akhirnya menimbulkan kekacauan di tengah-tengah umat. Di masa para shahabat masih hidup, muncul segelintir orang yang bersemangat dan beremosi tinggi, mengklaim dan menuduh bahwa khalifah Utsman bin Affan 19 | R i s a l a h N a s e h a t 1

telah melakukan kemungkaran dan penyimpangan. Kemudian dengan semangat berkobar-kobar pula mereka melakukan aksi inkar munkar tanpa dilandasi ilmu dan pemahaman yang benar terhadap Al-Qur‘an dan As-Sunnah serta tidak mau meruju‘ kepada para shahabat. Aksi tersebut ternyata di kemudian hari menjadi aksi anarkis dan teror yang berujung kepada pembunuhan Amirul Mu‘minin Utsman bin Affan ! Kemudian kelompok khawarij

6

ini kembali muncul pada masa Amirul

Mu‘minin ‗Ali bin Abi Thalib yang lagi-lagi berujung dengan terbunuhnya beliau

.

Dengan ekstrimitas dan semangat tinggi tanpa ilmu, mereka berani ‗tampil beda‘ dengan para shahabat

dalam beraqidah dan bermanhaj. Dengan kejahilan dan

kebodohan, mereka memiliki pemahaman dan penafsiran yang nyleneh terhadap AlQur‘an, yang pemahaman dan penafsiran itu sama sekali tidak dikenal di kalangan para shahabat

. Diantaranya mereka telah sesat dalam memahami dan menafsirkan ayat:

           ―Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. ‖ (QS. Al Maidah: 44). Mereka memahami dan menafsirkan ayat diatas dengan pemahaman yang sempit. Akibatnya menurut mereka, semua orang yang berhukum dengan selain hukum Allah

adalah Kafir keluar dari Islam. Padahal tidak demikian tafsir dan

pemahaman yang dikenal oleh para shahabat terhadap ayat tersebut. Demikian juga di dalam menilai dan menyikapi realita ( waqi‘) yang terjadi, mereka berani ‗tampil beda‘ dengan para shahabat. Mereka yang notabene adalah anak-anak bau kencur dan jahil sama sekali tidak mau meruju‘ kepada ‗ulama shahabat. Yakni dengan serampangan didasari emosi mereka menilai dan menyikapi peristiwa tahkim (penetapan hukum) yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan, dan semua pihak yang terlibat, serta siapa saja yang tidak mengingkari tahkim tersebut adalah kafir keluar dari Islam. Karena kafir maka halal darah dan harta mereka. Karena Amirul Mu‘minin telah kafir,maka harus dilakukan penggulingan kekuasaan dengan memberontak. Akibatnya muncullah tindakan pembunuhan, perampasan harta, harga diri diinjak-injak, dan kekacauan terhadap 6

Al Khawarij adalah bentuk plural (jamak) dari kata Al Kharijah, yang maknanya secara global adalah: Para pemberontak yang keluar dari sikap taat kepada penguasa muslim dengan dalih kesesatan yang dilakukan oleh penguasa. (akan datang penjelasan lebih lanjut, beserta dalil-dalilnya mengenai permasalahan ini pada bab kedua dari risalah ini, Insya Allah)

20 | R i s a l a h N a s e h a t 1

sesama kaum muslimin sendiri. Sekian banyak darah tertumpah, jiwa melayang, harta yang hilang,....., dan kaum muslimin ketakutan. Hal itu semua, ternyata tidak lepas dari aqidah dan ideologi sesat khawarij yang ternyata tumbuh dan berkembang subur di kalangan para aktivis Islam, yang aktivitas dan pengalaman agamanya hanya dilandasi semangat dan emosi saja, tanpa ilmu yang benar yang bersumber dari Al-Qur‘an dan As-Sunnah sebagaimana yang difahami dan diamalkan oleh para shahabat Rasulullah

.

Mereka bodoh dan jahil terhadap pokok-pokok agama, lebih lagi dalam masalah cabang-cabangnya, mereka mencomot beberapa ayat/hadits tapi mereka kesampingkan ayat/hadits lainnya padahal ayat/hadits yang mereka kesampingkan itu berkedudukan sebagai penjelas akan ayat/hadits lainnya, hanya karena tidak sesuai dengan akal atau konsep pergerakan kelompok/partainya. Hendaknya kita semua bisa mengambil pelajaran dari peringatan yang telah disampaikan oleh Rasulullah

sejak 14 abad yang lalu, yaitu ketika menyebutkan

sifat-sifat khawarij:

‫ي‬ٛ‫ش ل‬١‫ْ ِٓ خ‬ٌٛٛ‫م‬٠ َ‫دال‬٤‫بء ا‬ٙ‫عٕبْ عف‬٤‫َ أدذاس ا‬ٛ‫ آخش اٌضِبْ ل‬ٟ‫خشج ف‬١‫ع‬ .‫ّخ‬١ِ‫ُ ِٓ اٌش‬ٙ‫ّشق اٌغ‬٠ ُ‫ٓ و‬٠‫ْ ِٓ اٌذ‬ٛ‫ّشل‬٠ ُ٘‫ص دٕبجش‬ٚ‫جب‬٠ ‫ْ اٌمشآْ ال‬ٚ‫مشأ‬٠ ‫ّخ‬٠‫اٌجش‬ .‫بِخ‬١‫َ اٌم‬ٛ٠ ‫ُ ػٕذ اهلل‬ٍٙ‫ُ أجشا ٌّٓ لز‬ٍٙ‫ لز‬ٟ‫ُ٘ فاّْ ف‬ٍٛ‫ُ٘ فبلز‬ّٛ‫ز‬١‫فارا ٌم‬ ―Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang muda-muda umurnya, pendek akalnya. Mereka mengatakan sebaik-baik ucapan manusia 7. Mereka membaca AlQur‘an (tapi) tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat (keluar) dari (batas-batas) agama ini seperti melesatnya anak panah dari (tubuh) buruannya. Maka jika kalian mendapati mereka (khawarij ), perangilah mereka ! karena sesungguhnya orang-orang yang memerangi mereka akan mendapat pahala di sisi Allah pada hari kiamat‖. [muttafaqun ‗alaihi]. Maka dalam rangka untuk memberikan nasehat dan peringatan kepada umat dari bahaya penyimpangan dan penyesatan aqidah dan manhaj, bahaya aliran-aliran sesat dan menyesatkan, demikian juga nasehat dan peringatan kepada umat dari bahaya kejahatan tokoh-tokoh kebatilan, tak lupa pula kepada salah satu korbannya

7

Berkata Al Imam An Nawawi ketika menjelaskan hadits ini: ―Yaitu mereka pada zhahirnya seolah-olah bertaqwa, seperti pernyataan mereka: ―tidak ada hukum kecuali hukum Allah, dan ucapan-ucapan lainnya berupa seruan mereka kepada Kitabullah.

21 | R i s a l a h N a s e h a t 1

yang telah terjangkiti virus ganas berupa kesesatan tersebut Denie Asseif, maka kami terpanggil untuk menulis risalah nasehat ini. Namun karena beberapa kesibukan yang ada, dan jarangnya ada kesempatan untuk Online di Internet sebagaimana Denie Asseif, serta panjang dan luasnya pembahasan di satu sisi, dan juga banyaknya kitab-kitab referensi dan rujukan yang disajikan kepada kami oleh saudara Denie Asseif yang harus diperiksa serta dikaji dan dipahami

kembali,

walhamdulillah

beberapa

ikhwan

mantan

HTI,

bersedia

menyediakan beberapa kitab atau buku yang dikeluarkan oleh HTI secara resmi tersebut salah satunya kitab berbahasa arab berjudul Nidzamul Islam (Undangundang Islam) kitab ‗gado-gado‘ yang laris manis bak kacang goreng itu, dibagibagikan secara gratis di halaqah-halaqah mereka, sebagaimana yang dia sarankan pada komentarnya berikut ini, tentang kemana kami harus merujuk:

sehingga dikuatirkan tidak muncul pernyataan semacam berikut ini di kemudian hari:

Sedangkan di sisi lainnya kebutuhan umat yang mendesak akan adanya penjelasan hakekat berbagai pernyataan Denie Asseif secara khusus, baik di situs pribadinya maupun di berbagai dinding facebook yang ada dan penjelasan kepada hakekat terorisme secara umum, maka ‗berikutkan kami tampilnya‘

8

risalah nasehat

8

Mengutip istilah yang sering dipakai oleh mas ‗Masih Katropolis‘ ketika kuliah dulu. yang diplesetkan dari pengucapan yang seharusnya. Yang maksudnya adalah ‗berikutnya kami tampilkan‘

22 | R i s a l a h N a s e h a t 1

ini dalam beberapa edisi yang berkelanjutan, Insya Allah. Maka risalah yang ada ditangan pembaca ini adalah risalah edisi pertama. Yang mana pada edisi pertama ini Insya Allah terdiri dari 3 (tiga)bab, namun pada kesempatan kali ini, kami hendak menyampaikan sekilas saja tentang Muqaddimah penulisan risalah ini dan mengirimkannya secara bertahap, sehingga pembaca sekalian dapat menelaah serta memahami permasalahan yang ada dengan penuh seksama, dan agar kami pun bisa menyisihkan waktu untuk kembali menelaah buku-buku yang direkomendasikan kepada kami oleh Denie Asseif sebagaimana telah lalu di atas, sehingga nantinya kami tidak mendholimi orang lain diluar batas yang kami tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur‘an:

                  ― Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.‖ (QS. Al Israa‘ 36)

                                          ― Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.‖ (QS. An Nisaa: 135).

23 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Dan juga seperti yang dikatakan oleh Denie Asseif, agar kami melihat kembali penjelasan Surat Al Hujurat ayat 6,

                  ― Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.‖ (QS. Al Hujurat: 6) Anehnya si dungu ini selalu menetapkan standart ganda dalam berbagai prinsipnya, penilaian yang dilakukan semata atas dasar ta‘ashub hizbiyyah (fanatik kekelompokan). Dengan senantiasa bersikap ngawur dan serampangan dalam memahami sebuah nash yang ada, tanpa didasari ilmu dan pemahaman yang benar. Mari kita simak pernyataan-pernyataan Denie Asseiff yang dicomot dari opini media.

24 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Perhatikan kata yang bergaris merah pada gambar diatas, dengan santainya dia mengutip pemberitaan dari seorang bernama Muhammad Habibullah yang jelas-jelas tanpa sumber, maka ini menunjukkan sebuah kontradiksi yang aneh.. ―Berbagai media lokal dan international memberitakan‖. Dengan tanpa merasa malu dan salah karena telah menyalahi prinsipnya sendiri sebagaimana yang dia katakan diatas ―Antum rupanya sudah tersesatkan oleh Opini media yang mana media sekarang dikuasai oleh barat‖. Perhatikan pada dua kata yang bercetak tebal diatas yang sungguh sangat bertolak belakang, di satu sisi dia mengutip Opini dari berbagai media lokal dan international yang mana kita tidak mengetahui media apa saja yang terbungkus dalam kata ―berbagai‖ diatas, media yang terpercaya kah?? Atau media yang dipenuhi tendensi tertentu dalam menyampaikan pemberitaannya. Berikutnya dia mengutip sebuah opini yang diterbitkan oleh Jawa Pos, sebuah media yang mendapat julukan sebagai media liberal oleh teman Denie Asseiff bernama Gigih Rahmat D#wa (tak kuasa kami mengetik nama yang mengandung kekufuran tersebut)

Dan dengan asiknya dia menanggapi dengan sebuah kalimat ―hehe.. ada kekeliruan tp moga bukan kesengajaan‖. Apakah sebuah media liberal yang penuh dengan kekeliruan sebagaimana menurut perkiraan Denie Asseiff dan jaringannya dapat dija-

25 | R i s a l a h N a s e h a t 1

dikan sebuah landasan untuk menghukumi Fakta dan kebenaran??? Maka kami ingatkan kembali Denie Asseiff dengan nasehatnya yang ‗bijak‘ di bawah ini...

Kemudian tak cukup sampai disitu prinsip-prinsip standart ganda yang dia terapkan masih berlanjut, kali ini dia menukil dari sumber hizbut-tahrir.or.id yang mana sumber tersebut pun menukil dari seorang Staff Mabes TNI AU yang telah mereka tuduh sendiri sebagai thagut antek pemerintah.dimana tanpa ada kros cek dan penelitian akan suatu khabar beritanya... hadits ahad ditolak 9, khobar sesat diembat, maka kembali kami mengingatkan akan sebuah nasehatnya yang bijak...

Masih berlanjut... kali ini Denie Asseiff menukilkan, masih dari media juga, yang mungkin telah dia timbang keaktualannya tersebut... Republika Online..

9

Hadits Ahad: Yaitu Hadits yang tidak sampai derajat mutawatir. (akan datang penjelasan lebih lanjut pada bab kedua risalah ini, Insya Allah)

26 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Maka jelaslah dapat kita ketahui bahwa ucapannya tentang mana opini yang menyesatkan dan mana yang tidak, hanya terbatas pada kungkungan lingkup ta‘ashub saja, setiap opini yang sejalan dengan ideologi kelompoknya sekalipun itu dari jalan pemberitaan yang tidak jelas maka itu menjadi opini yang diterima, sebaliknya jika menyelisihi paham kelompoknya maka itu adalah sebuah opini yang sesat sekalipun itu benar adanya. Seandainya tidak kami khawatirkan bahwa jika pengiriman risalah ini disampaikan dalam bentuk sekaligus akan membuat sulit dipahami atau bosan dikarenakan tebalnya risalah ini yang mencapai lebih dari 100 halaman. Maka untuk itulah dengan mempertimbangkan kemaslahatan yang ada, maka kami memutuskan untuk tidak dulu menyertakan pembahasan inti risalah nasehat ini, yang Insya Allah termaktub dalam bab kedua risalah ini dan kami kirimkan secara berangsur bab demi bab, dimulai dari bab pertama. Semoga bermanfaat untuk diri kami, untuk saudara kami Denie Asseiff yang sangat membutuhkan bimbingan serta nasehat juga untuk saudara-saudara kami kaum muslimin seluruhnya.

27 | R i s a l a h N a s e h a t 1

wafat 187 H

“Tidak ada seorang pun yang memiliki ambisi untuk mendapatkan kekuasaan melainkan ia pasti senang menyebutkan kekurangan dan cela orang lain, sehingga dialah yang dikenal sebagai orang yang sempurna. Dia pun tidak senang apabila ada orang yang menyebutkan kebaikan orang lain. Barangsiapa gila akan kekuasaan, maka ucapkanlah “selamat berpisah” dari kebaikan-kebaikannya.

28 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Permusuhan berbagai paham dan aliran sesat terhadap Ahlus Sunnah dan upaya mereka menyebarkan paham dan alirannya. Upaya menggiring umat menuju kepada jurang berbagai paham dan aliran yang menyimpang terus dilakukan dengan gencar oleh para pengusung dan simpatisannya tak terkecuali Denie Asseif, melalui berbagai media. Pada saat yang sama mereka memberikan gambaran-gambaran negatif terhadap da‘wah Ahlus Sunnah dan para ‗Ulamanya, tak luput pula para da‘inya. Di satu sisi kaum Syi‘ah dengan berbagai alirannya dan kelompok Shufi dengan beragam tareqatnya – terkhusus pada masa ini – telah menaruh dendam yang sangat besar terhadap da‘wah Ahlus Sunnah dan memberikan julukan-julukan negatif dalam rangka menjauhkan kaum muslimin darinya. Tak kalah gencarnya adalah kaum neo-khawarij dengan berbagai kelompok dan alirannya, baik Al-Qaeda, JI (Jama‘ah Islamiyyah), NII, LDII, FPI (Front Pembela Islam), IM (Ikhwanul Muslimin), maupun HT (Hizbut Tahrir), dan lain sebagainya; begitu juga kaum neo-Mu‘tazilah dengan berbagai lembaga liberalnya, baik JIL (Jaringan Islam Liberal), IAIN, dan sebagainya; terus mempropagandakan aqidah mereka ditengah-tengah umat dengan bermacam cara yang tak kalah canggih dibanding kaum Syi‘ah dan Shufi. Berjenis-jenis buku, buletin, majalah mereka terbitkan. Begitu pula melalui media internet mereka terus gencar menanamkan aqidah takfir (menganggap kafir saudaranya yang muslim) dan penentangan terhadap penguasanya serta berbagai paham lain yang bertentangan dengan Al-Qur‘an dan AsSunnah,

memprovokasi

kaum

muslimin

untuk

membenci

dan

memusuhi

pemerintahnya sehingga wibawa para penguasa tersebut jatuh dan tidak berharga lagi. Bahkan lebih parahnya kelompok-kelompok sempalan itu menggiring umat untuk berkeyakinan bahwa pemerintahnya telah kafir, sehingga harus diserang, digulingkan, atau setidaknya dimunculkan tindakan-tindakan teror. Buletin, majalah, buku, maupun mimbar-mimbar kaum muslimin, baik di masjid-masjid ataupun melalui acara-acara tabligh akbar dan yang semisalnya, telah dijadikan sebagai arena provokasi dalam rangka menimbulkan kebencian dan sikap antipati terhadap Waliyyul Amr. Semangat Hizbiyyah (Berkelompok/Bergolong-golongan) terus ditanamkan melalui acara-acara bai‘at (janji setia) kepada amir/pimpinan kelompok masing-masing yang diambil dari para pengikutnya. 29 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Mengapa mereka tersesat ? Ada sebuah pertanyaan yang harus diajukan, yaitu: Mengapa mereka tersesat? Padahal mayoritas kelompok atau aliran tersebut menyatakan bahwa mereka berada diatas Al-Qur‘an dan As-Sunnah. Lalu apa yang menyebabkan mereka jatuh pada penyimpangan dan kesesatan? Jawabannya: karena mereka hendak memahami Al-Qur‘an dan As-Sunnah tidak dengan apa yang diajarkan dan diamalkan oleh generasi Salaf. Masing-masing kelompok memiliki pemahaman yang berbeda terhadap nash-nash Al-Qur‘an dan AlHadits serta cenderung bertabrakan satu sama lain sesuai dengan kepentingan kelompoknya masing-masing. Tiap-tiap kelompok menggunakan nash-nash AlQur‘an dan Al-Hadits sebagai tameng untuk melindungi penyimpangan dan kesesatan mereka. Dengan cara meletakkannya tidak pada tempatnya, tidak sesuai dengan apa yang telah dipahami, disampaikan, dan diamalkan oleh generasi as-salafush shalih. Padahal Rasulullah  sebagai junjungan dan penuntun kita, ketika menjelaskan akan munculnya perpecahan yang akan menimpa umat ini menjadi 73 kelompok, dan beliau  ditanya tentang ciri-ciri serta kriteria satu-satunya kelompok yang selamat, dengan tegas beliau  menjawab:

ٟ‫ أصذبث‬ٚ َٛ١ٌ‫ٗ ا‬١ٍ‫ ِثً ِب أٔب ػ‬ٍٝ‫ُ٘ ِٓ وبْ ػ‬ ―Mereka (kelompok yang selamat itu) adalah orang-orang yang kondisinya berada

diatas apa yang aku dan sahabatku berada diatasnya pada hari ini (pada masa Rasulullah  berbicara / semasa hidup beliau) .‖ [Hadits Riwayat. Ath-Thabarani] Begitu pula ketika Beliau  mengabarkan kepada para shahabatnya bahwa mereka akan menyaksikan perselisihan yang banyak, dengan tegas beliau memerintahkan para shahabatnya untuk berpegang pada prinsip/manhaj beliau. Dengan tegas pula beliau  memperingatkan para sahabatnya dari bahaya bid‘ah (logika, ra‘yu, cara, paham yang diada-adakan). Rasulullah  bersabda:

30 | R i s a l a h N a s e h a t 1

‫ عّٕخ اٌخٍفبء‬ٚ ٟ‫ىُ ثغّٕز‬١ٍ‫ فؼ‬،‫شا‬١‫ اخزالفب وث‬ٜ‫ش‬١‫ؼش ِٕىُ فغ‬٠ ِٓ ّٗٔ ‫فا‬ ٚ ُ‫ّب و‬٠‫ ئ‬ٚ ،‫اجز‬ٌٕٛ‫ب ثب‬ٙ١ٍ‫ا ػ‬ّٛ‫ ػض‬،ٞ‫ٓ ِٓ ثؼذ‬١ّ٠‫ذ‬ٌّٙ‫ٓ ا‬٠‫اٌشا شذ‬ ٟ‫ ف‬ٚ .‫ وً ثذػخ ضالٌخ‬ٚ ‫ْ وً ِذذثبد ثذػخ‬ ّ ‫س فا‬ِٛ٤‫ِذذثبد ا‬ .‫ إٌبس‬ٟ‫ وً ضالٌخ ف‬ٚ ‫خ‬٠‫ا‬ٚ‫س‬ ―Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang hidup (setelahku) akan mendapati

perselisihan yang sangat banyak. (maka dalam kondisi seperti itu) wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnah-ku dan sunnah Al-Khulafa‘ur Rasyidun yang telah mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi-gigi geraham (suatu perumpamaan Rasulullah  untuk memegang sunnah tersebut eraterat). Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yang diada-adakan (dalam masalah agama), karena sesungguhnya setiap perkara baru yang diada-adakan adalah bid‘ah, dan setiap bid‘ah itu sesat. [dalam riwayat lain]: dan setiap kesesatan itu (tempatnya) di Neraka‖. [HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Ahmad] Namun hawa nafsu Hizbiyyah (semangat kekelompokan) yang membutakan telah menghalangi mereka dari mengikuti jejak generasi yang telah dipuji oleh Rasulullah  dan dijadikan sebagai tolok ukur kebenaran dalam memahami AlQur‘an dan As-Sunnah. Sikap seperti ini menggiring mereka untuk terus lebih mengedepankan logika dan cara pandang kelompoknya dibanding pemahaman generasi salafush shalih. Sehingga mereka terus berada dalam kungkungan perpecahan dan sikap ‗ ashabiyyah (Sikap membela kelompok secara membabi buta).

Upaya terselubung menolak manhaj Salaf Tidak dapat dipungkiri bahwa manhaj/metode pemahaman Salaf dalam memahami Al-Qur‘an dan As-Sunnah bagaikan duri dalam daging bagi para penebar paham sesat, serta menjadi tembok penghalang bagi berbagai kelompok dan aliran sempalan dalam upaya mereka menebarkan pahamnya ditengah umat.

Tentunya

mereka tidak akan berani terang-terangan menolak untuk kembali kepada Al-Qur‘an 31 | R i s a l a h N a s e h a t 1

dan As-Sunnah berdasarkan manhaj salafush shalih karena itu merupakan suatu kekonyolan dan akan menyulitkan mereka. Tetapi penolakan tersebut mereka lakukan dengan berbagai ungkapan yang terkesan ilmiah dan tidak menyerang namun pada hakekatnya itu adalah sikap penolakan terhadap manhaj Salaf. Sebagian mereka mengatakan: 

Janganlah kita terlalu tekstual dalam memahami nash-nash Al-Qur‘an dan AsSunnah.



Kita harus mengaktifkan akal ke arah ijtihad dan pembaharuan.



Masing-masing kelompok bekerja pada bidangnya menutupi kekurangan atau kelemahan kelompok lain.



Masing-masing kelompok sama-sama berbuat untuk La ilaha Illallah.



Kita harus bisa menyesuaikan dengan kultur setiap daerah.



Jangan terlalu sibuk dengan pusaran polemik masalah aqidah.



Kita tidak boleh bergelut dalam hal-hal yang mengundang perbedaan namun tidak memperhatikan hal-hal yang menjadi kesepakatan bersama.



Atau prinsip utama kelompok IM (Ikhwanul Muslimin) yang dimotori oleh seorang penganut aliran sesat Tarekat Hushafiyyah, salah satu tarekat tashawuf

shufi Hasan Al-Banna 10 yang sering mereka dengungkan, yaitu: ―Kita bekerjasama dalam perkara yang kita sepakati, dan saling mentolerir dalam perkara yang kita perselisihkan ‖. Itulah beberapa ungkapan dari berbagai kelompok sempalan yang berada di luar garis manhaj generasi salafush shalih. Dengan ungkapan-ungkapan yang nampak indah dan diplomatis itu, mereka menolak untuk beramal dan beraqidah serta memahami AlQur‘an dan Al-Hadits sesuai pemahaman generasi as-salafush shalih.

10

Ayahnya adalah seorang ahli hadits bernama Abdurrahman Al-Banna yang telah menyusun ulang kitab musnad milik Abu Dawud Ath-Thayalisi. Namun sangat disayangkan Hasan Al-Banna tidak mau mengikuti jejak ayahnya. [Ta’liq (catatan pinggir) pembahasan kitab shahih muslim oleh Ustadzuna Usamah bin Faisal Mahri, Lc. (murid Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi AlMadkhali) Ketika kami belajar di majelis ta’lim dan da’wah assunnah malang.]

32 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Ada Apa dengan Salaf (‫)اٌغٍّف‬ Menurut bahasa , Salaf artinya ‗nenek moyang‘ yang lebih tua dan lebih utama 11. Salaf berarti para pendahulu. Jika dikatakan ( ً‫ )عٍف اٌشج‬salaf seseorang, maksudnya: kedua orang tua yang telah mendahuluinya. 12 Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

 ‫ش‬١‫ ِب أسلفت ِٓ خ‬ٍٝ‫أعٍّذ ع‬ ―Engkau telah berislam karena kebaikan yang telah engkau dahului ‖. Adapun menurut istilah, kata Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari ummat Islam ini, yang terdiri dari para Shahabat, Tabi‘in 13, Tabi‘ut Tabi‘in 14, dan para Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan oleh Allah , pun juga Imam empat madzhab

15.

sebagaimana dalam Hadits

Rasulullah  :

".ٍُٙٔٛ٠ ٓ٠‫ُ ثُ اٌّز‬ٍٙٔٛ٠ ٓ٠‫ ثُ اٌّز‬ٟٔ‫ش إٌبط لش‬١‫"خ‬ ―Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Shahabat),

kemudian yang sesudahnya (masa Tabi‘in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi‘ut Tabi‘in)‖. [HR. Bukhari (no. 2652) dan Muslim (no. 2533) dari Shahabat ‗Abdullah bin Mas‘ud ] Berikutnya adalah hadits tentang ketika Rasulullah  berwasiat kepada putrinya Fatimah ,

 ‫ف ن عم اٌغٍّف أٔب ٌه‬ ―Maka sebaik-baik salaf (pendahulu) untukmu adalah aku ‖.

Lisanul ‗Arab (VI/331) karya Ibnu Manzhur (wafat th.711 H) Lihat al-Mufassirun bainat Ta‘wil wal Itsbaat fii Aayatish Shifat (I/11) karya Syaikh Muhammad bin ‗Abdurrahman alMaghrawi,Muassasah ar-Risalah, th.1420 H. 13 Generasi setelah para Shahabat, anak-anak atau murid-murid dari para Shahabat. Tidak pernah bertemu dengan Rasulullah r tapi bertemu dengan kebanyakan para Shahabat (hidup di masa para Shahabat). 14 Generasi setelah Tabi‘in, anak-anak atau murid-murid para Tabi‘in. Tidak pernah bertemu dengan para Shahabat  tapi bertemu dengan kebanyakan para Tabi‘in 15 Mereka adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi‘i, Imam Ahmad bin Hambal 11 12

33 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika menukilkan Ijma‘ kesepakatan para ‗Ulama dalam penisbahan kepada salaf,

‫ي‬ٛ‫جت لج‬٠ ً‫ ث‬,ٗ١ٌ‫ ئ‬ٜ‫ اعزض‬ٚ ,ٗ١ٌ‫ أزغت ئ‬ٚ ,‫ش ِز٘ت اٌغٍّف‬ٙ‫ ِٓ أظ‬ٍٝ‫ت ع‬١‫ ال ع‬." ) 4 ‫ ج‬149 ‫ ص‬.ٜٛ‫ع فز‬ّٛ‫ (ِج‬.‫ْ ئال حمب‬ٛ‫ى‬٠ ‫ فا ّْ ِز٘ت اٌغٍّف ال‬,‫رٌه ِٕٗ ارفبلب‬

―Tidak ada cela bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, menisbahkan diri

padanya, dan beridentitas dengannya (selama dia berusaha menerapkan prinsip-prinsip salafush shalih pada dirinya). Bahkan wajib menerima hal tersebut secara kesepakatan, karena tidaklah pada madzhab salaf (salafush shalih) kecuali kebenaran...‖ [Majmu‘ Fatawa jilid 4 hal 149]. Berkata al-Qalsyani: ―Shalafush Shalih ialah generasi pertama dari umat ini yang pemahaman ilmu agamanya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk nabi , menjaga Sunnahnya, Allah  pilih mereka untuk menemani nabi-Nya 

dan untuk

menegakkan agama-Nya..‖ 16 Berkata Asy-Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji: ―Penerapan istilah Salaf tidak cukup dibatasi waktu, bahkan harus sesuai dengan Al-Qur‘an dan As-Sunnah menurut pemahaman salafush shalih (tentang aqidah, manhaj, akhlak, muamalah, dll). Barangsiapa yang pendapatnya menyelisihi Al-Qur‘an dan As-Sunnah, maka ia tidaklah dikatakan Salafy meskipun ia hidup pada zaman Shahabat, Tabi‘in, dan Tabi‘ut Tabi‘in. 17 Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyun bukanlah termasuk perkara bid‘ah, akan tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar‘I karena menisbatkan diri kepada generasi pertama dari ummat ini, yaitu para Shahabat, Tabi‘in, Tabi‘ut Tabi‘in. Berkata Asy Syaikh Salim bin ‗Ied al-Hilali: ―Ahlus Sunnah wal Jama‘ah dikatakan juga as-Salafiyyun karena mereka mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Shahabat dan Tabi‘in. Kemudian setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan berdasarkan manhaj mereka –di sepanjang masa- mereka ini disebut Salafy

18 ,

dan

Al-Mufassirun bainat Ta‘wil wal Isbaat fi Aayatish Shifat (I/11) Al-Mufassirun bainat Ta‘wil wal Isbaat fi Aayatish Shifat (I/13-14) (karena dinisbatkan kepada kata Salaf (‫ )عٍف‬yang maknanya adalah pendahulu dari kalangan Salafush Shalih dan disandarkan kepada huruf ―‫ ‖ي‬Nisbah menjadi (ٟ‫ )عٍف‬maknanya berubah menjadi orang yang mengikuti cara pandang dalam beragama 16 17 18

34 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Salaf bukanlah suatu kelompok atau golongan atau partai sebagaimana yang dipahami oleh sebagian orang awam, tetapi merupakan manhaj (sistem hidup dalam beraqidah, beribadah, berhukum, berakhlak dan yang lainnya) yang wajib diikuti oleh setiap muslim. Jadi, pengertian Salaf dinisbatkan kepada orang yang menjaga keselamatan ‗aqidah dan manhaj menurut apa yang dilaksanakan Rasulullah  dan para Shahabat  sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan. 19

Makna Ahlus Sunnah wal Jama‘ah Ahlus Sunnah wal Jama‘ah ialah: Mereka yang menempuh seperti apa yang pernah ditempuh oleh Rasulullah

dan

para Shahabatnya . Disebut Ahlus Sunnah, karena kuatnya mereka berpegang dan ber- ittiba‘ (mengikuti) Sunnah Nabi  dan para Shahabatnya . 

As-Sunnah menurut bahasa adalah jalan/cara, sama saja apakah jalan itu baik atau buruk. 20



As-Sunnah menurut ‗ulama fiqih adalah setiap perkataan, perbuatan, taqrir (diamnya Nabi  terhadap perbuatan dan perkataan Shahabat ) yang apabila dikerjakan pelakunya mendapatkan pahala dan bila tidak mengerjakan tidak berdosa.21



As-Sunnah menurut ‗ulama ‗aqidah adalah petunjuk yang dilakukan oleh Rasulullah  dan para Shahabatnya , baik tentang ilmu, i‘tiqad (keyakinan), perkataan, dan perbuatan. dan ini adalah As-Sunnah yang wajib diikuti, orang yang mengikuti akan dipuji dan orang yang menyalahi akan dicela. 22

kepada generasi salafush shalih. Seperti kata Indonesia, jika kata tersebut berdiri sendiri maka maknanya adalah negara Indonesia (‫ب‬١‫ٔغ‬ٚ‫)أذ‬, namun jika dia disandarkan dengan huruf ―‫ ‖ي‬nisbah maka menjadi Indonesiy (ٟ‫ٔغ‬ٚ‫ )أذ‬yang maknanya berubah menjadi orang yang berwarganegara Indonesia.) 19 Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama‘ah fil ‗Aqiidah 20 Lisanul ‗Arab (VI/399), sebagaimana juga hal ini termaktub dalam kitab Nizhamul Islam. cet. Ke-6 tahun 2001 M – 1422 H, bab As Sunnah hal. 79 21 RisalahLathiifah Jaami‘ah fii Ushul Fiqhil Muhimmah hal.11-14 ―Asy Syaikh Abdurrahman As Sa‘di‖ 22 Buhuuts fii ‗Aqidah Ahlis Sunnah hal.16

35 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Berkata Ibnu Rajab Al-Hanbaly

(wafat 795 H): ― As-Sunnah adalah jalan yang

ditempuh, mencakup di dalamnya berpegang teguh kepada apa yang dilaksanakan oleh Nabi  dan para Khalifahnya yang terpimpin dan lurus berupa i‘tiqad (keyakinan), perkataan dan perbuatan. Itulah As-Sunnah yang sempurna. Oleh karena itu generasi salaf yang terdahulu tidak menamakan As-Sunnah kecuali kepada apa yang mencakup ketiga aspek tersebut. Hal ini diriwayatkan dari Imam Hasan Al Bashry salah seorang pembesar dari kalangan Tabi‘in (wafat tahun 110 H), Imam Al-Auza‘i (wafat tahun 157 H) dan Imam Fudhail bin ‗Iyadh Berkata Imam Abu Syammah Asy-Syafi‘I

(wafat tahun 187 H)‖. 23

(wafat th. 665 H): ―Perintah untuk

berpegang kepada jama‘ah, maksudnya ialah berpegang kepada kebenaran dan mengikutinya. Meskipun yang melaksanakan sunnah itu sedikit dan yang menyalahi banyak. Karena kebenaran itu adalah apa yang dilaksanakan Rasulullah  dan para Shahabatnya  tanpa melihat kepada orang-orang yang menyimpang sesudah mereka‖. Sebagaimana dikatakan oleh Shahabat ‗Abdullah bin Mas‘ud :

".‫دذن‬ٚ ‫ ئْ وٕذ‬ٚ ّ‫افك اٌذك‬ٚ ‫" اٌجّبػخ ِب‬ ―Al-Jama‘ah adalah setiap yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian‖.24 Jadi Ahlus Sunnah wal Jama‘ah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter mengikuti sunnah Nabi  dan menjauhi perkara-perkara yang baru dalam agama yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi  dan Salaful Ummah (Umat Terdahulu). Karena mereka adalah orang yang mengikuti Sunnah Rasulullah  dan mengikuti Atsar (jejak Salaful Ummah), maka mereka juga disebut Ahlul Hadits,

Ahlul Atsar dan Ahlul Ittiba‘. Disamping itu, mereka juga dikatakan sebagai AthThaifah Al-Manshuraah (Golongan yang mendapat pertolongan Allah ), AlFirqatun Naajiyah (Golongan yang selamat), Al-Ghuraba‘ (Golongan orang-orang yang terasing).

Jaami‘ul ‗Uluum wal Hikaam hal.495 ―Ibnu Rajab, Tahqiq dan Ta’liq Thariq bin ‗Awadhullah bin Muhammad –cet. II- Daar Ibnul Jauzy- th. 1420 H. 24 Syarah Ushuulil I‘tiqad karya Al-Laalika no.160 23

36 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Tentang Ath-Thaifah Al-Manshuraah, Rasulullah  bersabda:

ُٙ‫ال ِٓ خبٌف‬ٚ ٌُٙ‫ضشُّ٘ ِٓ خز‬٠ ‫ أِّخ لبئّخ ثأِش اهلل ال‬ٟ‫" ال رضا ي ِٓ أِّز‬ " ‫ رٌه‬ٍٝ‫ ُ٘ ع‬ٚ ‫ُ أِش اهلل‬ٙ١‫أر‬٠ ّٝ‫حز‬ ―Senantiasa ada segolongan dari ummatku yang selalu tegak dalam kebenaran dengan

perintah Allah , tidak akan memudharatkan mereka orang yang tidak menolongnya dan orang yang menyelisihinya sampai datang ketetapan Allah  (Kematian) dan mereka tetap dalam keadaan yang demikian itu ‖. [HR. Bukhari (no. 3641) dan Muslim (no. 1037), dari Shahabat Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan ] Tentang Al-Ghurabaa‘, Rasulullah  bersabda:

ُ٘ ِٓ :ً١‫ ل‬.‫ ٌٍغشثبء‬ٝ‫ث‬ٛ‫ فط‬,‫جب وّب ثذأ‬٠‫د غش‬ٛ‫ع‬١‫ ع‬ٚ ‫جب‬٠‫" ئّْ اإلعالَ ثذأ غش‬ ٓ٠‫خ " اٌّز‬٠‫ا‬ٚ‫ س‬ٟ‫ ف‬ٚ " ‫ْ ئرا فغذ إٌبط‬ٛ‫صٍح‬٠ ٓ٠‫ اٌّز‬:‫ي اهلل ؟ لبي‬ٛ‫ب سع‬٠ ".ٟ‫ ِٓ عّٕز‬ٞ‫ْ ِب أفغذ إٌبط ِٓ ثعذ‬ٛ‫صٍح‬٠ ―Sesungguhnya Islam itu berawal dengan keasingan dan akan kembali kepada

keasingan sebagaimana awalnya. Maka bergembiralah bagi orang-orang yang asing. Rasulullah ditanya: Siapa mereka wahai Rasulullah  ? Rasulullah berkata: Yaitu orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia rusak ‖. [Shahih HR. Abu Amr Ad Dani dari shahabat Abdullah bin Mas‘ud]. Dan dalam riwayat yang lain ―Yaitu orang-orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah ) sesudah dirusak (diubah-ubah) oleh manusia. [HR. Tirmidzi (no. 2630), dari shahabat ‗Amr bin ‗Auf. Beliau (Imam Tirmidzi) berkata hadits ini hasan shahih]. Tentang Al-Firqatun Najiyah, Allah

berfirman:

                        ―Maka jika mereka beriman seperti imannya kalian (para shahabat) terhadapnya, maka

sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam perpecahan. Maka cukuplah Allah bagimu (wahai Muhammad) 37 | R i s a l a h N a s e h a t 1

terhadap mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui‖. (QS. Al-Baqoroh 137) Disini Allah

menegaskan bahwa imannya para shahabat merupakan patokan

bagi benar tidaknya keimanan seseorang. Kemudian lebih menegaskan lagi tentang siapakah Al Firqatun Najiyah tersebut, maka Al Khatib Al Baghdadi telah meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Al Imam Ahmad bin Hambal, bahwasanya beliau menyebutkan hadits Nabi

tersebut, kemu-

dian beliau berkata: ―Kalau mereka (Al Firqatun Najiyah itu) bukanlah Ahlul Hadits,

maka aku tidak tahu siapa lagi mereka itu‖.25 Ahlus Sunnah, Ath-Thaifah Al-Manshurah, dan Al-Firqatun Najiyah semuanya disebut juga Ahlul Hadits. Penyebutan dengan nama-nama diatas adalah suatu yang masyhur (tidak asing) dan dikenal sejak generasi Salaf, karena merupakan tuntunan nash dan sesuai dengan kondisi dan realitas yang ada. Hal ini diriwayatkan dengan sanad shohih dari para Imam seperti, ‗Abdullah Ibnul Mubarak, ‗Ali Ibnul Madini (Guru Imam Bukhari), Imam Ahmad bin Hambal, Imam Al Bukhari, Ahmad bin Sinan dan yang lainnya, ‫ُ اهلل‬ّٙ‫سد‬.26

SEJARAH MUNCULNYA ISTILAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA‘AH Penamaan istilah Ahlus Sunnah ini sudah ada sejak generasi pertama Islam pada kurun yang dimuliakan Allah  yaitu generasi Shahabat, Tabi‘in, dan Tabi‘ut Tabi‘in. Ibnu ‗Abbas

27

berkata ketika menafsirkan firman Allah :

                    

Pernyataan dengan ungkapan seperti ini, jika diucapkan oleh seorang ‗alim mujtahid yang ilmunya bagaikan samudra seperti Imam Ahmad, maka memiliki bobot sebagai suatu kepastian. Adapun jika dinyatakan oleh seorang yang sedikit ilmunya, maka itu menunjukkan ketidaktahuan dan keterbatasan. 26 Sunan At-Tirmidzi: Kitaabul Fitan (no.2229) 27 Beliau adalah ‗Abdullah bin ‗Abbas bin ‗Abdul Muthalib, anak paman Rasulullah , penafsir Al-Qur‘an dan pimpinan kaum muslimin di bidang tafsir. 25

38 | R i s a l a h N a s e h a t 1

― Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang

hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (QS. Ali ‗Imraan: 106) ―Adapun orang yang putih wajahnya mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama‘ah, adapun orang yang hitam wajahnya mereka adalah ahlul bid‘ah dan sesat‖. 28 Kemudian istilah Ahlus Sunnah ini diikuti oleh kebanyakan ‗Ulama Salaf

,

diantaranya: 1.

Sufyan Ats-Tsaury

(wafat th. 161 H) berkata: ―Aku wasiatkan kalian

untuk tetap berpegang kepada Ahlus Sunnah dengan baik, karena mereka adalah Al-Ghurabaa‘ (orang yang terasing). Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama‘ah‖. 29 2. Imam Syafi‘i

(wafat th.204H)

berkata: ―Apabila aku melihat

seorang Ahli Hadits (Ahlus Sunnah), seolah-olah aku melihat seorang dari Shahabat Nabi , mudah-mudahan Allah  memberikan ganjaran yang terbaik kepada mereka. Mereka telah menjaga pokok-pokok agama untuk kita dan wajib atas kita berterima kasih atas usaha mereka. 3.

Imam Ahmad bin Hambal

(hidup th. 164-241 H) berkata dalam

muqoddimah kitabnya, as-sunnah: ―Ahlus Shunnah mereka dikenal sebagai pengikut sunnah Rasul semenjak zaman Shahabat 4. Imam Al-Muzaniy

dan para Shahabatnya

, dari

hingga pada masa sekarang ini.

, salah seorang murid besar Al Imam Asy-Syafi‘i

. Dalam kitabnya Syarhus Sunnah.

28 29

5.

Imam Al Barbahary

, dalam kitabnya Syarhus Sunnah.

6.

Imam Abu Ja‘far Ath-Thahawy

dalam kitabnya ‗Aqidah Thahawiyah.

Lihat Tafsir Ibni Katsir (I/419, cet. Daarus Salaam) Syarah Ushuul I‘tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama‘ah (I/71 no.49-50)

39 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Nasehat beberapa Ulama Salaf Oleh karena itu beberapa ‗ulama salaf menasehatkan untuk kita selalu merujuk dan berpegang dengan Atsar

30

(peninggalan-peninggalan) mereka, baik dalam bidang

aqidah, akhlaq, manhaj, maupun ibadah. Antara lain: Shahabat Hudzaifah Ibnul Yaman

berkata:

ُ‫اهلل ٌئٓ عجمزُ ٌمذ عجمز‬ٛ‫ ف‬,ُ‫ك َِٓ لجٍى‬٠‫ا طش‬ٚ‫ خز‬,‫ب ِعشش اٌمشاء‬٠ ‫ا اهلل‬ٛ‫ارم‬ .‫ذا‬١‫ شّبال ٌمذ ضٍٍزُ ضالال ثع‬ٚ ‫ٕب‬١ّ٠ ّٖٛ‫ ئْ رشوز‬ٚ ,‫ذا‬١‫عجمب ثع‬ ―Bertaqwala kepada Allah wahai sekalian Al-Qurra‘ (para ahli membaca Al-Qur‘an),

ikutilah jejak generasi sebelum kalian. Demi Allah, jika kalian melampaui (berlebihan) maka sungguh kalian telah melampaui batas yang jauh. Namun jika kalian mencampakkan jejak generasi sebelum kalian (dengan menyimpang) ke kanan atau ke kiri, sungguh kalian telah tersesat dengan kesesatan yang sangat jauh . [lihat Lammud Duril Mantsur hal.30]. Shahabat ‗Abdullah bin ‗Abbas

berkata: .‫اٌجذع‬

ٚ ُ‫ّبو‬٠‫ ئ‬ٚ ,‫ األثش‬ٚ ‫ىُ ثبإلعزمبِخ‬١ٍ‫ع‬

―Wajib atas kalian untuk beristiqomah dan berpegang kepada atsar, dan berhati-

hatilah kalian dari berbagai bid‘ah .‖ [lihat Lammud Duril Mantsur hal.30]. Perhatikan nasehat kedua shahabat Rasulullah

diatas dengan tegas keduanya

mengingatkan kita untuk mengikuti atsar salaf (jejak generasi as-salafush shalih ) karena itu adalah jalan keselamatan dari berbagai kesesatan dan paham yang

30

Atsar terkadang bermakna sama dengan hadits. Terkadang bermakna umum mencakup pula perbuatan, ucapan, persetujuan para shahabat dan tabi‘in. Yang dimaksud disini adalah segala hal yang datang dari Nabi dan Shahabatnya .

40 | R i s a l a h N a s e h a t 1

menyimpang. Ini pula yang ditegaskan oleh salah seorang imam dari kalangan Tabi‘in, yaitu Al Imam Al-Auza‘i

, dalam salah satu nasehatnya beliau mengatakan:

ٖٛ‫ ئْ صدشف‬ٚ ‫ أساء اٌشجبي‬ٚ ‫ّبن‬٠‫ ئ‬ٚ ،‫ ئْ سفضه إٌبط‬ٚ ‫ىُ ثأثش اٌغٍف‬١ٍ‫ػ‬ .‫ي‬ٛ‫ٌه ثبٌم‬ ―Wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan atsar-atsar as salaf, walaupun umat

manusia menolakmu, dan hati-hatilah engkau dari logika-logika para tokoh meskipun mereka menghiasinya untukmu dengan perkataan (yang indah).‖ [lihat Lammud Duril Mantsur hal.33].

Berkenalan dengan ‘Ulama Salaf Pimpinan ‗ulama ahlul hadits as-salafiyyin adalah Nabi Muhammad

. Kemudian

perintis jejak pertama yang mengenakan mahkota fuqaha‘ ahlil hadits adalah para shahabat Rasulullah

yang paling terkenal dari mereka adalah:

1. Khalifah yang empat 

Abu Bakr Ash Shiddiq 



‗Umar bin Al Khaththab 



‗Utsman bin ‗Affan 



‗Ali bin Abi Thalib

2. Al ‗Abadillah dan para shahabat yang lainnya: 

Ibnu Mas‘ud 



Ibnu ‗Umar 



Ibnu Abbas 



Ibnu Az Zubair 



Ibnu ‗Amr  41 | R i s a l a h N a s e h a t 1



‗Aisyah



Ummu Salamah



Zainab



Zaid bin Tsabit 



Abu Hurairah 



Jabir bin Abdillah 



Abu Sa‘id Al Khudri 



Mu‘adz bin Jabal 

3. Setelah para shahabat Rasulullah

adalah para tokoh tabi‘in, antara lain:



Sa‘id bin Al Musayyib

wafat 90 Hijriah



‗Urwah bin Az Zubair

wafat 94 H



‗Ali bin Al Husain Zainal Abidin



Muhammad bin Al Hanafiyyah



Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas‘ud



Salim bin Abdullah bin Umar



Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr Ash Shiddiq



Al Hasan Al Bashri



Muhammad bin Sirin



Khalifah Umar bin Abdul Aziz



Muhammad bin Syihab Az Zuhri

wafat 93 H wafat 80 H wafat 94 H

wafat 106 H wafat 106 H

wafat 110 H wafat 110 H wafat 101 H wafat 125 H

4. Kemudian tabi‘ut tabi‘in, diantara tokoh-tokoh mereka: 

Malik bin Anas

(Imam Malik, pendiri madzab Maliki. Guru Al Imam

Asy-Syafi‘i) wafat 173H 

Abdurrahman bin Amr Al Auza‘i

(Imam Al Auza‘i) wafat 157 H



Sufyan bin Sa‘id bin Masruq Ats Tsauri



Sufyan bin Uyainah



Ismail bin Ulayyah



Al Laits bin Sa‘d



Abu Hanifah An Nu‘man

wafat 161 H

wafat 193 H wafat 193 H

wafat 175 H (Imam Abu Hanifah, pendiri madzab

Hanafi) wafat 150 H 

Abdullah bin Al Mubarak

wafat 181 H



Waki‘ bin Al Jarrah



Muhammad bin Idris Asy Syafi‘i

(Guru Imam Syafi‘i) wafat 197 H (Imam Syafi‘i, pendiri madzab

Syafi‘i, Guru Imam Ahmad sekaligus murid Imam Malik) wafat 204H 42 | R i s a l a h N a s e h a t 1



Abdurrahman bin Mahdi

ٖ wafat 198 H



Yahya bin Sa‘id Al Qaththan



Affan bin Muslim

ٖ wafat 198 H

wafat 219 H

5. Kemudian murid-murid mereka yang berjalan di atas manhaj mereka, diantaranya: 

Yahya bin Yahya At Tamimi

wafat 226 H



Ishaq bin Rahawaih

wafat 238 H



Ahmad bin Hanbal

(Imam Ahmad, pendiri madzhab Hanbali, murid

kesayangan Imam Asy-Syafi‘i, sekaligus Guru dari Imam Bukhari) wafat 241 H 

Yahya bin Ma‘in

wafat 233 H



Ali bin Al Madini (Guru Imam Bukhari)



Abu Bakr bin Abi Syaibah

wafat 243 H

wafat 253 H

6. Kemudian murid-murid mereka, diantaranya: 

Muhammad bin Isma‘il Al Bukhari

(Imam Bukhari) wafat 256 H



Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi

(Imam Muslim) wafat 271 H



Abu Hatim Ar Razi

wafat 227 H



Abu Zur‘ah Ar Razi

wafat 264 H



Abu Dawud (pengarang kitab sunan Abi Dawud)



Muhammad bin Isa At Tirmidzi



Ahmad bin Syu‘aib An Nasa‘i

ٖ wafat 275 H

(Imam Tirmidzi) wafat 279 H wafat 303 H

7. Kemudian orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka dari generasi ke generasi, antara lain: 

Ibnu Jarir

wafat 310 H



Ibnu Khuzaimah



Ad Daruquthni



Ath Thahawi



Ibnu Baththah



Ibnu Abi Zamanain



Al Hakim An Naisaburi



Al Lalika-i

wafat 416 H



Al Baihaqi

wafat 458 H



Ibnu Abdil Barr

wafat 311 H wafat 385 H

wafat 360 H wafat 387 H 399 H wafat 405 H

wafat 463 H 43 | R i s a l a h N a s e h a t 1



Al Khatib Al Baghdadi



Al Baghawi



Ibnu Qudamah

ٖ wafat 463 H

wafat 516 H wafat 620 H

8. Diantara murid-murid mereka dan orang-orang yang meniti jejak mereka: 

Yahya bin Syaraf An Nawawi (Imam Nawawi)



Majdudin Ibnu Taimiyyah



Ibnu Daqieq Al ‗Ied



Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah



Imam Adz Dzahabi

wafat 661 H

wafat 652 H

wafat 702 H wafat 728 H

(murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah

) wafat

748 H 

Ibnul Qoyyim



Ibnu Katsir



Asy Syathibi



Ibnu Rajab

(murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah

) wafat 751H

) wafat 774 H

wafat 790 H wafat 795 H

9. Para ‗ulama setelah mereka yang mengikuti jejak mereka di dalam berpegang dengan Al-Qur‘an dan As-Sunnah sampai hari ini. Diantaranya: 

Ash Shan‘ani

wafat 1182 H



Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab



Muhammad bin Ali Asy Syaukani



Al Laknawi



Al Muhaddits Al Mubarakfuri



Abdurrahman As Sa‘dy



Ahmad Syakir



Muhammad bin Ibrahim Alu Asy Syaikh



Muhammad Amin Asy Syinqithi



Asy Syahid Jamilurrahman



Hamud At Tuwaijiri



Badi‘ud Dien As Sindy



Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz



Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani



Muhammad bin Shalih Al Utsaimin



Muqbil bin Hadi Al Wadi‘e



Shalih bin Fauzan Al Fauzan ‫دفظٗ اهلل‬



Rabi‘ bin Hadi Al Madkhali ‫دفظٗ اهلل‬

wafat 1206 H

wafat 1250 H

wafat 1304 H wafat 1353

wafat 1367 H

wafat 1377 wafat 1389 H

wafat 1393 H

wafat 1412 H

wafat 1413 H wafat 1416 H wafat 1420 H wafat 1420 H

wafat 1423 H

wafat 1423 H

44 | R i s a l a h N a s e h a t 1



Abdul Muhsin Al Abbad ‫دفظٗ اهلل‬

Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh ahlul hadits Ahlus Sunnah wal Jama‘ah. Selain mereka yang membela sunnah dan manhaj salaf siang dan malam dengan mengharap pahala dan ganjaran dari Allah , jauh dari ambisi kepada kekuasaan ‗khilafah‘. maka segala puji bagi Allah  yang telah menjadikan bagi umat ini orangorang yang mengemban perkara yang agung ini yang berfungsi untuk menjaga agama umat ini. Termasuk juga bantahan dan penjelasan para ulama tentang kebatilan dan kesesatan manhaj neo-khawarij

dan terorisme, dan termasuk pula bantahan atas

kebatilan dan kesesatan tokoh-tokoh besar neo-khawarij dan teroris pada masa ini. Dengan gencar para ulama men tahdzir

(memperingati dengan keras) umat dari

bahaya-bahaya mereka melalui berbagai media dan sarana, baik ceramah, diskusi, tulisan, kitab-kitab, internet, dll. Sehingga dengan itu, benar-benar terbongkarlah segala penyimpangan dan kesesatan mereka. Itulah sebabnya kenapa sang bocah petualang bernama Denie Asseif yang masih bau kencur ini, yang tak diketahui latar belakang pembelajaran agamanya alias

majhul. Entah darimana dia belajar agama dan kapan..., atau apa yang sudah dipelajarinya..., entahlah apakah si bocah ingusan ini sudah mempelajari ilmu-ilmu alat dasar untuk memahami pokok-pokok agama ini seperti ilmu bahasa arab, ilmu tajwid, ilmu mustholah hadits, ilmu ushul fiqh, dll. sebelum berkoar-koar soal ―khilafah‖

bermodal sedikit doktrin dari tokoh kelompoknya dan sekelumit

kecanggihan ilmu copy-paste sang bocah dungu yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan script-script coding

dan juga browsing ini mencoba berbicara

terlalu jauh melebihi porsi yang seharusnya soal syari‘at agama tanpa berkaca kepada kapasitas keilmuan agamanya, dan kenapa pula dia tidak memasukkan nama-nama besar ‗ulama Ahlus Sunnah di atas ke dalam jajaran ulama yang layak untuk dijadikan rujukan dan diambil fatwa-fatwanya terutama ulama Ahlus Sunnah dari abad ini. Bahkan tidak segan-segan mencela ulama-ulama yang ada khususnya ulama salaf generasi abad belakangan ini, kenapa...? jawabnya, karena ulama salaf generasi belakang ini, mereka telah membantah dan menjelaskan kepada umat akan kesesatan kelompok Hizbut Tahrir pujaan sang bocah, yang didirikan oleh seorang alumni Universitas Al Azhar, Taqiyuddin An Nabhani yang memang juga baru muncul belakangan abad ini juga dan kelompok-kelompok sesat lainnya, tersebut dengan mengatakan ulama ‗neo-salafi‘, ulama ‗wahabi‘, ulama ‗antek salibis yahudi‘, ulama ‗antek pemerintah‘, ulama ‗yang takut kepada ‗thagut‘, ulama ‗Saudi antek amerika‘, 45 | R i s a l a h N a s e h a t 1

ulama ‗ilnklusif‘, ulama ‗menutup diri dari peradaban‘, dan masih banyak gelar-gelar buruk lainnya. Ironisnya pada sebagian keadaan, tanpa malu sang bocah ini mencomot penjelasan-penjelasan para ulama salaf yang masyhur di kalangan muslimin untuk mengambil sebagian penjelasan mereka guna ditempatkan tidak pada tempatnya dan memanipulasi umat bahwasanya ulama- ulama salaf tersebut mendukung aksi pergerakan mereka. Kenapa...? karena memang mereka (dari kelompok-kelompok sesat tersebut) tidak mempunyai ulama yang mumpuni dalam hal ilmu pokok agama, selain ilmu politik kekuasaan dan pergerakan penegakan ‗khilafah‘ semata, anehnya pada bidang fiqih dan hadits dan ilmu yang berkenaan dengan pokok-pokok agama mereka menjadikan ulama salaf sebagai rujukan jika berkaitan dengan suatu yang mendukung aksi pergerakan kelompoknya. Ulama-ulama tersebut, Mereka itu dari zaman ke zaman jumlahnya hanya sedikit, sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah di dalam sabdanya:

ُ٘ ِٓ :ً١‫ ل‬.‫ ٌٍغشثبء‬ٝ‫ث‬ٛ‫ فط‬,‫جب وّب ثذأ‬٠‫د غش‬ٛ‫ع‬١‫ ع‬ٚ ‫جب‬٠‫" ئّْ اإلعالَ ثذأ غش‬ ٓ٠‫خ " اٌّز‬٠‫ا‬ٚ‫ س‬ٟ‫ ف‬ٚ " ‫ْ ئرا فغذ إٌبط‬ٛ‫صٍح‬٠ ٓ٠‫ اٌّز‬:‫ي اهلل ؟ لبي‬ٛ‫ب سع‬٠ ".ٟ‫ ِٓ عّٕز‬ٞ‫ْ ِب أفغذ إٌبط ِٓ ثعذ‬ٛ‫صٍح‬٠ ―Sesungguhnya Islam itu berawal dengan keasingan dan akan kembali kepada

keasingan sebagaimana awalnya. Maka bergembiralah bagi orang-orang yang asing. Rasulullah ditanya: Siapa mereka wahai Rasulullah  ? Rasulullah berkata: Yaitu orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia rusak ‖. [Shahih HR. Abu Amr Ad Dani dari shahabat Abdullah bin Mas‘ud]. Dan dalam riwayat yang lain ―Yaitu orang-orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah ) sesudah dirusak (diubah-ubah) oleh manusia. [HR. Tirmidzi (no. 2630), dari shahabat ‗Amr bin ‗Auf. Beliau (Imam Tirmidzi) berkata hadits ini hasan shahih]. Sufyan Ats-Tsaury

(wafat th. 161 H) berkata: ―Aku wasiatkan kalian untuk tetap

berpegang kepada Ahlus Sunnah dengan baik, karena mereka adalah Al-Ghurabaa‘ (orang yang terasing). Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama‘ah.

46 | R i s a l a h N a s e h a t 1

2

2

(Bayan Fadhil Ilmis salaf 38)

47 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Mengapa meng-‗Ghibah‘ serta menggunakan kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘? Mungkin timbul pertanyaan demikian di benak para pembaca sekalian , bukankah Islam ini mengajarkan Akhlak yang terpuji ???,

     ― Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.‖ (QS. Al-Qalam: 4) Dan juga sebagaimana yang dinasehatkan oleh Denie Asseif dalam salah satu komentarnya di facebook,

Mari kita simak penjelasan pada kata komentar bergaris merah di atas..:

48 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan: ―Benar sekali apa yang engkau nasehatkan, namun tentunya untuk memahami itu semua kita perlu merujuk, bagaimana penerapan Rasulullah

dan

Salafush Shalih dalam memahami ayat-ayat dan hadits diatas. Pernahkah engkau mendengar istilah ‫ اهلل‬ٟ‫ اٌجغض ف‬ٚ ‫ اهلل‬ٟ‫ اٌذت ف‬Hubbu fillah wal bughdhu

fillah )cinta karena Allah dan benci karena Allah). Jika belum... maka dengan sukarela kami akan menjelaskannya sedikit, kami nukilkan penjelasan dari seorang ulama besar yang diminta fatwa-fatwa darinya oleh seluruh kaum muslimin pada masa ini Asy Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan (anggota lembaga fatwa kerajaan Saudi Arabia). Dalam muhadhorah Beliau yang telah dibukukan dengan judul muhadharah

fil aqidah dan da‘wah. Makna Al Wala‘ : saling berdekatannya antara kaum muslimin pada hati-hati mereka dan saling mencintai karena Allah

, saling tolong menolong karena Allah

, saling

berdekatannya qalbu-qalbu ahli iman walaupun tubuh mereka berjauhan, dan inilah pokok dari wala‘. Tanda-tanda wala‘ Syaikh menyebutkan bahwasanya tanda-tanda wala‘ diantaranya ada tiga, 1. Saling menngunjungi untuk menyambung silaturahmi 2. Berkumpul dan duduk-duduk bersama kaum mukminin yang lainnya 3. Menasehati dengan perkara yang ma‘ruf dan melarang dari yang mungkar Sebagaimana firman Allah

dalam surat At Taubah ayat 71:

                            ― Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.‖ (QS. At Taubah: 71).

49 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Maka dengan itu, karena sikap kepedulian kami terhadap penyimpangan yang engkau lakukan untuk itulah kami menasehatkan kepada engkau dengan perkara yang ma‘ruf dan melarang engkau dari perkara yang mungkar. Atau jika nasehat itu engkau tolak, maka lihatlah kembali hadits tentang naungan Allah pada hari kiamat dalam riwayat yang lain, Rasulullah

mengabarkan dalam hadits yang shohih : " Ada tujuh golongan yang

mendapatkan naungan Allah, saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (di Hari Kebangkitan); 1.Penguasa yang adil, 2. Seseorang yang ketika dalam keadaan sendirian dia teringat dosa-dosanya dan mengingat Allah kemudian mengalir air matanya, 3. Seorang laki-laki yang hatinya selalu tertambat di masjid saat ia keluar darinya sampai dia kembali ke masjid tersebut, 4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena Allah, 5. Seorang yang senantiasa sembunyi-sembunyi dalam bersedekah, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya, 6. Pemuda yang tumbuh (dengan senantiasa) beribadah kepada Allah dan menjalankan ketaatan kepada-Nya, 7. Seorang laki-laki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan cantik jelita untuk melakukan suatu perbuatan yang diharomkan, tetapi dia mengatakan "S esungguhnya aku takut kepada Allah". [H.R. Bukhari dan Muslim]. Maka tolong perhatikan pada point keempat di atas pada kata yang bercetak tebal, ―mereka berkumpul dan berpisah karena Allah‖ maka seorang mukmin adalah orang yang menjaga dirinya untuk bergaul dengan seorang yang dapat membahayakan agamanya, maka itu berpisah karena Allah adalah sebuah jalan keluar ketika keyakinan sudah tidak bisa disatukan, sebagaimana tidak akan bersatu antara kebenaran dan kebatilan, Allah

menegaskan dalam kitab-Nya:

                            50 | R i s a l a h N a s e h a t 1

                             ― Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan, yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung.‖ (QS. Al Mujadillah: 22). Maka bagaimana bisa bersatu seorang yang mengikuti bimbingan Sunnah dalam menyikapi penguasa yang dzalim dengan seorang yang menjadikan hawa nafsu serta perasaannya sebagai landasan dalam menghukumi setiap perkara. ???

                                          ― Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".‖ (QS. Ali Imraan: 31-32) Maka sudahkan engkau mengikuti bimbingan Rasulullah

dalam menyikapi setiap

perkara yang ada..???

51 | R i s a l a h N a s e h a t 1

dibawah ini kami sertakan lafadz asli dari kutipan hadits yang engkau sampaikan kepada kami di atas,

ٟ‫ُ ف‬ٍٙ‫َ أظ‬ٛ١ٌ‫ ا‬.ٌٟ‫ْ ثجال‬ّٛ‫ٓ اٌّزذبث‬٠‫ أ‬:‫بِخ‬١‫َ اٌم‬ٛ٠ ‫ي‬ٛ‫م‬٠ ‫ ئْ اهلل‬:‫ي اهلل‬ٛ‫ لبي سع‬:‫شح لبي‬٠‫ ٘ش‬ٟ‫ػٓ أث‬ .ٍٟ‫َ ال ظً ئال ظ‬ٛ٠ ،ٍٟ‫ظ‬ ―dari Abu Hurairoh berkata: berkata Rasulullah

: ‗Sesungguhnya Allah

berkata

pada hari kiamat nanti: ‗dimana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku ?. Pada hari ini Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku, yang tidak ada lagi pada hari ini satupun naungan kecuali naungan-Ku.‘‖. [HR. Muslim no.2566]. berikut ini penjelasannya: Perlu diketahui bahwa secara hukum asal, da‘wah dan nasehat itu dilakukan di atas hikmah dan penggunaan kata-kata yang lemah lembut. Namun ketika kata-kata lembut sudah tidak bermanfaat lagi, sementara kesesatan dan penyimpangan tetap dia lakukan, bahkan ditebarkan ditengah-tengah umat, sehingga semakin banyak korban yang termakan oleh kesesatannya, maka dalam kondisi seperti itu dengan terpaksa digunakanlah kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘. Sebagaimana halnya seseorang yang ingin membersihkan noda yang melekat di pakainnya yang putih bersih , ketika dengan cara yang halus dan lembut noda tersebut tidak juga hilang, maka dilakukanlah dengan cara disikat dan digosok dengan keras dan kasar. Bukan berati hal itu menafikan adanya kasih sayang terhadap sesama muslim. Perhatikan nasehat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah

seorang ulama besar

yang tidak diragukan lagi keilmuannya:

52 | R i s a l a h N a s e h a t 1

‫ع‬ٕٛ‫عخ ئال ث‬ٌٛ‫ٕمٍغ ا‬٠ ‫لذ ال‬ٚ ،ٜ‫خش‬٤‫ٓ رغغً ئدذّ٘ب ا‬٠‫ذ‬١ٌ‫اٌّإِٓ ٌٍّإِٓ وب‬ ‫ِخ ِب ٔذّذ ِؼٗ رٌه‬ٛ‫ إٌؼ‬ٚ ‫جت ِٓ إٌظبفخ‬ٛ٠ ‫ ٌىّٓ رٌه‬،‫ٔخ‬ٛ‫ِٓ اٌخش‬ .ٓ١‫اٌزخش‬ ―Seorang mu‘min terhadap mu‘min yang lainnya bagaikan kedua tangan, salah

satunya mencuci tangan yang lain, namun bisa saja kotoran (yang melekat di tangan) tidak bisa hilang kecuali dengan bentuk cara (pembersihan) yang keras/kasar. Namun (cara keras/kasar seperti) itu benar-benar mendatangkan kebersihan dan kehalusan (pada tangan) yang membuat kita memuji cara yang kasar tersebut.‖ [Majmu‘ul Fatawa XXVIII/53-54]. Dan Imam Muslim

, pengarang Kitab Shahih Muslim, Beliau telah menempatkan

bab khusus dalam muqaddimah kitabnya sebuah bab dengan judul yang panjang berisi pengupasan tentang bolehnya mengkritik dan menyebutkan aib/cacat seorang periwayat hadits, sehingga dengan itu kemurnian dan keabsahan hadits itu dapat terjaga keotentikannya. Yaitu bab:

‫ أّْ جشح‬ٚ ‫ْ ئال ػٓ اٌثمبد‬ٛ‫خ ال رى‬٠‫ا‬ٚ‫ أّْ اٌش‬ٚ ٓ٠‫بْ أّْ اإلعٕذ ِٓ اٌذ‬١‫ثبة ث‬ ِٓ ً‫ ث‬،‫جخ اٌّذشِّخ‬١‫ظ ِٓ اٌغ‬١ٌ ٗٔ‫أ‬ٚ ،‫اجت‬ٚ ً‫ ث‬،‫ُ جبئض‬ٙ١‫ ف‬ٛ٘ ‫اح ثّب‬ٚ‫اٌش‬ ‫ؼخ اٌّىشِّخ‬٠‫اٌزة ػٓ اٌشش‬ Yang artinya: ―Bab penjelasan bahwa sanad adalah termasuk dalam agama, dan bahwasanya riwayat tidaklah diambil kecuali dari orang yang tsiqah (terpercaya) dan bahwasanya menjarh (mengkritik dengan keras) seorang periwayat hadits pada halhal (penyimpangan) yang ada pada mereka adalah boleh, bahkan wajib. Dan bahwasanya yang demikian itu bukanlah termasuk ghibah yang diharamkan, bahkan termasuk pembelaan kepada syariat yang mulia). [lihat Shahih Muslim hal. 14 Cet. Darul Kutub Al Ilmiyyah]

53 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Al-JARH WAT TA‘DIL31 Adalah sebuah metode pengkritikan/bantahan dan dukungan/rekomendasi terhadap paham atau aliran tertentu beserta para tokohnya dikritik, dibantah, dan umat diperingatkan dari bahayanya. Sementara kebenaran dan para pembelanya didukung, direkomendasikan, dan umat dihimbau untuk selalu merujuk kepadanya. Metode ini adalah salah satu bagian dari praktek amar ma‘ruf nahi munkar serta nasehat yang telah dianjurkan bahkan diwajibkan dalam Islam. Alllah

dan Rasul-Nya

serta para ‗ulama Ahlus Sunnah

, sejak masa para

shahabat dan seudahnya, telah memberikan contoh nyata penerapan metode Al Jahr

wat Ta‘dil serta meletakkannya diatas kaidah-kaidah yang bersumber dari Al-Qur‘an dan As-Sunnah. Kemudian, penerapan metode ini terus dilanjutkan oleh para ulama Ahlus Sunnah wal Jama‘ah secara berkesinambungan hingga hari ini. Namun Ahlul Batil dan para pengikut paham serta aliran yang sesat lagi menyimpang, dengan berbagai bentuk dan warnanya, tidak rela dengan adanya penerapan prinsip Al Jahr wat Ta‘dil tersebut. Karena itu mereka berupaya merobohkan pilar-pilar prinsip yang mulia ini demi mempertahankan kesesatan dan pahampahamnya. Mereka sangat khawatir jika prinsip ini tetap diterapkan akan mempersempit ruang gerak mereka dalam upayanya menjajakan kesesatannya di tengah-tengah umat. Upaya merobohkan pilar-pilar Al Jahr wat Ta‘dil ini berlangsung dari masa ke masa, dengan berbagai cara dan syubhat (tipu muslihat) yang terus berlanjut secara berkesinambungan hingga hari ini. Diantara pihak yang gencar merobohkan metode Al Jahr wat Ta‘dil

di masa

ini adalah kelompok IM (Ikhwanul Muslimin), kelompok yang lahir di Mesir dengan pendirinya seorang shufi bernama Hasan Al-Banna yang di negeri kita tercinta ini bermetamorfosa dalam tubuh sebuah partai bernama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mempunyai angka ‗keramat‘ 8 itu. Upaya tersebut mereka selubungi dengan kaidah dan slogan yang selalu mereka dengung-dengungkan, yaitu:

31

Istilah Al Jahr wat Ta’dil pada awalnya digunakan untuk sebuah metode penyeleksian seorang periwayat hadits atau atsar, apakah nantinya riwayatnya/berita yang disampaikannya diterima (dipercaya kebenarannya) atau ditolak.  Al-Jahr adalah: suatu sifat atau kriteria tertentu yang ada pada seorang periwayat hadits yang berkonsekuensi dilemahkannya atau ditolaknya periwayatan dia  At-Ta’dil adalah: suatu sifat atau kriteria tertentu yang ada pada seorang perawi yang berkonsekuensi diterimanya periwayatan dia (lihat Dhawabitul Jarhi wat Ta’dil, hal. 10-11)

54 | R i s a l a h N a s e h a t 1

―Kita bekerja sama salam perkara yang kita sepakati dan saling mentolerir dalam perkara yang kita perselisihkan‖ .

Dalam kitabnya yang sudah sangat dikenal dan sangat mudah untuk didapatkan, yaitu kitab Riyadhus Shalihin , Al-Imam An-Nawawi nyebutkan sebuah bab yang berjudul:

(w. 676 H) telah me-

‫ ما ٌباح مه انغٍبة‬artinya: Bentuk Ghibah yang

Diperbolehkan. Mungkin para pembaca ada yang mengira bahwa Al-Imam An-Nawawi tidak mengetahui haramnya Ghibah. Perlu diketahui bahwa Beliau telah meletakkan 2 (dua) bab secara berurutan yang berjudul: ‫ تذرٌم انغٍبة‬artinya: Haramnya Ghibah, kemudian disusul dengan bab: ‫ تذرٌم سماع انغٍبة‬artinya: Haramnya mendengarkan Ghibah. Kedua bab tersebut beliau letakkan secara berurutan tepat sebelum bab:

‫ما ٌباح مه انغٍبة‬

artinya: Bentuk Ghibah yang Diperbolehkan. Dalam kedua bab tersebut beliau menyebutkan

dalil-dalil, baik dari Al-Qur‘an dan As-Sunnah tentang haramnya

ghibah, toh ternyata dengan keilmuan dan ketaqwaannya, beliau merinci permasalahan tersebut dengan meletakkan bab yang menunjukkan adanya jenis-jenis

ghibah yang diperbolehkan. Sebelum kita mengikuti dalil-dalil yang disebutkan oleh Imam An-Nawawi

,

mari kita perhatikan terlebih dahulu pernyataan beliau pada muqqadimah bab tersebut. Beliau berkata: ―Ketahuilah bahwa perbuatan ghibah diperbolehkan untuk maksud yang benar dan

syar‘i, yang tidak memungkinkan untuk sampai pada tujuan tersebut kecuali dengan melakukan ghibah. Hal itu ada enam sebab, yaitu:

32

Al-Imam Al-Hafizh Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf bin Muriy bin Hasan bin Husain bin Hizam An-Nawawi. Seorang Imam besar, yang sangat besar jasa dan sumbangsihnya terhadap Islam dan kaum muslimin. Dikenal dengan zuhud, teladan dalan dalam sifat wara’ , dan terdepan dalam amar ma’ruf nahi munkar. Beliau memiliki banyak karya tulis yang sangat bermanfaat bagi kaum muslimin. di antara yang terkenal adalah Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Riyadhus Shalihin, Arba’in AnNawawi, dan masih banyak lagi.

55 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Pertama: At-Tazhallum (pengaduan). Boleh bagi seorang yang terzhalimi untuk mengadu kepada seorang penguasa atau seorang hakim atau yang lainnya dari pihak-pihak yang memiliki kekuasaan atau kemampuan (polisi misalnya, pent) untuk bersikap sportif terhadap pihak yang menzhalimi, dengan berkata: ―Si Anu telah menzhalimi saya dengan (perbuatan) demikian.‖ Kedua: Permintaan tolong untuk merubah sebuah kemungkaran, dan mengembalikan seseorang yang berbuat kemaksiatan kepada kebenaran. Ketiga: Al-Istifta‘ (upaya meminta fatwa), tentang suatu permasalahan. Keempat: Dalam memberikan tahdzir (peringatan keras) bagi kaum muslimin dari kejahatan dan memberikan nasehat kepada mereka. Hal ini bisa dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya: o Memberikan Jahr (Kritikan Pedas) terhadap pihak-pihak yang berhak mendapatkannya dari kalangan para periwayat hadits, serta para saksi. Ini hukumnya boleh berdasarkan Ijma‘ (kesepakatan) kaum muslimin. Bahkan wajib untuk sebuah kemaslahatan. o Jika seseorang melihat seorang pelajar yang sering mendatangi mubtadi‘ (pengusung bid‘ah) atau seorang fasik untuk menimba ilmu darinya. Kemudian dia mengkhawatirkan si pelajar tersebut terpengaruh karenanya, maka wajib atasnya nasehat dalam bentuk penjelasan tentang kondisi orang (mubtadi‘) tersebut. Dengan syarat dia memaksudkannya sebagai nasehat. Kelima: Seseorang yang menampakkan secara terang-terangan kefasikan dan kebid‘ahannya.... maka diperbolehkan penyebutan nama orang tersebut secara langsung dalam perkara-perkara yang dia menampakkannya secara terang-terangan. Keenam: Dalam rangka pengenalan. Jika seseorang lebih dikenal dengan julukan tertentu. (seperti si Black ‗orang yang hitam‘, si Gatel ‗orang yang lucu‘, si Bommbom ‗orang yang imut‘, si Mbote ‗orang yang lemah-lembut‘. pent). --- sekian An-Nawawi ----

56 | R i s a l a h N a s e h a t 1

‫جخ‬١‫ً٘ اٌجذع غ‬٤ ‫ظ‬١ٌ ―Tidak berlaku larangan ghibah untuk pengusung bid‘ah‖ [lihat Lammud Durril Mantsur, hal.182]

ّ‫تعهوا وغتاب فً اهلل عزّ و جم‬ ―Kemarilah, kita berbuat ghibah demi (membela agama) Allah



‫انشكاٌة و انتذرٌر نٍس مه انغٍبة‬

33

Beliau adalah Al-Hasan bin Yasar Al-Bashri (w.110 H), seorang tokoh besar tabi‘in. Beliau seorang yang tsiqah, faqih, dan memiliki keutamaan yang sangat terkenal. Al-Hafizh Adz-Dzahabi berkata: ―Beliau adalah pimpinan dalam ilmu dan amal.‖ 34 Beliau adalah Imam terkemuka dari kalangan tabi‘ut tabi‘in. Beliau adalah (w. 198 H di Makkah). Al Imam Asy-Syafi‘i mengatakan: ―Kalau tidak karena Malik bin Anas (Imam Malik) dan Sufyan (bin Uyainah) niscaya hilanglah ilmu di negeri hijaz (Madinah), dan tidaklah aku melihat seorang pun yang memiliki ilmu yang banyak seperti ilmu yang ada pada Sufyan bin Uyainah. Dan tidaklah aku melihat orang yang mampu menahan diri dari berfatwa dibandingkan dia.‖ 35 Imam besar dari kalangan tabi‘ut tabi‘in, yang mendapatkan gelar amirul mu’minin dalam bidang hadits.

57 | R i s a l a h N a s e h a t 1

―Pengaduan dan Tahdzir (peringatan keran dari ahlul bid‘ah) keduanya bukan termasuk perbuatab ghibah‖ [Syu‘abul Iman, karya Al-Baihaqi (6791)]

‫ ٌا أبا عبد‬:‫ فقال نه بعض انصوفٍّة‬.‫انمعهّى به هالل هو إال أوّه إذا جاء انذدٌث ٌكرب‬ ‫ إذا نم وبٍّه كٍف ٌعرف انذقّ مه انباطم ؟‬,‫ أسكت‬:‫انردمه تغتاب؟ فقال‬ ―Al-Mu‘alla bin Hilal dialah orangnya, hanya saja apabila dia meriwayatkan hadits

berdusta.‖ Sebagian orang shufi mengatakan kepada beliau: ―Wahai Abu Abdirrahman (nama kunyah dari Al-Imam Abdullah Ibnul Mubarak) engkau telah berbuat ghibah‖! maka Al Imam Abdullah Ibnul Mubarak menjawab: ―Diam Kamu! Jika kami tidak menjelaskan maka bagaimana bisa diketahui antara kebenaran dan kebatilan ?!‖. [AlKifayah I/45, Tadribur Rawi II/369]

‫إذا سكتّ أوت و سكتّ أوا فمتى ٌعرف انجاهم انصذٍخ ن\مه انسقٍم ؟‬ ―Jika anda diam dan akupun diam, maka kapan seorang yang jahil dapat mengetahui

mana (hadits) yang shahih dan mana yang lemah ?‖ [Majmu‘ul Fatawa XXVIII/231]

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqaddimah kitab

Shahih beliau, bahwa Al Imam Muhammad bin Sirin berkata: ُٙ‫ث‬٠‫إخز دذ‬١‫ أً٘ اٌغّٕخ ف‬ٌٝ‫ٕظش ئ‬١‫ا ٌٕب سجبٌىُ ف‬ّّٛ‫ا ع‬ٌٛ‫لؼذ اٌفزٕخ لب‬ٚ ‫ْ ػٓ اإلعٕبد فٍّّب‬ٌٛ‫غأ‬٠ ‫ا‬ٛٔٛ‫ى‬٠ ٌُ .ُٙ‫ث‬٠‫إخز دذ‬٠ ‫ أً٘ اٌجذع فال‬ٌٝ‫ٕظش ئ‬٠ٚ 36

Beliau adalah tokoh besar Tabi‘ut Tabi‘in (w. 181 H) Beliau adalah Imam Ahlus Sunnah, sangat gigih dalam berpegang teguh diatas sunnah. Salah seorang murid Imam Asy-Syafi‘i 38 Beliau adalah tokoh dan imam besar generasi tabi‘in (w. 110 H) 37

58 | R i s a l a h N a s e h a t 1

―Dahulu mereka (para shahabat dan pembesar Tabi‘in) tidak menanyakan

sanad39 (hadits), namun ketika telah terjadi fitnah 40, mereka berkata: ‗Sebutkanlah kepada kami (siapa) orang yang meriwayatkan (hadits/atsar) tersebut kepada kalian‘. Maka dilihat, jika orang yang meriwayatkan tersebut dari kalangan ahlus sunnah maka diterimalah hadits (riwayat) mereka. Jika ternyata orang-orang yang meriwayatkannya dari kalangan ahlul bid‘ah maka tidak diterima hadits mereka .‖ Dalam kesempatan lain masih dalam muqaddimah Shahih Muslim --- beliau juga berkata:

ُ‫ٕى‬٠‫ْ د‬ٚ‫ا ػّّٓ رأخز‬ٚ‫ٓ فبٔظش‬٠‫ئّْ ٘زا اٌؼٍُ د‬

―Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka telitilah dari siapa kalian mengambil (mempelajari) agama kalian. ‖ 39

Silsilah mata rantai seorang periwayat hadits/atsar yang bersambung sampai teks hadits yang sesuai dengan apa yang diucapkan, atau diperbuat oleh Rasulullah maupun para Shahabat [Ta‘liqat Al Atsriyyah ‗ala Mandhumah Al Baiquniyyah, hal.25] 40 Fitnah yang dimaksud disini adalah munculnya para ahlul bid‘ah dan ahlul ahwa‘ (pengikut hawa nafsu) yang kerap memalsukan hadits. [Ta’liq (catatan pinggir) pelajaran ilmu hadits kitab Ta’liqat Al Atsriyyah Ala Mandhumah Al Baiquniyyah oleh Ustadzuna Kholiiful Hadi (salah seorang murid Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’ie), ketika penulis belajar di Ma’had Darul Atsar Al Islamy Gresik]

59 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Daliil- dalil yang menunjukkan tentang adanya ghibah yang dibolehkan Sekarang mari kita ikuti bersama, beberapa hadits yang menggambarkan tentang sikap dan perkataan Rasulullah

yang menunjukkan bahwa menyebutkan aib

saudara muslim dalam kondisi yang dibutuhkan, tidak tergolong perbuatan ghibah, atau kalau mau dikatakan ghibah maka itu adalah ghibah yang dibolehkan. Diantara dalil-dalil tersebut adalah: a) Hadits Aisyah

, bahwa seorang pria meminta izin untuk menemui Rasulullah

, maka beliau berkata:

))‫شح‬١‫ اٌعش‬ٛ‫ا ٌٗ ثئظ أخ‬ٛٔ‫((ائز‬ ―Izinkanlah orang tersebut, sesungguhnya dia sejelek-jelek sanak saudara‖ [HR. Bukhari no. 6032, 6054, 6131; Muslim no. 2591] Al Imam Al-Bukhari

telah berhujjah (berdalil) dengan hadits ini

tentang bolehnya melakukan ghibah terhadap pembawa kerusakan dan pengusung syubhat (kerancuan berpikir). Al Imam Al-Qurthubi

, berkata: ―Pada hadits tersebut terkandung

hukum bolehnya melakukan ghibah atau yang semisal itu dariterhadap orang yang melakukan kefasikan atau kekejian secara terang-terangan serta seruan kepada bid‘ah...‖ [Fathul Bari Kitabul Adab di bawah hadits no. 6032] b) Hadits Fathimah bintu Qais

:

‫ فمبي‬,ٟٔ‫خ خطجب‬٠ٚ‫ ِعب‬ٚ ُٙ‫ ئْ أثب اٌج‬:‫ عٍُ فمٍذ‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ع‬ٍّٝ‫ّ ص‬ٟ‫ذ إٌج‬١‫أر‬ ٛ‫ أِب أث‬ٚ ,ٌٗ ‫ن ال ِبي‬ٍٛ‫خ فصع‬٠ٚ‫ ((أِب ِعب‬:ٍُ‫ ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ع‬ٍّٝ‫ي اهلل ص‬ٛ‫سع‬ ُٙ‫ اٌج‬ٛ‫ أِب أث‬ٚ(( : ٍُ‫خ ٌّغ‬٠ٚ‫ س‬ٟ‫ ف‬ٚ ))ٗ‫ضع اٌعصب عٓ عبرم‬٠ ‫ُ لال‬ٙ‫اٌج‬ .))‫فضشاة ٌٍٕغبء‬ Fathimah bintu Qais berkata, ―Aku datang menemui Rasulullah kemudian aku katakan kepada beliau bahwa Abul Jahm dan Muawiyah telah melamarku. 60 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Maka berkatalah Rasulullah : ―Kalau Muawiyah adalah seorang yang suluk (faqir) yang tidak mempunyai harta, sedangkan Abul Jahm adalah seorang yang tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya (sering bepergian).‖ Dalam riwayat Muslim: ―Kalau Abu Jahm adadlah seorang yang suka memukul wanita.‖ [HR. Bukhari Riyadush Shalihin hadits no. 1533] Penjelasan

Rasulullah

kepada

seorang

wanita

yang

sangat

membutuhkan informasi tentang kondisi dua orang yang akan melamarnya agar dia dapat menentukan sikap. Jika perkara yang terkait dengan urusan dan kemaslahatan seorang wanita padahal dia hanya seorang saja, lalu bagaimana dengan perkara yang terkait dengan urusan dan kemaslahatan umat (orang banyak), yang dengan keawamannya umat ini sangat mudah untuk tertarik dan tertipu dengan berbagai bid‘ah dan kesesatan yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya dan dipromosikan oleh para pengikutnya. Maka sudah barang tentu, sebagaimana telah dijelaskan para ulama di atas, adalah sesuatu yang wajib untuk dijelaskan kepada umat tentang kesesatan dan kebid‘ahan yang dapat mebinasakan mereka. c) Hadits Aisyah : ‫ ئال ِب‬,ٞ‫ٌذ‬ٚ ٚ ٟٕ١‫ىف‬٠ ‫ ِب‬ٟٕ١‫عط‬٠ ‫ظ‬١ٌ ٚ ,‫ح‬١‫بْ سجً شح‬١‫ي اهلل ئْ أثب عف‬ٛ‫ب سع‬٠ :‫أْ ٕ٘ذ ثٕذ عزجٗ لبٌذ‬ .))‫سف‬ٛ‫ٌذن ثبٌّع‬ٚ ٚ ‫ه‬١‫ىف‬٠ ‫ ِب‬ٞ‫ ((خز‬:‫عٍُ؟ فمبي‬٠ ‫ ال‬ٛ٘ ٚ ِٕٗ ‫أخزد‬

―Bahwa Hindum bintu Utbah (Istri Abu Sufyan) berkata: ―Wahai Rasulullah sesungguhnya Abu Sufyan adalah pria yang sangat kikir, dan sesungguhnya dia tidak memberikan nafkah yang dapat mencukupiku dan anakku, kecuali apa yang aku ambil darinya dalam keadaan dia tidak mengetahuinya?‖ maka Rasulullah berkata: ―Ambillah apa yang cukup buat kamu dan anakmu dengan cara yang baik.‖ [HR. Bukhari no. 5364; Muslim no. 1714]. Al Hafizh Ibnu Hajar Al As Qalani

berkata ketika mengomentari hadits ini:

―Hadits ini dijadikan sebagai dalil tentang bolehnya menyebutkan pribadi seseorang tentang suatu yang tidak disukai oleh orang tersebut, jika dilakukan dalam rangka mencari fatwa atau pengaduan dan yang semisalnya. Ini adalah salah satu keadaan yang diperbolehkan dengannya perbuatan ghibab.‖ [Fathul Bari, penjelasan hadits no. 5364].

61 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Setelah penjelasan di atas, kita mengetahui bagaimana Rasulullah r bersikap dan berkata. Apakah kita berani menuduh Rasulullah r telah berbuat ghibah? Padahal kepada beliaulah ayat-ayat Al-Qur‘an –termasuk ayat larangan tentang ghibah- diturunkan. Beliau sendiri, melalui haditsnya melarang umat ini untuk berbuat ghibah. Tapi toh ternyata hal itu tidak menghalangi beliau untuk menyebutkan kekurangan dan aib pihak-pihak yang memang harus disebutkan.







-





                         

― Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka

tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa Kitab-Kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim .‖ (QS. Al Jumu‘ah: 5).  

             

                               

― Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya

ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang 62 | R i s a l a h N a s e h a t 1

mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.‖ (QS. Al A‘raaf: 175-176)                                  

― Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin

dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.‖ (QS. Al A‘raaf: 179)       

― Mereka tuli, bisu dan buta (Walaupun pancaindera mereka sehat mereka dipandang

tuli, bisu dan buta oleh karena tidak dapat menerima kebenaran), Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),‖ (QS. Al Baqarah: 18).









-

Berikut ini beberapa bentuk kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘ yang digunakan oleh Rasulullah

dalam memperingatkan umatnya dari kesesatan paham-paham

menyimpang, yang membahayakan aqidah umat, serta beberapa bentuk kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘ yang beliau gunakan dalam mengingkari beberapa kekeliruan yang terjadi pada sebagian shahabatnya, antara lain: a) Perkataan Nabi

terhadap kaum khawarij:

‫ص‬ٚ‫جب‬٠ ‫ْ اٌمشآْ ال‬ٚ‫مشؤ‬٠ ‫ِب‬ٛ‫ عمت ٘زا ل‬ٟ‫ ف‬ٚ‫ء ٘زا أ‬ٝ‫ئْ ِٓ ضئض‬... ٚ ,َ‫ْ أً٘ اإلعال‬ٍٛ‫مز‬٠,ٗ‫ّز‬١ِ‫ُ ِٓ اٌش‬ٙ‫ق اٌغ‬ٚ‫ْ ِٓ اإلعالَ ِش‬ٛ‫ّشل‬٠ ,ُ٘‫حٕبجش‬ .‫ُ لزً عبد‬ٙ‫ُ لزٍز‬ٙ‫ ٌئٓ أٔب أدسوز‬,ْ‫ثب‬ٚ‫ْ أً٘ األ‬ٛ‫ذع‬٠ 63 | R i s a l a h N a s e h a t 1

"......akan keluar dari keturunan orang ini (Dzulkhuwaishirah) suatu kaum yang

mereka itu ahli membaca Al-Qur‘an, namun bacaan tersebut tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat keluar dari batas-batas agama seperti melesatnya anak panah dari sasaran buruannya. Mereka membunuhi ahlul Islam dan membiarkan hidup (tidak membunuh) ahlul Autsan (orang-orang kafir). Jika aku sempat mendapati mereka, akan aku bunuh mereka dengan cara pembunuhan terhadap kaum ‗Ad . [HR. Al Bukhari no. 3344; Muslim no. 1064; Abu Dawud no. 4764 dari shahabat Abu Said Al Khudri] Beliau

juga berkata sebagaimana dibawakan oleh Abu Umamah

:

ٚ ,‫ُ اٌغّبء‬٠‫ا رحذ أد‬ٍٛ‫ لز‬ٍٝ‫ ٘إالء ششّ لز‬.‫ والة إٌبس‬,‫ والة إٌبس‬,‫والة إٌبس‬ .‫ُ ٘إالء‬ٍٙ‫ٓ لز‬٠‫ُ اٌغّبء اٌز‬٠‫ا رحذ أد‬ٍٛ‫ لز‬ٍٝ‫ش لز‬١‫خ‬ ―Anjing-anjing Neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka! Mereka

adalah sejelek-jelek mayat di bawah kolong langit. Sementara sebaik-baik mayat di bawah kolong langit adalah mayat orang-orang yang dibunuh oleh mereka (khawarij). [HR. Ahmad, Ibnu Majah]. b) Perkataan Nabi

terhadap kaum Qadariyyah 41

.))ُ٘ٚ‫ذ‬ٙ‫ا فال رش‬ٛ‫ ئْ ِبر‬ٚ ُ٘ٚ‫د‬ٛ‫ا فال رع‬ٛ‫ط ٘زٖ األِخ ئْ ِشض‬ٛ‫ّخ ِج‬٠‫((اٌمذس‬ ―Al-Qadariyyah itu majusinya umat ini. Jika mereka sakit maka jangan

dijenguk, jika mereka mati jangan disaksikan (dihadiri pemakamannya).‖ c) Perkataan Rasulullah

terhadap orang yang menarik kembali pemberiannya:

.))ٗ‫ئ‬١‫ ل‬ٟ‫د ف‬ٛ‫ع‬٠ ُ‫ء ث‬ٟ‫م‬٠ ‫ ٘جزٗ وبٌىٍت‬ٟ‫ء اٌعبئذ ف‬ٌٛ‫ظ ٌٕب ِثً ا‬١ٌ(( 41

[HR. Abu Dawud no. 4691, Ibnu Abi Ashim] Qadariyah adalah suatu kaum yang mereka mengingkari takdir, mereka meyakini bahwa segala yang yang terjadi itu tanpa didahului taqdir Allah dan bahwa Allah tidak menentukan taqdir kejadian tersebut sebelum terjadinya, melainkan terjadi karena kehendak makhluk secara mutlak. Dalam beberapa riwayat mereka kaum Qadariyyah adalah orang-orang yang berakhlak baik. Paham dan aliran ini ternyata masih bertahan hingga masa ini. Bahkan didukung dan diperbaharui oleh orang-orang yang dikenal sebagai ―cendekiawan muslim‖. Diantaranya di negeri ini ditokohi oleh Prof. Harun Nasution, yang dengan gencar dia menjejalkan paham ini kepada para mahasiswanya di lembaga pendidikan IAIN (yang sekarang berganti nama menjadi UIN), mereka adalah kaum yang juga mengucapkan Laa ilaha illaallah dan bersaksi pula bahwa Muhammad Rasul Allah.

64 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Tidak sepantasnya bagi kita untuk memiliki sifat jelek. Seorang yang menarik kembali pemberiannya bagaikan seekor anjing yang muntah kemudian dia menjilat kembali muntahannya tersebut. [HR. Bukhari no. 2589, 2622, 6975; Muslim no. 1622 dari shahabat Ibnu Abbas

].

d) Perhatikan beberapa contoh kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘ atau ‗kasar‘ yang digunakan oleh Rasulullah r terhadap beberapa shahabatnya sendiri, antara lain : Peringatan Rasulullah kepada seorang shahabat Abu Dzar ketika mencela seseorang dengan cara mencaci ibu dari orang tersebut, dengan mengatakan:

‫ّخ‬١ٍ٘‫ه جب‬١‫ئٔه اِشؤ ف‬ Sesungguhnya pada dirimu (Abu Dzar) terdapat sifat-sifat kejahiliyyahan. [HR. Bukhari no. 30; Muslim no. 1661] Peringatan Rasulullah kepada shahabat Muadz bin Jabal ketika Muadz mengimami kaumnya dalam sholat isya‘ dengan bacaan yang sangat panjang, sampai-sampai ada salah seorang makmum yang keluar dari shalat jama‘ah dan melakukan shalat sendiri. Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah r maka marahlah beliau

kepada Muadz dengan mengatakan:

))‫ب ِؼبر‬٠ ْ‫ أفزب‬،‫ب ِؼبر‬٠ ْ‫ أفزب‬،‫ب ِؼبر‬٠ ْ‫(( أفزب‬ ―Apakah engkau tukang fitnah, wahai Muadz, Apakah engkau tukang fitnah, wahai Muadz, Apakah engkau tukang fitnah, wahai Muadz (beliau mengulanginya 3 kali).‖ [HR. Bukhari, no. 6106; Muslim no. 465; An Nasa‘i no. 831 dari shahabat Jabir bin Abdillah]. e) Perkataan Rasulullah

kepada Aisyah

, isteri beliau yang paling beliau cintai,

yaitu ketika Aisyah cemburu kepada beliau, maka beliau

berkata:

)) ‫طبٔه‬١‫(( لذ جبءن ش‬ ―Sungguh syaithanmu telah datang kepadamu‖ [HR. An Nasa‘i no. 3970] 65 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami mengajak para pembaca untuk melihat ulang dengan seksama kata-kata yang dilontarkan oleh Baginda Nabi -

:

akan aku bunuh mereka, Anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka! Sejelek-jelek mayat Jika mereka sakit, maka jangan dijenguk, jika mereka mati maka jangan disaksikan (dihadiri) jenazah mereka, Bagaikan seekor anjing, Sesungguhnya pada dirimu terdapat sifat-sifat kejahiliyyahan, Engkau tukang fitnah, Sesungguhnya dia adalah sejelek-jelek sanak saudara, syaithanmu

padahal siapa yang dituju oleh Rasulullah

dengan ucapan-ucapan tersebut? Kaum

kafirkahmereka??? Yahudikah mereka??? Tidak lain mereka adalah orang-orang yangmasih bersyahadat La ilaha illallah dan menyatakan diri mereka sebagai muslim. Tidak bisakah Rasulullah

mengatakan dengan kepada Aisyah sebagai isteri

beliau dengan nasehat yang ‗lembut‘ dan ‗santun‘??? tanpa harus berucap: ―Sungguh syaithanmu telah datang kepadamu.‖. Padahal kita semua tahu bahwa Rasulullah

adalah manusia terbaik akhlaq dan

sikapnya terhadap seluruh manusia, terkhusus terhadap isteri-isterinya. Sebagaimana telah beliau khabarkan dalam sebuah hadits, yang diriwayatkan dari Aisyah Rasulullah

, bahwa

berkata:

ٍٟٙ٘٤ ُ‫شو‬١‫ أٔب خ‬ٚ ٍٗ٘٤ ُ‫شو‬١‫شوُ خ‬١‫خ‬ ―Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling berbuat baik terhadapkeluarganya ( isterinya), dan aku adalah orang yang paling berbuat baik terhadap keluargaku (isteriku).‖ [At Tirmidzi no. 3895]. Tentunya –na‘udzubillah- kita semua berlindung kepada Allah untuk lancang dan berani mengatakan bahwa Rasulullah

berkata dengan kata-kata yang tidak

santun atau tidak beretika dan yang semisal itu. Tentu barangsiapa yang berani mengatakan hal itu, maka dia tergolong orang yang lancang terhadap Nabi

dan

66 | R i s a l a h N a s e h a t 1

jahil terhadap syariat yang beliau bawa sekaligus tergolong orang yang merasa diri dan kelompoknya yang lebih bisa bersikap lembut, santun, dan beretika. .

Mengapa tidak hanya Denie Asseif dan kelompoknya saja yang dibantah Pengaruh negatif kesesatan kelompok-kelompok neo-khawarij masa kini dan para tokohnya, beberapa diantaranya semisal Taqiyuddin An-Nabhani, Muhammad Al-Ghazali, Yusuf Al-Qardhawi, Hasan Al-Banna, Sayyid Quthub, serta jagoan konyol seorang sarjana ekonomi Usamah bin Laden, kian terasa dalam dunia Islam, baik pengaruh negatif dalam bentuk paham –- yang kami istilahkan dengan teror

pemikiran – maupun dalam bentuk teror fisik berupa pembunuhan, pengeboman, demonstrasi di jalan-jalan dan sebagainya karena sebagaimana dapat dipahami oleh seorang yang sedikit saja mempunyai akal yang sehat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali ―bahwa tidaklah seluruh teror-teror fisik yang ada itu terjadi melainkan karena terlebih dahulu dijejalkan doktrin-doktrin berupa teror pemikiran‖. Namun justru sangat disayangkan hal yang jelas dan gamblang ini terluputkan dari logika seorang Denie Asseif ini yang justru pada bab-bab penegakan ‗khilafah‘ logikanya begitu ―cemerlang‖ (baca: Serampangan), sungguh ironis..., yang mana hal ini semakin memperjelas betapa dungu dan tidak bijaksanannya dia dalam berkomentar. Maka coba kita perhatikan komentar dia yang ‗ sukur njeplak‘ ini di facebook..

Namun disisi lain dia menerapkan standar ganda dalam penerapan ―Opini Media yang

dikuasi oleh barat‖, mari kita perhatikan:

67 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Maka kami katakan: ―Dengan timbangan apa engkau wahai Denie Asseif

dapat

memilah-milah opini media? Sudah demikian ‗cerdas‘ kah engkau ? Apa engkau telah menguasai hukum-hukum syari‘at beserta ilmu yang ada pada hukum-hukum tersebut? Ataukah engkau telah menguasai betul tentang ilmu ushul beserta furu‘iyyahnya soal menimbang maslahat dan madharat dengan tepat berdasar nashnash yang ada? Ataukah engkau telah menghafal Al-Qur‘an berikut maknanya, berapa juz kah yang telah engkau hapal dan pahami maknanya?, Ataukah engkau telah menghafal ribuan hadits beserta mengilmui syarat-syarat shohih dan tidaknya Nasikh

dan Mansukhnya? Ataukah engkau mengetahui tentang siapa si pembawa opini di media tersebut berikut jalur periwayatannya hingga suatu opini itu layak untuk diterima, menurut penglihatan ‗cerdas‘ yang engkau miliki, sehingga engkau bisa menetapkan itu opini barat atau tidak? Atau apakah engkau juga mengetahui bahwa penyampaian opiniopini tersebut telah begitu ‗aktual‘ sehingga engkau bisa menerima atau menolaknya, apa dasar timbangan untuk itu semua ? Ataukah cukup mengandalkan ‗kecerdasan‘ yang bertumpu pada logika dan perasaan semata, serta kungkungan fanatik golongan yang ada padamu! Lalu kenapa justru pada opini-opini media yang segaris dengan pergerakan kelompokmu atau cocok dengan ambisi pergerakan kelompokmu, tanpa filter dan tanpa

menimbang

engkau

langsung

mencomotnya

mentah-mentah,

dan

menyebarkannya ke publik... Allahu Akbar.... Hadzihi musibatun adhimah...!!!

68 | R i s a l a h N a s e h a t 1

                             ‗

   

―Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).‖ (QS. An Nisaa‘: 83)

Maka dengan ini kami katakan, betapa curangnya engkau dalam menimbang..???, tidakkah pernah kau baca ayat di bawah ini...????

                ―Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.‖ (QS. Al Muthafifiin: 1-3). Maka kami katakan:

―Yaa Akhi… ente yang nggak paham, atau memang ente yang sengaja naruh Otak ente di dengkul‖. Allahul musta‘an.... Hadakallah... Justru sebenarnya para tokoh-tokoh diatas lah yang seharusnya mendapat porsi lebih banyak untuk dibantah. Karena Denie Asseif dan orang-orang semacamnya hanyalah bandit kelas kroco yang merupakan salah satu imbas paham

Khawarij

yang disebarkan ditengah-tengah umat terkhusus kalangan muda. Al-

Qaeda, JI, NII, MMI, FPI, HT, IM, LDII, adalah sekian kelompok dari kelompokkelompok berhaluan Khawaarij yang terus memangsa korban-korban baru dari 69 | R i s a l a h N a s e h a t 1

kalangan pemuda yang memiliki semangat dan kecintaan yang tinggi terhadap Islam seperti saudara Denie Asseif ini. Namun ketika semangat yang tinggi dan kecintaan terhadap Islam tersebut tidak dibarengi oleh kematangan ilmu Al-Qur‘an dan AsSunnah dalam koridor pemahaman generasi salafush shalih, maka para pemuda tersebut sangat mudah untuk digiring kepada terorisme yang kejam dengan label dan semboyan jihad fii sabilillah. Itulah gambaran global kondisi umat dengan berbagai kelompok neo-khawarij

yang tersebar di tengah-tengah mereka. Racun jilatan hizbiyyah (berkelompokkelompok) dan paham khawarij telah mengenai banyak pihak, terkhusus kaum muda. Para teroris neo-khawarij pun dengan gencar di sana-sini melalui berbagai media meracuni umat dengan pahamnya. Mereka lakukan hal itu dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur‘an dan hadits-hadits Rasulullah  berdasarkan logika dan kepentingan kelompok masing-masing di luar bimbingan pemahaman generasi assalafush shalih serta para ‗ulama masa kini yang mengikuti jejak mereka. Umat yang mayoritas awam pun terbawa oleh hingar bingarnya syubhat-syubhat (kerancuan berpikir) tersebut sehingga mereka menganggap tindakan teror sebagai jihad yang mulia serta pembelaan terhadap syari‘at Islam, dan para pelakunya pun mereka anggap sebagai mujahiddin.

Pertanyaan atau ucapan seperti ini sering muncul dari berbagai kalangan, baik dari orang-orang awam maupun dari dari kalangan yang diistilahkan dengan ―para aktivis‖ atau ―pegiat da‘wah‖. Kalau munculnya dari orang-orang awam maka hal itu bisa dimaklumi, karena keawamannya itu mereka cenderung menilai dan bersikap berdasarkan tingkat pengetahuannya terhadap agama. Karena bersumber dari orang awam, maka pengaruh dari ucapan tersebut tidaklah terlalu berarti. Namun apabila ucapan atau pertanyaan seperti itu diucapkan oleh orang-orang yang disebut ―para aktivis‖ atau ―pegiat da‘wah‖ maka akan memiliki pengaruh negative yang sangat berarti, antara lain:

70 | R i s a l a h N a s e h a t 1

1. Mendidik umat untuk diam terhadap berbagai penyimpangan dan kesesatan yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin. Tentunya bertentangan dengan perintah Nabi r dalam beberapa haditsnya, antara lain:

―Tolonglah saudaramu, baik yang berbuat kezhaliman maupun yang terzhalimi. seo-

rang shahabat bertanya: ‗Wahai Rasulullah, jelas aku akan menolongnya jika ia adalah pihak yang terzhalimi, tapi bagaimana menurut engkau jika dia adalah pihak yang berbuat kezhaliman, bagaimana mungkin aku akan menolongnya?‘ Rasulullah menjawab: ―Yaitu (dengan cara) kamu mencegah atau melarang dia dari perbuatan zhalim, maka sesungguhnya itu adalah bentuk pertolongan untuknya .‖ 42 Begitu juga dengan hadits:

―Permisalan antara seseorang yang menjalankan syari‘at Allah dengan orang yang

melanggarnya bagaikan suatu kaum yang mengundi penentuan tempat pada sebuah kapal. Sebagian mereka berhasil mendapatkan tempat dibagian atas, sementara yang lain di bagian bawah kapal, jika membutuhkan air minum terpaksa harus melewati orang-orang yang berada di atasnya. Akhirnya mereka (yang di bawah) berkata (kepada sebagian yang lain): ‗Kalau seandainya kita lobangi (dinding kapal) sedikit (untuk mendapatkan air) tentu kita tidak akan mengganggu orang-orang yang berada di atas kita‘. Jika mereka (yang di atas) membiarkan orang-orang yang ada di bawah dengan kemauannya itu, niscaya mereka semua akan binasa (tenggelam). Namun apabila mereka (yang di atas) berupaya mencegahnya, niscaya mereka akan selamat dan selamat pulalah seluruh (yang ada di kapal tersebut) .‖ [HR. Al Bukhari no. 2493, 2686] 42

[HR. Al Bukhari (no. 2443,2444) Tirmidzi ( 2255) dari shahabat Anas bin Malik . lihat Riyadhus Shalihin hadits ke-237 hal 85]

71 | R i s a l a h N a s e h a t 1

2. Akan semakin berkembangnya penyimpangan dan paham sesat. Ketika upaya pengingkaran terhadap berbagai penyimpangan telah diabaikan, tentu umat yang jauh dari bimbingan ilmu ini akan mengira suatu kesesatan sebagai suatu kebenaran, para pengusung paham dan aliran yang menyesatkan dianggapnya sebagai penyeru kebaikan, sementara orang yang memperingatkan umat darinya dikatakan sebagai ‗‗Pemecah belah umat‘‘. Para penganut paham syi‘ah yang menyesatkan akan dengan mudah menjerumuskan umat kepada aqidahnya yang menyesatkan itu. Para penganut paham teroris khawarij akan terus dengan mudah menggiring pemuda khususnya untuk memusuhi dan mengkafirkan pemerintahnya dan oran-orang yang tidak berada dalam satu kelompok dengan mereka, melakukan kudeta, demonstrasi menentang pemerintah, pembom-an, pembunuhan, dan berbagai tindakan sadis lainnya dengan mengatasnamakan agamanya. Begitu pula pengusung paham sesat lainnya. 3. Akan semakin menjauhkan umat dari pertolongan Allah

.

Kita semua tahu dan yakin, bahwa Allah tidak akan menolong umat ini terhadap musuh-musuhnya selama mereka masih banyak melanggar larangan-larangan Allahdan Rasul-Nya , terkhusus jika pelanggaran tersebut dalam permasalahan aqidah (keyakinan yang mendasar) dan manhaj (prinsip/metode dalam berislam), yang menyelisihi Al-Qu‘ran dan As-Sunnah dalam koridor bimbingan generasi as-

salafush shalih . Berikut ini adalah nasehat Asy-Syaikh Al-‗Allamah DR. Shalih bin Fauzan AlFauzan, salah satu anggota Majelis Hai‘ah Kibaril ‗Ulama (Majelis Fatwa Ulama Besar) Kerajaan Saudi ‗Arabia dalam jawabannya terhadap pertanyaan sebagai berikut: Pertanyaan: Kenapa harus ditetapkan tahdzir (peringatan keras) terhadap berbagai

ahlul bid‘ah, sementara umat ini sedang menghadapi permusuhan dengan kaum Yahudi dan Nashara, dan para sekuleris. Jawaban: Tidak mungkin bagi kaum muslimin untuk melawan Yahudi dan

Nashara kecuali jika mereka memberantas berbagai bid‘ah yang ada di tengah-tengah mereka, mengobati berbagai penyakit (kesesatan) yang ada di antara mereka, sehingga dengan itu mereka bisa menang atas Yahudi dan Nashara. Namun apabila kaum muslimin masih saja mengabaikan urusan agama mereka dan masih saja melakukan berbagai bid‘ah dan perbuatan-perbuatan haram lainnya serta terus meremehkan untuk mengaplikasikan syari‘at Allah. Maka tidak akan mungkin mereka menang atas 72 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Yahudi dan Nashara, bahkan mereka akan dikalahkan oleh kaum Yahudi dan Nashara dengan sebab sikap meremehkan urusan agama mereka. Karena itu wajib adanya upaya pembersihan masyarakat (muslimin) dari berbagai macam bid‘ah dan kemungkaran, serta wajib berupaya menerapkan perintah-perintah Allah dan RasulNya sebelum kita memerangi Yahudi dan Nashara dalam keadaan kondisi kita masih seperti ini, maka kita tidak akan menang atas mereka selama-lamanya ! bahkan merekalah yang akan menang atas kita disebabkan dosa-dosa kita. [dari kitab AlIjabatul Muhimmah fil Masyakil AlMulimmah, hal.28. lihat http://www.misrsalaf.com/vb/showthread.php?t=35]. Bermula dari pembahasan di atas, muncullah tuduhan dusta terhadap Ahlus Sunnah atau salafiyyin bahwa mereka telah menyerahkan loyalitas (berwala‘) untuk orang-orang kafir. Sehingga salafiyyin dituduh sebagai ―antek-antek Yahudi dan Nashara‖ serta ―antek pemerintah yang kafir‖ (Thagut), ―agen mosad (zionis)‖, bekerja untuk kepentingan mereka, dan berbagai tuduhan lainnya, yang tanpa bisa sedikitpun mereka buktikan dengan ilmiah dan bukti nyata.

Bantahan atas beberapa Komentar lancang

Denie Asseif

73 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Baiklah, tidak ada masalah dalam penjelasan Denie Asseif diatas tentang makna

thagut, dan penukilan yang cukup bagus telah dinukilkan olehnya kepada kita, namun ada beberapa pokok hal yang sangat penting berkaitan dengan penjelasan ayat di atas yang fatal apabila terlewatkan, untuk memahami makna ayat diatas tentu tidak bisa kita memahaminya sepotong-sepotong, sebagaimana nasehat Denie Asseiff berikut:

dan pemahaman itu pun harus kita kembalikan kepada bimbingan As-Sunnah karena itu sebaik-baik penjelas Al-Qur‘an, tentunya dengan pemahaman generasi salafush shalih, karena merekalah yang paling lebih mengerti tentang ayat tersebut dikarenakan ayat tersebut turun ditengah-tengah mereka para shahabat, dan sebagaimana yang telah datang dalam hadits, bahwa merekalah sebaik-baik umat Muhammad

. Setelah membaca keterangan penjelasan yang terdapat pada komentar

Denie Asseif dari beberapa tafsir ayat tersebut, kami mencoba mengecek pada tafsir yang dinukilkan oleh Denie Asseif dari Imam Ibnu Katsir dan Asy Syaikh Al Alamah Abdurrahman As-Sa‘di, karena memang hanya dua kitab tersebut yang ada pada kami, setelah kami tidak lagi tinggal di ma‘had darul atsar Gresik, yang menyebabkan kami tidak bisa merujuk pada kitab-kitab yang terdapat di maktabah (perpustakaan) ma‘had (pondok) tersebut, sehingga kami cukup kesulitan untuk mencari referensi dari berbagai kitab yang ada. Namun dua kitab tafsir yang ada pada kami, adalah lebih dari cukup bagi kami untuk menjadikan keduanya sebagai rujukan. Dan semoga Allah memberikan kelapangan yang luas pada kubur keduanya serta mengangkat keduanya pada derajat yang tinggi. Karena sumbangsih keduanya terhadap Islam dengan adanya dua kitab tersebut. rahimahumallah..... Berikut ini kami tampilkan kutipan Surat An Nisaa dari ayat 59-65:                                

         

74 | R i s a l a h N a s e h a t 1

                                                               

             

                                      

― Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? mereka hendak berhakim kepada thaghut, Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu Lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna". Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (QS. An Nissa: 59-60) Ringkasan Tafsir Imam Ibnu Katsir :

75 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Artinya43: ―diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bin Khotob

dari Rasulullah

,

berkata: ―perintah mendengar dan taat kepada ulil amri yaitu mendengar dan taat kepada setiap pemimpin muslim pada seluruh perkara yang disenangi maupun yang dibenci, selama tidak diperintah dalam perkara maksiat, maka apabila pemimpin muslim tersebut memerintah untuk bermaksiat (seperti, memerintah berzina, memerintah mencuri, membunuh jiwa yang tidak halal untuk dibunuh, dan perkaraperkara maksiat lainnya, pent) maka tidak boleh mendengar dan taat (namun tidak boleh memberontak, serta mencaci maki, cukup tidak mengerjakan perintahnya, pent). Dan dalam riwayat lain : ‗dari shahabat Ibad bin Shomad berkata, Rasulullah memerintah kami untuk mendengar dan taat (kepada pemimpin kaum muslimin)baik dalam keadaan senang atau benci, dalam keadaan kami ditindas atau dinaungi, dan untuk menghormati serta memuliakan perintah mereka dan tidak menyelisihinya, kecuali apabila kami menyaksikan dengan nyata dan pasti akan kekafiran mereka dan kami mempunyai bukti yang nyata di sisi Allah atas kekafiran mereka‖. Dan juga datang dari shahabat Anas bin malik yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, berkata: tetaplah kalian mendengar, dan taat walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak hitam dari habasyah yang kepalanya bagaikan kismis (suatu penggambaran akan pemimpin yang buruk rupa dan berasal dari kalangan rendahan), dan datang pula dari shahabat Abu Hurairah, berkata : ―telah menasehatkan kepadaku kekasihku (Rasulullah

) untuk mendengar dan taat walaupun yang memerintah seorang budak

dari habasyah/ethiopia yang terpotong hidungnya‖. 43

kami hanya menerjemahkan pada beberapa inti lafadz yang dibawakan oleh Imam Ibnu Katsir dari beberapa jalur periwayatan, karena khawatir terlalu panjangnya penjelasan, adapun teks aslinya kami nukilkan secara utuh pada halaman lampiran.

76 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Dan berkata Ali bin Abi Tolhah dari Ibnu Abbas: ―ulil amri yang dimaksud pada ayat

yaitu Ahli Fiqih dan Ahli Agama. Mujahid dan Atho‘ serta

Hasan Al Bashri dan Abu Aliyah menjelaskan bahwa ulil amri yang dimaksud dalam ayat tersebut umara (pemimpin negara) dan ulama. Dan datang dari hadits shahih muttafaqun alaihi dari shahabat Abu Hurairah berkata: ―telah bersabda Rasulullah

:

―Barangsiapa taat kepadaku maka dia telah menaati Allah, dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku maka dia telah bermaksiat kepada Allah, dan barangsiapa yang taat kepada penguasanya maka dia telah menaatiku, dan barangsiapa yang bermaksiat (menentang) penguasanya maka dia telah bermaksiat kepadaku. Dan firman Allah

: berkata Mujahid dan

ulama lainnya dari kalangan salaf yaitu jika terjadi perselisihan diantara manusia maka wajib untuk mengembalikan kepada nash-nash Al-Qur‘an dan Hadits, baik perselisihan itu dalam masalah pokok-pokok agama maupun cabang-cabangnya dan barang siapa yang tidak mau mengembalikan perselisihan kepada keduanya maka tidaklah dia termasuk beriman kepada Allah dan hari akhir. ---sekian Imam Ibnu Katsir---

Ringkasan Tafsir Asy Syaikh As Sa‘di :

77 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Artinya: ―kemudian Allah memerintahkan untuk taat kepada-Nya dan Rasul-Nya, dan yang demikian itu adalah dengan mengerjakan perintah keduanya baik yang wajib maupun yang sunnah, dan menjauhi larangan keduanya dan memerintah untuk taat kepada ulil amri. Dan mereka ulil amri tersebut adalah penguasa dari kalangan pemimpin negara, hakim, serta ulama ahli fatwa, dikarenakan tidaklah akan tegak perkara agama rakyat dan perkara dunianya kecuali dengan mentaati mereka ulil amri dengan catatan selama mereka tidak memerintah bermaksiat, dan apabila mereka memerintah untuk bermaksiat maka tidaklah ada ketaatan terhadap satu makhluk pun dalam bermaksiat kepada Allah. Kemudian setelah itu Allah memerintahkan untuk mengembalikan segala bentuk perselisihan diantara manusia kepada Kitabullah dan Sunnah, dikarenakan sesungguhnya pada keduanya terdapat penjelasan yang rinci atas seluruh masalah-masalah khilafiyah baik yang bersifat jelas, umum, atau isyarat atau peringatan. Dikiaskan atas masalah-masalah khilafiyah tersebut setiap apa yang sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah , karena Kitabullah dan Sunnah merupakan asas pokok pondasi agama. Dan tidaklah tegak keimanan melainkan mengembalikan setiap perkara kepada keduanya (Kitabullah dan Sunnah). Selanjutnya, penjelasan makna thagut dalam ayat ini adalah segala sesuatu yang diibadahi selain Allah, dan Allah sungguh telah memerintah kaum muslimin untuk mengingkarinya. ―maka tidaklah akan terkumpul suatu keimanan itu melainkan dengan keyakinan bahwa wajib berhukum dengan syariat Allah pada seluruh perkara. Maka barangsiapa yang menyangka bahwasanya dirinya beriman, dan lebih memilih berhukum dengan thagut daripada hukum Allah, maka dia adalah pendusta, dan setan telah

menyesatkannya

dengan

pengakuannya

tersebut.

Dan

setan

hendak

menyesatkannya dengan kesesatan yang jauh (dikarenakan dia merasa bahwa dirinya beriman padahal pada hakikatnya Allah menafikan keimanan mereka sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat ke-8, pent). Selanjutnya pada ayat yang ke63, Syaikh menjelaskan bahwasanya pengingkaran terhadap thagut adalah wajib namun bentuk pengingkaran itu sendiri haruslah merujuk pada tuntunan Rasulullah, dikarenakan di awal ayat Allah mengikatkan perintahnya dengan mengikuti perintah

78 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Rasulullah. Pada ayat

[dan katakanlah kepada mereka para ulil

amri yang tidak berhukum dengan hukum Allah tersebut) perkataan yang membekas pada jiwa mereka.] Syaikh menjelaskan bahwa hendaklah kaum muslimin menasehati para penguasa yang berhukum dengan thagut tersebut dengan nasehat yang bijaksana dan rahasia antara mereka ulil amri dan pihak yang menasehati saja (tidak diumbar di depan khalayak umum, dikarenakan seorang penguasa mereka mempunyai pengaruh di mata masyarakatnya, maka bagaimanakah jika rakyat dijejali doktrin untuk membenci penguasanya, bukankah musibah yang akan terjadi!). Dikarenakan pula itu lebih menghasilkan akan tujuan yang dimaksudkan (kebaikan). ---sekian Asy Syaikh As Sa‘di--Subhanallah, maka sungguh nikmat jika kita memahami agama ini dengan penuh ketundukan kepada syariat, jauh dari sikap fanatik ke-partai-an atau tendensi (tekanan) hizbiyyah yang menyesatkan dan memecah belah kaum muslimin menjadi berkelompok-kelompok. Maka kami katakan dengan ini perlu kita ketahui bahwasanya tidak semua orang yang memiliki intelektual tinggi dan bertitel tinggi mengerti agama, dan bisa menafsirkan nash dengan benar. Tidak semua orang-orang sukses yang mengisi di ribuan seminar-seminar besar yang ada itu mengerti agama. Simak saja contohnya orang-orang JIL (Jaringan Iblis La‘natullah) mereka adalah orang-orang yang bertitel tinggi, tidak tanggung-tanggung mereka keluaran Amerika. Namun sangat disayangkan mereka kosong dari pemahaman ilmu yang benar. Seperti ambil contoh tatkala mereka mengatakan bahwa Al-Qur‘an itu perlu direvisi karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, mereka membawa dalil-dalil dari Al-Qur‘an, namun apa hasilnya...??? kehancuran dikarenakan mereka tidak memiliki pemahaman ilmu yang benar dalam memahami makna dari sebuah dalil yang ada. Kalau tinggal mengutip dalil saja semua orang bisa, perkara yang mudah, tinggal comot sana comot sini selesai. Tapi apakah tepat peletakan dalil tersebut serta pemahamannya??? Belum tentu !!! karena pemahaman kepada ilmu yang benar hanyalah dimiliki para ulama, sebagaimana yang Allah tegaskan dalam firman-Nya:

         ―Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.‖ (An Nahl 43).

-----sekian---79 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan atas pernyataan dangkal di atas : [Eksistensi agama memang diakui, tetapi fungsi yang diperankan agama hanya terkait dengan hal-hal yang sifatnya personal-individual. Perkara-perkara yang mengatur dan mengurusi pelayanan negara terhadap rakyatnya, seperti politik, pemerintahan, ekonomi, hukum pidana-perdata, sosial-budaya, dan pendidikan disterilkan dari agama.] Sebuah pernyataan yang sangat picik sekali yang telah engkau katakan, apa maksud ‗personal individual‘ (mengutip istilah sok intelek Denie Asseiff) yang kau katakan? Apakah ditetapkannya hari raya umat Islam setiap tahun, penegakan sholat lima waktu yang telah dikeluarkan oleh mereka waktu-waktunya, sholat ied, penegakan sholat jum‘at, serta diadakannya pengaturan ibadah haji setiap tahun, atau pencekalan terhadap aliran-aliran sesat semisal ahmadiyyah dan terorisme engkau anggap personal individual ??? Bukankah itu semua untuk kemaslahatan kaum muslimin dan persatuan mereka..?? Atau mungkin kami yang tidak paham dengan istilah sok intelektualmu itu. Tolong jelaskanlah..!!! Lanjut lagi keserampangan engkau dalam berbicara dengan berkata bahwa seluruh perkara yang mengatur dan mengurusi pelayanan negara terhadap rakyatnya

80 | R i s a l a h N a s e h a t 1

disterilkan dari agama, itu artinya benar-benar bersih dan tidak terkontaminasi agama sama sekali. Maka kami katakan engkau memang dungu nan naif. [Keadaan inilah yang membuat kaum Muslim tidak bisa memutuskan perkara yang mereka perselisihkan dengan syariah. Mereka memang masih diizinkan menjalankan ibadah ritual. Mereka juga tidak dilarang meyakini kebenaran al-Quran dan as-Sunnah. Akan tetapi, keyakinan itu tidak boleh diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Mereka dipaksa tunduk dengan hukum buatan manusia. Mereka harus menerima keputusan hukum warisan penjajah. Sekalipun mereka ingin diadili dan diputusi dengan syariah, mereka juga tidak kuasa menolak ketika harus diadili oleh mahkamah yang mendasarkan pada selain syariah, yang oleh ayat ini disebut dengan thâghût.] Kami katakan: Benarkah kaum muslimin tidak bisa memutuskan perkara yang mereka perselisihkan dengan syariah. Ambil contoh kecil saja kasus hukum waris, hukum talaq dan khuluk dalam perceraian, bukankah pemerintah membebaskan penetapannya dengan syariat, atau engkau kira MUI dan Depag hanyalah berhukum dengan hukum thagut semata dengan men-sterilkan setiap perkara dari bimbingan agama??? Engkau memang naif dan dungu. Lalu benarkah pernyataan engkau dengan mengatakan kaum muslimin tidak bisa mengimplementasikan Al-Qur‘an dan As-Sunnah dalam kehidupan nyata??? Apakakah

kau

buta???

Sungguh

kaum

muslimin

masih

demikian

leluasa

mengimplementasikan Al-Qur‘an dan As-Sunnah dalam keseharian mereka. Bukankah dalam lingkup ‗personal individual‘ (maaf, hanya sekedar menyesuaikan dengan gaya bahasamu yang sok intelektual) kaum muslimin masih bisa mengimplementasikannya.

Sungguh

kedunguan

tampak

jelas

dari

berbagai

pernyataanmu yang kontradiksi (baca: bertentangan) tersebut. [mereka juga tidak kuasa menolak ketika harus diadili oleh mahkamah yang mendasarkan pada selain syariah, yang oleh ayat ini disebut dengan thâghût] Ya termasuk ketika engkau dan kelompokmu tidak bisa menolak ketika harus berhukum dengan hukum ‗thagut‘ walaupun menurut politisir engkau (baca: pemutarbalikan fakta dengan pengemasan yang cantik ) itu merupakan masalah furu‘iyyah belaka atau istilah sok intelektual engkau ‗teknis administratif‘ dan ‗formalitas administratif‘. Sebagaimana dalam komentarmu dibawah ini:

81 | R i s a l a h N a s e h a t 1

[Jadi mendirikan HT itu ijinya langsung dari Allah swt, bukan dr pemerintah. Hanya baru2 ini saja scr keorganisasian didaftarkan krn pemerintah yg represif dg kekuasaanya. Demi keberlangsungan dakwah. Ini dipandang hanya sekedar formalitas administrative saja.... Baca Selengkapnya].

Kami katakan: Apakah mendirikan jama‘ah bid‘ah bernama HT dengan dalih amar ma‘ruf nahi munkar adalah fardhu ‗ain, sehingga dengan itu kalian mentolerir berhukum dengan hukum ‗thagut‘, yang resikonya adalah kekafiran sebagaimana yang kalian prinsipkan?? Satu prinsip agama yang kalian tetapkan telah kalian langgar demi ambisi mewujudkan kekuasaan kalian, bukankah kedepannya kalian akan tidak segan-segan lagi menabrak syariat dengan dalih demi ‗perjuangan ‗khilafah‘. Darimana kaidah semacam ini.... semua itu merupakan bukti akan sesatnya kalian, dalam perkara prinsipil semacam itu saja kalian lemah, bagaimana bisa kalian akan menegakkan ‗khilafah‘ dengan kaffah ! Baiklah, seandainya anggap saja kita katakan bahwa pemerintah itu ‗thagut‘, bukankah hukum asal berhukum kepada ‗thagut‘ adalah haram...??? maka perkara furu‘iyah yang menghantarkan kepada suatu yang haram adalah Haram !!! maka belajarlah !!! Maka ketahuilah salah satu kaidah ushul di bawah ini, Syaikh As Sa‘di mengatakan di dalam kitabnya Al-Qowaidul Fiqh sebuah kaidah:

82 | R i s a l a h N a s e h a t 1

‫ فرو فساد و خهم‬,‫و إن أتى انتذرٌم فً وفس انعمم أو شرطه‬ Jika datang pada suatu amalan itu sesuatu yang haram pada zatnya atau syaratnya maka menjadilah amalan tersebut fasad dan cacat.

--Sekian--

[Oleh karena itu, siapa pun yang tidak ingin tersesat, dia harus mengingkari dan menjauhi thâghût. Masyarakat mana pun yang tidak ingin terjerembab dalam lembah kegelapan, tidak memiliki pilihan lain kecuali harus melepaskan diri dari kungkungan sistem thâghût. Sebagai gantinya, mereka harus memilih dan menerapakan syariah yang berasal dari-Nya. Dialah yang mengeluarkan orang-orang yang beriman dari kegelapan menuju cahaya (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 257). Walhasil, jika ingin membebaskan diri, masyarakat, dan negara dari jeratan thâghût, Daulah Khilafah Islamiyah jawabannya. Sebab, hanya Daulah Khilafah Islamiyah yang bisa menerapkan syariah secara kaffah dalam kehidupan.] Kami katakan, : apakah memilih dan menerapkan syariah harus dengan menegakkan khilafah, jawabanya adalah belum tentu. (nantikan pembahasan lebih lanjut mengenai hal ini pada bab yang kedua dari risalah nasehat ini. Dont miss it !!!)

83 | R i s a l a h N a s e h a t 1

[Para pemimpin di dalam teks Al-qur’an dan al-hadist itu merujuk pada Imam/Khalifah/Amirul mukminin dlm system Imamah atau Khilafah, bukan system presiden (Kapitaslis-demokrasi, Sosialis-Komunis) dan system kerajaan diktator.] Kami katakan : Inilah hasilnya jika memahami nash-nash yang ada dengan cara serampangan dan kungkungan hawa nafsu kekelompokan. Agama dibuat mainan dan dipahami ‗seenak udelnya‘ sendiri. (nantikan pembahasan mengenai hal ini dalam bab yang kedua, Insya Allah). --sekian—

[Tentu saja Allah tidak memerintahkan umat Islam untuk mentaati seseorang yang tidak berwujud sehingga jelaslah bahwa mewujudkan kepemimpinan Islam adalah wajib. Ketika Allah memerintahkan untuk mentaati Ulil Amri berarti juga memerintahkan untuk mewujudkannya, demikian menurut Taqiyuddin An-Nabhani.Taqiyuddin An-Nabhani.] 84 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan: Pernyataan di atas adalah salah satu bukti nyata paham khawarij yang ada pada kelompok kalian yang dengan mudah memvonis kafir kepada kaum muslimin pelaku maksiat. yang konsekuensinya itu pun menular kepada engkau. Subhanallah... kalian mengatakan pemerintahan yang ada ini tidak berwujud [apa maksud perkataan tidak berwujud tersebut, jangan-jangan engkau sendiri tidak mengerti dan hanya menukilkannya mentah-mentah], begitukah batas pemahaman engkau yang hanya berhenti pada perkataan-perkataan pendiri kelompokmu...???? mana sikap kembali kepada Al-Quran dan Sunnah..?? bukankah Rasulullah telah mengkhabarkan tentang banyaknya ulil amri yang dzalim dan jahat, lalu memerintahkan untuk tetap taat kepada ulil amri, apakah Rasulullah memberi solusi untuk mewujudkan ketaatan tersebut dengan cara menggoyang kursi kekuasaan ulil amri tersebut untuk akhirnya dapat tegak kekuasaan yang syar‘i. Maka jawabnya adalah tidak !. (nantikan pembahasan lengkapnya pada bab yang kedua) --sekian—

Penjelasan di atas mengenai tafsir yang dibawakan oleh Ibnu Katsir dan juga Imam Al-Qurthubi tidaklah bertentangan dengan dalil yang menunjukkan akan wajibnya taat kepada ulil amri, karena maksud khilafah itu sendiri makna asalnya adalah

kepemimpinan

bukan

‗khilafah‘

sebagaimana

engkau

pahami,

dan

kepemimpinan disini bersifat umum baik kepemimpinan yang syar‘i ataupun yang dzalim dan yang demikian ini selaras dengan makna ayat di atas. Ayat di atas pun turun berkenaan dengan penciptaan manusia (nabi Adam alaihis salam), yang mana manusia mempunyai tabiat yang condong kepada kerusakan, Dan pernyataan engkau 85 | R i s a l a h N a s e h a t 1

yang menukilkan dari ibnu katsir dan Qurthubi bahwasanya itu adalah dalil wajibnya menegakkan khilfah adalah dusta, tolong jika engkau bisa menyertakan bukti bahwa mereka menyatakan wajib, dan anggaplah seandainya itu benar maka perintah wajib itu pun tidaklah mutlak, dan perlu melihat dalil yang lain, kenapa ??? karena telah tetap datangnya dari Nabi

bahwasanya Beliau memerintahkan untuk meninggalkan

seluruh kelompok yang ada tanpa terkecuali ketika terjadi perpecahan dan ketika tidak didapati kepemimpinan. Sebagaimana pada pembahasan hadits hudzaifah ibnul yaman yang telah lalu. ---sekian---

Kami katakan: Maaf untuk yang kesekian kalinya kami terpaksa menggunakan kata-kata ‗pedas‘ dan ‗kasar‘, engkau memang dungu dan ngawur dalam memahami nash yang ada. Hadits tersebut menerangkan berkenaan pada bab safar (bepergian) yang mana sunnah menganjurkan untuk mengangkat seorang amir ketika dalam safar. Dan sebabnya sebagaimana telah diketahui, bahwa dengan adanya amir / seorang yang memimpin maka terhindarlah perselisihan dan persengketaan. Dan makna kepemimpinan dalam Islam pada keterangan Asy-Syaukani

di atas ini adalah bermakna umum.

Sebagaimana penjelasan yang telah lalu. Lebih tidak ilmiah lagi engkau mengutip tanpa menyertakan rujukannya haditsnya, sehingga kami cukup kesulitan mencari keterangan aslinya. Lebih tidak ilmiah lagi Ketika kami mencoba mencarinya dalam 86 | R i s a l a h N a s e h a t 1

kitab musnad Imam Ahmad melalui program software Mausu‘atul Haditsin Nabawawi ternyata kami tidak mendapati hadits tersebut. Bahkan kami di arahkan melalui hasil

searching kepada hadits-hadits yang menerangkan wajibnya taat kepada ulil amri. --sekian—

Kami katakan: Hadits diatas menjelaskan tentang wajibnya taat kepada penguasa, lihat kembali teks hadits ketika shahabat bertanya tentang apa yang seharusnya mereka lakukan terhadap khalifah/penguasa yang ada, maka Rasulullah menjawab : ― tepatilah bai‘atmu pada yang pertama, yaitu maksudnya tepatilah bai‘atmu pada pemimpin yang pertama kali 87 | R i s a l a h N a s e h a t 1

di baiat, pemimpin yang telah ada baik dia dzalim maupun jahat, dan mafhum mukhlafahnya/yang bisa diambil dari penjelasan tersebut bahwasanya Rasulullah menetapkan untuk berbaiat pada yang pertama, maka itu sekaligus perintah untuk membinasakan orang yang menginginkan untuk di bai‘at menjadi khalifah menyaingi khalifah yang pertama. Sebagaimana datang dalam hadits yang lain menerangkan bahwa jika di bai‘at dua pemimpin maka Rasulullah memerintahkan untuk membunuh orang yang di baiat terakhir kali, karena orang tersebut lah yang memberontak dan memecah belah persatuan. dan sekali lagi kepemimpinan disini bersifat umum. --sekian--

Kami katakan: (nantikan pembahasan mengenai hal ini pada bab yang kedua, don‘t miss it !!!)

88 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan: Para ulama fiqh telah menetapkan sebuah kaidah ushul

‫ال تتنّ األحكام إال بىجىد شروطها و انتفاء هىانعها‬ ―Tidaklah sempurna suatu hukum kecuali apabila terpenuhi syarat-syaratnya dan hilang penghalang-penghalangya‖ [Hanya dengan diterapkanya syariat Islam secara kaffah dan tegaknya Daulah Khilafah lah negri ini akan diridhai oleh Allah swt.] Penerapan syariat secara kaffah serta penegakan daulah khilafah tentunya untuk memahami itu semua harus kembali merujuk kepada Al-Qur‘an dan As-Sunnah dengan pemahan salafush shalih secara kaffah pula tentunya! Karena tidaklah mungkin Allah

akan ridho terhadap daulah khilafah apabila untuk

mewujudkannya saja harus melanggar syariat yang ada ! Ambilah contoh : Ibadah Haji adalah perkara yang disyariatkan dan sangat ditekankan, dan tentunya Allah akan ridha terhadap pelakunya dengan syarat apabila sesuai syariat, dan sesuai sunnah Rasulullah

, tapi sekarang yang perlu dipahami, apakah Allah akan

meridhai apabila ibadah haji yang mulia tersebut diperoleh dari mencuri harta orang lain misalnya sekalipun pelakunya ikhlas dalam ibadah hajinya. Maka belajarlah !!! ---sekian--89 | R i s a l a h N a s e h a t 1

[Adapun Fasad, kerusakan yg terjadi di negri ini karena diterapkanya system Demokrasi-Kapitalis Jahiliyah yg kuffur (Ke haraman n ke syirikanya ndak perlu dipertanyakan lagi). Jadi lihatlah akar permasalahanya BUNG!!] Kami katakan: Engkau perlu belajar lagi, memaknai ilmu agama ini secara kaffah bukan ‗kaffah‘, tunduk tanpa didasari sikap kecintaan yang buta terhadap hizbiyyah, semata ikhlas

lillahi ta‘ala mengharap hidayah. Bukankah ketika tegak daulah Islamiyyah di bawah kepemimpinan Rasulullah serta setelahnya dari Al Khulafaur Rasyidun kefasadan (kerusakan) tersebut masih saja ada??? Bukankah ada diantara mereka kaum munafikin, ahlul maksiat dan lainnya??? Padahal mereka sedang di masa kekhalifahan terbaik. Tahukah engkau tentang kisah shahabat yang melakukan maksiat, ketika salah seorang wanita datang kepada Rasulullah untuk meminta ditegakkan hukum rajam kepada dirinya karena dia telah berzina, yang kemudian Rasulullah menyuruhnya untuk melahirkan anak yang di kandungnya terlebih dahulu.?? Atau mungkin kisah ini tidak pernah terlewat dalam pelajaran ta‘lim-ta‘lim yang kau ikuti dikarenakan hanya sibuk membahas kebijakan pemerintah yang dianggap tidak bijak saja. Maka belajarlah !!! Ketahuilah bahwa kefasadan (kerusakan) yang terjadi di negeri ini bukanlah semata karena sistem demokrasi yang ada, namun lebih lagi karena jauhnya kaum muslimin dari ilmu agama yang benar, mereka jauh dari bimbingan tauhid, sunnah mereka

90 | R i s a l a h N a s e h a t 1

tersibukkan dengan dunia yang ada, mereka jadikan agama sebagai perkara yang kesekian dari perkara kehidupan mereka. Tengoklah kondisi kaum muslimin kebanyakan yang ada di negeri ini, siapa para pelaku kefasadan tersebut??? Adalah kaum muslimin juga. Ironis memang, negeri yang berpenduduk muslim terbesar di dunia ini justru jauh dari sikap yang islami. Itu semua tak lain dari kosongnya mereka dari majelis-majelis ilmu agama yang benar. Mereka terlena dengan hiruk pikuk kehidupan yang ada tanpa memperdulikan akan dampak pada kehidupan akhirat mereka. Untuk itulah semoga Allah memberi hidayah kepada kami dan kepada kaum muslimin seluruhnya untuk tegak di atas Islam secara kaffah bukah ‗kaffah‘. Mungkin engkau lupa, Maka kami ingatkan engkau dengan perkataan engkau sendiri,

--sekian—

[Okelah dakwah kalian adalah menangani kesyirikan n bid’ah2 sprti tersebut. Tidak ada persoalan krn ini jg sebagian dakwah yg kami lakukan kepada masyarakat – interaksi dengan umat- memberikan penyadaran kpd umat agar sadar dan melek politik/Siyasah (Mengurusi urusan umat). Dengan melihat secara mendalam dan menyeluruh problem dan penyelesaianya.] Kami katakan: Tolong sebutkan kapan Rasulullah dan para shahabatnya menjadikan dakwah melawan kesyrikan dan kebid‘ahan sebagai ‗sebagian‘, sebagai urutan yang kesekian. Bahkan pondasi dan asas agama ini dibangun diatas dakwah memerangi kesyirikan dan menjaga kemurnian agama. 13 tahun dakwah Rasulullah di makkah adalah untuk menjelaskan akan tauhid dan memberantas kesyirikan semata, dan sisanya adalah menjelaskan masalah hukum-hukum furu‘iyah dari konsekuensi tauhid tersebut. Dan adalah sebuah celaan yang jelas kepada kelompok kalian bahwa dakwah kalian menitik beratkan pada ―memberikan penyadaran kepada umat agar melek politik‖. Shahabat mana yang mengajarkan dakwah seperti ini, dakwah bid‘ah nan palsu berkedok siyasah la syar‘iyah (politik yang tidak syar‘i). Maka pernyataan kalian adalah sebuah KEDUSTAAN atas nama agama demi sebuah kekuasaan.

91 | R i s a l a h N a s e h a t 1

[Dakwah-Amar makruf nahyi mungkar- mulai akar-rumput sampai pemerintahan. Merangkul semua elemen masyarakat , organisasi, jama’ah dll. Tidak Inklusif :-), tidak dengan kekerasan dsb.] Kami katakan: Maka itu adalah bukti nyata bahwa pengakuan dakwah kalian berdiri di atas Al-Qur‘an dan As-Sunnah adalah sebuah pengakuan tanpa bukti. Dakwah dari akar rumput sampai pemerintahan, merangkul semua elemen masyarakat, organisasi, jama‘ah. Ini adalah persatuan semu, syariat telah mengajarkan bahwa persatuan haruslah dibangun diatas Al-Qur‘an dan As-Sunnah, bukan persatuan menggalang massa sebanyakbanyaknya serta berkoalisi ria untuk kepentingan ambisi kekuasaan serta politik semu dan itu semua adalah bagian dari demokrasi, yang tanpa engkau sadari bahwa engkau dan kelompokmu mengambil posisi penting dalam kancah percaturan demokrasi yang siang malam kalian dengung-dengunkan sebagai metode warisan penjajah thagut., dzohirnya seolah bersatu padahal hati mereka berpecah belah. Dan juga syariat telah melarang untuk berpecah belah menjadi berkelompok-kelompok, yang setiap kelompok merasa bangga dengan kelompoknya masing-masing. Apakah engkau mau menanggalkan bendera hitam kelompokmu untuk berbaju hijau, atau biru dan mengikuti aktivitas keorgnisasian kelompok lain, serta bangga dengan seragam kelompok lain? Tentu tidak bukan, dan apakah engkau masih beralasan bahwa setiap kelompok memiliki metode dakwah yang berbeda-beda namun satu tujuan dan saling melengkapi satu sama lain, mengisi kekurangan masing-masing. Maka ini adalah lelucon, bagaimana bisa sesuatu yang dari awalnya tidak sejalan dapat berjalan beriringan. Dan apakah engkau bisa menegakkan amar ma‘ruf nahi munkar kepada

partner dakwah dari kalangan kelompok lain dari ahlul bid‘ah, ahlus syirik misalnya, apakah persatuan dibangun diatas kuantitas bukan kualitas, maka adakah Rasulullah dan para shahabatnya bersatu dengan kelompok yang menyelisihi Al-Qur‘an dan AsSunnah??? Demi tersebarnya dakwah Islam keseluruh penjuru dunia??? Jawabanya adalah tidak !!! Mungkinkah jika engkau mati nanti, malaikat akan bertanya APA ORGANISASIMU, APA PARTAIMU ??????

--selesai-92 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Maka kami katakan : naif

sekali

engkau

dalam

menggunakan

sandaran,

kenapa

engkau

tidak

mengembalikan pemahaman mengenai ayat tersebut kepada praktek para shahabat, justru menyandarkan sebuah hukum kepada organisasi-organisasi yang ada. Ketahuilah bahwasanya dalil ini pula yang digunakan oleh kelompok-kelompok sesat lainnya dari kalangan teroris khawarij seperti FPI, Imam Samudra cs, MMI, LDII, dan lainnya. Lalu apakah dengan demikian bisa dinyatakan bahwa kelompok-kelompok teroris khawarij yang ada itu benar, dikarenakan mereka membawa sebuah dalil..???. apakah engkau yang HTI itu mau berbaju NU, dan apakah NU mau berbaju Muhammadiyah? Dan apakah PERSIS mau berbaju NU? Maka jawabannya adalah tidak, karena masing-masing kelompok mempunyai tariqah (metode) sendiri-sendiri dalam memahami tentang amar maruf nahi munkar. Manhaj gado-gado yang engkau terapkan begitu lucu, apakah engkau masih juga menganggap bahwa permasalan perbedaan masing-masing kelompok tersebut hanyalah berkutat pada masalah khilafiyah furu‘iyyah belaka yang tidak perlu dipermasalahkan, jika engkau menjawab ya, maka kami katakan, Bodoh engkau! dan dalil ini pula yang digunakan seluruh kelompok2 sesat yg ada untuk melegalkan paham sesat mereka, Jama‘ah tabligh, FPI, MMI, dll. tentunya untuk memahami ayat diatas kita harus merujuk kepada tafsir para ulama yang terpercaya, dan juga atsar dari generasi salaf. teringat akan beberapa tahun yang lalu, ketika teman-teman kami ketika kami sekolah di SMU Muhammadiyah 1 Pasuruan, menjadi korban amukan dari tindakan bengis dan bodoh kelompok yang menisbatkan diri kepada NU dengan PKBnya, pasca runtuhnya kekuasaan Gusdur, ketika- tiba-tiba saja ratusan massa atau bahkan 93 | R i s a l a h N a s e h a t 1

ribuan merangsek masuk ke sekolah yang saat itu sedang melaksanakan ujian nasional, mereka hancurkan seluruh fasilitas yang ada, kaca-kaca pecah, ruangan laboratorium komputer beserta isinya hancur, siswi-siswi mendapat pelecehan seksual yang tidak senonoh, sementara beberapa guru dan siswanya mendapat bogem mentah tanpa sebab, masjid-masjid milik organisasi muhammadiyah mereka rusak, jika engkau tidak mengetahui hal ini, maka tengoklah kembali sejarah kisah berdarah di areal tapal kuda!. Tidak lain itu semua dampak nyata dari hizbiyyah (sikap berkelompokkelompok). Tak ketinggalan pula Muhammadiyah dengan ketuanya Dien Samsudin ketika menyatakan bahwa ―Seluruh inventaris serta fasilitas milik Muhammadiyah adalah tidak boleh digunakan/disewakan kepada kelompok dari organisasi lainnya kecuali oleh Nashara). Sementara telah diketahui bahwa proses pendirian dua organisasi tersebut tidak lepas dari permainan penjajah yang ingin memecahkan persatuan Islam kala itu, karena dikuatirkan bersatunya kaum muslimin pada waktu itu akan menyebabkan terancamnya eksistensi mereka (penjajah Belanda) di tanah Indonesia. Hal ini persis serupa dengan kisah penjajah Inggris ketika menghasut kaum muslimin di India yang sedang berada dalam jajahannya dengan memberikan istilah dakwah tauhid dengan gelar aliran sesat wahabi44 karena khawatir kekuasaan mereka terancam dengan bersatunya dakwah mereka di atas persatuan tauhid dan aqidah, yang dari sinilah awal penisbahan gelar tersebut berasal, yang sungguh sebenarnya bertujuan untuk memalingkan kaum muslimin dari dakwah tauhid yang hakiki, karena tidaklah khilafah Islamiyah tegak melainkan dengan meluruskan tauhid terlebih dahulu. --sekian-[Jadi mendirikan HT itu ijinya langsung dari Allah swt, bukan dr pemerintah] Kami katakan: darimana kesimpulan ini engkau dapatkan, lancang sekali engkau memvonis bahwa Allah melegalkan ijin pendirian HTI secara langsung! Maka kami katakan Istaghfir....

wa tuubu ilallah (memohon ampunlah dan bertaubatlah kepada Allah), salah satu bukti

akan

betapa

kefanatikan

kelompok

menjadikan

kebodohan

dan

keserampanganmu menjadi demikan akut, maka coba perhatikan penjelasan di bawah ini tentang kutipan ayat tersebut secara utuh.)

44

Penisbahan yang disandarkan kepada Ulama besar Ahlus Sunnah yang berjuang menegakkan tauhid di jazirah arab tauhid AsySyaikh Muhammad bin Abdul Wahab (wafat 1206H) yang justru sebenarnya beliau sendiri bermadzhab hanbali.

94 | R i s a l a h N a s e h a t 1

                                                                 

  

     

                        ― Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah (Tauhid), dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (QS. Ali Imraan: 103-106) Dalam ayat di atas Allah memerintah kamu musliimin untuk bersatu di atas tauhid, dan

melarang

dari

berpecah

belah,

berkelompok-kelompok.

Dan

Allah

mempersatukan hati kaum mukminin di atas tauhid setelah mereka sebelumnya berpecah-belah dikarenakan fanatik kesukuan, serta perbedaan sesembahan mereka. --sekian--

95 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan: Subhanallah... sekali lagi kami terpaksa menghela nafas panjang atas berbagai pernyataan engkau yang lancang dan serampangan. Maka balik kami katakan kepadamu ―Pahami dulu Demokrasi secara detail‖. (lihat penjelasan lebih lengkap insyaallah pada bab yang kedua) [Tak kasih refensinya kitab terjemahan tp gak jadul , neh monggo di download:] Kami katakan atas pernyataan diatas: Inilah sekian bukti dari bukti-bukti bahwa sikap taqlid buta (fanatik buta) terhadap

hizbiyyah begitu akut dalam dirimu hingga kebenaran pun tertutup dari penglihatan dan pendengaranmu, sejarah dan kamus mana yang mengatakan bahwa ilmu agama itu bisa dikatakan jadul (sekedar mengutip istilah Denie Asseiff). Apa maksud katakata jadul tersebut??? Ataukah paham JIL sudah menular pada dirimu –nasalullahas salamah- jangan-jangan besok di kemudian hari engkau akan mengatakan bahwa Shahih Bukhari atau Shahih Muslim sebagai kitab ‗jadul‘. Tidaklah engkau mengatakan dengan kata ‗jadul‘ kecuali karena buku terjemahan itu bukan dari kelompokmu yang menerbitkannya dan juga tidak sesuai dengan pemahanmu kelompokmu, padahal wallahi kami berani bersumpah engkau belum membacanya. Allahu Akbar.. sungguh sikap ta‘ashub (fanatik) yang menyesatkan. ---sekian---

96 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan: Ini merupakan kecacatan yang ada padamu dan kelompokmu, karena apabila suatu individu atau kelompok itu membutuhkan kelompok lain untuk dapat berdiri maka itu menandakan lemahnya dan belum siapnya kelompok tersebut untuk terjun dalam pergerakannya. Lebih-lebih lagi untuk menegakkan sebuah ‗khilafah‘ Dan bagaimana jika engkau berganti baju menjadi seorang NU dengan berbagai atribut kehijauannya, namun engkau tetap bekerjasama dengan HTI dengan bendera h itamnya, maukah…???? Tentu tidak ! dan pasti engkau lebih membanggakan atribut ke HTI-an yang ada padamu, maka dengan itu persatuan yang seperti apakah yang kalian maksud, persatuan di atas metode pergerakan yang berbeda-beda..???? dan ambisi yang saling bersaing…!!!

Kami katakan: (Simak pembahasan selengkapnya dalam hidangan special pada bab yang kedua)

97 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan: Engkau itu Bodoh dan ironisnya engkau tidak menyadari akan ke-Bodoh-an yang ada tersebut, dalil dicomot sana-sini secara ngawur, dan dipaksakan untuk dimasukkan guna melegalisasi paham sesat kekelompokan. Dalil diatas tidak menunjukkan bolehnya pemilu, dalil tersebut hanya menunjukkan perwakilan semata, dan perwakilan bukanlah fokus utama dalam pemilu sebagaimana engkau pahami dengan dangkal. Baiklah seandainya sekarang kita katakan bahwa pemilu itu mubah sebagaimana yang kau katakan, mari kita ‗preteli‘ satu persatu rukun akad yang menjadi prinsip bolehnya pemilu sebagaimana yang kau nukilkan. 1. adanya ijab qabul kami katakan : ijab qabul di atas apa, ijab qabul di atas baiat kepada amir/ketua organisasi atau kelompoknya, melalui voting (suara terbanyak). Apakah yang demikian itu syar‘I ??? Seandainya memang itu dilakukan pada zaman 98 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Rasulullah bukankah pihak-pihak yang menyuarakan aspirasinya adalah dari kalangan shahabat pilihan yang memiliki ilmu dan keutamaan yang besar, lalu sekarang kami tanyakan kepada engkau, apakah kondisi ‗pemilu‘ saat ini telah syar‘i sebagaimana yang terjadi di zaman Rasulullah, maka jawabnya adalah tidak. Kenapa karena pemilu yang ada di masa ini adalah menyandarkan semata kepada voting (perhitungan suara), lebih lagi pihak-pihak yang menyuarakan tersebut dari berbagai pihak dan semua bebas berpendapat (mengutip istilah salah seorang teman). Tidak peduli orang yang menyuarakan suaranya tersebut apakah

seorang ahli maksiat, ahli bid‘ah, orang alim, orang awam, hingga

orang jahilnya, orang yang mengerti politik hingga orang yang tidak tahu menahu sama sekali. Semuanya BEBAS

BERPENDAPAT dan

BEBAS

BERSUARA. Jadi ukurannya bukanlah kualitas muwakkilnya namun kuantitas orang yang memilihnya. 2. pihak yang mewakilkan (muwakkil) kami katakan: siapa pihak yang mewakilkan???? Apakah setiap anggota fraksi organisasi yang bermacam-macam latar belakang keagamaanya serta tingkat keilmuannya yang dimulai dari tingkatan akar rumput (mengutip istilah Denie sseiff) hingga tingkat atas itu sah secara syar‘i sebagai pihak yang mewakilkan, bukankah dalam hal perwakilan nikah saja harus terpenuhi syarat-syaratnya secara syar‘i, lebih-lebih lagi menyangkut suatu perkara yang melibatkan banyak orang, serta kemaslahatan kaum muslimin. 3. pihak yang mewakili (wakîl) kami katakan: apakah pihak-pihak yang mewakili tersebut telah secara syar‘i disepakati oleh kaum muslimin melalui jalan yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para shahabatnya.??? Dan apakah wakil tersebut adalah orang yang mumpuni dalam hal keagamaan dan politik??? 4. perkara yang diwakilkan kami katakan : perkara yang diwakilkan pun adalah perkara yang menyelisi syar‘i yaitu mendirikan daulah baru dengan baiat yang baru, sebuah negara di dalam negara yang mempunyai struktur keorganisasian mirip dengan struktur kenegaraan, yang meliputi ketua partai (presiden) hingga paling bawahnya. Maka ini jelas keharamannya. Dan juga perkara memecah belah kaum muslimin menjadi berpartai-partai, yang semuanya juga ingin meraih kekuasaan.

99 | R i s a l a h N a s e h a t 1

5. bentuk redaksi akad perwakilannya (shighat tawkil) kami katakan: maka lihatlah kembali penjelasan di atas, apakah bentuknya perwakilan tersebut telah sesuai syariat??? Lalu apa definisi syariat menurut pemahaman yang engkau pahami??? (jika masih belum jelas juga, maka ikuti pembahasan selanjutnya pada bab yang kedua).

dan selanjutnya engkau memberi penekanan ―Semua rukun tersebut harus sesuai dengan syariat Islam― [Garis bawah dari kami] Maka sudahkah seluruh perkara pemilu yang dengan paksa engkau dan kelompokmu legalkan demi memuluskan jalan menuju kekuasaan itu telah sesuai syariat Islam ..???? maka kami katakan: GAK BLASSS… --sekian-

mari kita simak dengan seksama pernyataan sang bocah serampangan ini, Kami katakan: [Penggunaan sumber selain wahyu dalam penetapan hukum tidak akan menghasilkan kesimpulan hukum yang sesuai dengan syariat Allah. Ini bertentangan dengan perintah Allah dan bertentangan pula dengan keimanan seorang Muslim.]

100 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Jika yang kau katakan di atas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ibadah serta penetapan syariat hukum halal dan haram maka itu jelas datangnya dari Al-Qur‘an dan As-Sunnah, namun apabila hukum tersebut datang berasal dari ‗Urf /Adat (kebiasaan) bermasyarakat maka ini adalah mubah, simak keterangan berikut ini: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

salah seorang ‗ulama termasyhur

dalam bidang fiqih di abad ini murid dari Asy-Syaikh Abdurrahman As Sa‘di

ulama

ahli tafsir dan fiqih mengatakan dalam kitabnya Syarah Mandhumah Al Qowaid wal Ushul sebuah kaidah:

‫ إِغ ػجذح ئال ثارْ اٌشبسع‬ٚ ً‫بء د‬١‫ش‬٤‫ ا‬ٟ‫صً ف‬٤‫ ا‬ٚ Asal dari segala sesuatu itu adalah halal, dan laranglah segala sesuatu tersebut jika terwujud dalam bentuk ibadah kecuali sebatas apa-apa yang telah diijinkan (disyariatkan) Keterangan (Syarah): Syaikh menjelaskan bahwa semua perkara yang jelas dan bermanfaat hukum asalnya adalah boleh selama tidak menyelisihi, seperti hukum wajibnya memakai helm, atau hukum diadakannya traffict light, dan bisa menduduki wajib apabila hal itu diwajibkan oleh ulil amri, kenapa karena ketaatan kepada ulil amri adalah wajib. Dan wasilah kepada yang wajib maka dihukumi wajib pula, dalilnya akan bolehnya atas seluruh perkara yang bukan termasuk perkara ibadah adalah

        ―Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian ― (QS. Al Baqarah: 29) Dan dalil dari As-Sunnah adalah:

ٓ‫ عىذ ػ‬ٚ ،‫٘ب‬ٚ‫دا فال رؼزذ‬ٚ‫ دذّ دذ‬ٚ ،‫٘ب‬ٛ‫ؼ‬١‫(( ئْ اهلل فشض فشائض فال رض‬ ))‫ب‬ٕٙ‫ا ػ‬ٛ‫ فال رجذث‬،ْ‫ب‬١‫ش ٔغ‬١‫بء سدّخ ثىُ ِٓ غ‬١‫أش‬

101 | R i s a l a h N a s e h a t 1

―Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban maka janganlah kalian mengabaikannya, dan membatasi beberapa batasan (dalam syariatnya) beberapa batasan maka janganlah kalian melampaui batasan-batasan tersebut, dan Allah mendiamkan beberapa perkara dikarenakan rahmatnya kepada kalian dan bukanlah dikarenakan lupa, maka janganlah kalian membahasnya.‖ [HR. Ad Daruquthni no. 183, Ath Thabrani dalam Al Kabiir no. 222]. Begitu pula Asy Syaikh Abdurrahman As Sa‘di di dalam kitabnya Al Qawaidul Fiqh, menyebutkan dan menjelaskan sebuah kaidah ushul:

‫ئ صبسف اإلثبدخ‬١‫ج‬٠ ٝ‫ ػبدرٕب اإلثبدخ دز‬ٟ‫صً ف‬٤‫ ا‬ٚ ―Dan Asal dari adat kebiasaan itu adalah mubah sampai ada keterangan yang jelas yang memalingkan dari hukum asal tersebut (kepada perkara yang sunnah, makruh, atau haram)‖ Syaikh kemudian menjelaskan bahwasanya hukum asal dari adat kebiasaan adalah boleh dan tidaklah dapat diharamkan kecuali apa-apa yang telah diharamkan oleh syariat. Begitu pula hukum asal suatu ibadah, maka asalnya adalah haram (terlarang untuk dikerjakan) kecuali dengan apa yang telah disyariatkan Allah dan Rasul-Nya. Kami jelaskan: misalnya contohnya: pemerintah menetapkan bagi rakyatnya untuk memperbaharui KTP mereka setiap 5 tahun atau ketika masa berlakuknya telah habis, jawabannya adalah boleh, kenapa? karena hal tersebut adalah perkara kebiasaan dan tidak terkait dengan bentuk ibadah. Dan di dalamnya terkandung kemaslahatan bagi pemerintahan yang ada, dengan terdatanya kependudukan rakyatnya. Maka tidaklah yang demikian itu dinamakan hukum thagut. Berbeda halnya jika pemerintah mewajibkan untuk upacara bendera setiap tahun dengan melakukan penghormatan kepada bendera tersebut, maka ini tidak bisa dikatakan adat yang dibolehkan, kenapa ? karena dalam adat tersebut terkandung bentuk peribadatan, yaitu pengagungan terhadap sesuatu selain Allah, dan ini wasilah kepada kesyirikan, dan juga hal itu adalah perkara yang bid‘ah, kenapa? Karena Rasulullah sendiri tidak pernah memperingati hari kemenangan perang badar, atau hari penaklukan kota mekkah misalnya dengan sebuah acara-acara sebagaimana yang terjadi di masa ini seperti tasyakuran, khataman, shalawatan pada malam hari kemerdekaan, yang mana itu semua adalah jenis dari jenis-jenis ibadah, 102 | R i s a l a h N a s e h a t 1

maka untuk menghalalkannya dibutuhkan adanya dalil yang menunjukkan atas disyariatkannya amalan-amalan tersebut untuk dilaksanakan berkaitan dengan waktu memperingati hari-hari tertentu. Tiba-tiba kami teringat, ketika kami terpaksa menerima hukuman push up ketika ospek kuliah dulu, hanya karena salah tanpa sengaja menaruh hasduk yang berwarna merah putih tersebut di saku bagian belakang celana, alasan klasik yang disampaikan kepada kami kala itu adalah karena para pahlawan telah berjuang mati-matian mempertahankan bendera merah putih, lantas tanpa sengaja kami menaruhnya di dekat pantat.. ini lah salah satu bukti akan bentuk pengagungan yang tanpa disadari menghantarkan kepada kesyirikan. --sekian--

 

Kaidah syariat menyatakan:

[ٌَ‫دشَا‬ َ َِ‫ اٌْذَشَا‬ٌَٝ‫ٍَ ُخ ِا‬١ْ ِ‫َع‬ٌْٛ‫] َا‬

Wasilah (perantaraan) yang pasti menghantarkan kepada perbuatan haram adalah juga haram maka kami katakan pula :

103 | R i s a l a h N a s e h a t 1

1. bukankah mendirikan sebuah partai / organisasi dan berkelompok-kelompok adalah wasilah kepada perpecahan dan pengkotak-kotakan umat. Yang tentunya sebagaimana telah diketahui bahwa berpecah-belah menjadi berkelompokkelompok adalah haram, maka wasilah yang menuju ke arah sana baik dalam perkara yang mubah maka dihukumi haram! 2. Bukankah adanya pemilu adalah wasilah untuk jatuh ke dalam paham demokrasi (suara rakyat suara Tuhan), saling menggulingkan antara sesama kaum muslimin demi berebut kekuasaan, pemilihan suara terbanyak yang jauh dari nilai-nilai syar‘i, disamping pemilu itu sendiri adalah perkara muhdats, apakah pengangkatan Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan para khalifah lainnya termasuk yang sering kalian dengung-dengungkan Khalifah Umar bib Abdul Aziz ‫ُ اهلل‬ّٙ‫! سد‬ apakah pengangkatan mereka semua itu dilakukan dengan cara-cara pemilu atau voting, dan seandainya saja anggaplah bahwa mereka melakukannya dengan pemilu lalu apakah mereka melakukannya dengan cara-cara demokrasi, setiap rakyat bebas untuk memilih dan menentukan pilihannya baik yang jelata maupun yang intelektual, yang awam maupun yang alim, yang shalih maupun yang fajir !!! 3. Bukankah mendirikan organisasi konsekuensinya harus menggunakan hukum yang menurut anggapan kelompokmu sebagai hukum ‗thagut‘..?? yang mana seandainya saja memang bisa dikatakan itu adalah masalah furu‘iyyah lalu bukankah masalah furu‘iyyah yang menghantarkan kepada ketundukan terhadap hukum ‗thagut‘ adalah haram karena tunduk kepada thagut adalah haram..??? sebagaimana prinsip kelompok kalian. Lebih mengherankan lagi engkau sok intelek dengan berkata itu adalah masalah formalitas administratif ..... karena pemerintah yang represif lalu apakah alasan-alasan tersebut lebih utama daripada harus menyalahi prinsip dasar kalian sendiri, yang jelas resikonya adalah ―Tidak berhukum dengan hukum Allah = ‗Kafir‘.‖ Menurut pemahaman kalian. Ini bukti bahwa dalam perkara seperti ini saja kalian toleran untuk menggugurkan prinsip dasar kalian sendiri, bukankah kedepannya lebih lagi, kalian akan langgar itu prinsip-prinsip syariat karena sebab ambisi kekuasaan. 4. Begitupula dalam masalah KTP, Surat Nikah, Dll tersebut, seandainya kalian mau komitmen dan konsekuen di atas prinsip kalian, maka bukankah hal-hal tersebut merupakan wasilah untuk tunduk kepada hukum ‗thagut‘ sebagaimana prinsip kalian walaupun itu semua masalah-masalah furu‘iyyah karena jika prinsip kalian diterapkan tentunya hukum pengingkaran kepada ‗thagut‘ termasuk perkara yang disyariatkan, dan masuk dalam bab ibadah.

104 | R i s a l a h N a s e h a t 1

[Berdasarkan hal tersebut, aktivitas menetapkan hukum atau undang-undang yang bukan berasal dari syariat Islam atau memilih pemimpin untuk melaksanakan hukum sekular tidaklah dibolehkan.] Kami katakan : Maka dengan demikin segala wasilah yang menghantarkan ke arah menetapkan hukum undang-undang dari syariat Islam

atau memilih pemimpin untuk

melaksanakan hukum syariat dengan cara yang tidak sesuai syariat juga tidaklah dibolehkan. Sebagaimana kaidah ushul yang engkau bawakan:

[ٌَ‫ اٌْذَشَاَِ دَشَا‬ٌَٝ‫ٍَ ُخ ِا‬١ْ ِ‫َع‬ٌْٛ‫] َا‬ Wasilah (perantaraan) yang pasti menghantarkan kepada perbuatan haram adalah juga haram --selesai--

Akibat salah pergaulan

Kami katakan: Beginilah hasilnya jika berbekal dengan ilmu agama yang dangkal (baca: pas-pasan bahkan minus). Menghukumi sesuatu berdasar hawa nafsu dan sikap kekelompokan. Hasilnya adalah LANCANG dan SERAMPANGAN !!! 105 | R i s a l a h N a s e h a t 1

--selesai--

Kami katakan : Tidak memilih adalah pilihan : landasan dari pernyataan ini adalah karena tidak didapatinya calon pemimpin yang sesuai dengan paham kelompokmu, ketika muncul calon dari kelompokmu apakah masih berlaku pernyataan ―tidak memilih adalah pilihan‖ tentu tidak bukan ! kenapa ? karena engkau telah terkungkung dalam kesempitan fanatik kekelompokan yang itu menyesatkan.

[tp disini pembahasan lebih komplek n akeh ndra coz Adham iki kakean takok :) mbek menghujat] Kami katakan: Maka izinkanlah kami untuk mengingatkan engkau dengan sebuah nasehat yang menggetarkan jiwa:

106 | R i s a l a h N a s e h a t 1

bukankah syariat menganjurkan kepada kita untuk tidak menerima suatu khabar berita dari sumber yang tidak jelas, juga kita dianjurkan untuk menguji apakah si pembawa khabar berita tersebut adalah orang yang terpercaya dan amanah, adil dalam menukilkan serta jujur. Tanpa dilandasi kepentingan-kepentingan tertentu. !

                  ―Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu

berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.‖ (QS. Al Hujurat: 6)

         ― Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuanperempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka‖. (QS. Al Mumtahanah: 10) Dan kami katakan pula bukankah engkau dan kelompokmu senantiasa melakukan hujatan-hujatan kepada pemerintah....???? maka dengan berat hati terpaksa kami harus jujur mengatakan bahwa orang-orang sepertimu sangat pantas untuk dihujat !!!

--selesai--

107 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Di penghujung risalah nasehat pertama ini Kuharap kau baca risalahku..., kau pikirkan hingga hatimu tak ragu, Kuharap hatimu tak sekeras batu..., tak sekedar ikuti hawa nafsu. selagi masih mampu, secercah harapan itu kan terus kupintal untukmu, walau hanya melalui sepenggal pesan, yang kuharap tak berakhir di "Recycle Bin" laptop kesayangan.

108 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Nantikan Penjelasan Inti dari Risalah Nasehat pertama ini pada Bab II, yang akan segera hadir di hadapan pembaca sekalian, Insya Allah....... BAB II MELACAK PAHAM KEISLAMAN DENIE ASSEIF DAN PENYIMPANGAN KELOMPOKNYA

SENSOR

109 | R i s a l a h N a s e h a t 1

TegakkanLah DauLah Islamiyyah iTu DI Dalam HaTimu masing-masing, niscaya TegakLah Daulah IsLam itu Di Negerimu Dengan SenDirinya.

110 | R i s a l a h N a s e h a t 1

DAFTAR PUSTAKA Kitab Bahasa Arab 1. Al-Qur’anul Karim. 2. Taisir Karimir Rahman/Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di/Daar Ash Shomai’iy, Riyadh/Cetakan Pertama 1418 H -1997 M. 3. Shohihul Bukhari/Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al Bukhari/Penerbit Darul Kutub Al Ilmiyyah-Beirut-Lebanon/Cetakan kelima; 1428 H – 2007 M. 4. Shohihul Muslim/Abul Husein Muslim bin Hajaj bin Muslim Al Qusyairi/Penerbit Darul Kutub Al Ilmiyyah-Beirut-Lebanon/Cetakan Keempat; 1427 H – 2006 M. 5. Riyadhus Shalihin/Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syarf An Nawawi/Penerbit Darul Aqidah-Kairo-Mesir/Cetakan Pertama; 1420 H – 2000 M. 6. Syarh Mandhumah Al Qowaid wal Ushul/Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin/Penerbit Darul Ghoddil Jadid-Mesir/Cetakan Pertama 1426 H – 2005 M. 7. Risalah Lathiifatu Jamiatun fii Ushulil Fiqhil Muhimmah/Al Allamah Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di/Penerbit Maktabah Adhwaus Salaf, Riyadh-Saudi Arabia/Cetakan Pertama 1419 H – 1998 M. 8. Al Qawaidul Fiqhiyah/Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di/Daarul Haramain, Kairo/Cetakan Pertama 1420 H – 1999 M.

9. At Ta’liqat Al Atsriyyah ‘Alal Mandhumati Al Baiquniyyah/Penerbit Daar Ibnul Jauziy/Tanpa Tahun Cetakan. 10. Syarah Ushuluts Tsalasah/Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin/Daar Ats Tsurayaa, Riyadh/Cetakan Kedelapan 1426 H – 2005 M. 11. Fathul Majid Syarah Kitabut Tauhid/Asy Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh/Darul Fikr, Beirut-Lebanon 1426 H – 2005 M. 12. Muhaadharah Al Aqidah wad Da’wah/Asy Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan/Lembaga Pengkajian dan Fatwa, Saudi Arabia/Tanpa Tahun Cetakan.

Kitab- kitab Terjemah 1.

Mereka Adalah Teroris!/Al Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh/Pustaka Qaulan Sadida, Malang/Cetakan Kedua; 1426 H – 2005 M.

111 | R i s a l a h N a s e h a t 1

2. Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij/Al Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh/Pustaka Qaulan Sadida, Malang/Cetakan Pertama; 1428 H – 2007 M. 3. Al Munawwir Kamus Arab – Indonesia/Penerbit Pustaka Progressif, SurabayaIndonesia/Edisi Kedua 1997. 4. Mengidentifikasi Neo-Khawarij Sebagai Sejelek-jelek Mayat di Kolong Langit/Jamal bin Furaihan Al Haritsi/Penerbit Pustaka Qaulan Sadida, Malang/Cetakan Pertama 1428 H – 2007 M. 5. Hizbut Tahrir Mu’tazilah Gaya Baru/Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani/Penerbit Cahaya Tauhid Press, Malang/Cetakan Kesebelas 1429 H – 2009 M. 6. Obyektifitas Dalam Mengkritik Studi Ilmiah Terhadap Metode Muwazanah dalam Jahr dan Ta’dil/Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali/Penerbit Cahaya Tauhid Press, Malang/Cetakan Pertama 1425 H – 2004 M. 7. Refleksi Akhir Tahun 2006 Hizbut Tahrir Indonesia Selamatkan Indonesia Dengan Syariah Menuju Indonesia Lebih Baik/Hizbut Tahrir Indonesia/Cetakan Pertama Dzulhijah 1427 H – Desember 2006 M. 8. Peraturan Hidup Dalam Islam/Taqiyuddin An Nabhani/Penerbit Pustaka Thariqul ‘Izzah Bogor/Cetakan Ketiga 1424 H – 2003 M. 9. Menggugat Demokrasi dan Pemilu Menyingkap Borok-borok Pemilu dan Syubhat Para Pemujanya/Asy Syaikh Muhammad bin Abdillah Al Imam/Pustaka Salafiyyah, Banyumas/Cetakan Keempat 1428 H – 2007 M. 10. Mengenal Tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin/Syaikh Ahmad bin Yahya bin Muhammad An Najmi/Cahaya Tauhid Press, Malang/Cetakan Pertama 1426 H – 2005 M. 11. Tidak Berhukum Dengan Hukum Allah = Kafir ?/Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani/Pustaka Ar Rayyan, Solo/Cetakan Revisi 2007 M. 12. Wajibnya Taat Pemerintah/Syaikh Abdussalam bin Barjaz Abdulkarim/Cahaya Tauhid Press, Malang/Cetakan Pertama 1424 H – 2003 M.

Situs- situs Internet 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

www.salafy.or.id www.sahab.net www.merekaadalahteroris.com www.hizbut-tahrir.co.id http://free-islamic-ebook.blogspot.com/ http://www.ziddu.com/downloadlink/6229672/manifesto-ht-untuk-indonesia.pdf http://www.misrsalaf.com/vb/showthread.php?t=35].

http://www.misrsalaf.com/vb/showthread.php?t=35].

http://denoxcyber.blogspot.com/search/label/asseifff http://www.facebook.com/profile.php?id=1052720309&v=wall#/profile.php?id=1052720 309&v=info 11. http://www.facebook.com/profile.php?id=1052720309&ref=nf 12. http://free-islamic-ebook.blogspot.com/ 13. http://profiles.friendster.com/12059527

112 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Artikel- artikel Softcopy 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Mengenal Sebuah Partai Politik Islam International Yang Berideologi Islam/Hizbut Tahrir. Biografi Singkat Syaikh Taqiyuddin An Nabhani/Ihsan Samarah/Al Azhhar Press, Bogor 2002 Manifesto Hizbut Tahrir Untuk Indonesia/Hizbut Tahrir. Titik Tolak Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir/Hizbut Tahrir. Konsep Hizbut Tahrir/Hizbut Tahrir. Aqidah dan Hadits Ahad/Hizbut Tahrir.

Program- program CD ( Software) 1. Al-Qur’an Digital Versi 2.1/Freeware 2. Mush-haful Madinatin Nabawiyyah lin Nasyril Hasubi/Majma’ul Malik Fadh linthiba’atil Mush-hafisy Syarif/1427 H./ ( www.qurancomplex.org ) 3. Mausu’at Tarikh/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com 4. Maktabah Ibnu Rajab Al Hanbali/Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com 5. Maktabah Sunnah/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com 6. Mausu’at Tafsir Al-Qur’an/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com 7. Mausu’atil Hadits Nabawi/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com 8. Al-Qur’anul Karim Ma’at Tafsir/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com 9. Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com

113 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Lampiran I

Tafsir Ibnu Katsir QS. An Nisaa‘ 59-65:

114 | R i s a l a h N a s e h a t 1

115 | R i s a l a h N a s e h a t 1

116 | R i s a l a h N a s e h a t 1

117 | R i s a l a h N a s e h a t 1

118 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Lampiran II

Tafsir Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa‘di QS. An Nisaa 59-65

119 | R i s a l a h N a s e h a t 1

120 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Related Documents

Risalah Nasehat 1
June 2020 0
Risalah Ramadhan 1
October 2019 50
Nasehat Emas
December 2019 43