Ringkasan Logika Muslim-2 Argumentasi

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ringkasan Logika Muslim-2 Argumentasi as PDF for free.

More details

  • Words: 5,183
  • Pages: 15
ARGUMENTASI Definisi Argumentasi Yaitu membangun dalil/argumen untuk membuktikan sasaran. Pembagian Argumentasi 1. Langsung. Ia dibagi menjadi tiga jalan: Silogisme/Deduksi; Induksi; dan Analogi. 2. Tidak Langsung. Ia juga memiliki tiga jalan: Kontradiksi; Pembalikan Sama dan Pembalikan Kontra. PROPOSISI Sebelum mempelajari metode-metode argumentasi di atas, kita mesti mempelajari perihal proposisi terlebih dahulu. Sebab proposisi adalah bahan-bahan dasar dari sebuah argumentasi. Definisi Proposisi Proposisi adalah susunan kalimat sempurna yang bisa disifati dengan salah atau benar. Pembagian Pertama Proposisi Pada pembagian ini melihat proposisi dari sisi bentuknya. Oleh karenanya ia akan terbagi menjadi dua bagian. 1. Predikatif. Yaitu proposisi yang mengandung penetapan atau penolakan sesuatu atas sesuatu yang lain. Seperti: Joko ada di kelas; Joko tidak masuk sekolah; dan lain-lain. Predikatif ini memiliki tiga unsur: 1). Subyek. Disebut juga sebagai Maudhu’, Subject, Dihukum. Seperti Joko pada contoh di atas. 2). Predikat. Disebut juga sebagai Mahmul, Predicate, Atribut, Hukuman, dan lain-lain. Seperti ada di kelas/tidak masuk sekolah pada contoh di atas. 3). Hubungan Hukum. Disebut juga sebagai Nisbah Hukmiah, Copula dan lain-lain. Yakni Hubungan Hukum Antara Subyek dan Predikatnya. Seperti Penetapan ada di kelas/Penolakan masuk sekolah pada contoh di atas. 2. Hipotetis. Yaitu proposisi yang mengandung penetapan atau penolakan atas hubungan antara dua proposisi. Seperti: Kalau matahari terbit maka siang segera muncul; Tidaklah selalu kalau matahari terbit pasti udara menjadi panas. Hipotetis ini memiliki tiga unsur: 1. Potongan Awal. Yaitu potongan kalimat sempurna yang pertama. Seperti matahari terbit pada contoh di atas. Ia disebut juga sebagai Mukaddam; Antecedent, dll. 2. Potongan Berikutan. Yaitu potongan kalimat sempurna yang datang setelah potongan pertama. Seperti: Siang segera muncul; Udara menjadi panas, pada contoh kalimat hipotetis di atas. Ia juga disebut sebagai Taaliy, Konsekuensi (consequent), Implikasi (implicate). 3. Penghubung. Yaitu kata yang menghubungkan kedua kalimat sempurna dalam proposisi hipotetis. Seperti: Kalau, Maka, Selalu, Pasti dll. Ia juga disebut sebagai Roobithoh, Copula. Pembagian Kedua Proposisi Pada pembagian ini proposisi dilihat dari sisi sifatnya. Maka ia akan terbagi menjadi dua bagian: 1. Positif. Yaitu Proposisi Yang Menetapkan Predikat Atas Suatu Subyek, atau Hubungan Potongan Berikutan Atas Potongan Awal. 2. Negatif. Yaitu Proposisi Yang Menolak Predikat Atas Suatu Subyek, atau Hubungan Potongan Berikutan Atas Potongan Awal.

MACAM-MACAM PREDIKATIF (1) Dilihat dari Subyeknya Dilihat dari subyeknya maka Proposisi Predikatif dibagi menjadi: 1. Individu. Yaitu Proposisi Yang Subyeknya Berupa Partikulir Hakiki. Seperti: Ali seorang pandai; Jakarta ibu kota Indonesia, dll. 2. Alami. Yaitu Proposisi Yang Subyeknya Berupa Universal dan Perhatian Hukumnya pada Keuniversalannya Itu. Seperti: Manusia adalah Golongan. 3. Tak Tentu. Yaitu Proposisi Yang Subyeknya Universal dan Perhatian Hukumnya pada Ekstensi-ekstensinya dengan Tidak Menyebutkan Jumlahnya. Seperti: Seorang Mukmin tidak berdusta. 4. Berjumlah. Yaitu Proposisi Yang Subyeknya Universal dan Perhatian Hukumnya pada Ekstensi-ekstensinya dengan Menyebutkan Jumlahnya. Seperti: Setiap Nabi adalah maksum; Sebagian manusia adalah nabi, dll. Semua kata yang menunjukkan jumlah ekstensi pada proposisi ini disebut Suar, Tanda-Kwantifikasi, Qualification Sign, dll. Seperti: Semua, Seluruh, Sebagian, Separoh, Sepertiga, Sama sekali, dll. Bagian-bagian Proposisi Berjumlah: (1) Positif Universal. Seperti: Semua manusia rasional. (2) Positif Partikulir. Seperti: Sebagian manusia sarjana. (3) Negatif Universal. Seperti: Tak satupun manusia itu meringkik. (4) Negatif Partikulir. Seperti: Bukanlah sebagian manusia itu sarjana. Pembagian Lain Proposisi Predikatif Proposisi Predikatif dilihat dari keberadaan subyeknya terbagi menjadi: 1. Akal. Yaitu proposisi yang subyeknya berupa wujud akal (dalam) saja dan/atau tidak memiliki eujud luar (ekstensi). Seperti: Tiada adalah tiada; Manusia adalah golongan, dan lain-lain. 2. Luar. Yaitu proposisi yang subyeknya berupa wujud luar. Seperti: Ali seorang yang pandai; Kiamat pasti tiba, dan lain-lain. 3. Hakiki. Yaitu proposisi yang subyeknya berupa wujud luar yang sesuai dengan yang senyatanya – yakni sekarang dan yang akan datang. Seperti: Yang mukmin tak mungkin berbohong; Semua benda pasti berukuran, dan lain-lain. Pembagian Lain Proposisi Predikatif Dilihat dari negatif tidaknya subyek atau predikat suatu proposisi maka proposisi predikatif in terbai menjadi: 1. Determined. Yaitu proposisi predikatif yang subyek dan predikatnya sama-sama berupa wujud – tidak dinafikan. Seperti: Ali adalah seorang pemberani; Reformasi dipelopori mahasiswa, dan lain-lain. 2. Modifikasi. Yaitu proposisi yang subyek atau predikat, atau kedua-duanya berupa kenegatifan. Seperti: Bukan Ali yang telah melakukan hal itu; Bukan Ali yang tak melakukan hal itu; Ali adalah bukan pelaku hal itu. ZAT/MUTU PROPOSISI Zat Proposisi adalah hubungan sebenarnya antara subyek dan predikat suatu proposisi tanpa memperhatikan penetapan atau penolakannya. Ia memiliki tiga macam bentuk: 1. Wajib/Mesti. Yaitu proposisi yang predikatnya mesti ditetapkan pada subyeknya. Seperti: Manusia itu rasional; Bukanlah manusia itu rasional.

2. Mustahil. Yaitu proposisi yang predikatnya mustahil ditetapkan pada subyeknya. Seperti: Dua perlawanan tidak mungkin bertemu; Dua perlawanan mungkin bertemu. 3. Mungkin. Yaitu proposisi yang predikatnya tidak mesti dan tidak mustahil ditetapkan pada subyeknya. Seperti: Ali seorang yang pandai. Mutlak dan Petunjuk Proposisi dilihat dari ada-tidaknya penjelasan zatnya terbagi menjadi: 1. Mutlak. Yaitu proposisi yang zat proposisinya tidak tampak dengan jelas. Seperti: Manusia adalah rasional. 2. Berpetunjuk. Yaitu proposisi yang zat proposisinya tampak dengan jelas. Ia memiliki beberapa bentuk: (1) Pasti Mutlak. Yaitu penetapan secara mesti suatu predikat atas subyeknya selama subyeknya ada dan tanap syarat apapun. Seperti: Secara pasti pohon tidak rasional; Secara pasti manusia adalah rasional. (2) Bersyarat Umum. Yaitu penetapan secara pasti suatu predikat atas subyeknya dengan syarat disifatinya subyek tersebut dengan sifat tertentu. Seperti: Orang tidur pasti tidak berfikir selama ia tidur; Manusia pasti bernafas selama ia hidup. (3) Berwaktu Mutlak. Yaitu penetapan secara pasti suatu predikat atas subyeknya pada waktu tertentu. Seperti: Bulan akan gerhana secara pasti ketika (pada waktu) antara ia dan matahari terhalang bumi; Kertas kering akan terbakar secara pasti ketika ia menyentuh api. (4) Berbentang Mutlak. Yaitu penetapan secara pasti suatu predikat atas subyeknya pada waktu yang tidak terikat. Seperti: Pada suatu waktu manusia pasti butuh pertolongan. (5) Selalu Mutlak. Yaitu penetapan secara selalu suatu predikat atas subyeknya selama subyeknya ada. Seperti: Bumi selalu bergerak; Manusia selalu bernafas. (6) Konfensi Umum. Yaitu penetapan secara selalu suatu predikat atas subyeknya ketika subyek tersebut tersifati dengan sifat tertentu. Seperti: Penulis selalu menggerakkan jarinya selama ia menulis. (7) Mutlak Umum. Yaitu penetapan keluarnya bentuk hubungan dari titik mungkin – potensi – kepada yang dimungkinkan – de fakto – baik hubungan tersebut berupa kepastian, selalu dan lain-lain dan baik terjadi di masa kin atau yang lainnya. Seperti: Manusia berjalan secara de fakto. (8) Kemungkinan Umum. Yaitu penetapan secara kemungkinan mutlak suatu predikat atas subyeknya dengan tujuan sekadar menafikan kepastian lawannya/kontranya. Seperti: Mungkin semua manusia adalah penulis; Mungkin manusia itu rasional. (9) Kemungkinan Masa. Yaitu penetapan secara kemungkinan suatu predikat atas subyeknya pada masa ditetapkannya predikat tersebut atas subyeknya. Seperti: Mungkin saja pejalan itu melambaikan tangannya ketika ia sedang berjalan. MACAM-MACAM HIPOTETIS Proposisi Hipotetis terbagi menjadi dua bagian: 1. Menyatu. Yaitu proposisi yang menetapkan (+) atau menolak (-) hubungan kedua proposisinya. Seperti: Kalau matahari terbit maka siang segera muncul (+); Tidaklah kalau bel berbunyi maka pelajaran akan segera dimulai. Ia terbagi menjadi dua bagian.

(1) Kelaziman. Yaitu yang hubungan antara potongan awal dan berikutannya merupakan hubungan sebab-akibat, atau keduanya merupakan akibat dari sebab yang sama. Seperti: Kalau matahari terbit maka siang pasti muncul; Kalau siang muncul maka suhu udara pasti naik. (2) Kebetulan. Yaitu yang hubungan antara potongan awal dan berikutannya bukan merupakan hubungan yang hakiki– sebab-akibat, atau keduanya akibat dari sebab yang sama. Seperti: Setiap mulai pelajaran maka Joko mengantuk. 2. Menolak. Yaitu proposisi yang menetapkan (+) atau menolak (-) saling bertentangannya kedua proposisinya. Seperti: Kalau bukan ganjil maka angka itu adalah genap (+); Tidaklah manusia itu kalau bukan penyair maka dia adalah pengajar. Ia terbagi menjadi beberapa bagian dalam dua bentuk pembagian. Dalam pembagian pertama ia terbagi menjadi: (1) Perlawanan. Yaitu yang potongan awal dan berikutannya merupakan pertentangan/perlawanan yang hakiki. Seperti: Kalau bukan genap maka angka itu adalah ganjil. (2) Kebetulan. Yaitu yang potongan awal dan berikutannya merupakan pertentangan yang tidak hakiki – kebetulan. Seperti: Kalau bukan Ali maka pengajar di kelas itu adalah Joko. Dalam pembagian kedua Proposisi Hipotetis dilihat dari mungkin tidaknya potongan awal dan berikutannya dipertemukan dan/atau diangkat kedua-duanya maka ia terbagi menjadi: (1) Hakikat. Yaitu yang menetapkan pertentangan/perlawanan antara potongan awal dan berikutannya dalam Ada dan Tiada dalam Hipotetis Positif – oleh karenanya tidak akan bertemu dan terangkat kedua-duanya – dan menolak perlawanan tersebut dalam Hipotetis Negatif. Seperti: Angka sempurna kalau tidak ganjil pasti genap. Sedangkan negatifnya menolak perlawanan itu. Seperti: Tidaklah kalau manusia itu bukan sarjana maka ia adalah petani. (2) Tak Bertemu. Yaitu yang menetapkan perlawanan antara potongan awal dan berikutannya dalam Ada saja dalam Hipotetis Positif – oleh karenanya tidak akan bertemu tapi terangkat kedua-duanya – dan menolak perlawanan tersebut dalam Hipotetis Negatif. Seperti: Kalau benda itu tidak hitam maka ia putih. Hal ini dikatakan ketika ada orang mengira bahwa hitam dan putih bisa bertemu dalam satu benda (tempat). Sedangkan dalam negatifnya menolak perlawanan tersebut. Maka dari itu keduanya akan bertemu tapi tidak akan terangkat. Seperti: Tidaklah kalau benda itu bukan putih maka ia bukan hitam. (3) Tak Terangkat. Yaitu yang menetapkan perlawanan antara potongan awal dan berikutannya hanya dalam Tiada dalam Hipotetis Positif – oleh karenanya tidak terangkat kedua-duanya tapi dapat bertemu – dan menolak perlawanan tersebut dalam Hipotetis negatif. Seperti: Kalau benda itu bukan hitam maka ia bukan putih. Proposisi ini dikatakan ketika ada orang mengira bahwa tidak hitam dan tidak putih dapat terangkat kedua-duanya dari satu benda (tempat). Sedangkan negatifnya: Tidaklah benda itu kalau tidak hitam maka ia adalah putih. ARGUMENTASI TAK LANGSUNG Definisinya Argumen tak langsung adalah argumentasi atas sesuatu yang melazimi sasaran untuk membuktikannya – baik kebenaran atau kesalahannya.

Obyek Argumentasinya Argumen tak langsung ini dipakai dalam membuktikan proposisi-proposisi yang sulit atau mustahil dibuktikan oleh pembahas. Metodenya Pertama, menyengaja kepada proposisi lain (ke dua) yang mempunyai kelaziman dengan proposisi pertama (sasaran). Kedua, membuktikan kesalahan/kebenaran proposisi tersebut. Ketiga, membuktikan kebenaran/kesalahan proposisi yang ingin dibuktikan (sasaran) dengan dalil bahwa hal itu merupakan kelaziman dari kesalahan/kebenaran proposisi ke dua. Seperti kalau kita ingin membuktikan bahwa: Ruh itu ada. Pertama, kita menyengaja kepada proposisi lain yang melaziminya. Misalnya, Ruh itu tidak ada. Kedua, membuktikan kesalahan proposisi Ruh tidak ada. Ketiga, setelah terbukti dengan dalil-dalil bahwa proposisi ke dua itu salah maka tertentulah bahwa proposisi pertama (sasaran) adalah benar adanya. Sebab dua perlawanan tidak bisa berkumpul dan terangkat kedua-duanya. KELAZIMAN DUA PROPOSISI Kelaziman Dua Proposisi yang dipakai dalam Argumentasi Tak Langsung ada beberapa macam: 1. Kelaziman atas kebenaran proposisi ke dua disebabkan kesalahan proposisi pertama (sasaran). 2. Kelaziman atas kesalahan proposisi ke dua disebabkan kebenaran proposisi pertama (sasaran). 3. Kelaziman atas kebenaran proposisi ke dua karena kebenaran proposisi pertama. 4. Kelaziman atas kesalahan proposisi ke dua disebabkan kesalahan proposisi pertama (sasaran). CARA-CARA ARGUMENTASI TAK LANGSUNG Untuk berargumen dengan Argumentasi Tak Langsung tersedia banyak jalan. Paling pentingnya adalah sebagai berikut: (I) KONTRADIKSI/PERLAWANAN Definisinya Proposisi berlawanan adalah dua proposisi yang berbeda/berlawanan yang perbedaannya menyebabkan kebenaran satu proposisi karena kesalahan lawannya dan/atau sebaliknya. Syaratnya. Disyaratkan dalam Kontradiksi adanya persamaan pada beberapa hal dan perbedaan pada beberapa hal yang lain. Yaitu sebagai berikut: 1. Syarat Pertemuan. Syarat ini umumnya ada delapan macam. Oleh karenanya disebut juga sebagai Pertemuan Delapan. Pertemuan-pertemuan itu adalah sebagai berikut: (1) Dalam Subyek. Oleh karenanya, yang subyeknya berbeda maka tidak akan terjadi kontradiksi/perlawanan. Seperti: Ali seorang pelajar dan Ahmad bukan seorang pelajar. (2) Dalam Predikat. Oleh karenanya, yang predikatnya berbeda maka tidak akan terjadi perlawanan sekalipun subyeknya sama. Seperti: Ali seorang pelajar dan Ali bukan seorang petani.

(3) Dalam Waktu. Oleh karenanya, yang tidak sama waktunya tidak akan terjadi pertentangan. Seperti: Ali seorang pelajar kemarin; dan Ali bukan seorang pelajar sekarang. (4) Dalam Tempat. Oleh karenanya, yang tidak sama tempatnya dua proposisi tidak akan berlawanan. Seperti: Benda ini berat di kutub; dan Benda ini ringan di katulistiwa. (5) Dalam Potensi dan De-fakto. Oleh karenanya, yang tidak sama potensi (titik mungkin) dan de-faktonya (titik yang dimungkinkan) tidak akan terjadi perlawanan. Seperti: Ali adalah mayat secara potensi (nanti); dan Ali bukan mayat secara de-fakto (sekarang). (6) Dalam Keseluruhan dan Sebagian. Oleh karenanya, yang tidak sama keseluruhan dan sebagiannya maka tidak akan terjadi perlawanan. Seperti: Jakarta kumuh sebagiannya; dan Jakarta tidak kumuh secara keseluruhan. (7) Dalam Syarat. Oleh karenanya, yang tidak sama syaratnya maka tidak akan terjadi perlawanan. Seperti: Ali akan berhasil kalau dia berusaha; dan Ali tidak akan berhasil kalau dia malas. (8) Dalam Korelasi. Oleh karenanya, yang tidak sama korelasinya maka tidak akan terjadi perlawanan. Seperti: Lantai lima itu tinggi kalau dihubungkan dengan lantai empat; dan Lantai lima itu tidak tinggi dihubungkan dengan lantai enam. 2. Syarat Perbedaan. Dalam syarat ini hanya ada dua macam: (1) Dalam Jumlah (kwantitas). Yaitu dalam keseluruhan atau sebagiannya. Oleh karenanya, yang tidak sama jumlahnya maka tidak akan terjadi perlawanan. Seperti: Sebagian tambang adalah besi; dan Sebagian tambang bukan besi. Atau, Seluruh binatang adalah manusia; dan Seluruh binatang bukan manusia. Sebab, pada contoh pertama sama-sama benar, dan pada contoh ke dua sama-sama salah. (2) Dalam Positif-Negatifnya. Oleh karenanya, yang tidak sama positif-negatifnya maka tidak akan terjadi perlawanan. Seperti: Semua manusia rasional; dan Sebagian manusia rasional. Kesimpulan: 1. Positif Keseluruhan berlawanan dengan Negatif Sebagian. Seperti: Seluruh manusia rasional menjadi Sebagian manusia tidak rasional. 2. Positif Sebagian berlawanan dengan Negatif keseluruhan. Seperti: Sebagian binatang adalah manusia menjadi Seluruh binatang bukan manusia. * Kelaziman yang dipakai dalam Argumen Perlawanan ini adalah kelaziman pertama dan kedua. Sehingga kalau proposisi perlawanannya (ke dua) salah maka proposisi pertamanya benar. Begitu juga sebaliknya. (II) PEMBALIKAN Definisinya Pembalikan adalah membalikkan Proposisi Awal (sasaran) dengan tanpa mengubah positif-negatifnya dan kebenarannya. Maksudnya adalah menjadikan subyek pada proposisi pertama, predikat pada proposisi ke dua dan predikat pada proposisi pertama dan subyek pada proposisi ke dua. Proposisi pertama disebut Asal, dan proposisi ke dua disebut Pembalikan/Kebalikan. Macamnya Cara pembalikan ini memiliki dua cara: (1) PEMBALIKAN SAMA Definisinya

Pembalikan Sama yaitu yang subyek dan predikatnya sebelum dibalikkan dengan tidak dilawankan terlebih dahulu. Seperti: Semua penulis adalah manusia, dibalik menjadi Sebagian manusia adalah penulis. Syaratnya Disyaratkan dalam Pembalikan Sama beberapa hal: (1) Menukar posisi kedua Subyek dan Predikat dalam proposisi predikatif serta Potongan Awal dan Berikutannya dalam Proposisi Hipotetis. (2) Menetapkan (tidak mengubah) positif-negatifnya. Jadi kalau proposisi pertama positif maka yang kedua inipun mesti positif. (3) Tetap kebenarannya. Yakni kalau proposisi ke dia benar maka proposisi pertama pun pasti benar. Kesimpulan: 1. Positif Menyeluruh/Keseluruhan berbalikan dengan Positif Sebagian. Seperti seluruh air adalah cair, menjadi Sebagian cairan adalah air. Atau, Semua manusia rasional, menjadi Sebagian rasional adalah manusia. 2. Positif Sebagian berbalikan dengan Positif Sebagian juga. Seperti: Sebagian benda cair adalah air, menjadi Sebagian air adalah benda cair. Atau, Sebagian manusia rasional, menjadi Sebagian rasional adalah manusia. 3. Negatif Keseluruhan berbalikan dengan Negatif Keseluruhan juga. Seperti: Tak satu pun dari binatang adalah benda mati, menjadi Tak satu pun dari benda mati adalah binatang. 4. Negatif Sebagian tidak memiliki kebalikan. Sebab tidak menghasilkan kebenaran pada sebagian hasilnya. Yaitu, kalau subyeknya lebih luas dari predikatnya. Seperti: Bukanlah sebagian binatang adalah manusia. Maka ia tidak bisa menjadi: Tak satu pun dari manusia adalah manusia, atau menjadi Tidaklah sebagian manusia adalah binatang, sebab kedua proposisi ini tidak mengandung kebenaran. Cara Berdalilnya Pertama, memperhatikan proposisi pertama. Seperti: Sebagian benda cair itu adalah air. Ke Dua, memperhatikan sasarannya yang, dalam hal ini pembenaran proposisi pertama (sasaran). Ke Tiga, membalikkan/menukar posisi subyek dan predikatnya. Seperti: Semua air itu adalah benda cair. Ke Empat, membuktikan kebenaran proposisi ke dua. Seperti: Telah terbukti secara aklamasi dan tanpa diragukan bahwa air adalah benda cair. Ke Lima, menerapkan kaidah Pembalikan. Yaitu kebenaran proposisi pertama disebabkan kebenaran proposisi ke dua. Sebab ketika proposisi ke dua dijadikan pedoman (asal) maka kalau ia benar, benar pula Kebalikan Sama-nya. Maka benarlah proposisi: Sebagian benda cair itu adalah air. Catatan: Pembalikan Sama tidak memiliki kelaziman atas salahnya proposisi pertama dikarenakan kesalahan proposisi ke dua. Oleh karenanya kalau proposisi ke dua salah belum tentu proposisi pertama juga salah. Tapi kalau proposisi ke dua benar maka pasti proposisi pertama benar. PEMBALIKAN PERLAWANAN

Definisinya Pembalikan Perlawanan adalah memperlawankan masing-masing subyek dan predikatnya sebelum kemudian menukarkan posisi keduanya. Seperti: Semua penulis adalah manusia, menjadi Semua yang bukan manusia adalah bukan penulis. Obyek Penggunaannya Obyek penggunaan Pembalikan Perlawanan ini sama dengan obyek Pembalikan Sama. Yaitu, pada kelaziman ke tiga pada empat kelaziman di atas. Yakni: Benarnya proposisi pertama disebabkan kebenaran proposisi ke dua. Syaratnya Disyaratkan dalam Pembalikan Perlawanan ini beberapa hal: 1. Memperlawankan masing-masing subyek dan predikat lalu kemudian menukar posisinya. 2. Menetapkan positif-negatifnya. Yakni kalau yang pertama positif maka yang ke duapun positif. Begitu pula sebaliknya. 3. Tetap kebenarannya. Yakni kalau proposisi ke dua benar maka proposisi pertamapun benar. Kesimpulan: 1. Negatif Keseluruhan akan Berbalikan Perlawanan dengan Negatif Sebagian. Seperti: Tak satupun dari manusia itu adalah benda mati, menjadi Tidaklah sebagian bukan benda mati itu adalah bukan manusia. 2. Negatif Sebagian akan Berbalikan Perlawanan dengan Negatif Sebagian juga. Seperti: Tidaklah sebagian benda tambang itu adalah besi, menjadi Tidaklah sebagian bukan besi itu adalah bukan benda tambang. 3. Positif Keseluruhan akan Berbalikan Perlawanan dengan Positif Keseluruhan juga. Seperti: Semua penulis itu adalah manusia, menjadi Semua bukan manusia itu adalah bukan penulis. 4. Positif Sebagian tidak mempunyai Berbalikan Perlawanan. Hal itu disebabkan oleh tidak benarnya sebagian hasilnya. Seperti: Sebagian yang bukan besi adalah bahan tambang, tidak bisa menjadi Sebagian bukan bahan tambang itu adalah besi. Dan tidak pula bisa menjadi Semua bukan tambang adalah besi. Karena kedua proposisi ke dua ini sama-sama salah. Sementara syaratnya adalah kebenaran proposisi pertama karena kebenaran proposisi ke dua. Catatan: 1. Telah disebutkan bahwa Proposisi Kebalikan mengikuti asalnya dalam kebenarannya. Namun tidak pada kesalahannya. Oleh karena itu bisa saja asalnya salah tapi kebalikannya benar. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kalau Proposisi Kebalikannya salah maka asalnya pasti salah. Tapi kalau benar maka asalnya pasti benar. 2. Karena pembuktian dari Argumen Tak Langsung Berbalikan Sama atau Perlawanan, pada proposisi ke dua maka yang dijadikan proposisi asal adalah proposisi ke dua. Oleh karenanya proposisi pertama dijadikan proposisi kebalikannya. Dengan demikian benar-salahnya tergantung pada kebenaran proposisi ke dua (asal). 3. Dengan uraian di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Kalau asalnya (proposisi ke dua) benar maka kebalikannya (proposisi pertama) pasti benar.

b. Kalau kebalikannya (proposisi pertama) salah maka proposisi asalnya (proposisi ke dua) pasti salah. ARGUMENTASI LANGSUNG Definisinya Argumentasi Langsung adalah argumentasi atas suatu sasaran yang ingin dibuktikan, secara langsung. Obyek Argumentasinya Argumentasi Langsung ini dipakai di tempat-tempat yang tidak diperlukan Argumentasi Tak Langsung. Caranya Argumentasi Langsung memiliki tiga cara/jalan: Silogisme (deduksi), Induksi, dan Analogi. SILOGISME (DEDUKSI) Definisinya Silogisme adalah suatu perkataan yang terangkai dari beberapa proposisi yang kalau diterima maka melazimi perkataan/pernyataan lain. Seperti: Cairan ini memabukkan, dan Setiap yang memabukkan hukumnya haram. Pernyataan ini akan menghasilkan: Cairan ini hukumnya haram. Istilah-istilahnya Silogisme ini memiliki istilah-istilah khusus. Yaitu sebagai berikut: 1. Bentuk Silogisme. Yaitu model dan susunan dari proposisi-proposisi yang menjadi mukadimah argumentasinya. Seperti dua proposisi pada contoh di atas. 2. Mukadimah/Materi Silogisme. Yaitu seluruh proposisi yang tersusun menjadi bentuk silogisme. Seperti kedua proposisi pada contoh di atas. Dan mukadimah ini dibagi menjadi Kecil dan Besar. 3. Mukadimah Kecil. Yaitu proposisi yang mengandungi partikulir yang ingin diketahui hukumnya melalui silogisme, dan posisinya sebagai Mukadimah Pertama. Seperti, Cairan ini memabukkan pada contoh di atas. 4. Mukadimah Besar. Yaitu proposisi/kaidah universal yang ingin diterapkan ke atas sebuah partikulir untuk mengetahui hukumnya melalui silogisme, dan posisinya sebagai Mukadimah Kedua. Seperti: Setiap yang memabukkan hukumnya haram, pada contoh di atas. 5. Batasan. Yaitu unsur-unsur mukadimah – subyek, predikat atau potongan awal dan berikutan. Seperti: cairan, memabukkan, dan haram, pada contoh di atas. 6. Hasil. Yaitu proposisi yang dihasilkan dari penerapan Mukadimah Besar ke atas Mukadimah Kecil. Seperti: Cairan ini memabukkan. 7. Sasaran. Yaitu target yang diinginkan sebelum penerapan Mukadimah Besar ke atas yang Kecil. Bagiannya 1. Silogisme Pentapian (pengecualian, eksklusif, exclucive, atau istitsnaaiy). Yaitu yang menerakan hasil atau lawannya dalam salah satu mukadimahnya, dan mukadimah yang lainnya mengandungi kata penapian – seperti: tapi, namun, dan lain-lain. Seperti: Kalau Ali itu seorang alim maka ia mesti dihormati + Tapi ia memang seorang alim =

Maka Ali mesti dihormati. Atau, Kalau Edi itu jujur maka ia tidak akan korupsi + Tapi ia telah korupsi = Maka Edi itu tidak jujur. 2. Silogisme Menyatu (iqtiraaniy, konjungsi, conjunction). Yaitu yang tidak menerakan hasil atau lawannya dalam salah satu mukadimahnya. Seperti: Alam ini berubah-ubah + Dan setiap yang berubah-ubah adalah baru (didahului tiadanya) = Maka alam ini adalah baru. Syarat silogisme ini adalah: 1. Salah satu mukadimahnya mesti berupa universal. Maka kalau keduanya samasama partikulir, tidak akan menghasilkan. 2. Kalau salah satu dari mukadimahnya proposisi hipotetis, maka ia tidak boleh dari jenis Kebetulan. Macam-macam Silogisme Menyatu: 1. Predikatif. Yaitu yang kedua mukadimahnya hanya terdiri dari proposisi predikatif. Seperti pada contoh di atas. 2. Hipotetis. Yaitu yang salah satu atau kedua mukadimahnya terdiri dari Proposisi Hipotetis. Seperti: Dunia adalah materi + Yang materi kalau bukan benda mati ia pasti benda hidup = Maka dunia kalau bukan benda mati pasti ia benda hidup. Atau, Kalau sesuatu itu adalah benda, maka bisa dinaikkan derajat panasnya + Kalau sesuatu itu bisa dinaikkan derajat panasnya maka ia bisa mengembang = Kalau sesuatu itu adalah benda maka ia bisa mengembang. SILOGISME MENYATU PREDIKATIF Batasnya Batasan Silogisme Menyatu Predikatif ini terdiri dari tiga batasan: 1. Batas Tengah. Yaitu yang terulang dalam kedua mukadimahnya. 2. Batas Kecil. Yaitu yang tercantum hanya pada Mukadimah Kecil. 3. Batas Besar. Yaitu yang tercantum hanya pada Mukadimah Besar. Kaidah Umumnya Supaya Silogisme Menyatu Predikatif ini menghasilkan maka ia mesti memenuhi halhal di bawah ini: 1. Terulangnya Batas Tengah-nya. 2. Tidak terdiri dari dua mukadimah yang sama-sama negatif. 3. Tidak terdiri dari dua mukadimah yang sama-sama partikulir. 4. Tidak terdiri dari Mukadimah Kecil yang negatif dan Mukadimah Besar yang partikulir. 5. Hasilnya mesti mengikuti mukadimah yang paling lemah-nya. Yakni, kalau salah satu mukadimahnya negatif dan/atau partikulir maka hasilnya mesti negatif dan/atau partikulir. Cara Berdalilnya Pertama, menyengaja kepada suatu Proposisi Partikulir dan meletakkannya sebagai Mukadimah Kecil. Seperti: Pohon itu berkembang. Ke Dua, menyengaja kepada Proposisi Universal yang sesuai dengan Mukadimah Kecil yang partikulir setelah diteliti kebenarannya terlebih dahulu. Seperti: Semua yang berkembang ia adalah hidup. Ke Tiga, menggabungkan Proposisi Universal tadi dengan Proposisi Partikulir-nya.

Ke Empat, berusaha mengeluarkan Hasil dari penggabungan tadi. Yaitu dengan menjadikan Batas Kecil – yakni pohon – sebagai Subyek dan Batas Besar – yakni hidup – sebagai Predikat. Maka hasil pada contoh ini akan berbunyi Pohon itu hidup. EMPAT BENTUK Dilihat dari peletakan Batas Tengah pada kedua mukadimah maka Silogisme Menyatu terbagi menjadi empat bagian: BENTUK PERTAMA Definisinya Bentuk Pertama adalah yang Batas-Tengah-nya terletak sebagai predikat pada Mukadimah-Kecil-nya dan sebagai subyek pada Mukadimah-Besar-nya. Syaratnya Supaya Bentuk Pertama menghasilkan, maka ia mesti memenuhi syarat-syarat di bawah ini: 1. Mukadimah Kecil-nya mesti positif. 2. Mukadimah Besar-nya mesti universal. Macamnya Kalau Bentuk Pertama telah terpenuhi syarat-syaratnya maka yang akan menghasilkan mempunyai empat macam: 1. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Universal dan Mukadimah Besar yang Positif Universal pula. Hasilnya adalah Positif Universal. Seperti: Semua manusia adalah binatang + Semua binatang bergerak dengan kehendak = Semua manusia bergerak dengan kehendak. 2. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Universal dan Mukadimah Besar yang Negatif Universal. Dan hasilnya adalah Negatif Universal. Seperti: Semua manusia adalah binatang = tak satupun dari binatang adalah benda mati = Tak satupun dari manusia adalah benda mati. 3. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Partikulir dan Mukadimah Besar yang Positif Universal. Dan hasilnya adalah Positif Partikulir. Seperti: Sebagian barang tambang adalah besi + Setiap besi memuai karena panas = Sebagian barang tambang memuai karena panas. 4. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Partikulir dan Mukadimah Besar yang Negatif Universal. Dan hasilnya adalah Negatif Partikulir. Seperti: Sebagian Binatang terbang (burung) bertelinga + Tak satupun dari burung yang bertelinga itu bertelur = Sebagian burung tidak bertelur. BENTUK KE DUA Definisinya Bentuk Ke Dua adalah yang Batas-Tengah-nya sebagai predikat pada Kedua Mukadimahnya. Syaratnya

Di samping syarat-syarat umum yang telah lalu ada syarat lain untuk Bentuk Ke Dua ini. Yaitu: 1. Sifat dari kedua mukadimahnya mesti berbeda. Yakni, kalau yang satu positif maka yang lainnya harus negatif. 2. Mukadimah Besar-nya mesti universal. Bagiannya Kalau syarat-syarat Bentuk Ke Dua terpenuhi maka yang akan menghasilkan memiliki empat bentuk: 1. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Universal dan Mukadimah Besar-nya yang Negatif Universal. Dan hasilnya akan menjadi Negatif Universal. Seperti: Semua yang terbang bersayap + Tak satupun dari kelinci yang bersayap = Tak satupun dari yang terbang itu adalah kelinci. 2. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Negatif Universal dan Mukadimah Besar yang Positif Universal. Dan hasilnya akan menjadi Negatif Universal. Seperti: Tak seorangpun dari pemalas yang berhasil + Setiap yang rajin berhasil = Tak seorangpun dari pemalas yang rajin. 3. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Partikulir dan Mukadimah Besar-nya yang Negatif Universal. Dan hasilnya akan menjadi Negatif Partikulir. Seperti: Sebagian barang tambang itu adalah emas + Tak satupun dari perak itu adalah emas = Sebagian barang tambang bukan perak. 4. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Negatif Partikulir dan Mukadimah Besar-nya yang Positif Universal. Dan hasilnya adalah Negatif Partikulir. Seperti: Sebagian benda bukanlah barang tambang + Setiap emas adalah barang tambang = Sebagian benda bukanlah emas. BENTUK KE TIGA Definisinya Bentuk Ke Tiga adalah yang Batas-Tengah-nya menjadi subyek pada kedua mukadimahnya. Syaratnya Supaya Bentuk Ke Tiga ini menghasilkan, selain harus memenuhi syarat-syarat umum, ia mesti memenuhi syarat-syarat berikut: 1. Mukadimah Kecil-nya mesti positif. 2. Salah satu dari dua mukadimahnya mesti universal. Bagiannya Kalau semua syarat-syaratnya terpenuhi maka yang akan menghasilkan sebagai berikut: 1. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Universal dan Mukadimah Besar yang juga Positif Universal. Dan hasilnya berupa Positif Partikulir. Seperti: Semua emas adalah barang tambang + Seluruh emas mahal harganya = Sebagian barang tambang mahal harganya. 2. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Universal dan Mukadimah Besar yang Negatif Universal. Sedang hasilnya adalah Negatif Partikulir. Seperti: Semua emas adalah barang tambang + Tak satupun dari emas adalah perak = Sebagian barang tambang bukanlah perak. 3. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Partikulir dan Mukadimah Besar yang Positif Universal. Hasilnya akan menjadi Positif Partikulir. Seperti: Sebagian burung

berwarna putih + Setiap burung adalah binatang = Sebagian yang putih adalah binatang. 4. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Universal dan Mukadimah Besar yang Positif Partikulir. Dan hasilnya akan menjadi Positif Partikulir. Seperti: Semua burung adalah binatang + Sebagian burung berwarna putih = Sebagian binatang berwarna putih. 5. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Universal dan Mukadimah Besarnya yang Negatif Partikulir. Sedang hasilnya akan menjadi Negatif Partikulir. Seperti: Semua binatang adalah perasa + Sebagian binatang bukanlah manusia = Sebagian yang perasa bukanlah manusia. 6. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Partikulir dan Mukadimah Besarnya yang Negatif Universal. Hasilnya akan menjadi Negatif Partikulir. Seperti Sebagian emas adalah barang tambang + Tak satu pun dari emas itu besi = Sebagian barang tambang itu bukanlah besi. BENTUK KE EMPAT Definisinya Bentuk Ke Empat adalah yang Batas-Tengahnya sebagai subyek di MukadimahKecilnya dan sebagai predikat di Mukadimah-Besarnya. Syaratnya Selain syarat-syarat umum di atas ia juga harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini: 1. Hendaknya salah satu dari kedua mukadimahnya Negatif Partikulir. 2. Kalau kedua mukadimahnya positif maka Mukadimah Kecilnya mesti Universal. Bagiannya Kalau syarat-syaratnya terpenuhi maka yang akan menghasilkan adalah sebagai berikut: 1. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Universal. Hasilnya akan menjadi Positif Partikulir. Seperti: Semua manusia adalah binatang + Semua yang rasional adalah manusia = Sebagian binatang adalah rasional. 2. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Universal dan Mukadimah Besarnya yang Positif Partikulir. Sedang hasilnya adalah Positif Partikulir. Seperti: Semua manusia adalah binatang + Sebagian yang melahirkan adalah manusia = Sebagian binatang adalah melahirkan. 3. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Negatif Universal dan Mukadimah Besarnya yang Positif Universal. Sedang hasilnya akan menjadi Negatif Universal. Seperti: Tak satupun dari manusia yang tergolong benda mati + Semua yang rasional adalah manusia = Tak satupun dari benda mati itu adalah rasional. 4. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Universal dan Mukadimah Besarnya yang Negatif Universal. Seperti: Semua yang cair menguap + Tak satupun dari besi itu yang cair = Sebagian yang menguap bukanlah besi. 5. Terdiri dari Mukadimah Kecil yang Positif Partikulir dan Mukadimah Besarnya yang Negatif. Seperti: Sebagian yang cair menguap + Tak satupun dari besi yang cair = Sebagian yang menguap bukanlah besi. Catatan: Semua yang kita bicarakan di sini adalah yang menyangkut Silogisme Menyatu Predikatif. Sedang yang menyangkut Silogisme Menyatu Hipotetis sebenarnya tidak memiliki perbedaan kecuali dalam susunan Mukadimah-nya yang terdiri dari Proposisi Hipotetis baik

keduanya atau salah satunya. Oleh karenanya, Potongan Awal menempati posisi subyek dan Potongan Berikutan menempati posisi predikat. Sedang syarat-syarat lainnya sama dengan Silogisme Menyatu Predikatif. Contoh: Kalau manusia itu menggunakan akalnya maka ia akan menerima apa-apa yang mencukupinya + Siapa saja yang menerima apa-apa yang mencukupinya maka ia akan merasa cukup/kaya = Kalau manusia itu menggunakan akalnya maka ia akan merasa cukup/kaya. (II) INDUKSI Definisinya Induksi adalah menelusuri proposisi-proposisi partikulir (kejadian) untuk mencapai Hukum/Proposisi Universal. Bagiannya Induksi ini terbagi menjadi dua bagian: 1. Sempurna. Yaitu menelusuri semua proposisi partikulir yang bersangkutan (kejadian) untuk mencapai kesimpulan universal. Seperti panitia olahraga yang ingin mengetahui bahwa peserta pertandingan benar-benar bersih dari obat perangsang. Maka mereka segera memeriksa satu persatu dari semua peserta. Setelah itu – ketika tidak ditemukan satupun yang memakai obat terlarang – mereka menyimpulkan suatu kesimpulan universal. Misalnya dengan mengatakan: Semua peserta bersih dari obat terlarang. 2. Kurang. Yaitu menelusuri sebagian proposisi (kejadian) yang bersangkutan untuk mencapai kesimpulan universal. Induksi Kurang ini terbagi menjadi dua bagian. (1) Bersebab. Yaitu yang menguniversalkan hukum (proposisi) atas dasar keyakinan akan adanya sebab yang sama dari semua proposisi (kejadian) partikulirnya. Seperti seseorang yang yakin akan adanya sebab tertentu pada cepatnya detak jantung yang dapat membahayakan sebagian orang yang tidak sehat jantungnya, maka ia segera meneliti kejadian-kejadiannya. Ketika ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa sebabnya adalah Si Polan Sebab – sekalipun tidak meneliti semua kejadiannya – ia akan menyimpulkan dengan kesimpulan universal. Misalnya dengan mengatakan: Setiap yang jantungnya lemah harus mencegah terjadinya Si Polan Sebab pada dirinya. (2) Tak Bersebab. Yaitu yang keuniversalan hukumnya tidak didasarkan pada kesamaan sebabnya. Seperti: kesimpulan-kesimpulan umum yang suka diambil oleh masyarakat tanpa mengetahui sebab-sebabnya terlebih dahulu secara teliti. Seperti perkataan mereka yang mengatakan: Semua yang berteman dengan anak nakal pasti ia akan nakal pula. Pentingnya Induksi sangatlah penting bagi semua orang. Tanpa Induksi seseorang tidak akan dapat menyimpulkan kesimpulan universal. Dari sinilah dapat diketahui betapa Induksi ini sangat dibutuhkan dalam Silogisme. Di mana Silogisme adalah menerapkan hukum universal ke atas partikulir. (III) ANALOGI Definisinya Analogi adalah menetapkan suatu hukum untuk partikulir atas dasar tetapnya hukum tersebut pada partikulir yang lain yang menyerupainya. Seperti pelarangan tim lomba olahraga bagi peserta lomba untuk tidak minum air kelapa – misalnya – seandainya diketahui

bahwa air kelapa tersebut mengandung kesamaan efek bagi peminumnya seperti obat-obatan terlarang. Padahal sebelumnya air kelapa tidak termasuk larangan bagi peserta lomba. Namun karena adanya kesamaan itu maka hukum larangan yang ditetapkan bagi obat-obatan terlarang ditransfer pada air kelapa. Syaratnya Supaya Induksi ini memberikan hasil yang baik maka ia mesti memenuhi beberapa hal (rukun) di bawah ini: 1. Asal. Yaitu partikulir yang diketahui dan memiliki hukum tertentu. Seperti, obatobatan doping pada contoh di atas. 2. Berikutan. Yaitu partikulir yang ingin dihukumi dengan pemindahan hukum tersebut. Seperti, air kelapa pada contoh di atas. 3. Kesamaan. Yaitu kesamaan kondisi antara Asal dan Berikutan. Seperti, menambah kekuatan bagi peminumnya pada contoh di atas. 4. Hukum. Yaitu hukum yang diketahui ketetapannya atas Partikulir-Asal yang akan dipindahkan pada Partikulir-Berikutan. Cara Argumentasinya Pertama, menyengaja kepada pengetahuannya atas hukum partikulir yang menyamai partikulir yang ingin ditetapi suatu hukum. Ke Dua, mencari sebab-sebab yang sama antara Asal dan Berikutan yang bisa dijadikan sandaran bagi ditetapkannya suatu hukum bagi Asal yang kemudian akan dijadikan sandaran bagi ditetapkannya hukum bagi Berikutan. Ke Tiga, menetapkan hukum ke atas Berikutan. -0-

Related Documents

Ringkasan Logika Matematika
December 2019 24
Logika
May 2020 28
Logika
December 2019 37
Logika
December 2019 42