Ringkasan Eksekutif 2019

  • Uploaded by: Fitri Fauzia
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ringkasan Eksekutif 2019 as PDF for free.

More details

  • Words: 2,018
  • Pages: 5
Sektor Pangan Pertanian 2018 - 2030 | 1

RINGKASAN EKSEKUTIF Sumber Daya Manusia Pendidikan Tinggi dan Pangan Pertanian Buku Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya Manusia Iptek dan Dikti ini disusun berdasarkan analisis retrospektif sampai tahun 2017, dan melakukan prediktif sampai tahun 2030, sesuai komitmen Indonesia atas tujuan umum pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goal-SDG, PBB), dengan menggunakan pendekatan pemenuhan kebutuhan SDM untuk kepentingan ketahanan pangan, keamanan pangan, pertahanan pangan kemandirian pangan, kedaulatan pangan, dan resiliensi pangan, termasuk industri pengolahan hasil produksi pertanian. Acuan prediksi yang dilakukan hanya sampai 2030, karena pada masa itu generasi Z dan generasi α (alfa) ada dalam rentang usia bekerja. Pendekatan berpikir dalam analisis SDM Iptek dan Dikti dipilah atas kelompok pertanian produksi (sisi hulu/on-farm) vs pascapanen (sisi hilir/off-farm), serta dipilah atas lahan/habitat daratan (terestrial) vs habitat pertanian perairan. Analisis dilakukan mengingat isu SDM Iptek dan Dikti masih berkisar pada kualitas (mutu), relevansi dan akses, dengan orientasi untuk mempersiapkan kelompok pencipta ilmu pengetahuan (knowledge creators) yaitu dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa. Proses analisis melibatkan berbagai acuan informasi dan data dari berbagai lembaga internasional, studi kebijakan dan data yang relevan dari berbagai sumber/lembaga resmi dalam negeri dan negara/lembaga lain (benchmark), dan data primer yang diperoleh dari sampel acak industri pangan-pertanian. Hasil studi mendapatkan bukti bahwa permasalahan SDM Iptek dan Dikti di sisi pendidikan tinggi terkait dengan mutu, relevansi dan akses SDM Iptek dan Dikti yang berkualitas. Permasalahan mutu sekaligus akses SDM Iptek dan Dikti: (1) proporsi dosen berkualifikasi doktor (dan profesor) atas total jumlah dosen masih rendah (<20%) (2) terjadi disparitas sebaran SDM Iptek dan Dikti berkualitas, karena SDM Iptek dan Dikti yang berkualitas terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera, (3) disparitas sebaran program studi pangan-pertanian berkualitas dan populasi mahasiswa, (4) rendahnya produktivitas berbagai jenjang pendidikan tinggi di perguruan tinggi, (5) disparitas mutu dan sebaran berbagai jenjang kualifikasi Pendidikan tinggi, Masalah relevansi yang menonjol adalah (1) ketidakselarasan lulusan dan daya serap pasar tenaga kerja. (2) potensi wilayah dan ketersediaan SDM terkait.

Temuan dan Indikasi Pengembangan (1) Masa depan Indonesia Diperkirakan akan semakin cerah. KP Dikti 2045 mengasumsikan PDB Indonesia akan mencapai Rp 92.017 Triliun. Posisi kondisi perekonomian Indonesia akan menduduki 4 terbesar dunia pada tahun 2050. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 di atas 322 juta jiwa; APK pendidikan tinggi akan mencapai 70% populasi usia kuliah. Pendapatan per kapita penduduk mencapai kisaran USD 25.000–40.000, dan alokasi dana Pendidikan Tinggi sebesar 7,5% dari APBN, alokasi dana untuk penelitian dan pengembangan mencapai sebesar 1% dari APBN; dan alokasi dana untuk kemahasiswaan, termasuk beasiswa, mencapai sebesar 1% dari APBN. Pada tahun 2030 diprediksi PDB Indonesia pada kisaran USD 11.000 – 17.000. Tantangan dan ancaman di tahun 2030 adalah peningkatan ketahanan pangan dan energi, kesehatan, bonus demografi, perubahan ekonomi global dan regional, kondisi geografis, perkembangan teknologi, serta dinamika sosial, politik, ekonomi dan budaya merupakan ancaman dan tantangan yang sangat berat. (2) Mismatch workforce. Jika prediksi linear dibandingkan dengan jumlah mahasiswa pangan pertanian hanya 4% dari total mahasiswa tahun 2030 (APK 40% dan 45% dari 27,6 juta), angka 518.993 – 524.188 cenderung overpredict (22-82 ribu). Namun jika jumlah mahasiswa pangan-pertanian naik menjadi 5%, prediksi linear underpredict (27,8-102 ribu) dari angka 552.000-621.000. Masalah produktivitas program studi masih rendah pada kisaran 0,025 untuk jenjang D.I dan Profesi 1,61 dari lama studi normal. Rasio dosen bergelar doktor dan berjabatan guru besar terhadap total dosen sangat rendah, yaitu di bawah 20%

Sektor Pangan Pertanian 2018 - 2030 | 2

(di PTNBH terbaik), jumlah dosen tidak berjabatan masih dominan (lebih dari sepertiga, yaitu 35,50% dari seluruh jumlah dosen). Dari contoh acak studi tenaga kerja di berbagai perusahaan pangan pertanian: 1) Jarang perusahaan/industri yang memiliki kemampuan R&D yang menonjol, mayoritas umumnya industri dagang. Penyerapan tenaga sarjana rendah, dan mayoritas tenaga kerja lulusan SMA/SMK ke bawah. 2)Terjadi kekosongan tenaga menengah (Diploma), terutama di industri perkebunan. Idealnya 1 sarjana dibantu oleh 3 lulusan diploma agar kemampuan inovasi dan berkembang menjadi baik. Rata-rata Proporsi Sarjana: Diploma = 1:0, 5.3) Industri penjaminan mutu (QA): menggunakan/menyerap tenaga sarjana paling besar (45% tenaga kerjanya adalah sarjana). Relevansi: terjadi mismatch/kekurangselarasan antara kompetensi dan daya serap lulusan. Terparah pada lulusan D.I, dan D.II dengan kisaran >58%, pada kualifikasi D.III sekitar 51% dan pada tingkat kualifikasi Sarjana dan D.IV sekitar 40% kurang selaras. (3) Lulusan Pendidikan Tinggi. Akses terhadap dosen berkualifikasi doktor masih rendah, tidak merata. Jumlah dosen berkualifikasi doktor dan profesor masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera, dan terendah di Maluku dan Papua. Ini menunjukkan prevalensi disparitas akses atas SDM Iptek dan Dikti berkualitas, yang berdampak pada mutu pendidikan tinggi. Pada sistem pertanian produksi ada provinsi yang mengalami penyusutan lahan, dan ada provinsi-provinsi yang meningkat luas lahannya. Dinamika perubahan lahan pertanian ternyata memiliki korelasi dengan produktivitas petani (Ton/ha). Teridentifikasi 4 kelompok provinsi: (a). pertumbuhan jumlah mahasiswa positif dan total mahasiswa perguruan tinggi >15.000; (b). Pertumbuhan mahasiswa sedikit negatif (turun), total mahasiswa >15.000, (c). Pertumbuhan mahasiswa negatif jumlah total mahasiswa <15.000, (d). Pertumbuhan mahasiswa tinggi, jumlah mahasiswa < 15.000. Faktor-faktor pendorong dibutuhkannya mahasiswa/sarjana pada 2030: (a) pertumbuhan jumlah populasi/kebutuhan pangan (ketahanan, keamanan, kedaulatan, kemandirian, pertahanan, dan resiliensi pangan), (b) Akses rendah: APK pendidikan tinggi Indonesia yang masih jauh tertinggal disbanding negara ASEAN, (c) Kebutuhan tenaga penyuluh pertanian yang mendesak 40.000 penyuluh pada tahun 2019, (d) pasar global produk olahan pangan sangat besar (scanning 15 hari menunjukkan pasar lebih dari Rp 9.000 triliun, (e) RPJMN Bappenas menargetkan mahasiswa vokasi pertanian 10%, (f) Kemenperin menempatkan pangan-pertanian sebagai prioritas pengembangan industri terpenting, dan industri pangan halal akan menjadi andalan di masa depan. (4) Tantangan SDM pangan Tantangan dan ancaman terbesar di masa depan: (a) merosotnya jumlah tenaga kerja pertanian berkelanjutan, tinggal 35,1 juta orang (2016), (b) lahan sawah cenderung turun, tinggal 8,1 juta ha (2018), (c) kelemahan kemampuan adopsi teknologi yang berkembang dan inovasi di perguruan tinggi oleh petani karena faktor menuanya umur rata-rata petani, teknologi yang diterapkan, infrastruktur, tingginya opportunity cost di daerah urban, dll, (d) disrupsi teknologi di era revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0 kemungkinan akan mengurangi tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi akibat penerapan teknologi digital (kecerdasan buatan, internet of things, big data, clouds, cognitive commuting, robotik, dan otomasi dan lain sejenisnya), (e) kelemahan dan kekurangcepatan program studi/PT merespons poin 4, terkait reformulasi, reorientasi dan perubahan kurikulum mengikuti smart system, smart class, peningkatan infrastruktur riset dan pendidikan, kemampuan inovasi, dan integrasinya dengan PPM dan kemaslahatan masyarakat. Semua benchmark menunjukkan untuk mencapai tataran mutu dan kinerja universitas kelas dunia (World Class University/WCU), porporsi mahasiswa program magister dan program doktor dibandingkan dengan jumlah mahasiswa program sarjana setidaknya 50%:50% (1:1),dengan rasio dosen: mahasiswa eksakta 1:7.

Mutu, Relevansi dan Akses pendidikan Tinggi Pangan Pertanian (1) Mutu Sistem Perguruan Tinggi guna memfasilitasi penyelesaian SDM Iptek dan Dikti di tingkat pusat hingga di tingkat perguruan tinggi di bidang pangan dan pertanian, perlu dilakukan peningkatan mutu sistem Pendidikan tinggi untuk mempercepat proses transformasi terkait ketatapamongan (governance), kepemimpinan dan sistem manajemen Pendidikan tinggi, Langkah strategis usulan adalah menyelesaikan masalah mutu, relevansi dan akses Pendidikan tinggi berkualitas, yaitu: (a) Peningkatan kualifikasi, kompetensi, pelatihan ketrampilan (upgrading, updating, upskilling dan reskilling) untuk menyelesaikan masalah peningkatan mutu dosen dan tenaga kependidikan, (b) peningkatan relevansi lulusan, dosen dan tenaga kependidikan dengan prioritas peningkatan manfaat dan kemaslahatan program studi dan institusi

Sektor Pangan Pertanian 2018 - 2030 | 3

perguruan tinggi bagi peningkatan kesejahteraan dan kebutuhan masyarakat serta kesesuaian dengan kebutuhan dan kearifan lokal yang lebih tinggi maupun menjaga kelestarian sumber daya alam dan mutu sumber daya insani. (c) Peningkatan akses, melalui program insentif yang mampu mengerahkan dan menggerakkan SDM Iptek dan Dikti berkualifikasi doktor dan berjabatan guru besar ke daerahdaerah/pulau-pulau agar masalah disparitas dan kekurangan SDM berkualitas daerah-daerah yang defisien SDM Iptek dan Dikti berkualitas terselesaikan secara sistematis, efektif dan efisien. Program Kementerian untuk meningkatkan mobilitas SDM Iptek dan Dikti yang berkualitas ke daerah/pulau-pulau yang kekurangan (deficient). (2) Kurikulum Pendidikan Tinggi diperlukan perbaikan kurikulum Pendidikan Tinggi untuk peningkatan ketrampilan (a) ketrampilan hidup dan belajar sepanjang hayat (keluwesan/agility), (b) ketrampilan tenaga kerja (kerja sama/kolaborasi, kepemimpinan, inisiatif, dan tanggung jawab), (c) ketrampilan terapan (mengakses dan menganalisis data/informasi, komunikasi yang efektif, dan penyelesaian masalah),(d) ketrampilan personal (keingintahuan, imajinasi, berpikir kritis, analitis, penyelesaian masalah/ketrampilan pokok/keras), (e) ketrampilan antar personal (kerja sama/koperatif, kerja tim), (f) ketrampilan non-kognitif (mengelola rasa, feelings, hati nurani). Terkait dengan pengayaan “skills masa depan”, 5 (lima) skills yang harus diutamakan adalah: (a) ketrampilan mendengarkan secara aktif (active listening), (b) berbicara, (c) berpikir kritis, (d) pemahaman membaca (reading comprehension), dan (e) memonitor. Pada sektor pangan dan pertanian, peningkatan mutu, relevansi dan akses Pendidikan Program Diploma I, II dan III perlu mendapat perhatian serius. Diperlukan reformulasi kurikulum (multi entry-multi exit dan bersertifikat kompetensi profesional yang benar-benar qualified dan sesuai kebutuhan industrinya) untuk pendidikan yang tepat misi dan sasaran program dan institusinya, serta sesuai kebutuhan lokal. Peningkatan mutu sumber daya insani dan SDM Iptek dan Dikti, khususnya dosen/instruktur untuk Pendidikan Diploma I, II, dan III memerlukan program-program afirmasi yang diprioritaskan. Penugasan tenaga-tenaga pembina Akademi Komunitas dan program diploma I, II dan III, perlu diprioritaskan intensifikasi dan ekstensifikasinya agar sesuai target, terutama meningkatkan kemaslahatan kepada masyarakat pertanian dan pangan. (3) SDM Pangan Dikti. Peningkatan mutu, relevansi dosen dengan peningkatan jumlah dosen dengan jabatan guru besar, dosen berkualifikasi doktor dan magister, terutama perlu diprioritaskan dalam bentuk upgrading, upskilling, reskilling terutama terkait kapasitas keilmuan dan ketrampilan pedagogi/andragogi, literasi data (big data, dunia digital), teknologi digital, literasi manusia (humaniora, komunikasi, kreativitas, entrepreneurial, ketrampilan finansial, dan agilitas budaya), penerapan kecerdasan buatan, IoT, pembelajaran daring dan campuran, pembelajaran aktif, kolaboratif, berbasis pengalaman, berbasis kerja, dan penugasan riset, sabbatical leave, publikasi, dan pengabdian kepada masyarakat, penguatan infrastruktur laboratorium, pengembangan kolaborasi dengan Perguruan Tinggi/Institusi Luar negeri yang bereputasi tinggi. Diperlukan pengembangan kualifikasi, kapasitas dan kemampuan tenaga kependidikan untuk memfasilitasi tugas dosen, proses pembelajaran, dan interaksi/komunikasi dengan mahasiswa (akademis maupun non akademis), sesuai dengan kebutuhan kecepatan perkembangan, adopsi dan adaptasi terhadap berbagai disrupsi terkait revolusi industri dan masyarakat 5.0, Proses mobilisasi SDM Iptek dan Dikti yang berkualitas perlu diharmoniskan dengan data dan peta kemampuan produktivitas orang/ha maupun perluasan lahan pertanian pada provinsi-provinsi tertentu. Lima provinsi yang prospektif penerima program-program mobilitas dan perlu mendapatkan perhatian/kebijakan, yaitu provinsi Sulawesi Tenggara, provinsi Gorontalo, provinsi Kalimantan Selatan, provinsi Banten dan provinsi Papua. Mobilisasi SDM Iptek dan Dikti (berkualifikasi doktor dan guru besar) dalam rangka upaya peningkatan mutu, relevansi dan akses SDM Iptek dan Dikti yang bermutu di daerahdaerah target, perlu didukung dengan kebijakan insentif yang menarik agar proses mobilisasi membawa dampak yang tangible di perguruan tinggi penerima, minimal dalam bentuk manfaat/maslahat yang diterima masyarakat target pengabdian kepada masyarakat yang menjadi indikator kinerja. Peningkatan kualifikasi, kapasitas dan kemampuan dosen untuk turun kelapangan/concern dengan peningkatan produksi dan produktivitas sisi hulu dan kemampuan inovasi disisi hilir, dalam konteks (a) pengurangan kehilangan pangan dari lapangan hingga konsumsi, (b) peningkatan riset dan pengabdian kepada masyarakat yang bersifat trans/multi/cross-disipliner, untuk meningkatkan kesejahteraan petani, peningkatan kemauan dan kemampuan adopsi teknologi petani (contoh: adopsi drone, sistem pengendalian hama, deteksi dini serangan hama maupun kekurangan unsur tertentu, koperasi dan industri nilai tambah, penerapan kecerdasan buatan, teknologi kemasan, dll.), menjaga kelestarian dan mutu air,

Sektor Pangan Pertanian 2018 - 2030 | 4

agroklimat, dan konservasi lahan pertanian-pangan. (c) riset sisi pasca panen dan PPM teknologi pengolahan pangan segar, generasi I, II, III, dan IV yang bernilai tambah tinggi, efektif dan efisien.

Basis dan Strategi Perancangan Hasil kajian diharapkan dapat dijadikan landasan penyusunan kebijakan nasional pengembangan SDM Pendidikan tinggi di tingkat nasional (Kemenristekdikti). Dalam konteks perumusan rencana dan pencapaian kinerja dapat dijadikan sebagai bahan dasar strategi komunikasi internal bagi seluruh elemen organisasi struktural, vertikal dan horizontal di dalam Kemenristekdikti dalam perumusan rencana dan pencapaian kinerjanya. Bagi perguruan tinggi Indonesia dokumen ini dijadikan sebagai acuan dalam menyiapkan masa transisi di era disrupsi dan revolusi industri 4,0 dan masyarakat 5,0, termasuk di dalamnya digunakan untuk keperluan perencanaan tridharma (akademik/pendidikan, riset maupun pengabdian kepada masyarakatnya). Pada tataran kebijakan pemetaan SDM pangan ini dapat dijadikan sebagai bahan dan alat strategi komunikasi Kemenristekdikti dengan berbagai sektor pengguna outputs dan outcomes pendidikan, riset dan ppm pendidikan tinggi baik pemerintah (dengan 33 sektor riil ekonomi, sosial, budaya dan politik yang ada), swasta maupun masyarakat. Khusus bagi Kemenristekdikti termasuk kementerian lain yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan tinggi Dijadikan sebagai alat kritik dan perbaikan untuk peningkatan mutu secara berkelanjutan dalam pembangunan SDM Iptek dan Dikti Pangan dan Pertanian.

Sektor Pangan Pertanian 2018 - 2030 | 5

Related Documents

Ringkasan Eksekutif 2019
August 2019 29
Dinamika Eksekutif
April 2020 42
Ringkasan
May 2020 74
Ringkasan
June 2020 64

More Documents from ""