Revisi Ilmu Gizi.docx

  • Uploaded by: Dhea Ayu
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Revisi Ilmu Gizi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,448
  • Pages: 24
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Zat gizi merupakan zat penting yang diperlukan oleh tubuh baik untuk proses pertumbuhan maupun perkembangan. Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja. Masalah kurang gizi bisa terjadi sejak bayi dalam kandungan. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Karena itu pangan dengan jumlah dan mutu yang memadai harus selalu tersedia dan dapat diakses oleh semua orang pada setiap

saat.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2018 kementerian kesehatan. Pravalensi gizi buruk balita di Indonesia berada di angka 30,8 %, turun 6,4 % dari tahun 2013. Namun, jumlah tersebut masih jauh di angka minimum gizi buruk yang ditetapkan WHO yakni 20%. Dalam hal ini diperlukan upaya secara menyeluruh untuk menjaga gizi anak sejak dalam kandungan sampai usia dua tahun. Peningkatan peran ibu dalam mendapat informasi mengenai status gizi anak sangat diperlukan, sehingga apabila terjadi kecurigaaan gangguan gizi sedini mungkin untuk dideteksi perkembangannya dan segera mendapatkan penanganan. Untuk orang dewasa cara mengatasi kurang gizi yaitu dengan merubah pola makan seperti, makan makanan yang lengkap kalori dan juga gizi, bukan hannya tinggi kalori saja, makan sedikit-sedikit tapi sering, makan snack diantara waktu makan besar, minum minuman yang juga mengandung kalori.

1

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1

Apa yang dimaksud tentang status gizi ?

1.2.2

Bagaimana metode penilaian status gizi?

1.2.3

Bagaimana tanda dan gejala diet pada masalah kurang gizi ?

1.2.4

Bagaimana indikasi diet pada masalah kurang gizi ?

1.2.5

Apa saja jenis diet dan analisa diet ?

1.2.6

Bagaimana diagnosa keperawatan pada masalah kurang gizi ?

1.3 Tujuan 1.3.1

Untuk mengetahui pengertian status gizi

1.3.2

Untuk mengetahui metode penilaian status gizi

1.3.3

Untuk mengetahui tanda dan gejala diet pada masalah kurang gizi

1.3.4

Untuk mengetahui indikasi diet pada masalah kurang gizi

1.3.5

Untuk mengetahui jenis diet dan analisa diet

1.3.6

Untuk mengetahui diagnose keperawatan pada masalah kurang gizi

1.4 Manfaat 1.4.1

Dapat mengetahui pengertian dari status gizi

1.4.2

Dapat menngetahui metode penilaian status gizi

1.4.3

Dapat mengetahui tanda dan gejala diet pada masalah kurang gizi

1.4.4

Dapat mengetahui indikasi diet pada masalah kurang gizi

1.4.5

Dapat mengetahui jenis diet dan analisa diet

1.4.6

Dapat mengetahui diagnose keperawatan pada masalah kurang gizi

2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Aspek-Aspek Status Gizi 2.1.1

Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh

asupan dan penggunaan zat gizi. Ketika asupan gizi Anda memenuhi kebutuhan Anda, maka Anda akan mempunyai status gizi yang baik. Namun, ketika asupan gizi Anda kurang atau berlebihan, hal ini akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam tubuh Anda. Namun pada masyarakat kita masih ditemui berbagai penderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi. Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter, kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau rujukan. Peran penilaian status gizi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya status gizi yang salah. Penilaian status gizi menjadi penting karena dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi (Netty Thamaria, 2017).

2.1.2

Akibat Kurang Gizi

1. Pertumbuhan Akibat kekurangan asupan gizi pada masa pertumbuhan adalah anak tidak dapat tumbuh optimal dan pembentukan otot terhambat. Protein berguna sebagai zat pembangun, akibat kekurangan protein otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang status sosial ekonomi menengah ke atas, rata-rata mempunyai tinggi badan lebih dari anakanak yang berasal dari sosial ekonomi rendah (Netty Thamaria, 2017). 2. Produksi tenaga Kekurangan zat gizi sebagai sumber tenaga, dapat menyebabkan kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan

3

melakukan aktivitas. Orang akan menjadi malas, merasa lelah, dan produktivitasnya menurun (Netty Thamaria, 2017). 3. Pertahanan tubuh Protein berguna untuk pembentukan antibodi, akibat kekurangan protein sistem imunitas dan antibodi berkurang, akibatnya anak mudah terserang penyakit seperti pilek, batuk, diare atau penyakit infeksi yang lebih berat. Daya tahan terhadap tekanan atau stres juga menurun. Menurut WHO, 2002 (seperti Gambar 1.3) menyebutkan, bahwa gizi kurang mempunyai peran sebesar 54% terhadap kematian bayi dan balita. Hal ini menunjukkan bahwa gizi mempunyai peran yang besar untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan balita. 4. Struktur dan fungsi otak Kekurangan gizi pada waktu janin dan usia balita dapat berpengaruh pada pertumbuhan otak, karena sel-sel otak tidak dapat berkembang. Otak mencapai pertumbuhan yang optimal pada usia 2-3 tahun, setelah itu menurun dan selesai pertumbuhannya pada usia awal remaja. Kekurangan gizi berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen, yang menyebabkan kemampuan berpikir setelah masuk sekolah dan usia dewasa menjadi berkurang. Sebaliknya, anak yang gizinya baik pertumbuhan otaknya optimal, setelah memasuki usia dewasa memiliki kecerdasan yang baik sebagai aset untuk membangun bangsa (Netty Thamaria, 2017). 5. Perilaku Anak-anak yang menderita kekurangan gizi akan memiliki perilaku tidak tenang, cengeng, dan pada stadium lanjut anak bersifat apatis. Demikian juga pada orang dewasa, akan menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah emosi, dan tersinggung (Netty Thamaria, 2017).

4

2.1.3

Metode Penilaian Status Gizi Dalam menentukan nilai status gizi seseorang terutama balita,

ada beberapa cara atau metode, namun pada prinsipnya metode tersebut terdiri dari dua macam (Supariasa, 2012): a) Penilaian Status Gizi secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut: 1. Antopometri Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang

gizi,

maka

antropometri

gizi

adalah

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan: Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. 2. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan: Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk

5

mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu pula, digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. 3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan: Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 4. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Penggunaan: Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

b) Penilaian Status Gizi secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut: 1. Survei Konsumsi Makanan

6

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan: Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. 2. Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan: Penggunaannya

dipertimbangkan

sebagai

bagian

dari

indikator tidak langsung pengukuran status gizi di masyarakat. 3. Faktor Ekologi Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Penggunaan: Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab kurang gizi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

2.2 Tanda Dan Gejala Diet Pada Masalah Kurang Gizi Tanda dan gejala diet pada masalah kurang gizi dikemukakan dr. Kevin Adrian, 2019: a. Kehilangan lemak (jaringan adipose) b. Kesulitan bernapas, risiko tinggi terhadap kegagalan pernapasan c. Depresi

7

d. Risiko tinggi terhadap komplikasi setelah operasi e. Risiko tinggi terhadap hipotermia – suhu tubuh yang sangat rendah f. Jumlah total dari beberapa jenis sel darah putih menurun, sistem imun melemah, meningkatkan risiko infeksi g. Rentan terhadap rasa dingin h. Pemulihan luka yang lama i. Pemulihan dari infeksi yang lebih lama j. Pemulihan dari penyakit yang lebih lama k. Gairah seks yang menurun l. Gangguan kesuburan m. Massa otot yang menurun n. Massa jaringan yang menurun o. Kelelahan atau apathy p. Mudah marah.

2.3 Indikasi Diet Pada Masalah Kurang Gizi Indikasi diet dikemukakan Kompas.com.(2014): a) Tanda pertama Anda terobsesi dengan angka di timbangan berat badan. Sebenarnya tidak apa-apa jika mengecek timbangan namun jika terlalu terobsesi naik turunnya angka timbangan yang tipis maka itu tidak sehat. b) Fluktuasi berat badan itu normal dalam waktu satu hari jadi jangan terlalu dipikirkan sampai membuat kesal. Makanan yang belum dicerna dalam tubuh dan cairan yang belum diserap berpengaruh dalam fluktuasi berat badan. c) Jangan mengikat harga diri Anda pada kebiasaan diet. Tidak perlu takut untuk mengakui pada teman dan keluarga bahwa Anda sedang diet dan jangan terlalu sensitif jika teman bercanda akan berat badan Anda. d) Perhatikan faktor psikologis Anda dalam berdiet sebab diet tidak instan dan butuh waktu. Anda akan mengalami masa-masa bosan diet dan ingin makan makanan biasa. Jangan sampai diet malah merusak

8

psikis bahkan hubungan sosial Anda, seperti menolak kumpul dengan teman karena mengira akan diberi makan makanan yang tidak sehat.

2.4 Jenis Diet Dan Analisa Diet Diet gizi seimbang adalah konsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil yang terdiri dari menu yang beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proprosi yang sesuai (Wariyono, 2010). Cara memilih bahan makanan sesuai dengan jumlah yang dianjurkan: a. Bahan makanan pokok Dalam menyusun komposisi makanan diperlukan pengetahuan bahan makanan, karena nilai gizi bahan makanan dalam tiap golongan tidak sama. Di antara makanan pokok, jenis padi-padian seperti beras, jagung, dan gandum mempunyai kadar protein lebih tinggi (7-11%) dari pada umbi-umbian sebagai makanan pokok, harus disertai makanan lauk dalam jumlah lebih besar daripada bila menggunakan padi-padian sebagai sumber karbohidrat. b. Golongan lauk Lauk sebaiknya terdiri atas campuran lauk hewani dan nabati. Lauk hewani, seperti daging, ayam, ikan, udang dan telur mengandung protein dengan nilai biologi lebih tinggi dari pada lauk nabati. Daging merah, hati limpa, kuning telur, dan ginjal merupakan sumber zat besi yang mudah di absorpsi. Ikan terutama bila dimakan dengan tulangnya (ikan teri), disamping itu merupakan sumber kalsium. Ikan dan telur lebih murah daripada daging dan ayam. Secara keseluruhan lauk hewani merupakan sumber protein, fosfor, tiamin, niasin, vitamin B6, B12, zat besi, seng, magnesium dan selenium. Kacang-kacangan dalam bentuk kering atau hasil olahannya, Walaupun mengandung protein dengan nilai biologi sedikit lebih rendah daripada lauk hewani karena mengandung lebih sedikit asam amino esensial metionim, merupakan sumber protein yang baik. Kekurangan metionin dapat diisi oleh bahan makanan lain yang kaya akan metionin seperti beras dan sereal lain. c. Golongan sayuran

9

Sayuran merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium dan serat, serta tidak mengandung lemak dan kolesterol. Sayuran daun berwarna hijau, dan sayuran berwarna jingga seperti wortel dan tomat mengandung lebih banyak provitamin A berupa beta karoten daripada sayuran tidak berwarna. Sayuran berwarna disamping itu kaya akan kalsium, zat besi, asam folat dan vitamin C. Sayuran tidak berwarna seperti labu asam, ketimun, nangka dan rebung tidak banyak mengandung zat besi. Memakannya hanya untuk kenikmatan, dianjurkan sayuran yang dimakan tiap hari terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna jingga. d. Golongan buah Buah berwarna kuning seperti mangga, papaya, dan pisang kaya akan provitamin A, sedangkan buah kecut seperti jeruk, gandaria, jambu biji, dan rambutan kaya akan vitamin C, karena umumnya buah dimakan dalam bentuk mentah, buah-buahan merupakan sumber vitamin C. secara keseluruhan buah merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium dan serat. Buah tidak mengandung natrium, lemak (kecuali apokat), dan kolesterol. e. Susu dan hasil olahan susu Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna, sebagian besar zat gizi esensial ada dalam kandungan susu yaitu protein bernilai biologi tinggi, kalsium, fosfor, vitamin A, dan tiamin (vitamin B1). Susu merupakan sumber kalsium paling baik, karena disamping kadar kalsium yang tinggi, laktosa di dalam susu membantu absorpsi susu di dalam saluran cerna.

2.5 Diagnosa Keperawatan Diet Pada Masalah Kurang Gizi 2.5.1 Akibat kekurangan iodium (GAKI) Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu ditanggulangi secara sungguh-sungguh. Penduduk yang tinggal di daerah

10

kekurangan

iodium

akan

mengalami

GAKI

kronis

yang

menyebabkan pertumbuhan fisik terganggu dan keterbelakangan mental yang tidak dapat disembuhkan sehingga menjadi beban masyarakat. Yang amat mengkhawatirkan bagi pengembangan SDM adalah akibat negatif terhadap sistem syaraf pusat yang berdampak pada kecerdasan dan perkembangan sosial. Dengan kondisi 5 yang sama, setiap tahun akan terus bertambah kehilangan IQ point sebesar 10 juta point. Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI menurut (Sabila Anggun:2017) : a. Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya b. Faktor Geografis dan Non Geografis GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti

pegunungan Himalaya, Alpen,

Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan. c. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik Kekurangan

iodium

merupakan

penyebab

utama

terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik. Dalam waktu tertentu GAKI dapat menyebabkan berbagai dampak terhadap

pertumbuhan, dan

kelangsungan hidup penderitanya diantaranya : 1. Terhadap Pertumbuhan 1. Pertumbuhan yang tidak normal.

11

2. Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme 3. Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan 4. Tingkat kecerdasan yang rendah 2. Kelangsungan Hidup Wanita hamil didaerah Endemik GAKI akan mengalami berbagai gangguan kehamilan antara lain : a. Abortus b. Bayi Lahir mati c. Hipothryroid pada Neonatal Penyebab tingginya kasus GAKI adalah disebabkan karena beberapa hal diantaranya : 1.

Masih

rendahnya

kesadaran

masyarakat

untuk

menggunkan garam beryodium 2.

Masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan mamfaat garam beryodium

3.

Garam Non Yodium masih banyak beredar ditengah masyarakat.

4.

Adanya perbedaan harga yang relatif besar antara garam yang beryodium dengan garam non yodium.

5.

Pengawasan mutu garam yodium belum dilaksanakan secara menyeluruh dan terus menerus serta belum adanya sangsi tegas bagi produksi garam non yodium.

6.

Pendistribusian garam beryidium masih belum merata terutama untuk daerah- daerah terpencil.

2.5.2

Anemia Gizi Anemia gizi sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi, merupakan masalah gizi yang besar dan luas diderita oleh penduduk Indonesia. Akibat nyata anemia gizi terhadap kualitas SDM tergambar pada dampaknya meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), menurunkan prestasi belajar anak sekolah serta menurunnya produktivitas para pekerja, yaitu 10 –20%. Anemia gizi besi

12

ini timbul akibat kosongnya cadangan zat besi tubuh sehingga cadangan zat besi untuk eritropoesis berkurang yang menyebabkan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Prevalensi anemia gizi besi di Indonesia cukup tinggi. Menurut data yang dikeluarkan Depkes RI, pada kelompok usia balita prevalensi anemia gizi besi pada tahun 2001 adalah 47,0%, kelompok wanita usia subur 26,4%, sedangkan pada ibu hamil 40,1%. Penyebab anemia gizi seperti kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, menderita penyakit ganguan pencernaan sehingga menggangu penyerapan zat besi. Terjadi luka yang menyebabkan pendarahan besar, persalinan, menstruasi, atau cacingan serta penyakit kronis seperti kanker, ginjal dan penyakit (Sabila Anggun:2017) Adapun dampak dari Anemia Gizi Besi (AGB) menurut (Sabila Anggun:2017): a.

Pada Anak-anak berdampak: 1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar. 2. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak. 3. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun.

b.

Dampak pada Wanita : 1. Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit. 2. Menurunkan produktivitas kerja. 3. Menurunkan kebugaran.

c.

Dampak pada Remaja putri : 1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar. 2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal. 3. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati. 4. Mengakibatkan muka pucat.

d.

Dampak pada Ibu hamil :

13

1. Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan. 2. Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 kg). 3. Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.

2.5.3

Kekurangan Vitamin A (KVA) Vitamin A merupakan nutriention essensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena tidak larut dalam air. Kekurangan asupan vitamin A bisa menyebabkan diare yang bisa berujung pada kematian dan pneumonia (Salsabila Anggun: 2017). KVA mempunyai Dampak yang besar terhadap pengembangan kualitas SDM karena fungsi vitamin A yang penting bagi kesehatan. Fungsi vitamin A: 

Penglihatan



Pertumbuhan.



Perkembangan tulang.



Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epithel.



Proses imunologi dan reproduksi.

Akibat kekurangan vitamin A menurut (Salsabila Anggun: 2019): 1. Menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi ( misalnya sakit batuk, diare dan campak ). 2. Rabun senja ( anak dapat melihat suatu benda , jika ia tiba-tiba berjalan dari tempat yang terang ke tempat yang gelap ). Rabun senja dapat berakhir pada kebutaan. Cara mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin A menurut (Salsabila Anggun: 2019): 1. Setiap hari anak diberi makanan yang mengandung vitamin A, seperti hati ayam. 2. Setiap hari anak dianjurkan makan sayuran hijau dan buah-buahan berwarna.

14

3. Sebaiknya sayuran ditumis menggunakan minyak atau dimasak dengan santan, sebab vitamin A larut dalam minyak santan 4. Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak setiap 6 bulan di Posyandu Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada ibu segera setelah melahirkan. Pemerintah terus berupaya menanggulangi penyakit gizi ini hingga sejak tahun 2006 telah dapat ditangani, namun karena kekurangan vitamin A ( KVA )

pada balita dapat menurunkan daya tahan tubuh. Maka,

suplementasi vitamin A tetap harus diberika pada balita. Berikut upaya yang telah dilakukan pemerintah: 1. Penyuluhan agar meningkatakan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A 2. Fortifikasi vitamin A ( susu, MSG, tepung terigu, mie instan ). 3. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun ( 200.000 IU pada bulan februari dan agustus ), ibu nifas ( 200.000 IU ), anak usia 6-12 bulan ( 100.000 IU ).

2.6 Kekurangan Energi Protein (KEP) KEP meliputi: Karbohidrat dan Lemak (sebagai penghasil energi) serta Protein. 1. Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah di setiap makanan. Kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada dapat menyebabkan terjadinya kelaparan dan berat badan menurun. Jumlah karbohidrat yang cukup dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan, sukrosa, sirup, tepung dan sayur-sayuran. 2. Lemak Lemak merupakan sumber yang kaya akan energi dan pelindung organ tubuh terhadap suhu, seperti pembuluh darah, saraf, organ, dan lain-lain. Kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit, khususnya asam linoleat yang rendah

15

dan berat badan kurang. Jumlah lemak yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, daging, ikan, keju, kacangkacangan, dan minyak sayur.

Tabel 2.2 Kebutuhan energi per hari. (Sumber: A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, halaman 42). Usia

Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (cm)

Energi (Kkal)

0-6 bulan

6

80

550

8,5

71

650

1-3 tahun

12

90

1000

4-6 tahun

18

110

1550

7-12 bulan

3. Protein Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel. Selain itu, tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk menjaga keseimbangan osmotik plasma. Kekurangan protein akan dapat menyebabkan kelemahan, edema, bahkan dalam kondisi lebih buruk akan menyebabkan kekurangan Energi Protein (KEP) berat, yaitu marasmus dan kwasiorkor. Komponen protein ini dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan, unggas, keju, kedelai kacang, buncis dan padi-padian.

Tabel 2.3 Kebutuhan protein per hari (per kg BB). (Sumber: A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, halaman 43).

16

Usia

Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (cm)

Protein (gram)

0-6 bulan

6

60

10

8,5

71

18

1-3 tahun

12

90

25

4-6 tahun

18

110

39

7-12 bulan

Kekurangan Energi Protein dapat pula ditentukan melalui pengukuran Berat Badan Ideal anak. Berikut ini adalah patokan Berat Badan Ideal anak (Sumanto, 2009), yaitu: Tabel 2.4 Berat dan Tinggi Ideal untuk Anak Umur 0-12 bulan (Sumber: Agus Sumanto. 2012. Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta: Agro Media Pustaka, halaman 44). Persentase 100%

90%

80%

70%

Normal

Kurang

Buruk

Buruk

Bulan

Kg

Cm

Kg

Cm

Kg

Cm

Kg

Cm

0

3,4

50,5

3

45,5

2,7

40,5

2,4

3,,5

1

4,3

55

3,7

48,5

34

43,5

2,9

38,5

2

5

58

4,4

51,5

4

46

3,4

40,5

3

5,7

60

5,1

54

4,5

48

4

42

4

6,3

62,5

5,7

56,5

5

49,5

4,5

43,5

5

6,9

64,5

6,2

58

5,5

51

4,9

45

6

7,4

66

6,7

59

5,9

52,5

5,2

46

17

7

8

67,5

7,1

60,5

6,3

54

5,5

47

8

8,4

69

7,6

62

6,7

55,5

5,9

48,5

9

8,9

70,5

8

63,5

7,1

56,5

6,2

49,5

10

9,3

72

8,4

65

7,4

57,5

6,5

50,5

11

9,6

73,5

8,7

66

7,7

58,5

6,7

51,5

12

9,9

74,5

8,9

67

7,9

60

6,9

52,5

Untuk menghitung sendiri berat ideal bagi anak usia 0-12 bulan juga dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Berat Badan Ideal = (umur (bulan)): 2 + 4

Untuk balita atau anak yang berusia 1-10 tahun, perhitungan berat ideal dapat dilakukan menggunakan rumus berikut ini: Berat Badan Ideal (BBI) = (umur (tahun) x 2) + 8

2.6 Rencana Evaluasi Keperawatan Diet Pada Masalah Kurang Gizi Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur keterkaitan, efektivitas, efisiensi dan dampak suatu program, dilakukan dengan tujuan memperbaiki rancangan, menentukan suatu bentuk kegiatan yang tepat, memperoleh masukan untuk digunakan dalam proses perencanaan yang akan datang. a. Input 

Terdapat SDM (Ahli Gizi (TPG), petugas kesehatan/kader)



Terdapat data ibu hamil KEK (Gakin dan non Gakin)



Terdapat Dana untuk melakukan program



Ketersediaan PMT



Sarana dan prasarana

b. Process  Registrasi jumlah Ibu Hamil dengan status gizi KEK 

Pencatatan dan pelaporan

18



Jadwal pelaksanaan program



Penyediaan materi KIE



Penyediaan PMT



Pelaksanaan Program

b. Output 

Terjadi peningkatan pengetahuan ibu hamil.



Terjadi penurunan jumlah ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK).

2.7 Contoh Menu Memperbaiki Kurang Gizi

No

1.

Waktu

Nama

Bahan

Masakan

Makanan

Berat

Energi

1. Bubur ayam 1. ayam

1. 35 gram

1. 150 kkal

lengkap

2. kacang

2. 25 gram

2. 75 kkal

2. Susu

kedelai

3. 35 gram

3. 112 kkal

3. Cakue

4. 20 gram

4. 12 kkal

5. Daun

5. 50 gram

5. 21 kkal

bawang

6. 200 gram

6. 125 kkal

1. Susu kental

1. 100 gram

1. 125 kkal

2. Apel mlang

2. 75 gram

2. 50 kkal

3. Strawberry

3. 215 gram

3. 50 kkal

4. Pepaya

4. 190 gram

4. 50 kkal

5. Pisang

5. 50 gram

5. 50 kkal

1. 100 gram

1. 175 kkal

06.00

6. bawang merah goreng. 7. Susu Sapi

Puding buah

2.

10.00

ambon

3.

12.00

1. Nasi

1. Nasi putih

19

2. Semur

2. Ayam

2. 40 gram

2. 150 kkal

Ayam

3. Tahu

3. 110 gram

3. 75 kkal

3. Perkedel

4. Pare

4. 100 gram

4. 29 kkal

Tahu

5. Semangka

5. 180 gram

6. 25 kkal

1. Kroket

1. Kentang

1. 75 gram

1. 146 kkal

kentang

2. Susu sapi

2. 200 gram

2. 125 kkal

1. Nasi

1. Nasi putih

1. 100 gram

1. 175 kkal

2. Sop Bola

2. Daging Sapi

2. 200 gram

2. 552 kkal

Daging

3. Wortel

3. 100 gram

3. 41 kkal

3. Wortel

4. Tempe

4. 50 gram

4. 157 kkal

4. Tempe

5. Jeruk manis

5. 110 gram

5. 25 kkal

Susu sapi

200 gram

125 kkal

4. Sayur Kari 5.Semangka

4.

16.00

2. Susu

5.

18.00

Bacem 5. Jeruk

6.

21.00

Susu

20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Status gizi sangat penting bagi perkembangan maupun pertumbuhan hidup manusia. Dengan diketahuinya status gizi maka lebih mudah dalam menentukan tumbuh kembang makhluk hidup. Status gizi haruslah seimbang. Dengan keseimbangan status gizi maka tumbuh kembang pun tidak ada hambatan. Terdapat beberapa metode dalam mengukur status gizi seseorang, metode tersebut terbagi menjadi dua yaitu metode penilaian secara langsung dan metode penghitungan secara tidak langsung. Metode penilaian secara langsung antara lain: antropometri, klinis,biofisik, dan lainnya. Sedangkan, metode penilaian secara tidak langsung antara lain: survey konsumsi makanan, statistik vital, faktor ekologi, dan lainnya.

Selanjutnya, setelah dilaksanakan penilaian status gizi maka harus dibandingkan dengan standar status gizi yang ada sesuai dengan usia, aktivitas, maupun jenis kelamin. Karena dengan membandingkan status gizi normal maka diketahui status gizi tersebut terdapat dalam kategori baik atau tidak. Jika status gizi kurang baik selain mempengaruhi tumbuh kembang juga dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka ataupun penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan yang memiliki status gizi yang baik. Hal inilah, yang menyebabkan status gizi sangat penting bagi keberlangsungan hidup makhluk hidup.

3.2 Saran Dalam

memperbaiki

status

gizi

nasional

pemerintah

wajib

meningkatkan penyuluhan – penyuluhan tentang kebutuhan gizi yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Karena, masih banyak ditemukan yang kekurangan gizi terutama didaerah pedalaman yang kurang paham pentingnya tercukupinya gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan.

21

Selain pemerintah, maka tenaga kesehatan yang berada di lingkungan yang masyarakatnya kurang paham ataupun cenderung tak acuh terhadap status gizi, sebaiknya dibujuk ataupun diberi pengarahan apa damppak negatif maupun positif bila kebutuhan gizi tidak tercukupi dan apabila gizi tersebut tercukupi. Dan diharapkan masyarakat sendiri lebih sadar akan pentingnya kecukupan gizi ditubuh mereka.

22

DAFTAR PUSTAKA Aziz, Adika Pertama. (2016). Askep Pada Anak Dengan Kekurangan Energi Protein. Daring : https://bemakpermuhmks.wordpress.com/2015/05/09/askep-pada-anakdengan-kekurangan-energi-protein/ (diakses pada 17 Maret 2019). Jawa Pos. (2017). Simak Contoh Menu dan Kebutuhan Gizi Anak Usia Prasekolah. Daring: https://www.jawapos.com/kesehatan/19/03/2017/simak-contoh-menu-dankebutuhan-gizi-anak-usia-prasekolah. (diakses pada 17 Maret 2019). Kompas.com.(2014). Indikasi Diet Yang Dilakukan menyiksa. Daring: https://lifestyle.kompas.com/read/2014/02/15/1326467/Indikasi.Diet.yang.D ilakukan. Menyiksa (diakses pada 17 Maret 2019). Kevin, Adrian. (2019). 14 Tanda Tubuh Kamu Kekurangan Gizi. Daring: https://www.alodokter.com/11-tanda-tubuh-kamu-kekurangan-gizi (diakses pada 20 Maret 2019) Rahmawati, fitri. Gizi, makan dan Diit. Daring: file:///C:/Users/USER/Downloads/Documents/Praktik+Diet++Gizi+Makanan+dan+Diet.pdf (diakses pada 17 Maret 2019). Anggun, Salsabila. 2017. Masalah Gizi Di Inonesia (Laporan Ilmu Gizi Dasar). Daring:https://www.academia.edu/34470816/MASALAH_GIZI_DI_INDO NESIA_LAPORAN_ILMU_GIZI_DASAR (diakses pada 21 Maret 2019). Samiadi, Lika Aprilia. (2017). Apa Itu Malnutrisi?. Daring: https://hellosehat.com/penyakit/malnutrisi/. (diakses pada 17 Maret 2017). Supariasa, I Dewa Nyoman. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Thamaria, Netty. (2017). Penilaian Status Gizi. Daring: file:///C:/Users/USER/Downloads/Documents/PENILAIAN-STATUSGIZI-FINAL-SC.pdf (diakses pada 17 Maret 2019). Wariyono, 2010, Gizi Dalam Reproduksi, Yogyakarta, Pustaka Rihama

23

24

Related Documents

Revisi Ilmu Gizi.docx
November 2019 10
Ilmu-ilmu
August 2019 66
Ilmu
June 2020 33
Ilmu
May 2020 40
Ilmu-ilmu Kauniah
May 2020 29

More Documents from ""

Konsep Lansia.docx
December 2019 17
Bab Ii Bu Hera.docx
November 2019 21
Revisi Ilmu Gizi.docx
November 2019 10
Ppt 26s.pptx
December 2019 14
Atletik.docx
October 2019 37