SOFIA AGUSTINA WEA, S.FARM 188115011 REVIEW JURNAL Profil Penyalahgunaan Obat Dekstrometorfan pada Masyarakat di Kecamatan Tombariri Timur Kabupaten Minahasa Meriam Brigitha Roringpandey1, Adeanne C. Wullur2, Gayatri Citraningtyas3
Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan dapat membahayakan kesehatan, pemborosan waktu dan biaya karena harus melanjutkan upaya pengobatan ke pelayanan kesehatan lain. Penyalahgunaan obat ini terkait dengan masalah toleransi, adiksi atau ketagihan yang selanjutnya bisa menjadi ketergantungan obat (drug dependence). Dekstrometorfan termasuk obat bebas terbatas untuk menekan batuk akibat iritasi tenggorokan dan saluran napas bronkhial. Penyalahgunaan Dekstrometorfan memberikan efek euforia, rasa tenang, halusinasi penglihatan dan pendengaran. Intoksikasi atau overdosis dekstrometorfan dapat menyebabkan hipereksitabilitas, kelelahan, berkeringat, bicara kacau, hipertensi, serta dapat menyebabkan depresi sistem pernapasan. Berdasarkan beberapa survey di kecamatan Tombariri Timur kabupaten Minahasa penyalahgunaan obat dekstrometorfan terjadi dikalangan pemuda, seperti mengkonsumsi dalam jumlah banyak dan sering di kombinasikan dengan minuman beralkohol. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dimana peneliti menggambarkan dan menginterpretasikan objek apa adanya. Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional menggunakan populasi finit atau populasi yang sudah diketahui secara pasti jumlahnya yakni masyarakat di kecamatan Tombariri Timur kabupaten Minahasa. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa penyalahgunaan dekstrometorfan ini tidak hanya pada laki-laki namun juga pada perempuan. Namun presentasi penyalahgunaan ini terjdi lebih besar pada laki-laki dengan usia 17-25 tahun. Sebagian besar orang yang menyalahgunakan mengaku bahwa mereka mendaapatkan obat ini dari tenaga kesehatan yang kemudian disalahgunakan hanya untuk coba-coba dan menghilangkan stres. Sedangkan, obat bebas terbatas ini seharusnya hanya boleh dilayani oleh seorang farmasis atau apoteker agar mutu obat tetap terjamin dan dapat memberikan informasi yang tepat terkait obat ini. Rata-rata responden ini menggunakan Dekstrometorfan dengan dosis 150-300 mg/hari atau 8-10 tab/hari, padahal seharusnya
SOFIA AGUSTINA WEA, S.FARM 188115011 obat ini tidak lebih dari 120 mg/hari atau 15-30mg 3-4 kali sehari. Selain itu, sebagian besar dari mereka biasanya mengkombinasikan Dekstrometorfan dengan alkohol yang bertujuan untuk mempercepat efek yang diinginkan seperti meningkatkan kepercayaan diri, merasa senang, tidak memiliki beban, dan pikiran melayang-layang.
Pembahasan Berdasarkan Pustaka Lain: Dekstrometorfan (DMP) adalah suatu senyawa turunan morfin, yang memiliki nama kimia/IUPAC (+)-3-methoxy-17-methyl-(9α,13α,14α)-morphinan, suatu dekstro isomer dari levomethorphan. Senyawa ini cukup kompleks karena memiliki kemampuan untuk mengikat beberapa reseptor, sehingga juga diduga memiliki banyak efek. ekanismenya sebagai penekan batuk (anti tusif) diduga terkait dengan kemampuannya mengikat reseptor sigma-1 yang berada di dekat pusat batuk di medulla dan terlibat dalam pengaturan refleks batuk. Fungsi fisiologis reseptor sigma-1 masih banyak yang belum diketahui, tetapi aktivasi reseptor sigma-1 salah satunya memberikan efek penekanan batuk. Penyalahgunaan DMP menggambarkan adanya 4 plateau yang tergantung dosis, seperti berikut: Plateau 1st 2nd
Dose (mg) 100–200 200–400
Behavioral Effects Stimulasi ringan Euforia dan halusinasi
3rd
300– 600
Gangguan persepsi visual dan hilangnya koordinasi motorik
4th
500-1500
Dissociative sedation
Berdasarkan jurnal diatas diketahui bahwa usia remaja paling banyak yang menyalahgunakan Dekstrometorfan. Hal ini dikarenakan pada usia remaja tingkat emosi dan mental masih sangat labil, sehingga para remaja mudah terpengaruh ke dalam perilaku menyimpang. Remaja memiliki kecenderungan ingin tahu sehingga akan mencari informasi mengenai narkoba/psikotropika. Oleh karena itu, dengan mendapat informasi tersebut remaja dapat membentuk sikap dan perilaku yang menjauhi penyalahgunaan narkoba. Namun, dapat pula dengan sikap ingin mencari berbagai sumber informasi tentang narkoba, remaja akan cenderung memiliki potensi memakai narkoba misalnya dimulai dengan sekedar coba-coba bersama teman (Nada dkk, 2015).
SOFIA AGUSTINA WEA, S.FARM 188115011 Tingginya tingkat penyalahgunaan Dekstrometorfan disebabkan oleh beberapa faktor berikut : 1. Dekstrometorfan mudah didapat, obat ini dapat diperoleh secara bebas baik di apotek mauun di warung-warung. Dekstrometorfan yang disahgunakan umumnya dalam bentuk sediaan tablet, karena lebih mudah didapat di tempat umum diperoleh dosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk lain. 2. Harga dekstrometorfan cukup murah. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 092/Menkes/SK/II/2012 tentang Harga Eceran Tertinggi Obat generik Tahun 2012, Harga Eceran tertinggi Dekstrometorfan HBr tablet 15 mg dengan kemasan kotak isi 10 x 10 tablet adalah sebesar Rp. 14.850,- (empat belas ribu delapan ratus lima puluh rupia). Dekstrometorfan HBr tablet 15 mg dengan kemasan botol isi 1000 tablet, harga eceran tertinggi adalah Rp. 53.406,- (lima puluh tiga ribu empat ratus enam rupiah). Jadi rata-rata harga eceran tertinggi untuk 1 tablet Dekstrometorfan HBr adalah Rp. 50,- (lima puluh rupiah) sampai dengan Rp. 150,(seratus lima puluh rupiah). 3. Persepsi masyarakat bahwa obat itu aman, karena Dekstrometorfan dapat dibeli secara bebas sebagai obat batuk biasa, sehingga bnayak orang beranggapan bahwa penyalahgunaan Dekstrometorfan relatif lebih aman dibandingkan dengan obat golongan narkotika atau psikotropika yang regulasinya lebih ketat. Maraknya penyalahgunaan Dekstrometorfan membuat pemerintah mencanagkan peraturan yanki sejak 30 Juni 2014, semua produk obat yang mengandung dekstrometorfan harus ditarik dari pasaran. Penarikan ini disampaikan oleh Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Badan POM Sri Utami Ekaningtyas, pada diskusi bertajuk “Penarikan Zat Berbahan Dekstrometorfan Tunggal”, di Jakarta, Senin (26/5/2014). Sebenarnya Badan Pengawas Obat dan Makanan, pada Juli 2013 telah mengeluarkan surat penarikan obat yang mengandung dekstrometorfan sediaan tunggal dari pasaran, dan memberikan waktu satu tahun kepada industri Farmasi untuk menarik produk-produknya. Peran Apoteker sangat diperlukan dalam pengatasan kasus penyalahgunaan. Sebagai Apoteker harusnya selalu mewaspadai dan mengontrol ketat penggunaan obatobat ini. Apoteker dalam memberikan pelayanan bertugas untuk
memberikan
perlindungan terhadap konsumen (pasien) mengenai terjaminnya mutu obat yang sampai
SOFIA AGUSTINA WEA, S.FARM 188115011 ke tangan pasien, serta dapat melakukan advokasi terhadap pasien dengan memberikan segala informasi terkait obat yang dikonsumsi (cara pemberian, efek samping, dan interaksi obat). Dilihat dari pertanyaan Di banyak negara, penyalahgunaan DMP banyak dilaporkan, dan DMP banyak dikombinasi dengan obat-obat adiktif lain. Sampai saat ini memang belum ada regulasi yang mengatur penggunaan DMP, termasuk di Amerika. Namun dengan peningkatan penyalahgunaan DMP, lembaga berwenang di Amerika yaitu DEA (Drug Enforcement Administration) sedang mereview kemungkinan untuk melakukan kontrol terhadap penggunaan DMP.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan: Jakarta. http://www.who.int/medicines/areas/qualitysafety/5.1Dextromethorphan_prereview.pdf, diakses pada tanggal 09 Oktober 2018. Ikawati, Zullies, 2014, Mengenal Dekstrometorfan obat batuk
yang sering
disalahgunakan, dari https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/dekstrometorfan/ pada tanggal 10 oktober 2018. Qorib,Fathul, 2016, Penyalahgunaan Dektrometorfan (DMP) dan Akibat Hukumnya, Jurnal
Gema,
Diakses
dari
https://stihzainulhasan.ac.id/penyalahgunaan-
dektrometorfan-dmp-dan-akibat-hukumnya/ pada tanggal 09 Oktober 2018. Miratulhusda, Nada Windayanti, Cahaya Noor, Fadilaturrahmah, 2015, Studi Retrospektif Penyalahgunaan Obat pada Pasien Ketergantungan Obat di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 247264.