Request Keratitis Fungalis.docx

  • Uploaded by: Felly Liu
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Request Keratitis Fungalis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,566
  • Pages: 11
REFERAT KERATITIS FUNGALIS

Disusun oleh : Dwijudio Immanuel 1361050080

Pembimbing : dr. , Sp.M

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Periode 21 Januari 2019 – 23 Februari 2019 Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia Universitas Kristen Indonesia Jakarta 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kemudahan dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat dalam Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Mata dengan judul “Keratitis Fungalis”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr., Sp.M selaku pembimbing atas pengarahannya selama penulis belajar dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata. Semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan para pembaca. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan masih perlu banyak perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran diharapkan dari pembaca.

Jakarta, 2019

Dwijudio 1361050080

ii

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT DENGAN JUDUL “KERATITIS FUNGALIS” Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Periode 21 Januari 2019 – 23 Februari 2019

Jakarta, 2019

dr., Sp.M

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………ii LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………iii DAFTAR ISI………………………………………………………………...iv BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………... 2 BAB III KESIMPULAN…………………………………………………... 30 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 31

iv

BAB I PENDAHULUAN

Bakteri, virus, dan jamur dapat menyebabkan keratitis. Keratitis fungalis pertama kali ditemukan pada tahun 1879 dan insidensinya meningkat selama 30 tahun terakhir. Sebanyak 70 jenis jamur yang berbeda menjadi penyebab dari terjadinya keratitis fungalis. Jenis jamur yang paling banyak ditemukan adalah yeast dan filamentous fungi (bersekat dan tidak bersekat).(1,2) Jamur merupakan penyebab yang penting terhadap terjadinya keratitis, terutama di negara-negara dengan iklim tropis. Ulkus kornea terjadi pada 40% kasus dari seluruh kasus keratitis fungalis. Keratitis fungalis dapat berkembang dengan cepat dan menyebabkan ulkus kornea hingga hilangnya penglihatan. Diagnosis dini dan tatalaksana yang tepat dan segera sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi jangka panjang.(1,2) Meskipun pilihan obat-obatan pada keratitis fungalis semakin bertambah banyak, namun terdapat sebuah tantangan dalam mengobati keratitis fungalis berdasarkan pada virulensi patogen jamur yang berbeda, yaitu antara spesies yeast dan respon host. Pemberian obat ke dalam jaringan kornea dan identifikasi patogen jamur memainkan peran penting dalam pengelolaan keratitis fungalis.(3)

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kornea Kornea adalah jaringan avaskular transparan (selaput bening mata) dengan permukaan yang halus. Kornea tampak seperti elips dari bagian depan, dengan diameter horizontal sekitar 11,5 mm dan diameter vertikal sekitar 11 mm. Dari belakang, kornea berbentuk sirkular dengan diameter 11,5 mm. Kornea lebih tebal di bagian perifer (0,67 mm) daripada di bagian tengah (0,52 mm). Jari-jari kelengkungan di permukaan anterior dan posterior dari bagian tengah kornea masing-masing adalah 7,8 mm dan 7 mm. Kornea berperan sebagai membran protektif dan juga sebagai lapisan refraksi yang kuat. Kornea memiliki kekuatan refraktsi sekitar +40D.(4)

Gambar 1. Anatomi kornea (4)

Transparansi kornea terbentuk karena susunan lamelar yang khas dari serat kolagen, permeabilitas selektif dari epitel dan endotel, avaskularitas, serta deturgesensi (keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea). Deturgesensi kornea dipertahankan oleh pompa natriumkalium aktif yang terletak di endotel. Secara histologis, kornea memiliki lima lapisan yang berbeda dari anterior ke posterior.(4,5) 6

Gambar 2. Lapisan kornea (4)

Epitel Epitel memiliki ketebalan sebesar 550 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden. Ikatan tersebut menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.(5)

Membran Bowman Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.(5)

7

Stroma Stroma menyusun 90% ketebalan kornea. Stroma terdiri dari lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang. Terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea, merupakan fibroblas yang terletak di antara serat kolagen stroma.(5)

Membran Descement Membran Descement merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea yang dihasilkan oleh sel endotel dan merupakan membran basalnya. Membran ini bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunya tebal 40 m.(5)

Endotel Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, dan berbentuk heksagonal. Endotel berukuran sekitar 20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden.(5)

Kornea merupakan jaringan avaskular. Namun, kornea mendapatkan nutrisi dari pleksus superfisial yang dibentuk oleh cabang episkleral dari arteri siliaris anterior. Pembuluh vena mengikuti jalur yang sama dengan arteri. Tidak terdapat aliran limfatik pada kornea.(4) Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubuh Schwannya. Seluruh lapisan epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.(5)

8

2.2 Fisiologi Kornea Dua fungsi fisiologis utama kornea adalah bertindak sebagai media refraksi utama dan melindungi struktur intraokular. Kornea melakukan fungsi-fungsi tersebut dengan mempertahankan transparansi dan pergantian jaringan secara teratur.(6)

Transparansi Kornea Transparansi kornea dapat terbentuk karena adanya susunan lamella kornea, indeks refraksi khusus pada lamella kornea dengan variasi kurang dari 200 mm (teori Goldmann dan Benedek), serta avaskularitas kornea. Selain itum keadaan dehidrasi relatif kornea (kadar air 78%), dimana kadar tersebut dipertahankan oleh epitel, endotel, dan pompa aktif Na+ K+ ATPase dari endotel. Swelling pressure (SP) yang dihasilkan oleh stroma menghambat efek inbibisi dari tekanan intraokular. Corneal crystallins, meliputi protein keratosit yang larut dalam air (transketolase dan aldehyde dehydrogenase kelas IA1) juga berkontribusi terhadap transparansi kornea di tingkat seluler.(6)

Metabolisme Kornea Struktur mata yang avaskular seperti kornea mendapatkan kebutuhan energinya dari fosforilasi karbohidrat dan sistem auto-oksidatif. Kornea membutuhkan energi untuk menjaga transparansi. Terdapat tiga jalur penting untuk transportasi metabolit menuju ke kornea dan dari kornea, yaitu kapiler perilimbal, akuous humor (cairan bilik mata), dan air mata. Glukosa memasuki kornea baik dengan difusi sederhana atau dengan transpor aktif melalui akuous humor. Oksigen di atmosfer diduga telah larut di dalam air mata saat memasuki epitel. Oksigen juga dapat mencapai kornea melalui tear film dari pembuluh konjungtiva palpebra terutama ketika kelopak mata tertutup. Oksigen mencapai lapisan yang lebih dalam dari kornea melalui akuous humor. Pemecahan glukosa terjadi melalui proses aerob dan anaerob menjadi karbon dioksida, air, dan asam laktat.(4)

2.3 Definisi Keratitis adalah istilah umum yang digunakan untuk peradangan pada kornea. Istilah keratitis jamur mengacu pada infeksi kornea yang disebabkan oleh jamur. Salah satu jenis jamur yang dapat menginfeksi kornea adalah Fusarium. Ketika Fusarium menginfeksi kornea, maka disebut juga dengan keratitis Fusarium. Keratitis jamur (keratomikosis) terutama mempengaruhi epitel kornea dan stroma, walaupun endotel dan bilik anterior mata juga dapat terlibat pada tingkat penyakit yang lebih berat.(7-9) 9

2.4 Epidemiologi Di seluruh dunia, spesies Aspergillus merupakan spesies yang paling sering ditemukan pada keratitis fungalis saat pemeriksaan isolasi jamur. Sebuah penelitian di India terhadap keratitis fungalis melaporkan bahwa spesies Aspergillus adalah isolat yang paling umum ditemukan (27% hingga 64%), diikuti oleh Fusarium (6% hingga 32%), dan Penicillium (2% hingga 29%). Di Bangkok Thailand, Cina, dan India Selatan, Fusarium merupakan penyebab keratitis fungalis yang paling banyak dilaporkan. Di Amerika Serikat, Fusarium, Aspergillus, dan Candida telah dilaporkan sebagai penyebab yang paling umum di Miami, Minneapolis dan Philadelphia.(1,10) Keratitis fungalis lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Keratitis fungalis juga seringkali terjadi pada pasien dengan riwayat trauma okular di luar ruangan. Organisme jamur dapat meluas dari kornea ke sklera hingga struktur intraokular. Jamur dapat menyebabkan infeksi yang berat, seperti skleritis, endoftalmitis, maupun panoftalmitis. Keratitis fungalis biasanya sangat sulit diobati dan dapat mengakibatkan penurunan penglihatan yang berat hingga kebutaan.(7)

2.5 Etiologi dan Faktor Risiko Dua jenis jamur penyebab keratitis fungalis yang mendasari terjadinya penyakit, faktor risiko, dan pendekatan terapeutik meliputi keratitis akibat jamur berfilamen (filamentous fungi) dan keratitis akibat yeast-like, serta akibat jamur dimorfik termal, namun jarang dilaporkan. Terdapat juga pengaruh geografis yang besar terhadap terjadinya berbagai bentuk keratitis fungalis.(11) Keratitis jamur berfilamen biasanya terjadi pada laki-laki muda yang sehat yang terlibat dalam pekerjaan pertanian atau pekerjaan di luar ruangan lainnya. Jamur ini tidak dapat menembus epitel yang intak dan invasi jamur ini merupakan invasi sekunder akibat trauma. Trauma merupakan faktor predisposisi kunci, terjadi pada 40-60% pasien. Faktor-faktor risiko lain yang dilaporkan yaitu riwayat operasi mata sebelumnya, riwayat penyakit pada lapisan permukaan mata, riwayat penggunaan kortikosteroid (baik topikal atau sistemik) dan penggunaan lensa kontak. Etiologi trauma yang berasal dari tumbuhan atau hewan (bahkan partikel debu) secara langsung mengimplantasi konidia jamur di stroma kornea dan mengikis lapisan epitel, sehingga memungkinkan terjadinya invasi jamur.(11) Spesies

Fusarium,

Aspergillus,

Curvularia,

Scedosporium

apiospermum,

dan

Paecilomyces adalah penyebab utama keratitis akibat jamur berfilamen. Faktor lingkungan seperti kelembaban, curah hujan, dan angin juga memiliki pengaruh terhadap terjadinya 10

keratitis fungalis akibat jamur berfilamen. Selain itu, faktor lingkungan dapat menentukan variasi musiman terhadap frekuensi isolasi jamur dan spesies jamur yang diisolasi.(11) Pada keratitis fungalis yang disebabkan oleh Candida albicans dan jamur lainnya yang terkait, adanya  1 kelainan okular (misalnya sekresi air mata yang tidak adekuat, gangguan pada penutupan kelopak mata) atau penyakit sistemik (misalnya diabetes melitus, imunosupresan) merupakan predisposisi terjadinya infeksi. Bentuk keratitis fungalis ini juga dapat terjadi pada riwayat kecacatan pada epitel sebelumnya akibat keratitis herpes atau akibat abrasi yang disebabkan oleh lensa kontak yang terkontaminasi.(11)

11

Related Documents


More Documents from "rezky"