304581148-keratitis-numularis.ppt

  • Uploaded by: rezky
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 304581148-keratitis-numularis.ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 2,292
  • Pages: 62
Dokter pembimbing: Dr. Evita Wulandari, Sp.M Disusun oleh : Gita Eka Ayuningtyas 20100310142

 Nama

: Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 50 tahun Alamat : Tunjungan 01/01 Ngombol Pekerjaan : Petani

Keluhan Utama : Mata merah pada mata kanan sejak 1minggu yang lalu.  Riwayat Penyakit Sekarang : 1 minggu Sebelum Periksa di poli mata RSUD Tjitrowardjoyo, pasien mengatakan mata merah dan pandangan kabur serta silau jika melihat cahaya. 3 hari sebelum periksa, keluhan tidak menghilang, malah bertambah merah, mata menjadi perih, dan terasa mengganjal pada mata kanan. Saat Periksa RS, mata kanan, terasa mengganjal, perih, merah dan pegal pada mata sebelah kanan. 

Trauma, Tergigit serangga Alergi Infeksi Salauran Nafas Atas Hipertensi, Diabetes Melitus Disangkal

Keluhan Serupa/ sakit pada bagian mata Menggunakan kacamata Menjalani Pengobatan Lama

Disangkal

RIWAAT PENYAKIT KELUARGA Alergi Diabetes Melitus Hipertensi

Disangkal

Keluhan Serupa/ sakit pada bagian mata Disangkal

A. STATUS GENERALIS  Keadaan sakit  Kesadaran  Tanda Vital Frekuensi Nadi Frekuensi Nafas

: : : : :

sakit sedang komposmentis 82 kali/menit 20 kali/menit

OD OD

OS OS

PEMERIKSAAN

OD

OS

1. Visus

5/6

5/5

jaringan parut (-)

jaringan parut (-)

Spasme (+)

Spasme (-)

Ptosis (-)

Ptosis (-)

Benjolan (-)

Benjolan (-)

Hiperemis

Jernih Inj Konjungtiva (-)

2. Alis 3. Palpebra

4. Konjungtiva

Inj Konjungtiva (-) Inj Pericorneal (+)

Inj Pericorneal (-) papil (-)

Pemeriksaan 5. Kornea

OD

OS

Epitel intak (+)

Jernih

Infiltrat numularis di sub epitel

Infiltrat (-)

(+) 6. Camera Oculi

Dalam

Dalam

Coklat

Coklat

D 3mm RC +/+

D 3 mm RC +/+

Bulat

Bulat

Jernih

Jernih

Letak di sentral

Letak di Sentral

N

N

Tidak Dilakukan

Tidak Dilakukan

Anterior (COA) 7. Iris dan Pupil

8. Lensa

9. TIO

10. Funduskopi

 PEMERIKSAAN

ANJURAN 1. Lampu senter 2. Fluorescent test 3. Sensibilitas kornea 4. Ophthalmoskop

 Keratitis

Nummular  E.K.C. (Epidemic Kerato Conjungtivitis)  Varicella Keratis  Keratitis Pungtata Superfisial Nonulseratif  Keratitis Dendritik/ herpetik

DIAGNOSA KLINIK Keratitis Nummular OD

 Kombinasi antibiotik dan antiinflamasi (Inmatrol TM) eye drop 2-4x sehari 1-2

tetes (OD)  Pelumas

bola mata (Cendo Lyteers TM) eye drop 3 – 4 kali sehari 1 – 2 tetes. (OD)  Kontrol 1 minggu kemudian



Edukasi Pasien menggunakan pelindung mata seperti kacamata untuk menghindari mata dari pajanan luar, Jangan mengusap atau menggaruk mata,yang akan memperburuk kondisi peradangan pada mata, membudayakan cuci tangan dan perbaikan higiene agar mencegah infeksi ulang maupun sekunder serta mencegah penularan.



PROGNOSA - Ad vitam

: dubia ad bonam

- Ad sanationam

: dubia ad malam

- Ad fungsionum

: dubia ad malam

- Ad kosmetikam

: dubia ad malam

 Keratitis

adalah peradangan pada salah satu dari kelima lapisan kornea. Peradangan tersebut dapat terjadi di epitel, membran Bowman, stroma, membran Descemet, ataupun endotel. Peradangan juga dapat melibatkan lebih dari satu lapisan kornea.



Kornea adalah jaringan transparan yang merupakan selaput bening mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata sebelah depan dan terdiri dari 5 lapisan. lapisan tersebut antara lain lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea juga merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Jika terjadi oedem kornea akan bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.

Mikroorganisme, seperti amoeba, bakteri, jamur dan virus masuk kedalam kornea melalui epitel

Tampak sebagai bercak kelabu, keruh dan permukaan kornea menjadi tidak licin.

Stroma (avaskular) dan membran bowman terinfeksi

Terjadilah infiltrasi dari sel-sel lekosit, sel-sel polimorfonuklear, sel plasma yang mengakibatkan timbulnya infiltrat

Sel-sel di stroma kornea pertama-tama akan bekerja sebagai makrofag

Dilatasi pembuluh darah yang ada di limbus dan tampak sebagai injeksi pada kornea

Virus.

Bakteri

Jamur

Paparan sinar ultraviolet ETIOLOGI

Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.

Mata kering

Adanya benda asing di mata.

Reaksi terhadap obat

Keratitis Pungtata

Lapisan yang terkena

Keratitis Marginal

Keratitis Interstisial

Keratitis Bakteri

Klasifikasi

Keratitis Jamur

Keratitis Virus

Keratitis Acanthamoeba

Penyebabnya

Keratitis alergi

Keratitis lagoftalmus

Keratitis neuroparalitik

Keratokonjungtivitis sika

Keratitis sklerotikan

Keratitis pungtata adalah keratitis dengan infiltrat halus pada kornea yang dapat terletak superfisial dan subepitel.  Keratitis Pungtata disebabkan oleh hal yang tidak spesifik dan dapat terjadi pada Moluskum kontangiosum, Akne rosasea, Herpes simpleks, Herpes zoster, Blefaritis neuroparalitik, infeksi virus, vaksinisia, trakoma, trauma radiasi, dry eye, keratitis lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahaya pengawet lainnya.  Gejala klinis dapat berupa rasa sakit, silau, mata merah, dan merasa kelilipan. 



 

Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus. Penyakit infeksi lokal konjungtiva dapat menyebabkan keratitis kataral atau keratitis marginal ini. Keratitis marginal kataral biasanya terdapat pada pasien setengah umur dengan adanya blefarokonjungtivitis. Etiologi Strepcoccus pneumonie, Hemophilus aegepty, Moraxella lacunata dan Esrichia. Gejala klinis : Penderita akan mengeluhkan sakit, seperti kelilipan, lakrimasi, disertai fotofobia berat. Pada mata akan terlihat blefarospasme pada satu mata, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang memanjang, dangkal unilateral dapat tunggal ataupun multipel, sering disertai neovaskularisasi dari arah limbus.

 Kondisi

serius dimana masuknya pembuluh darah ke dalam kornea dan dapat menyebabkan hilangnya transparansi kornea.  Keratitis interstitial dapat berlanjut menjadi kebutaan.  Sifilis adalah penyebab paling sering dari keratitis interstitial  Keratitis Interstisial dapat terjadi akibat alergi atau infeksi spiroket ke dalam stroma kornea dan akibat tuberkulosis.

 Fotofobia,

lakrimasi, dan menurunnya visus  Keratitis yang disebabkan oleh sifilis kongenital biasanya ditemukan trias Hutchinson (mata: keratitis interstisial, telinga: tuli labirin, gigi: gigi seri berbentuk obeng), sadlenose, dan pemeriksaan serologis yang positif terhadap sifilis.  Pada keratitis yang disebabkan oleh tuberkulosis terdapat gejala tuberkulosis lainnya

 Mata

merah, berair, nyeri pada mata yang terinfeksi, penglihatan silau, adanya sekret dan penglihatan menjadi kabur  Pada pemeriksaan bola mata eksternal ditemukan hiperemis perikornea, blefarospasme, edema kornea, infiltrasi kornea.

 

     

Jamur berfilamen (filamentous fungi) : bersifat multiseluler dengan cabang-cabang hifa. Jamur bersepta : Furasium sp, Acremonium sp, Aspergillus sp, Cladosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp. Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp. Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas : Candida albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura sp. Jamur difasik. Pada jaringan hidup membentuk ragi sedang media pembiakan membentuk miselium : Blastomices sp, Coccidiodidies sp, Histoplastoma sp, Sporothrix sp.

 Riwayat

trauma terutama tumbuhan, pemakaian steroid topikal lama.  Lesi satelit.  Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang ireguler dan tonjolan seperti hifa di bawah endotel utuh.  Plak endotel.  Hipopion, kadang-kadang rekuren.  Formasi cincin sekeliling ulkus.  Lesi kornea yang indolen.

 Herpes

simpleks virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus tersering pada kornea. Virus herpes simpleks menempati manusia sebagai host, merupakan parasit intraselular obligat yang dapat ditemukan pada mukosa, rongga hidung, rongga mulut, vagina dan mata.  Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan jaringan mata, rongga hidung, mulut, alat kelamin yang mengandung virus

Keratitis Virus

Keratitis herpetik

Keratitis dendritik

Keratitis disiformis

Keratokonju ngtivitis epidemi

Keratitis dimmer atau numularis

Keratitis filamentosa

 Nyeri

pada mata, fotofobia, penglihatan kabur, mata berair, mata merah, tajam penglihatan turun terutama jika bagian pusat yang terkena  Infeksi primer Herpes simpleks pada mata biasanya berupa konjungtivitis folikularis akut disertai blefaritis vesikuler yang ulseratif, serta pembengkakan kelenjar limfe regional.

Keratitis dendritik

Keratitis herpetik

Keratitis disiformis

Keratitis filamentosa

Keratokon jungtivitis epidemi

Keratitis dimmer atau numularis

Etiologi adalah infeksi Acanthamoeba yang biasanya disertai dengan penggunaan lensa kontak  Rasa sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya yaitu kemerahan, dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.  Bentuk-bentuk awal pada penyakit ini, dengan perubahan-perubahan hanya terbatas pada epitel kornea semakin banyak ditemukan.  Keratitis Acanthamoeba sering disalah diagnosiskan sebagai keratitis herpes 







Keratokonjungtivitis flikten merupakan radang kornea dan konjungtiva yang merupakan reaksi imun yang mungkin sel mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen. Dahulu diduga disebabkan alergi terhadap tuberkuloprotein. Sekarang diduga juga alergi terhadap jenis kuman lain. Untuk mengetahui penyebabnya sebaiknya dicari penyebab alerginya. Keratitis fasikularis adalah keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang menjalar dari limbus kearah kornea, biasanya berupa tukak kornea akibat flikten yang menjalar ke daerah sentral disertai fasikulus pembuluh darah. Dapat berbentuk flikten multipel di sekitar limbus ataupun ulkus cincin yang merupakan gabungan dari ulkus cincin tersebut. Keratokonjungtivitis vernal, merupakan penyakit rekuren dengan peradangan tarsus dan konjungtivita bilateral. Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi didapatkan terutama pada musim panas.

 Keratitis

akibat kelainan saraf trigeminus, sehingga terdapat kekeruhan kornea yang tidak sensitif disertai kekeringan kornea.  Gangguan persarafan ke v ini dapat terjadi akibat herpeks zoster, tumor fosa posterior kranium dan keadaan lain sehingga akan mengakibatkan terbentuknya tukak kornea.



Suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Pasien dengan konjungtivitis sika akan mengeluh mata gatal, mata seperti berpasir, silau dan penglihatan kabur. Pada mata didapatkan sekresi mukus yang berlebihan, sukar menggerakan kelopak mata, dan mata kering dengan erosi kornea.

 Kekeruhan

berbentuk segi tiga pada kornea yang menyertai radang sklera atau skleritis. Sampai saat ini tidak diketahui apa yang menyebabkan terjadinya proses ini. Namun diduga karena terjadi perubahan susunan serat kolagen yang menetap. Perkembangan kekeruhan kornea ini biasanya terjadi akibat proses yang berulang-ulang yang selalu memberikan sisa-sisa baru sehingga defek makin luas bahkan dapat mengenai seluruh kornea.

 DEFINISI

: Peradangan kornea dengan gambaran infiltrate sub epitel berbentuk bulatan seperti mata uang (coin lesion).

 Organisme

penyebabnya diduga virus yang masuk kedalam epitel kornea melalui luka kecil setelah terjadinya trauma ringan pada mata.  Replikasi virus pada sel epitel diikuti penyeberan toksin pada stroma kornea menimbulkan kekeruhan / infiltrate yang khas berbentuk bulat seperti mata uang.  Pada kornea terdapat infiltrat bulat-bulat subepitelial dan di tengahnya lebih jernih, seperti halo. Atau dapat juga memberikan gambaran bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea dan biasanya multiple.

 Penderita

mengeluh perasaan adanya benda asing dan fotofobia. Kekaburan terjadi apabila infiltrat pada stroma kornea berada pada aksis visual.  Apabila penderita melihat sendiri adanya bercak putih pada matanya. Khas pada penderita ini tidak terdapat adanya riwayat konjungtivitis sebelumnya.  Kelainan ini dapat mengenai semua umur, seringkali mengenai satu mata, tapi beberapa kasus mengenai kedua mata

 Pada

keratitis numularis ditemukannya infiltrat yang bundar berkelompok dan tepinya berbatas tegas sehingga memberikan gambaran halo. Keratitis ini berjalan lambat yang sering terdapat unilateral pada petani sawah  Keluhan adanya benda asing, fotofobia, kadang-kadang disertai penglihatan kabur.  Visus umumnya baik dan infiltrate berada ditengah aksis visual maka pandangan dapat kabur.

 Biasanya

tidak terdapat hiperemi konjungtiva maupun hyperemia perikornea.  Retroiluminasi : - Tampak bercak putih bulat di bawah epitel kornea baik di daerah sentral atau perifer. Epitel di atas lesi sering mengalami elevasi dan tampak irregular. Umur bulatan infiltrate tidak selalu sama dan terdapat kecenderungan menjadi satu. - Besar infiltrate bervariasi + 0,5 – 1,5 mm.  Tes Fluoresin : Menunjukkan hasil negatif (-).  Tes Sensibilitas kornea : Baik (tidak menurun)

 E.K.C.

(Epidemic Kerato Conjungtivitis)  Varicella Keratis  Keratitis Pungtata Superfisial Nonulseratif  Keratitis Dendritik/ herpetik

 Keratitis

numularis dapat sembuh sendiri.  Lesi pada kornea akan menghilang sampai 6 tahun dan menimbulkan bekas kecil (nebula kornea).  Kortikosteroid topical (misal:dexamethason) diberikan 3 – 4 kali sehari akan mengurangi keluhan penderita, diberikan sampai 5 – 7 hari dan pemberian dapat diulang sampai 4 – 6 minggu untuk mencegah timbulnya keluhan berulang

 Pencegahan

yang dapat dilakukan agar tidak terserang keratitis numularis, terutama ditujukan untuk para petani adalah saat ke sawah sebaiknya menggunakan kacamata pelindung dan topi yang besar untuk melindungi mata secara tidak langsung dari pajanan sinar ultraviolet,benda asing dan bahan iritatif lainnya.  Higienitas sanitasi lingkungan yang bersih juga sangat menentukan penyebaran penyakit ini.

 Komplikasi

dari keratitis numularis adalah bisa menyebabkan ulkus kornea jika tidak cepat diobati

Tergantung pada beberapa faktor, termasuk luas dan dalamnya lapisan kornea yang terlibat, ada atau tidaknya perluasan ke jaringan orbita lain, status kesehatan pasien, virulensi patogen, ada atau tidaknya vaskularisasi dan deposit kolagen pada jaringan tersebut.  Prognosis umumnya Ad bonam karena (self limiting disease), tergantung pada pengobatan yang cepat dan sejauh mana jaringan parut (sikatrik) kornea yang terbentuk. Keratitis ini bila sembuh bisa meninggalkan jaringan parut (sikatrik) yang ringan. 



1. Diagnosis keratitis numularis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.



2. Selain pemberian farmakoterapi yang adekuat sesuai dengan etiologi penyebab, Edukasi yang diberikan ialah saat ke sawah sebaiknya menggunakan kacamata pelindung dan topi yang besar untuk melindungi mata secara tidak langsung dari pajanan sinar ultraviolet,benda asing dan bahan iritatif lainnya. Higienitas sanitasi lingkungan yang bersih juga sangat menentukan penyebaran penyakit ini. Kembali kontrol 1 minggu kemudian untuk memantau kemajuan maupun respon penyakit terhadap terapi yang diberikan serta mengontrol efek samping obat yang mungkin timbul.



3. Komplikasi dari keratitis numularis adalah bisa menyebabkan ulkus kornea jika tidak cepat diobati



4. Prognosis keratitis numularis ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk luas dan dalamnya lapisan kornea yang terlibat, ada atau tidaknya perluasan ke jaringan orbita lain, status kesehatan pasien, virulensi patogen, ada atau tidaknya vaskularisasi dan deposit kolagen pada jaringan tersebut.

 



  

  

Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1997. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS, editor. Ilmu penyakit mata. 2nd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2002. P. 113-31. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009. Berson FG. Basic opthalmology. 6th ed. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology; 1993. Whitcher JP,, Riordan-Eva P. Vaughan and Asbury ‘s general ophtalmology. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2007. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophtalmology: a systemic approach. 7th ed. Amsterdam: Elsevier Saunders; 2011. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum. Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 2010. American Academy of Ophthalmology. Practicing Ophthalmologist Curriculum Cornea/Externa Disease. San Francisco : s.n., 2011. Anonym. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Mata Edisi III. RSU Dokter Sutomo, Surabaya : s.n., 2006.

More Documents from "rezky"