Renaldi.docx

  • Uploaded by: Renaldi Amir
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Renaldi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,290
  • Pages: 12
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Pendidikan Karakter Kejujuran” dengan baik. Adapun makalah ini telah saya usahakan semaksimal mungkin,namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Palu, 19 Maret 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1 1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3 2.1 Pengertian Pendidikan Karakter...............................................................................3 2.2 Pengertian Kejujuran.................................................................................................4 2.3 Hubungan Pendidikan Karakter Kejujuran Terhadap Perilaku Korupsi...................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................................9 3.1 Kesimpulan...............................................................................................................9 3.2 Saran.........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, perilaku atau budi pekerti yangmembedakan seseorang dari yang lain. Berkarakter berarti memiliki karakter,mempunyai kepribadian dan berwatak.Individu yang berkarakter baik atauunggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaikterhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dannegara pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinyadan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya). Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan digunakan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang sampai sekarang belum dapat diatasi secara menyeluruh. Karena itu Pendidikan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila, dan landasan konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk membangun nasional Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu pendidikan karakter? 2. Apa yang dimaksud dengan kejujuran? 3. Bagaimana hubungan pendidikan karakter kejujuran terhadap perilaku korupsi saat ini?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pendidikan karakter 2. Mengetahui pengertian pendidikan karakter kejujuran 3. Memahami hubungan pendidikan karakter kejujuran terhadap perilaku korupsi.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Karakter. Pengertian pendidikan karakter menurut para ahli : 1. Pendidikan karakter menurut Lickona Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan tiga komponen yaitu; konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen itu dapat kita nyatakan bahwa karakter yang baik, didukung oleh keinginan untuk berbuat baik dan melakukan perbuatan kebaikan. Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini bahwasanya definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.

2. Pendidikan karakter menurut Suyanto Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.

3. Pendidikan karakter menurut Kertajaya Menurut Kertajaya, karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu. 4. Pendidikan karakter menurut kamus psikologi Menurut kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).

2.2 Pengertian Kejujuran Pengertian jujur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti lurus hati, tidak curang, tidak bohong, tidak khianat. Kejujuran adalah salah satu dari nilai karakter yang harus dimiliki oleh setiap orang dan menjadi semakin penting selama ini Indonesia dikenal sebagai bangsa yang masih menjaga kultur ketimurannya, dimana nilai dan akhlak lah yang menjadi dominan dengan karakter dan identitas bangsa ini berada pada dan akhlak itu sendiri. Namun semakin ke sini, nilai karakter yang selama ini dijunjung tinggi oleh bangsa ini ini terus memudar seiring pesatnya perkembangan zaman. Nilai yang diambil sentral dan penting bagi kepentingan itu sendiri adalah kejujuran. Kejujuran harus menjadi pilar utama untuk suatu karakter. Pendidikan memiliki peran yang sangat sentral sebagai pembentuk karakter bangsa, yang dalam hal ini adalah peserta didik sebagai generasi penerus. Oleh Eksekutif, perlu diadakan pengalaman dalam dunia pendidikan untuk membangun karakter peserta didik sebegai generasi muda yang berkarakter dimulai dari adanya proses kejujuran. Pendidikan karakter wajib digalakkan dan diterapkan kepada peserta didik yang tentunya masih mengenyam dunia pendidikan untuk mewujudkan indonesia yang sesuai dengan jati dirinya. Jujur adalah sebuah prilaku manusia yang mempunyai definisi transparan, tidak ada yang ditutupi sebagai penghilang sebuah tingkah laku atau alasan kita kepada orang lain. Mengajar anak jujur harus kita terapkan sejak dini, sehingga kelak ketika sang anak telah dewasa ia akan tetap ingat dengan apa yang telah kita ajarkan. Jadi apabila anak anda masih kecil banyak-banyaklah memberi mereka arahan dan perbuatan yang baik terutama pada karakter jujur. Kebanyakan anak kecil itu tidak mau jujur akan kesalahan yang dilakukannya,karena mereka takut untuk mengakuinya. Mereka takut kalau orang tua mereka marah karena mereka melakukan suatu kesalahan. Ketika anaknya melakukan kesalahan, kebanyakan orang tua atau guru di sekolah akan langsung memarahi atau menghukum anak. Inilah yang salah, dari prilaku para orang tua, seharusnya kita memakluminya dan menasehatinya ataupun memberi tahu kalau hal tersebut tidaklah boleh dilakukan. Sehingga sang anak kedepannya anak tidak melakukan kesalahan yang sama dan anak juga tidak takut untuk mengatakan sebuah hal kejujur walau dia bersalah. Baik tidaknya seseorang anak sangat dipengaruhi oleh orang tua dan guru mereka, Jadi ketika mendidik anak kita harus

menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang baik termasuk pribadi yang jujur. Seorang yang jujur akan lebih dihargai orang lain. Dimanapun dan kapanpun kalau orang itu jujur pasti akan sukses dan dihormati orang. Jadi tanamkanlah kejujuran pada anak sejak dini.

Tingkatan Kejujuran Ada 3 tingkata kejujuran, antara lain : a.

Kejujuran dalam ucapan, yaitu kesesuaian ucapan dengan kenyataan.

b. Kejujuran dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. c.

Kejujuran dalam niat, yaitu kejujuran tertinggi dimana ucapan dan perbuatan semuanya hanya untuk Allah.

Melatih Diri Bersikap Jujur Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih diri bersikap jujur, antara lain: a.

Berpikir jujur Jangan pernah berpikir tentang hal-hal yang berbau ketidakjujuran.

b. Sadari akibat ketidakjujuran Kita harus sadar akibat buruk yang mungkin akan muncul jika kita tidak jujur. Kesadaran itulah yang membuat seseorang berpikir dua kali untuk melakukan ketidakjujuran. c. Mengakui kebohongan Mengakui semua kebohongan yang pernah kita lakukan di masa lalu mungkin memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Tetapi, jika tekad untuk merubah kebiasaan berbohong sudah sangat kuat, cobalah untuk mengakui kebohongan ataupun hal-hal yang kita sembunyikan selama ini. d. Berlatih teknik jujur Teknik di sini adalah cara bagaimana kita mengatakan hal yang jujur itu dengan kata-kata yang diperhalus, serta tidak menyebutkan hal-hal yang sifatnya pribadi kepada orang lain.

Kata kunci etika dan moralitas adalah kejujuran. Jujur untuk mengungkapkan apa adanya tanpa harus menutupinya oleh alasan apapun, termasuk alasan dan ketakutan akan rasa malu karena harus menanggung resiko dari kejujuran. Satu diantara sekian resiko kejujuran adalah menerima kenyataan “pahit” yang harus ditanggung oleh para pelaku kejujuran. Tidak berarti

bahwa setiap kejujuran itu harus dibayar dengan harga “pahit”, banyak orang kemudian dimuliakan dan mendapatkan tempat terhormat karena kejujurannya. Seorang ahli hikmah mengatakan: “perkataan orang berakal bermula dari hatinya, sedang perkataan orang yang jahil berawal dari lisannya dan berbicara sesuka hatinya”. Artinya, orang cerdas tentulah akan berfikir terdahulu dalam berbicara, dan sesuai dengan kata hatinya karena fitrah dari hati manusia adalah kebajikan, sebaliknya orang yang bodoh itu tidak berfikir dalam berbicara sehingga perkataan yang keluar dari mulutnya hanya omong kosong belaka. Simpulannya adalah hanya orang bodoh yang berkata dusta, sedangkan orang yang menyadari kecerdasannya tentu adalah orang-orang yang jujur. Kejujuran sering diibaratkan sebagai mata uang yang akan berlaku dimanapun tempat, yang tidak terbatasi oleh ruang, wilayah, Negara bahkan oleh waktu, karena bernilai dan memang dibutuhkan. Kejujuran sama halnya kebenaran acap kali sering terdesak oleh kuatnya ambisi kekuasaan dan pengaruh duniawi, namun dapat diyakini bahwa kejujuran dan kebenaran itu tidak akan pernah dapat dimusnahkan/termusnahkan. Bahkan orang yang berbuat salah dan dosa sekalipun akan dianggap benar, karena kejujurannya mau mengakui semua kesalahan yang diperbuat.

2.3 Hubungan Pendidikan Karakter Kejujuran Terhadap Perilaku Korupsi Jumlah kasus korupsi di Indonesia terus meningkat. Kasus korupsi yang telah diputus oleh Mahkamah Agung (MA) dari 2014-2015 sebanyak 803 kasus. Jumlah ini meningkat jauh dibanding tahun sebelumnya. Hasil penelitian Laboratorium Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, mengungkap 803 kasus itu menjerat 967 terdakwa korupsi. Data lain menurut Litbang Kompas sebanyak 158 Kepala Daerah tersangkut kasus korupsi sepanjang 2004-2011, 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011, 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI, kasus korupsi terjadi di berbagai lembaga seperti KPU, KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM. Kejahatan yang merugikan negara tersebut, anehnya dilakukan “oknum” orang yang berpendidikan tinggi. Sangat miris kondisi demikian. Penyimpangan terus terjadi dimana-mana; mulai dari kasus korupsi, suap-menyuap, penyalahgunaan jabatan, dan deretan kasus-kasus lainnya. Hal tersebut menunjukkan sudah semakin menurunnya kualitas moral bangsa ini. Seperti yang telah kita ketahui bersama, apa yang telah terjadi

dengan moral bangsa ini. Banyak terjadi kasus yang mana kasus tersebut sudah sangat jelas menyimpang dari nilai-nilai moral. Kasus korupsi misalnya. Dari data Litbang Kompas sepanjang tahun 2004-2011 sebanyak 158 Kepala Daerah tersangkut kasus korupsi. Belum lagi jika ditambah dengan jumlah kasus korupsi pada tahun-tahun sebelumnya yang mana dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Jika hal tersebut terus dibiarkan terjadi, apa yang akan terjadi dengan Negara ini? Bagaimanakah dengan nasib bangsa Indonesia di masa depan? Mungkin, Negara ini akan mengalami kehancuran. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya untuk memberikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat diperlukan dalam dunia pendidikan. Tidah hanya di lingkungan sekolah saja, melainkan di lingkungan keluarga dan sosial pun mutlak memerlukan pendidikan karakter. Bahkan jika melihat kondisi sekarang ini, yang menjadi peserta pendidikan karakter tidak hanya anak usia dini hingga remaja saja tetapi orang dewasa pun layak menjadi peserta pendidikan karakter. Hal tersebut, guna membangun suatu negara yang maju. Pendidikan karakter merupakan langkah yang sangat tepat, karena tujuan dari pendidikan karakter tidak hanya melahirkan insan yang kuat tetapi juga menciptakan insan yang berkarakter kuat. Dr. Martin Luther King mengatakan kecerdasan yang kuat adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya(Nurida,2012). Selain itu, pendidikan dan karakter merupakan sebuah kunci atau langkah utama untuk membangun suatu Negara yang maju. Menurut Thomas Lickona, pendidikan karakter adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan dan melakukan nilai-nilai etika yang pokok. Pendidikan karakter adalah suatu upaya terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, perduli, dan menanamkan nilai-nilai moral sehingga ia mampu menjadi insan yang kamil. Adanya pendidikan karakter dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap berbagai permasalahan yang ada. Yang mana berbagai permasalahan tersebut salah satunya disebabkan oleh gagalnya dunia pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik. Oleh karena itu, perlu diambil sebuah langkah untuk menanamkan kembali nilai-nilai moral yaitu melalui pendidikan karakter. Banyak nilai-nilai moral yang perlu ditanamkan pada peserta didik. Diantara nilai-nilai moral tersebut yang paling utama ialah nilai kejujuran. Jujur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berati lurus hati, tidak berbohong (berkata apa adanya), tidak curang, tulus, dan ikhlas. Untuk menanamkan sifat jujur memang bukan suatu

hal yang mudah dan cepat, hal tersebut memerlukan waktu yang lama serta upaya secara terus-menerus. Oleh karena itu, demi keberhasilannya dalam pendidikan karakter melibatkan semua pihak, baik pihak keluarga, sekolah, lingkungan sekolah, dan juga masyarakat. Di antara seseorang yang paling utama untuk menanamkan sifat jujur tersebut dimulai dari lingkungan keluarga, yaitu orang tua. Sifat jujur tersebut mulai ditanamkan sejak usia dini. Anak dibisakan untuk bersifat jujur, yakni dimulai dari hal-hal yang paling kecil. Kemudian ke permasalahan yang lebih besar. Dengan tersebut, anak akan terbiasa untuk berprilaku jujur. Namun, adakalanya sifat tidak jujur dilakukan karena ia ingin melindungi dirinya dari ancaman. Atau bisa terjadi karena cara orang tua dalam mendidik anaknya yang terlalu keras bahkan karena orang tua yang tidak memberikan contoh yang baik. Hal tersebut, sangat perlu untuk dihindari. Dengan adanya pendidikan karakter diharapkan peserta didik nantinya akan menjadi seorang individu yang memiliki kecerdasan tinggi. Serta pendidikan karakter yang diajarkan di sekolah tidak hanya mengajarkan tentang pembelajaran pengetahuan saja, tetapi menanamkan nilai-nilai moral, nilai-nilai etika, estetika, dan budi pekerti yang luhur. Selain itu, peserta didik menjadi seorang individu yang mau bekeru bekerja sama, disiplin, taat, serta bertanggung jawab. Semoga dengan adanya pendidikan karakter ini mampu melahirkan aset-aset penerus bangsa yang memiliki moral tinggi yang nantinya ketika mereka duduk di kursi jabatan pemerintah mampu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan keadilan. Memberantas sejumlah deretan kasus yang ada terutama kasus korupsi yang selama ini tidak ada henti-hentinya, serta membebaskan bangsa Indonesia dari ketidak adilan yang selama ini sudah membelegu nasib bangsa Indonesia.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Pendidikan karakter sangat dibutuhkan oleh setiap orang sejak kecil dalam membangun karakter masing-masing terutama nilai kejujuran yang menjadi salah satu pilar dalam membentuk kepribadian. Hal ini juga tidak terlepas dari peran keluarga, institusi, lingkungan, serta mayarakat untuk turut serta dalam mendukung pendidikan karakter. Beberapa kasus korupsi yang terjadi dikarenakan kurangnya nilai kejujuran dalam diri para pelaku korupsi (koruptor). Untuk itu pendidikan karakter dapat mencegah atau meminimalisir tindak pidana korupsi itu sendiri

3.2 Saran Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran pendidikan karakter dan dengan sebaik-baiknya. Apabila ada kesalahan mohon dimaklumi karena penyusun juga memiliki keterbatasan sebagaimana manusia biasa.

More Documents from "Renaldi Amir"

Renaldi.docx
December 2019 21
Maba Fekon.docx
December 2019 10
Makalah Titik Didih.docx
October 2019 29
Biodisel
June 2020 21
Laporan Uji Logam
October 2019 35