Relativisme Moral1 Relativisme moral menolak bahwa ada norma-norma moral yang berlaku umum. Menurut Relativisme norma-norma moral hanya berlaku relativisme terhadap lingkungan atau wilayah tertentu. Maka menurut relativisme percuma kita mencari tolak ukur umum bagi kelakuan moral manusia, karena tolak ukur itu di mana-mana berbeda adanya. Ada beberapa bentuk relativisme. Di sini saya membatasi diri pada relativisme deskriptif atau kultural. Pandangan Relativisme kultural Relativisme ini mengatakan bahwa norma-norma moral yang berlaku dalam berbagai masyarakat dan kebudayaan (karena itu disebut relativisme kultural) tidak sama, melainkan berbeda satu sama lain. Di sebut deskriptif (dari kata “deskripsi”, penggambaran) karena ia sekedar menunjuk pada fakta pluralisme norma-norma moral yang dapat kita amati dari berbagai masyarakat di dunia. Relativisme moral deskriptif ini mendasarkan diri pada hasil berbagai ilmu, khusnya ilmu etnologi, antropologi, sosiologi dan sejarah. Semua ilmu ini telah mengumpulkan banyak bahan pengetahuan tentang berbagai bangsa dan kebudayaan di mana kelihatan betapa berbeda norma-norma moral di dunia kita ini. Misalnya saja dalam bidang pengaturan hidup seksual terhadap pandangan moral: ada yang hanya membenarkan monogami, ada yang membenarkan poligami, ada yang keras terhadap hubungan seks yang bebas dan ada yang lunak, ada yang melarang dan ada yang menganggap tidak apa-apa terhadap hubungan homoseks. Nampak dengan jelas bahwa tidak ada kesatuan pandangan moral dalam umat manusia. Maka relatevisme deskriptif menolak anggapan bahwa norma-norma moral berlaku umum.
1
Franz Magnis -Suseno, Etika Dasar Masalah-masalah pokok Filsafat Moral, (Yogyakarta: Kanisius, 1989),109.