1. Rumah Sehat 1) Definisi Rumah Sehat Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari hari, sebagai tempat bergaul dengan keluarga, sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya, sebagai lambang status sosial, tempat menyimpan kekayaan (Azwar, 1996). Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung, di mana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (WHO dalam Keman, 2005). Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI , 2003 ). Dapat dikatakan bah wa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. 10 Beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar rumah (Azwar, 1996) : 1) L ingkungan di mana masyarakat itu berada, baik fisik, biologis, sosial. Suatu daerah dengan lingkungan fisik pegunungan, tentu saja perumahannya berbeda dengan perumahan di d aerah pantai. Selanjutnya masyarakat yang bertempat tinggal di daerah lingkungan biologis yang banyak hewan buasnya tentu saja mempunyai bentuk rumah yang lebih terlindung, dibanding dengan perumahan di lingkungan biologis yang tidak ada hewan buasnya. Dem ikian pula
lingkungan sosial, seperti adat, kepercayaan dan lainnya, banyak memberikan pengaruh pada bentuk rumah yang didirikan. 2) T ingkat sosial ekonomi masyarakat, ditandai dengan pendapatan yang dipunyai, tersedianya bahan bahan bangunan yang dapat diman faatkan dan atau dibeli dan lain sebagainya. Jelaslah bahwa suatu masyarakat yang lebih makmur, secara relatif akan mempunyai perumahan yang lebih baik, dibanding dengan masyarakat miskin. 3) T ingkat kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi bangun an. Masyarakat yang telah maju teknologinya, mampu membangun perumahan yang lebih komplek dibandingkan dengan masyarakat yang masih sederhana. 4) K ebijaksanaan pemerintah tentang perumahan menyangkut tata guna tanah, program pembanguna n perumahan (RumahSederh ana , Rumah Susun (Rusun), Rumah Toko (Ruko), Rumah Kantor (Rukan)) 11 2) Syarat Rumah Sehat Rumah sehat menurut Winslow dan APHA ( American Public Health Association ) harus memiliki syarat, antara lain: 1) Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan (ventilasi), ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang mengganggu. 2) Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi masing masing penghuni rumah,
privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, lingkungan tempat tinggal yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama. 3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air b ersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran. 4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan bai k yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya kebakaran, tidak menyebabkan keracunan gas, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya. 12 3) Paramete r dan Indikator Penilaian Rumah Sehat Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan N omor 829/Menkes/S K/VII/1999 tentang Persyaratan k esehatan p erumahan. m eliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu : 1) Kelompok komponen rumah, meliputi langit langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan. 2) Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan a ir limbah, sarana tempat pembuangan sampah. 3)
Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada tempat sampah. Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah : 1) Langit langit Adapun persayaratan untuk langit langit yang baik adalah dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan. 2) Dinding Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya, dinding h arus terpisah dari pondasi oleh 16 akan menyebabkan kepadatan penghuni (overcrowded) . Hal ini tid ak sehat, disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat, dikatakan memenuhi syarat jika ≥ 8 m 2 / orang. Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut : 1) Sarana Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapa t diminum apabila telah dimasak . Di Indonesia standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes RI No. 01/Birhubmas/1/1975 (Chandra, 2009).
Dikatakan air bersih jika memenuhi 3 syarat utama, antara lain : a) Syarat fisik A ir tidak berwarna, tidak berb au, jernih dengan suhu di bawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman. b) Syarat kimia Air yang tidak ter cemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama yang berbahaya bagi kesehatan. 17 c) Syarat bakteriologis Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Misal s ebagai petunjuk bahwa air telah dicemari oleh faces manusia adalah adanya E. coli karena bakteri ini selalu terdapat dalam faces manusia baik yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air. 2) Jamban (sarana pembuangan kotoran) Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga atau sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara pembuangan tinja, prinsipnya yaitu : a) Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah. b) Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan / air tanah. c) Kotoran manusia tidak dijamah lalat.
d) Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu. e) Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan. Ada 4 cara pembuangan tinja (Azwar, 1996), yaitu : a) Pembuangan tinja di atas tanah Pada cara ini tinja dibuang begitu saja diatas permukaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan sebagainya. Cara demikian tentunya sama sekali tidak dianjurkan, karena dapat mengganggu kesehatan. 18 b) Kakus lubang gali (pit privy) Dengan cara ini tin ja dikumpulkan kedalam lubang dibawah tanah, umumnya langsung terletak dibawah tempat jongkok. Fungsi dari lubang adalah mengisolasi tinja sehingga tidak memungkinkan penyebaran bakteri . Kakus semacam ini ha nya baik digunakan ditempat dimana air tanah letaknya dalam. c) Kakus Air (Aqua pravy) Cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali, hanya lubang kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air, terletak langsung dibawah tempat jongkok. Cara kerjany a merupakan peralihan antara lubang kakus dengan septic tank . Fungsi dari tank adalah untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta melindunginya dari lalat dan serangga lainnya. d) Septic Tank Septic Tank merupakan cara yang paling dianjurkan. Terdiri dari tank sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air masuk dan mengalami proses
dekomposisi yaitu proses perubahan menjadi bentuk yang lebih sederhana (penguraian). 3) Pembuangan Air Limbah (SPAL) Air limbah adalah cairan buangan yang berasal da ri rumah tan gga, industri, dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan atau zat yang membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra, 2007). 19 Menurut Azwar (1996) air limbah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat, dapat dikatakan makin tinggi tingkat kehidupan masyarakat, makin kompleks pula sumber serta macam air limbah yang ditemui. Air limbah adalah air tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan, da n lazimnya karena hasil perbuatan manusia. Dalam kehidupan sehari hari, sumber air limbah yang lazim dikenal adalah : a) Limbah rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan dapur. b) Limbah perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam renang. c) Limbah industri. 4) Sampah Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat aktifitas manusia, yang dianggap sudah tidak bermanfaat. Entjang (2000) berpendapat agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan pembuanga nnya, s eperti
tempat sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum sampah terse but dikumpulkan untuk dibuang (dimusnahkan). Syarat tempat sampah adalah : a) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah bocor, kedap air. b) Harus ditutup rapat sehing a tidak menarik serangga atau binatang bina tang lainnya seperti tikus , kucing dan sebagainya
1. Menurut KEPMENKES RI NO. 829 / Menkes / SK / VII / 1989, 1. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tingga l / hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan keluarga 2. Menurut WHO Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung / bernaung dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial. 3. Menurut Winslow dan APHA Pemukiman sehat adalah suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi ( bersantai ) dan tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang kurang memenuhi persyaratan physiologis, psychologis, bebas dari penularan penyakit dan kecelakaan. Adapun berdasarkan sifatnya, pemukiman dapat dibedakan beberapa jenis : a. Pemukiman / perkampungan tradisional Perkampungan seperti ini biasanya penduduk atau masyarakatnya masih memegang teguh tradisi lama. Tidak mau menerima perubahan-perubahan dari luar walaupun keadaan zaman telah berkembang pesat. Kebiasaan hidup secara tradisional yang sulit diubah inilah yang akan membawa dampak terhadap kesehatan, seperti antara lain kebiasaan minum air tanpa dimasak terlebih dahulu, membuang sampah dan air kotor sembarangan sehingga disana-sini banyak genangan air kotor yang mengakibatkan mudah berjangkitnya penyakit menular. b. Perkampungan darurat Jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara ( darurat ) dan timbulnya perkampungan ini karena adanya bencana alam, untuk menyelamatkan penduduk dari bahaya banjir misalnya. Maka dibuatkan perkampungan darurat pada daerah / lokasi yang bebas dari banjir.Daerah pemukiman ini bersifat darurat, tidak terencana, dan biasanya kurang fasilitas sanitasi lingkungan sehingga kemungkinan penjalaran penyakit akan mudah terjadi. c. Perkampungan kumuh ( slum area ) Jenis pemukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari kampung ( pedesaan ) ke kota. Perkampungan seperti ini biasanya cepat meluas karena penduduk padat akibat arus urbanisasi yang sulit dibendung. Perkampungan seperti inilah yang sering merusak pemandangan di daerah perkotaan disamping itu dari segi kesehatan lingkungan pada umumnya kurang baik.
d. Pemukiman transmigrasi Jenis pemukiman ini seperti ini direncanakan oleh pemerintah, yaitu suatu daerah pemukiman yang digunakan untuk tempat penampungan penduduk yang dipindahkan ( ditransmigrasikan ) oleh suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarang / kurang pendudknya tetapi daerahnya laus ( untuk garapan, bertani,bercocok tanam dll ). Disamping itu jenis pemukiman ini merupakan tempat pemukiman bagi orang-orang ( penduduk ) yang ditransmigrasikan akibat di tempat asalnya sering dilanda banjir atau sering mendapat gangguan dari kegiatan gunung berapi. Ditempat ini mereka telah disediakan rumah dan tanah garapan untuk bertani atau kegiatan lainnya oleh pemerintah dan diharapkan nasib/penghidupan mereka akan lebih baik dari sebelumnya. e. Perkampungan untuk kelompok-kelompok khusus Perkampungan seperti ini biasanya dibangun oleh pemerintah dan diperuntukkan bagi orangorang atau kelompok-kelompok orang yang sedang menjalankan tugas tertentu yang telah direncanakan penghuninya atau orang-orang yang menempatinya biasanya bertempat tinggal untuk sementara, selama yang brsangkutan masih menjalankan tugas, setelah tugas selesai maka mereka akan kembali ketempat/daerah asal masing-masing. Contohnya antara lain adalah perkampungan atlit ( PON misalnya ), perkampungan orang-orang yang naik haji, perkampungan pekerja (pekerja proyek besar, proyek pembangunan bendungan), perkemahan pramuka dll f. Pemukiman baru (real estate) Pemukiman semacam ini direncanakan oleh pemerintah dan bekerjasama dengan pihak swasta. Pembangunan tempat pemukiman ini biasanya dilokasi yang sesuai untuk suatu pemukiman ( kawasan pemukiman ). Di tempat ini biasanya keadaan kesehatan lingkungan cukup baik, ada listrik, tersedianya sumber air bersih baik berupa sumur pompa tangan ( sumur bor ) ataupun air PAM / PDAM, sistem pembuangan kotoran dan air kotornya direncanakan secara baik, begitu pula cara pembuangan sampahnya dikoordinir dan diatur dengan baik. Selain itu pemukiman ini biasanya dilengkapi dengan gedung-gedung sekolah ( TK,SD,SMP,dll ) yang dibangun dekat dengan tempat pelayanan masyarakat seperti puskesmas/poliklinik,pos keamanan, kantor pos, pasar dan lain-lain. Jenis pemukiman ini biasanya dibangun bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas.
Pengertian dasar permukiman Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Permukiman merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dari deretan lima kebutuhan hidup manusia pangan, sandang, permukiman, pendidikan dan kesehatan, nampak bahwa permukiman menempati posisi yang sentral, dengan demikian peningkatan permukiman akan meningkatkan pula kualitas hidup. Saat ini manusia bermukim bukan sekedar sebagai tempat berteduh, namun lebih dari itu mencakup rumah dan segala fasilitasnya seperti persediaan air minum, penerangan, transportasi, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Pengertian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sumaatmadja (1988) sebagai berikut: “Permukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni manusia meliputi segala sarana dan prasarana yang menunjang kehidupannya yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan”. Awal dibangunnya tempat tinggal semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisik, selanjutnya pemilikan tempat tinggal berkemban fungsinya sebagai kebutuhan psikologis, estetika, menandai status sosial, ekonomi dan sebagainya. Demikianlah makna permukiman yang ada pada masyarakat pada saat ini. Pemilihan lokasi permukiman di dasarkan pada berbagai faktor antara lain: 1) Faktor Kemudahan Faktor yang dimaksud adalah kemudahan dalam menjangkau suatu tempat. Faktor ini perlu diperhatikan, sebab akan berpengaruh terhadap biaya transportasi dan lamanya perjalanan bagi penghuni untuk bepergian. Faktor kemudahan pada suatu permukiman dapat berupa jalan penghubung atau masuk, yaitu jalan yang menghubungkan jalan masuk dengan jaringan jalan umum menuju pusat kota. 2) Utilitas Utilitas adalah kelengkapan fasilitas yang terdapat pada perumahan, antara lain listrik, air minum, saluran pembuangan.
3) Faktor Status Tanah Tanah mempunyai fungsi sosial ekonomi. Dalam pengaturan hak atas tanah dan ruang pemanfaatanya harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, status tanah mempunyai peranan penting bagi kelangsungan penghuni karena memberikan kepastian hukum atas tanah yang menjadi haknya. 4) Faktor Penggunaan Tanah Daerah perumahaan sedapat mungkin tidak menggunakan lahan yang produktif dan menghindari daerah-daerah yang sudah terbangun. Dengan demikian penggunaan lahan tersebut akan lebih efektif dan saling mendukung dengan kegiatan lainnya. 5) Faktor Kemungkinan Perluasan Diharapkan daerah perumahan mampu menampung aktivitas-aktivitas yang sudah sulit sulit dikembangkan di pusat kota, dengan demikian kawasan permukiman tidak berdiri sendiri dan tidak lepas dari sistem kotanya. 6) Faktor Pusat Pelayanan Lokasi perumahan yang baik adalah lokasi yang memudahkan atau dapat menjangkau semua tempat karena tersedia macam-macam pelayanan, baik yang bersifat sosial maupun bersifat ekonomi. 7) Faktor Efek Samping yang Mungkin Terjadi Efek samping yang dimaksud adalah efek negatif yang mungkin timbul dengan di bangunnya permukiman.