Gracy S. Marpaung Widiaji
RAUP RUPIAH DARI SAMPAH PLASTIK Penulis: Gracy S. Marpaung Widiaji Penerbit: Pustaka Bina Swadaya Jl. Gunung Sahari III/7 Jakarta Pusat 10610 Telp: (021) 4204402, 4255354 Fax: (021) 4208412 Email:
[email protected] Pemasaran: Niaga Swadaya Jl. Gunung Sahari III/7 Jakarta Pusat 10610 Telp: (021) 4204402, 4255354 Fax: (021) 4214821 Cetakan: I. Jakarta, April 2009 Editor: Hendracaroko Marpaung Lay Out: Albert Handriyanto Desain Sampul: Albert Handriyanto Ilustrator: Triasmana Wirasta ISBN 978-602-8496-04-9
DAFTAR ISI Daftar Isi
...1
Ucapan Terima Kasih
...3
PENGANTAR PENULIS
...5
Bab 1 : Plastik sahabat kita
...7
Bab 2 : Sampah plastik sebagai bahan baku baru
. . . 17
Bab 3 : Bisnis kreasi sampah plastik
. . . 25
Bab 4 : Serba-serbi kreasi sampah plastik
. . . 29
Bab 5 : Memulai bisnis kreasi sampah plastik
. . . 49
Bab 6 : Tips menekuni bisnis kreasi sampah plastik
. . . 63
Bab 7 : 10 hal baik ketika sampah plastik dikelola
. . . 79
secara kreatif
Bab 8 : Bisnis kreasi sampah plastik yuuuk!
. . . 89
Referensi
. . . 92
PENULIS
. . . 94 Raup Rupiah dari Sampah Plastik
1
UCAPAN TERIMA KASIH Sebuah buku tak terjadi dengan sendirinya, rangkaian kalimat tak muncul mendadak dari jemari manusia. Mengingat besarnya dukungan dan bantuan yang diberikan demi mewujudnya buku ‘Raup Rupiah dari Sampah Plastik’ ini, penulis mengucap terimakasih kepada: • Tuhan Yang Maha Baik, untuk segalanya dan karena berkenan membuat kami mengada... • Widiaji, partner menulis yang luar biasa =) We’ll make more of it! • Papa, Surungan Hasudungan Marpaung, dan Mama, Budiarti, untuk cinta, kepercayaan dan kebebasan yang kalian berikan... • Brother n sisters: Sela, Levi, Lily, for all the joy in the family :) Raup Rupiah dari Sampah Plastik
3
• Triasmana Wirasta, untuk segala semangat, stock dummy, dan ilustrasi kreatifnya... • Agus Mulyono dan Kokok Marpaung dari Pustaka Bina Swadaya yang mendorong penulis untuk merealisasikan buku ini: Tons of thanks! • Dany Brakha, untuk segala ketik-mengetik, foto-foto, dan riset singkat untuk buku ini. • Mas Adit, Vera, Fanni, Tria, Lisa, Nova, Primasanti dan John Romi: it’s done! :-) • STUBE-Yogyakarta, Recycl Team, Bapak Iswanto: Sukunan Bersemi, Xs Project, • Ibu Kasmi: The Happy Trash Bag, Ecoist, Ecologic Design, • Etsy Trashion, bukuunik.com, dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini--yang tak dapat penulis sebut satu-persatu, terimakasih!
4
Raup Rupiah dari Sampah Plastik
PENGANTAR PENULIS Jika ada yang bertanya, material apakah yang membawa manfaat bagi kehidupan sekaligus membahayakan pada saat yang sama, selain air dan api, plastik adalah jawabannya. Plastik telah menjadi sahabat manusia selama hampir satu abad, ia terus diproduksi dan dimanfaatkan sampai saat ini. Sebagai material yang sulit diurai alami, idealnya tidak boleh ada plastik yang menumpuk di TPA. Ketika produk dari plastik telah habis masa pakainya, ia dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali. Beberapa komunitas pro-lingkungan melihat bahwa sampah plastik dapat diolah kembali menjadi berbagai produk fungsional. Mereka bereksperimen dengan sampah plastik, menggabungkan ide konservasi, desain, dan bisnis lalu menularkan semangat ini pada masyarakat. Di tengah hangatnya isu global warming dan Raup Rupiah dari Sampah Plastik
5
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, gerakan pemanfaatan sampah plastik menjadi topik menarik. Berbagai media telah meliput sejumlah gerakan pemanfaatan sampah plastik di Indonesia dan buku bertema pemanfaatan sampah plastik mulai bermunculan. Buku ini akan membahas tentang potensi bisnis sampah plastik, baik sebagai produk maupun jasa. Dalam buku ini diuraikan bagaimana memulai usaha, membuat perencanaan bisnis, berproses dalam perkembangannya, dan merespon tantangan yang akan dihadapi dalam bisnis sampah plastik. Lebih dari itu, buku ini juga memberikan saran praktis untuk bertahan dan berhasil dalam bisnis ini, karena ternyata tidak sedikit orang yang tertarik menjalaninya, namun tidak tahu bagaimana membuat produk terus diminati dan terhambat pemasarannya sehingga usaha berhenti di tengah jalan. Kunci utama untuk berhasil dalam bisnis ini adalah inovasi produk dan kemampuan untuk ‘menangkap’ konsumen. Dua ide kunci ini dapat kita pelajari dari pengalaman mereka yang telah lebih dulu menjalani bisnis sampah plastik: Sukunan Bersemi, Recycl, Ecoist, Xs Project, Ecologic Design, dan The Happy Trash Bag. Dilengkapi dengan ilustrasi dan informasi dari berbagai sumber, jika Anda memang tertarik dengan karya kreatif sampah plastik, ada banyak inspirasi yang bisa Anda kembangkan dari materi buku ini. Siapapun, asal memiliki keinginan yang kuat dan disiplin dapat berhasil dalam bisnis kreasi sampah plastik. Ambil langkah awal, belajar, dan berinovasilah!
Selamat berkarya! Penulis
6
Raup Rupiah dari Sampah Plastik
PLASTIK SAHABAT KITA
bab
1
Plastik sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita. Setiap hari kita banyak menggunakan produk-produk yang mengandung plastik. Mulai dari sisir yang kita gunakan setiap hari, sandal yang kita pakai, pensil mekanik, map, jam, perlengkapan mandi, kemasan minuman instan, tas belanja, sampai perlengkapan rumah tangga di rumah kita. Banyaknya plastik yang kita gunakan menghasilkan sampah yang melimpah. Pernahkah Anda berpikir, berapa banyak plastik yang anda gunakan setiap hari, setiap minggu, dan setiap tahunnya? Jika Anda mau meluangkan waktu menghitungnya, dalam 5 tahun saja Anda telah mengkonsumsi setidaknya 3.650 lembar kantung plastik. Wow! Banyak sekali! Ya, andaikan setiap hari Anda menggunakan 2 lembar kantung
Raup Rupiah dari Sampah Plastik
7
plastik saja, satu untuk membungkus sampah dan satu lagi untuk membungkus pisang goreng dari penjual langganan maka dalam 5 tahun Anda telah menabung lembaran plastik yang mungkin takkan muat dalam lemari baju Anda! Belum lagi jika Anda menghitung semua kemasan minuman instan, sampo, sabun, minyak, makanan ringan, bumbu, pewangi cucian, dan pelembut yang anda pakai.
Penggunaan plastik yang terlalu banyak dan tidak terkontrol dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem dalam tanah
Bayangkan, jika 200 juta penduduk Indonesia melakukannya setiap hari, berapa ton kantung plastik yang beredar dalam setahun? Sangat banyak! Diperkirakan, setiap hari warga Jakarta saja dapat membuang kantong plastik yang bisa menutupi lebih dari 200 lapangan sepak bola. Selama ini sampah plastik kebanyakan dibuang begitu saja padahal hal itu mengancam kesehatan dan kebersihan lingkungan. Oleh karena itu kita perlu mengelola sampah plastik dengan baik
8
Raup Rupiah dari Sampah Plastik
sehingga plastik benar-benar mendukung kehidupan kita. Tidak hanya ketika kita gunakan namun juga setelah kita gunakan.
plastik yang berumur lama pun sebenarnya masih dapat digunakan
Sejarah plastik Kantung plastik pertama kali diperkenalkan pada masyarakat pada tahun 1975 oleh Montgomery Ward, Sears, J.C. Penny, Jodan Marsh dan toko-toko retail besar lainnya. Dua tahun kemudian, berbagai supermarket mulai menawarkan plastik sebagai pembawa belanjaan. Saat ini hampir tidak ada supermarket, toko, atau warung di Indonesia yang tidak menyediakan kantung plastik. Ketersediaan kantung plastik di berbagai tempat tak dapat dipisahkan dari perkembangan industri dan konsumerisme. Dunia industri mengeksplorasi sumber bahan mentah dan menjadikannya produk pemuas kebutuhan manusia. Ketika sumber daya alam tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, industri beralih pada bahan-bahan sintetis. Material sintetis seperti rayon, nilon, akrilik, dan plastik menggantikan katun, wol, sutra, dan kayu dengan harga yang jauh lebih murah. Material ini dapat ‘bertahan selamanya’ meski telah digunakan berulang kali, ringan, dan dapat diolah kembali menjadi bentuk yang baru dan tetap murah. Raup Rupiah dari Sampah Plastik
9
Berbagai industri di dunia menggunakan plastik untuk mengemas produk mereka. Industri makanan dan minuman instan misalnya, memilih plastik berlapis alumunium foil atau plastik multilayer sebagai kemasan karena dianggap aman dan dapat menjaga produk tetap layak dikonsumsi. Di samping itu, material pembungkus ini tidak membuat biaya produksi melonjak. Produsen tetap dapat menjual produk eceran dengan harga terjangkau. Hal yang sama juga dilakukan oleh produsen sampo, permen, susu, dan obat-obatan. Plastik kemasan berlapis alumunium foil menggantikan kaca, kaleng, dan kertas sebagai material pengemas. Pada saat yang sama, produk-produk hasil industri melimpah, kebutuhan manusia menjadi lebih kompleks, masyarakat terus berbelanja dan membutuhkan tas untuk membawa barang-barang mereka. Plastik kemudian menjadi jawaban bagi kebutuhan ini, murah, kuat, ringan, tidak berkarat, bersifat termoplastis (dapat direkat menggunakan panas), dapat diberi label dengan berbagai kreasi, selalu dapat dibuat menarik, dan bisa menjadi sarana branding yang efektif. Anda dapat temukan plastik dengan merk perbisnisan tertentu di supermarket, toko buku, butik, toko alat elektronik, sampai toko perlengkapan bayi. Sebelum kantung plastik muncul, manusia menggunakan tas dari bahan alami seperti rajutan akar, daun dan kain. Saat ini meskipun telah membawa tas yang cukup besar, banyak orang tetap meminta kantung plastik saat berbelanja. Plastik telah menjadi bagian dari gaya hidup kita.
Jenis-jenis plastik Ada berbagai macam jenis plastik. Plastik yang digunakan untuk membuat botol air mineral tentu berbeda dengan plastik untuk membuat mangkuk, sedotan, kursi, dan pipa. Untuk mengetahui jenis plastik yang digunakan sebagai material dasar sebuah produk kita bisa melihat pada simbol yang dicetak pada plastik. Simbol ini berupa sebuah angka (dari 1-7) dalam rangkaian tanda panah yang
10
Raup Rupiah dari Sampah Plastik
membentuk segitiga, biasanya dicetak di bagian bawah benda plastik. Setiap simbol mewakili jenis plastik yang berbeda dan membantu pengelompokan dalam melakukan proses daur ulang.
Pengelompokan dan pengkodean seperti ini dikembangkan oleh The Society of the Plastic Industry (SPI), sebuah asosiasi perdagangan di Washington D.C. yang mewakili industri plastik di Amerika. Tujuan dari pengelompokan dan pengkodean ini adalah menyediakan sistem nasional yang konsisten untuk memudahkan pengelompokan plastik bekas bagi pendaur ulang plastik. Meskipun tidak wajib dilakukan, pengkodean ini telah menjadi prosedur standar untuk produk plastik yang dijual di Amerika dan Kanada. Di Indonesia sendiri pengkodean ini sudah lazim dilakukan.
Raup Rupiah dari Sampah Plastik
11
Sampai saat ini kita dapat menemukan 7 jenis plastik dengan simbol berbeda. Berikut adalah simbol plastik tersebut: SIMBOL KETERANGAN Polyethylene Terephthalate (PETE) High Density Polyethylene (HDPE) Polyvinyl Chloride (V atau Vinyl atau PVC) Low Density Polyethylene (LDPE) Polypropylene (PP) Polystyrene (PS) Jenis plastik selain plastik bersimbol 1-6
KEGUNAAN
SIFAT
Botol soft drink, botol minyak goreng, botol air mineral, Jernih, kuat, tahan panas wadah selai kacang Botol (untuk susu, air, jus, Kuat, mudah diproses sampo dan kosmetik), tempat dan dibentuk margarin, kantung sampah Mainan, botol sampo, pipa Serbaguna, mudah plastik, outdoor furniture, dicampur, kuat, tahan wadah deterjen cair minyak/lemak, tahan bahan kimia, jernih Kantung makanan beku, Mudah diproses, kantung dry cleaning, botol kuat, fleksibel, mudah yang dapat dipencet (botol ditandai/dicap, menahan madu) kelembaban Sumbat botol, sedotan, botol Kuat, tahan panas dan obat, botol saus bahan kimia, tahan minyak/lemak, menahan kelembaban Wadah CD, karton telur, botol Serbaguna, jernih, aspirin, cangkir, piring, alas mudah dibentuk daging menjadi ‘foam’ (styrofoam) Beberapa jenis wadah Beragam, tergantung makanan, tupperware. kombinasi material penyusun.
Plastik adalah sumber daya yang masih dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama dan dapat digunakan berulang kali. Teknologi daur ulang plastik sebenarnya telah lama dikenal, namun perilaku membuang sampah masyarakat mempersulit kelancaran daur ulang. Masyarakat masih mencampur sampah organik dan anorganik sehingga pemilahan sampah memakan waktu lama. Coba tilik tempat sampah Anda, apakah sisa makanan, kertas, kaleng, kaca, dan plastik bercampur menjadi satu? Jika ya, inilah yang menghambat rangkaian daur ulang. Di antara tumpukan sampah yang kita hasilkan, pemulung harus memilih-milih sampah yang dapat didaur ulang dan menyetorkannya kepada pengepul. Seandainya saja kita mau berdisiplin memilah sampah tentu sampahsampah kita, terutama sampah plastik, akan mudah di daur ulang.
12
Raup Rupiah dari Sampah Plastik
Sukunan Bersemi, Dusun Swakelola Sampah Ada beberapa komunitas swakelola sampah yang muncul dan berkembang di Indonesia, salah satunya adalah dusun Sukunan Bersemi di Yogyakarta. Dari beberapa kali kunjungan penulis ke desa ini, kesan bersih dan teratur jelas terlihat. Tong-tong sampah berhias terlihat di hampir setiap rumah, tempat sampah tersedia di pinggir jalan kampung, dan ada tertulis pada sebuah papan, himbauan untuk tidak memulung sampah di Sukunan dengan alasan Sukunan mengelola sampahnya sendiri.
Kelompok masyarakat yang mampu mengelola sampahnya secara mandiri
Desa ini mengelola sampah organik dan anorganik secara mandiri. Pengelolaan sampah yang terkonsep matang ini tidak muncul begitu saja. Awalnya Sukunan tidak mengelola sampah secara mandiri. Inisiatif swakelola diawali pada tahun 2000 dengan munculnya keluhan dari warga yang terganggu karena banyak sampah masuk ke sawahnya. Di samping itu warga yang tidak mempunyai lahan juga tidak tahu kemana harus membuang sampah mereka. Permasalahan tersebut menggerakkan Iswanto, dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Yogyakarta, untuk menenerapkan sistem pengelolaan sampah di Sukunan. Iswanto melakukan studi lapangan Raup Rupiah dari Sampah Plastik
13
ke pemulung, TPA Sampah, TPS Sampah, dan tempat pembuangan kompos, memantapkan konsepnya, lalu menyampaikan program swakelola sampah kepada tokoh masyarakat Sukunan. Baru pada Januari 2004 sosialisasi dan implementasi sistem ini dimulai. Pada masa perintisannya, realisasi swakelola sampah di Sukunan mendapat dukungan dari Lea Jellinek dari Monash University Australia yang memiliki kepedulian terhadap masalah lingkungan. Dengan bantuan donatur dari Australia, pengadaan fasilitas swakelola sampah berupa tong-tong sampah dapat diwujudkan. Selanjutnya, semua anggota masyarakat berpartisipasi untuk menjaga keberlangsungan sistem swakelola sampah ini. Konsep yang diajukan Iswanto bersifat sederhana, tentang pemilahan sampah menjadi tiga bagian: sampah organik, sampah plastik, dan sampah anorganik lainnya. Sampah organik diolah secara mandiri di tiap rumah menjadi kompos, sebagian sampah plastik dimanfaatkan menjadi kerajinan, dan sampah anorganik lainnya disalurkan ke pengepul untuk diolah kembali. Keberhasilan Sukunan menjalankan sistem sederhana ini secara kontinu terletak pada kekompakan, niat dan motivasi dari Tim Pengelola Sampah dan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat. Tanpa kerjasama dan penerimaan yang baik, sistem ini tentu tak dapat berjalan. Konsep ini dijalankan dengan 4 prinsip yaitu mandiri (dikelola masyarakat sendiri), produktif (menghasilkan sesuatu yang bernilai), komprehensif (seluruh sampah dapat diatasi), dan ramah lingkungan (pengelolaan sampah tidak mencemari lingkungan). Berjalan dengan 4 prinsip ini, Sukunan mendapat penghargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup RI, Deputi Pemberdayaan Masyarakat dan menjadi juara pertama Lomba Desa Tingkat Kabupaten Sleman 2005. Tidak heran, banyak orang tertarik untuk berkunjung dan belajar pada Sukunan. Desa ini seakan tidak pernah sepi pengunjung, sekadar melihat-lihat atau mengikuti workshop yang diadakan. Salah satu hal yang banyak dikenal masyarakat luas tentang Sukunan adalah kerajinan sampah plastiknya. Kreasi dari sampah
14
Raup Rupiah dari Sampah Plastik
plastik ini memanfaatkan bungkus makanan dan minuman seperti kopi, jus, makanan ringan, susu, minyak, dan sebagainya. Pada umumnya kemasan tersebut berlapis alumnium foil pada bagian dalamnya. Hal ini membuat plastik kemasan sulit didaur ulang, lapisan plastik perlu dipisahkan dari alumunium foil, sementara kedua lapisan ini sangat tipis. Ditambah lagi ukuran kemasan yang kecil, ide pemisahan alumunium foil dan plastik menjadi tidak praktis untuk dilakukan. Terlalu banyak energi yang dikeluarkan untuk hasil yang tidak sebanding. Oleh karena itu, kemasan plastik berlapis alumunium foil diolah menjadi kerajinan yang menarik dan fungsional seperti tas, dompet, map, hiasan, dan lain-lain. Kreasi sampah plastik ini tidak hanya digunakan sendiri tetapi juga dijual untuk umum. Pengunjung yang datang ke Sukunan tentu mencari cendera mata untuk kenang-kenangan. Di sini kreasi sampah plastik menjadi pilihan yang tepat untuk media promosi Sukunan Bersemi sekaligus produk komersil yang menguntungkan komunitas. Sebagian dari hasil penjualan produk disisihkan untuk paguyuban dan sebagian besar dapat diterima oleh produsen. Selain dijual di Sukunan, kerajinan sampah plastik ini juga selalu dibawa saat Sukunan Bersemi mengikuti pameran lingkungan sehingga pangsa pasar pun diperluas. Kalau pada awalnya hanya sedikit orang yang mengenal produk Sukunan, dengan tersedianya kerajinan sampah plastik di pameran bertema lingkungan maka lebih banyak lagi orang yang mengetahui keberadaan produk unik ini. Pesanan pun berdatangan, bahkan Sukunan sempat mengekspor produknya ke Australia. Setidaknya ada dua keuntungan yang diperoleh Sukunan dari kerajinan sampah plastik ini. Pertama, keuntungan material dari penjualan produk. Sampah yang tidak bernilai ternyata dapat diolah menjadi produk yang unik, memiliki nilai jual tinggi jika dikerjakan dengan baik, dan menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat. Kedua, produk ini secara langsung merupakan media promosi keberadaan Sukunan Bersemi. Coba bayangkan, ketika ada Raup Rupiah dari Sampah Plastik
15
orang bertanya kepada pemakai produk tentang asal-usul tas plastik yang dipakainya. Pemakai akan mulai bercerita tentang Sukunan: sejarah Sukunan Bersemi, bagaimana Iswanto mulai menggagas ide swakelola sampah, kekompakan masyarakat dalam mengelola sampah, berbagai penghargaan yang diraih, dan pengalamannya berkunjung ke sana. Cerita akan terus bergulir, diteruskan dari mulut ke mulut dan nama Sukunan pun menjadi semakin populer. Kreasi sampah plastik inilah yang akan kita kupas lebih lanjut dalam bab berikutnya. Kita akan melihat bagaimana sampah plastik yang dianggap tak bernilai mampu menjadi karya kreatif bernilai jual, mengandung nilai kepedulian terhadap kesehatan dan kebersihan, dan memiliki nilai komersial. Di tangan seorang entrepreneur, keberadaan kemasan plastik beralumunium yang melimpah bisa bergeser posisi, dari sampah menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Nah, plastik benar-benar jadi sahabat kita, bukan?
16
Raup Rupiah dari Sampah Plastik
PENULIS
Gracy Sondang Marpaung, peranakan Jawa dan Batak yang lahir pada tanggal 12 Oktober 1986 di Yogyakarta. Ia bercita-cita menjadi penulis, berkeliling dunia, mendirikan shelter for orphans and homeless people, dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Sekarang ia tengah menyelesaikan studi di jurusan Ilmu Komunikasi Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, sambil bekerja paruh waktu sebagai DJ Radio, berbisnis sampah plastik, merancang dan menjual asesoris dan benda-benda dari batik, sesekali berenang, berburu novel-novel menarik, menulis jurnal harian, dan berwisata kuliner. Buku ‘Raup Rupiah dari Sampah Plastik’ ini adalah karya pertamanya yang merupakan kumpulan catatan selama ia menggeluti bisnis tersebut.
94
Raup Rupiah dari Sampah Plastik
Widiaji. Lahir di Sleman, 20 Oktober 1981. Bekerja sebagai Staf training di Stube-HEMAT Yogyakarta.Bersama Gracy Sondang Marpaung dan Triasmana Wirasta menjalankan bisnis kreasi sampah RECYCL Indonesia. Saat ini juga menjadi fasilitator Kelas Kewirausahaan Untuk Siswa SMP/ SMA dampingan Persekutuan Sahabat Gloria (PSG) Yogyakarta di Wonosari dan Kulonprogo. E-mail:
[email protected].
Raup Rupiah dari Sampah Plastik
95