ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PT XL AXIATA TBK
(MAKALAH)
Oleh Desi Mega Hariyani
1301081020
Dian Novita
1301081022
Dwika Nandia Putri
1301081026
Lisa Hemas Ariyanti
1301081044
Meiyana Eka Martianis Lt
1301081048
Riki Robiansyah
1301081068
D3 KEUANGAN DAN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG 2015
BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1.1 Sejarah Perusahaan PT XL Axiata Tbk (“Perseroan”) yang sebelumnya bernama PT Excelcomindo Pratama Tbk, pertama kali didirikan dengan nama PT Grahametropolitan Lestari. Perseroan berkedudukan hukum di Jakarta dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 55 tanggal 6 Oktober 1989, sebagaimana diubah dengan Akta Perubahan No. 79 tanggal 17 Januari 1991. Keduanya dibuat di hadapan Rachmat Santoso, S.H., Notaris di Jakarta.
Akta-akta tersebut memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri No. C2 515.HT.01.01.TH.91 pada tanggal 19 Februari 1991, didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 670/Not/1991/PN.JKT.SEL dan No. 671/Not/1991/PN.JKT.SEL, tanggal 21 Agustus 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 90, Tambahan No. 4070, tanggal 8 November 1991. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir sehubungan dengan peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan, dilakukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan tanggal 11 April 2013, sebagaimana dimuat dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 30 tanggal 9 Juli 2013 di hadapan Aryanti Artisari, S.H., M.Kn., Notaris di Jakarta. Perubahan ini mendapatkan Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHUAH.01.10.34533, tanggal 23 Agustus 2013.
Dengan pengalaman lebih dari 17 tahun beroperasi di pasar Indonesia, PT XL Axiata Tbk. (XL) merupakan salah satu penyedia layanan seluler terkemuka di Indonesia. Saat ini, XL dipandang sebagai salah satu penyedia layanan seluler untuk Data dan Teleponi terkemuka di Indonesia.
XL memulai usaha sebagai perusahaan dagang dan jasa umum pada tanggal 6 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari. Pada tahun 1996, XL memasuki sektor telekomunikasi setelah mendapatkan izin operasi GSM 900 dan secara resmi meluncurkan layanan GSM. Dengan demikian, XL menjadi perusahaan swasta pertama di Indonesia yang menyediakan layanan telepon seluler.
Di kemudian hari, melalui perjanjian kerjasama dengan Grup Rajawali dan tiga investor asing (NYNEX, AIF dan Mitsui), nama Perseroan diubah menjadi PT Excelcomindo Pratama.
Pada September 2005, XL melakukan Penawaran Saham Perdana (IPO) dan mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang sekarang dikenal sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada saat itu, XL merupakan anak perusahaan Indocel Holding Sdn. Bhd., yang sekarang dikenal sebagai Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd., yang seluruh sahamnya dimiliki oleh TM
International Sdn. Bhd. (TMI) melalui TM International (L) Limited. Pada tahun 2009, TMI berganti nama menjadi Axiata Group Berhad (Axiata) dan di tahun yang sama PT Excelcomindo Pratama Tbk. berganti nama menjadi PT XL Axiata Tbk. untuk kepentingan sinergi.
Saat ini, mayoritas saham XL dimiliki oleh Axiata melalui Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd (66,43 persen) dan sisanya dipegang oleh publik (33,57 persen).
1.2 Dewan Direksi Dian Siswarini
: Presiden Direktur/Chief Executive Officer
Willem Lucas Timmermans
: Chief Strategic Transformation Officer
Mohamed Adlan bin
: Direktur/Chief Financial Officer
Ongki Kurniawan
: Direktur Independen Digital Services
1.3 Dewan Komisaris Tan Sri Dato Ir. Muhammad Radzi
: Presiden Komisaris
Dato Sri Jamaluddin bin Ibrahim
: Komisaris
Chari TVT
: Komisaris
Azran Osman Rani
: Komisaris
DR. Muhamad Chatib Basri
: Komisaris
Peter J. Chambers
: Komisaris Independen
Yasmin Stamboel Wirjawan
: Komisaris Independen
1.4 Struktur Pemegang Saham
BAB II ANALISIS RASIO
PT XL Axiata, Tbk Historical and Industry Average Ratios Pulp, Paper and Paperboard, Inc Ratio Current Ratio
Quick Ratio
Inventory Turnover
Average Collection Period Total Assets Turnover
Debt Ratio
Times Interest Earned Gross Profit Margin
Operating Profit Margin
Net Profit Margin
Formula
2011
2012
2013
2014
Total current assets
2.228.017
3.658.985
5.844.114
13.309.762
Total current liabilities
4.563.033
8.739.996
7.931.046
15.398.292
= 0,49
= 0,42
= 0,74
= 0,86
Total current assets-inventory
(2.228.017
(3.658.985
(5.844.114
(13.309.76
Total current liabilities
-66.595)
-49.807)
-49.218)
2-77.237)
4.563.033
8.739.996
7.931.046
15.398.292
= 0,47
= 0,41
= 0,73
= 0,86
Cost of good sold (HPP)
18.260.144
20.969.806
21.265.06
23.460.015
Inventory
66.595
49.807
49.218
77.237
= 274,20
= 421,02
= 432,06
= 303,74
Account receivable
669.978
527.621
13.32.444
1.187.665
Sales expanse
18.712.778
20.969.806
21.265.060
23.460.015
= 0,04
= 0,03
= 0,06
= 0,05
Net sales
18.260.144
20.969.806
21.265.060
23.460.015
Total assets
31.170.654
35.455.705
40.277.626
63706.488
= 0,59
= 0,59
= 0,53
= 0,37
Total liabilities
17.478.142
20.085.669
24.977.479
49.745.863
Total assets
31.170.654
35.455.705
40.277.626
63.706.488
= 0,56
= 0,57
= 0,62
= 0,78
Gross Profit
3.864.643
3.751.421
1.389.667
1.069.786
Sales Revenue
18.260.144
20.969.806
21.265.060
23.460.015
= 0,21
= 0,18
= 0,07
= 0,05
EBIT
2.830.101
2.764.647
-1.032.817
-891.063
Sales revenue
18.260.144
20.969.806
21.265.060
23.460.015
= 0,15
= 0,13
= -0,05
= -0,04
2.830.101
2.764.647
1.032.817
-891.063
EBIT Interest
Net profit after taxes
Net sales
Return On Total Assets
Return On Equity
18.260.144
20.969.806
21.265.060
23.460.015
= 0,15
= 0,13
= 0,05
= -0,04
Net profit after taxes
2.830.101
2.764.647
1.032.817
-891.063
Total assets
3.170.654
35.455.705
40.277.626
63.706.488
= 0,89
= 0,08
= 0,03
= -0,01
Net profit after taxes
2.830.101
2.764.647
1.032.817
-891.063
Stockholders equity
851.857
852.628
853.449
853.449
= 3,32
= 3,34
= 1,12
= -1,04
2.1 Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan. perusahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan
keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga
berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi. Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan. Rasio likuiditas antara lain : 1. Current ratio Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan.
2. Quick Ratio Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan. Analisis : Berdasarkan perhitungan rasio likuiditas, terlihat bahwa PT XL Axiata, Tbk memiliki current ratio sebesar 0,49 pada tahun 2011, dan kemudian mengalami penurunan pada tahun 2012 yaitu 0,42, dan selanjutnya mengalami kenaikan ditahun 2013 dan 2014 yaitu 0,74 dan 0,86. Pada quick ratio terjadi hal serupa yaitu pada tahun 2011 memiliki quick ratio sebesar 0,47, dan kemudian mengalami penurunan pada tahun 2012 yaitu 0,41, dan selanjutnya mengalami kenaikan ditahun 2013 dan 2014 yaitu 0,73 dan 0,86. Berdasarkan perhitungan tersebut, terlihat bahwa pada tahun 2012 PT XL Axiata mengalami penurunan pada rasio likuiditas pada tahun 2012. Dalam current ratio nilainya masih relatif nol koma, yang berarti belum cukup baik. Karena nilai rasio
yang sudah dianggap cukup baik nilainya adalah dua, jika nilai rasio nya dua maka perusahaan sudah dianggap aman untuk jangka pendek. Maka untuk jangka pendeknya PT XL Axiata belum begitu baik. Dalam Quick ratio nilai rasio ralatif meningkat meskipun terdapat penurunan ditahun 2012. Hal ini menunjukkan quick ratio yang cukup baik, karena semakin besar nilai rasio nya maka semakin cepat perusahaan dapat memenuhi segala kewajibannya. Dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas PT XL Axiata, Tbk cukup baik dan cukup mampu memenuhi kewajibannya dan dinilai sebagai perusahaan yang likuid.
2.1 Rasio Solvabilitas Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable. Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi.
Rasio solvabilitas antara lain : 1. Debt Ratio Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.
2. Times Interest Earned Time interest earned merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa
menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman. Jadi rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Dengan demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan. Analisis : Berdasarkan perhitungan rasio solvabilitas, dapat disimpulkan bahwa PT XL Axiata, Tbk memiliki debt ratio yang terus naik sepanjang 2011 hingga 2014 yaitu sebesar 0,56 pada tahun 2011, 0,57 pada tahun 2012, 0,62 pada tahun 2013, dan 0,78 pada tahun 2014. Untuk time interest earned, tidak dapat dihitung karena tidak adanya interest pada laporan keuangan tersebut. Sehingga untuk rasio solvabilitas hanya menggunakan debt ratio. Berdasarkan perhitungan tersebut, terlihat bahwa pada tahun 2012 PT XL Axiata, Tbk memiliki rasio solvabilitas yang terus meningkat, yang berarti semakin besar nilai rasio nya, maka semakin besar hutang yang dimiliki oleh PT XL Axiata. Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi.
2.3 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio profitabilitas antara lain: 1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) Gross
profit
margin
merupakan rasio
yang mengukur
efisiensi
pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan.
2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. 3. Operating Provit Margin Operating profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan. Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan. Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban- kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Apabila semakin tinggi operatig profit margin maka akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan. 4. Return on Total Assets Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva. 5. Return on Equity Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha. Analisis : Berdasarkan perhitungan rasio profitabilitas, dapat dilihat bahwa PT XL Axiata, Tbk memiliki Gross Profit Margin sebesar 0,21 pada tahun 2011, dan kemudian mengalami penurunan di tahun 2012, 2013, dan 2014. Pada tahun 2012 yaitu sebesar sebesar 0,18, kemudian turun kembali sebesar 0,07 di tahun 2013 dan, kemudian turun sebesar 0,04 ditahun 2014. Pada Operating Profit Margin ditahun 2011 memiliki 0,15 dan mengalami penurunan sebesar 0,13 pada tahun 2012 dan turun kembali sebesar -0,05 pada tahun 2013. Lalu, ada kenaikan sebesar -0,04 pada tahun 2014.
Pada Net Profit Margin ditahun 2011 memiliki 0,15 dan mengalami penurunan sebesar 0,13 pada tahun 2012 kemudian mengalami penurunan sebesar 0,05 ditahun 2013. Lalu, mengalami penurunan sebesar -0,04 pada tahun 2014 Pada Return On Total Assets ditahun 2011 memiliki 0,89 dan mengalami penurunan sebesar 0,08 ditahun 2012, kemudian mengalami penurunan kembali sebesar 0,03 pada tahun 2013. Lalu mengalami penurunan sebesar -0,01 pada tahun 2014. Pada Return On Equity ditahun 2011 memiliki 3,32 dan mengalami penurunan sebesar 3,24 pada tahun 2012, Kemudian mengalami penurunan kembali sebesar 1,21 pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan kembali sebesar -1,04. Dalam gross profit margin nilai yang ditunjukkan mengalami penurunan, yang berarti keadaan operasi perusahaan kurang baik, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif rendah dibandingkan dengan salesnya. Dalam net profit margin nilai yang ditunjukkan mengalami penurunan, bahkan hingga menyentuh minus. Hal ini menunjukkan bahwa PT XL Axiata, Tbk memiliki pendapatan bersih yang rendah, karena rendahnya penjualan yang di dapat. Dalam operating profit margin, PT XL Axiata juga mengalami penurunan, bahkan minus pada tahun 2014. Hal ini berarti PT XL Axiata kurang baik dalam melakukan kegiatan operasi perusahaan. Karena nilai ini menunjukkan bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan
dengan mengabaikan kewajiban- kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Dalam return on total assets nilai yang diperoleh mengalami penurunan juga, hal ini menunjukkan bahwa PT XL Axiata, Tbk belum begitu baik keadaan finansial dalam perusahaan, karena nilai ini menunjukkan laba bersih yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Apabila semakin tinggi maka akan semakin baik. Dalam return on equity nilai yang diperoleh juga mengalami penurunan yang sama seperti yang lainnya dalam rasio profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa PT XL Axiata, Tbk belum begitu baik dalam mengelola modal sendiri secara efektif. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa PT XL Axiata, Tbk dalam rasio profitabilitasnya belum begitu baik sepanjang empat tahun ini, karena semua nilainya mengalami penurunan. Hal ini berarti PT XL Axiata, Tbk belum begitu baik dalam mengelola penjualannya dan berdampak pada menurunnya laba yang diperoleh.
2.4 Rasio aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat
keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya. Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Rasio aktivitas antara lain: 1. Total Assets Turn Over Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau diperbesar. Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan,
karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan. 2. Inventory Turnover Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock. Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar (market price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at Cost), maka sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan untuk mengukur perputaran fisik persediaan. Sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur perputaran persediaan dalam kas. Namun banyak lembaga penelitian rasio keuangan yang menggunakan rasio perputaran persediaan (at market) sehingga bila ingin dibandingkan dengan rasio industri rasio perputaran persediaan (at market) sebaiknya di gunakan. Kedua, penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka persediaan adalah gambaran keadaan sesaat. Oleh karena itu, lebih baik
menggunakan rata-rata persediaan yaitu persediaan awal ditambah persediaan akhir dibagi dua. 3. Average Collection Period Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan membandingkan jumlah piutang dengan penjualan perhari. Dimana penjualan perhari yaitu penjualan dibagi 360 atau 365 hari. Analisis : Dari perhitungan yang telah dilakukan inventory turnover pada tahun 2011 sebesar 274,20 dan mengalami kenaikan ditahun 2012 yaitu 421,02. Namun mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2014 yaitu 432,06 pada tahun 2013 dan 303,74 pada tahun 2014. Average collection yang diperoleh pada tahun 2011 yaitu 0,04 dan mengalami penurunan pada tahun 2012 yaitu 0,03. Mengalami kenaikan pada tahun 2013 yaitu 0,06 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan yaitu 0,05. Total assets turnover yang diperoleh pada tahun pada tahun 2011 sebesar 0,59 dan tidak ada perubahan pada tahun 2012, yaitu tetap sama sebesar 0,59. Namun mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2014 yaitu 0,53 pada tahun 2013 dan 0,37 pada tahun 2014. Inventory turnover yang diperoleh PT XL Axiata, Tbk nilai nya sudah cukup baik, namun penurunan yang terjadi menunjukkan bahwa efisiensi pengelolaan
penjualannya menurun dan belum begitu baik manajemen dalam mengontrol modal yang ada pada persediaan. Average assets turnover yang diperoleh PT XL Axiata, Tbk mengalami kenaikan dan penurunan pada tiap tahunnya, namun angka ini sudah cukup baik dalam mengelola piutang yang dimiliki. Total assets turnover PT XL Axiata, Tbk ralatif stabil namun terdapat penurunan pada tahun 2014. Nilai yang diperoleh cukup baik, hal ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualaan tertentu. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa PT XL Axiata, Tbk memiliki rasio aktivitas yang cukup baik, namun kurang bisa mengkosistenkan aktivitas nya sehingga mengalami penurunan.