Proses Ekstraksi Timah New.docx

  • Uploaded by: Refly Excel Malino
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proses Ekstraksi Timah New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,399
  • Pages: 17
TUGAS MAKALAH EKSTRAKSI METALURGI DAN PROSES PEMURNIAN

PROSES EKSTRAKSI TIMAH M. Rizki Ash-Shidiq

06161050

Musdar Mawan N M

06161052

Neis Gerry Irvania

06161054

Nuraeda Hayya

06161056

Putri Khusul Khotimah

06161058

Refly Excel Malino

06161060

Program Studi Teknik Material Metalurgi Institut Teknologi Kalimantan 2019

BAB I PEDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut secara efisien. Dalam pemanfaatannya, tentu saja menggunakan berbagai metode dan teknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dengan hasil yang optimal dengan keuntungan yang besar, biaya

produksi

yang

seminim

mungkin

serta

ramah

lingkungan.

Pengolahan timah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi kimia fisika. Pencucian maupun pemisahan pada timah merupakan bagian dari proses yang melibatkan reaksi-reaksi kimia fisika. Oleh karena itu, proses pemurnian timah untuk memperoleh hasil yang ekonomis perlu di kaji dan dipelajari dari segi kimia fisika. Timah merupakan logam dasar terkecil yang diproduksi, yaitu kurang dari 300.000 ton per tahun, apabila dibandingkan dengan produksi aluminium sebesar 20 juta ton per tahun. Timah putih merupakan unsur langka, kelimpahan rata-rata pada kerak bumi sekitar 2 ppm, dibandingkan dengan seng yang mempunyai kadar rata-rata 94 ppm, tembaga 63 ppm dan timah hitam 12 ppm. Sebagian besar (80%) timah putih dunia dihasilkan dari cebakan letakan (aluvial), sekitar setengah produksi dunia berasal dari Asia Tenggara.

1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimana proses pengolahan pada timah? 1.2.3. Apa kegunaan timah? 1.3. Tujuan 1.3.1. Untuk mengetahui proses pengolahan timah. 1.3.3. Untuk mengetahui kegunaan dari timah.

Makalah Proses Pengolahan Timah

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Timah Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam lunak, dapat ditempa (“malleable”), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak alloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida. Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk.

Timah putih (Sn) adalah unsur kimia dengan simbol Sn (Latin : Stannum) dan nomor atom 50, adalah logam golongan utama di kelompok 14 dari tabel periodik. Timah menunjukkan kemiripan kimia dengan germanium dan memiliki dua kemungkinan oksidasi, +2 dan sedikit lebih stabil +4. Timah adalah unsur paling melimpah ke-49 dan dengan 10 isotop stabil, jumlah terbesar untuk stabil dengan isotop dalam tabel periodik. Timah diperoleh terutama dari mineral kasiterit , di mana itu terjadi sebagai timah dioksida. Mineral penghasil timah putih adalah kasiterit (SnO2), meskipun sebagian kecil dihasilkan juga dari sulfida seperti stanit, silindrit, frankeit,

Makalah Proses Pengolahan Timah

3

kanfieldit dan tealit (Carlin, 2008). Awal mula jadi timah berada di daerah jalur timah yang membentang dari Pulau Kundur sampai Pulau Belitung dan sekitarnya diawali dengan adanya intrusi granit yang berumur ± 222 juta tahun pada Trias Atas. Magma bersifat asam mengandung gas SnF4, melalui proses pneumatolitik hidrotermal menerobos dan mengisi celah retakan, dimana terbentuk reaksi: SnF4 + H2O → SnO2 + HF2 . Cebakan atau ore bijih timah merupakan asosiasi mineralisasi Cu, W, Mo, U, Nb, Ag, Pb, Zn, dan Sn. (Pamungkas, 2006). Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Timah putih dalam bentuk cebakan (ore) dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih timah primer dan sekunder. Pada bijih primer, kandungan kasiterit terdapat pada urat maupun dalam bentuk tersebar. Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan timah primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih timah primer. Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya timah putih, baik dalam bentuk mineral kasiterit maupun berupa unsur Sn. Proses pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi yang terjadi terhadap cebakan bijih timah putih pimer menghasilkan cebakan timah sekunder, yang dapat berada pada tanah residu maupun letakan sebagai endapan koluvial, kipas aluvial, aluvial sungai maupun aluvial lepas pantai. Tubuh bijih primer yang berpotensi menghasilkan sumber daya cebakan timah letakan ekonomis adalah yang mempunyai dimensi sebaran permukaan erosi luas sebagai sumber dispersi. Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO2. Berbentuk kristal dengan banyak permukaan mengkilap sehingga tampak seperti batu perhiasan. Kristal tipis Cassiterite tampak translusen. Cassiterite adalah sumber mineral untuk menghasilkan logam timah yang utama dan biasanya terdapat dialam di alluvial atau aluvium. Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah. Rumus kimianya adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral yang dipakai untuk memproduksi timah. Stannite mengandung sekitar 28% timah, 13%

Makalah Proses Pengolahan Timah

4

besi, 30% tembaga, dan 30% belerang. Stannite berwarna biru hingga abuabu. Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang mengandung timah, timbal, antimon, dan besi. Rumus mineral ini adalah Pb2Sn4FeSb2S14. Cylindrite membentuk kristal pinakoidal triklinik dimana biasanya berbentuk silinder atau tube dimana bentuk nyatanya adalah gulungan dari lembaran kristal ini. Warna cylindrite adalah abu-abu metalik dengan spesifik gravity 5,4. Pertama kali ditemukan di Bolivia pada tahun 1893. Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan timah sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat (termasuk pulau-pulau timah), dan di lepas pantai. Endapan timah sekunder berasal dari endapan timah primer yang mengalami pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air, dan akhirnya terkonsentrasi secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan bahan lainnya. Endapan alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut oleh air pada umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil. Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks

antara

(PbSn4FeSb2S14)

tembaga-besi-timah-belerang

merupakan

besiantimon-belerang

dua

mineral

contoh

kompleks

mineral

ini

dan dari

cylindrite

timbale-timah-

biasanya

ditemukan

bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak. Timah merupakan unsur ke49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari berbagai macam

Makalah Proses Pengolahan Timah

5

mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah. Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan Zimbabwe. 2.1.1. Sifat Timah 1. Timah termasuk golongan IV B dan mempunyai bilangan oksidasi +2 dan +4. 2. Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik. 3. Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat proses oksidasi lebih jauh. Timah tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut, akan tetapi dapat diserang oleh asam kuat, basa, dan garam asam. Proses oksidasi dipercepat dengan meningkatnya kandungan oksigen dalam larutan. 4. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2. 5. Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa disebut timah abu-abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan kovalen seperti diamond. Sedangkan timah beta berwarna putih dan bersifat logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai konduktor. 6. Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic seperti asam asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa kuat seperti NaOH dan KOH.

Makalah Proses Pengolahan Timah

6

7. Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II) cenderung memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn dalam HCl pekat panas. 8. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV) klorida. 9. Hidrida timah yang stabil hanya SnH4. Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika dipanaskan timah abu-abu (timah alfa) dengan struktur kubus berubah pada 13.2°C menjadi timah putih (timah beta) yang memiliki struktur tetragonal. Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2°C, ia pelan pelan berubah dari putih

menjadi

abu-abu.

Perubahan

ini

disebabkan

ketidakmurnian

(impurities) seperti alumunium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan antimony atau bismut. Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit asam, dan membentuk stannate salts dengan oksida. 2.2.

Pengolahan Timah 2.2.1.

Penambangan Penambangan timah putih dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

semprot, penggalian dengan menggunakan excavator, atau menggunakan kapal keruk untuk penambangan endapan aluvial darat yang luas dan dalam serta endapan timah lepas pantai. Kapal keruk dapat beroperasi untuk penambangan cebakan timah aluvial lepas pantai yang berada pada kedalaman sekitar 15 meter sampai dengan 50. Penambangan menggunakan cara semprot dilakukan terutama pada endapan timah aluvial darat dengan sebaran tidak luas dan relatif dangkal. Penambangan dengan menggunakan shovel/excavator dilakukan untuk menggali cebakan timah putih tipe residu, yang merupakan tanah lapukan bijih primer, umumnya berada pada lereng daerah perbukitan. Penambangan oleh masyarakat umumnya dilakukan dengan cara semprot. Banyak juga penambangan dalam sekala kecil terdiri dari satu atau dua orang, menggunakan peralatan sangat sederhana berupa sekop, saringan dan dulang, seperti penambangan oleh masyarakat di lepas pantai menggunakan sekop dengan panjang sekitar 2,5 meter, dan dilakukan pada saat air laut surut. Penambangan banyak dilakukan pada wilayah bekas Makalah Proses Pengolahan Timah

7

tambang dan sekitarnya. Bahkan tailing yang semula dianggap sudah tidak ekonomis, kembali diolah untuk dimanfaatkan kandungan timah putihnya. Penambangan oleh masyarakat di lepas pantai selain menggunakan peralatan manual sederhana, menggunakan juga pompa hisap dan perahu.

2.2.2

Pengolahan (Smelting) Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau mineral timah ( kasiterit SnO2 ). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian proses yang terbilang rumit yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ), persiapan material yang akan dilebur, proses peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam timah. Pemakaian timah biasanya dalam bentuk paduan timah yang dikenal dengan nama timah putih yakni campuran 80% timah, 11 % antimony dan 9% tembaga serta terkadang ditambah timbal. Timah putih ini terutama dipakai untuk peralatan logam pelindung dan pipa dalam industri kimia, industri bahan makanan dan untuk menyimpan bahan makanan. Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu meningkatkan kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari dalam laut atau lepas pantai dengan penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan pembilasan

Makalah Proses Pengolahan Timah

8

dengan air atau washing dan kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan biasanya mengandung 20 – 30 % timah. Setelah dilakukan proses pengolahan mineral maka kadar kandungan timah menjadi lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil penambangan darat biasanya mengandung kadar timah yang sudah cukup tinggi >60%. Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu : a.

Washing atau Pencucian

(Wassrij

(wasre) tempat pencucian PasirTimah )

Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.

( Proses Pengolahan Timah ) b. Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu

dilakukan

Makalah Proses Pengolahan Timah

pemisahan

berdasarkan

ukuran

dengan

9

menggunakan alat screen, mesh, setelah itu dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian

kadar

tersebut

adalah

mengamatinya

dengan

mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah kandungan timah pada bijih. c.

Pemisahan berdasarkan berat jenis Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz. Bijih timah yang mempunyai berat jenis lebih berat akan mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung dan dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.

d. Pengolahan tailing Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini hanya 60 kg/jam. e.

Proses Pengeringan Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.

f.

Klasifikasi Bijih – bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses – proses pemisahan/klasifikasi lanjutan berdasarkan

ukuran

butir

dengan

yakni:

klasifikasi

screening,

klasifikasi

berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator. Klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator. Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan

Makalah Proses Pengolahan Timah

10

menggunakan alat seperti shaking table , air table dan multi gravity separator(untuk pengolahan terak/tailing). g. Pemisahan Mineral Ikutan Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali bijih timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula – mula bijih diayak dengan

vibrator

listrik

berkecepatan

tinggi

dan

disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah pada air table sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting, sedangkan tailingnya dibuang ke tempat penampungan. Mineral – mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high tension separator – pemisahan berdasarkan sifat konduktor – nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing – masing dipisahkan

kembali

berdasarkan

kemagnetitanya

dengan

magnetic separation sehingga dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon. h. Proses pre-smelting Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi material, pengontrolan

dan

penimbangan

sehingga

untuk

proses

pengolahan timah akan efisien. i.

Proses Peleburan ( Smelting ) Ada dua tahap dalam proses peleburan : - Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak. - Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.

Makalah Proses Pengolahan Timah

11

( Peleburan ) Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam dalam tanur guna menghindari kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur terdapat bagian – bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature recorder, fuel oil controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder dan combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam furnace atau tanur berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya menjadi panas. Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku – bijih timah atau slag I dimasukkan ke dalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan temperatur 1100 – 1500 ℃. Unsur – unsur pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan dengan gas – gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan

kedalam

float

untuk

dilakukan

pendinginan/penurunan temperatur hingga 400℃ sebelum dipindahkan ke dalam ketel sedangkan hardhead dimasukkan ke dalam flame oven untuk diambil Sn dan timah besinya.

j.

Proses Refining ( Pemurnian )

Makalah Proses Pengolahan Timah

12

- Pyrorefining Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses refining ulang. - Eutectic Refining Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan akan menurun bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.

Makalah Proses Pengolahan Timah

13

- Electrolitic Refining Yaitu

proses

pemurnian

logam

timah

sehingga

dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine). Proses ini melakukan prinsip

elektrolisis

elektrorefining

atau

dikenal

menggunakan

elektrorefining.

larutan

elektrolit

Proses yang

menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen utama yaitu dua buah elektroda – anoda dan katoda –yang tercelup ke dalam bak elektrolisis. Proses elektrorefining yang dilakukan PT. Timah menggunakan bangka four nine (timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheet sebagai katodanya, berbentuk plat tipis sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase tertentu dan tidak terlalu besar. k. Pencetakan

( Tumpukan Timah siap Jual ) Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 270℃. Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting kettle berkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton. Langkah – langkah pencetakan: Makalah Proses Pengolahan Timah

14

a. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan. b. Ujung pipa penyalur diatur dengan meletakkannya diatas cetakan pertama pada serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep pada pipa penyalur. c. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnya dan permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari pengotornya. d. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar. e. Ingot timah yang telah dingin disusun dan ditimbang.

2.3. Kegunaan Timah Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu (5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%). Adapun manfaat timah dalam kehidupan sehari-hari yaitu digunakan sebagai pelapis dalam kaleng kemasan makanan, digunakan dalam pembuatan bola lampu, sampai pada penggunaan pada alat-alat olah raga. Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang. Permintaan sangat kuat untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan tanpa belerang yang digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor perunggu diantara yang lainnya). Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah pada kawat dan kabel tembaga dan pembuatan bentuk-bentuk timah tempa.

Makalah Proses Pengolahan Timah

15

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat ditempa (“malleable”), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida. Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu : Proses Pengolahan Mineral Timah •

Washing atau Pencucian



Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar



Pemisahan berdasarkan berat jenis



Pengolahan tailing



Proses Pengeringan



Klasifikasi timah



Pemisahan Mineral Ikutan



Proses pre-smelting



Proses Peleburan ( Smelting )



Pyrorefining

Makalah Proses Pengolahan Timah

Proses Refining ( Pemurnian)

16



Eutectic Refining



Electrolitic Refining



Pencetakan Adapun manfaat timah dalam kehidupan sehari-hari yaitu digunakan

sebagai pelapis dalam kaleng kemasan makanan, digunakan dalam pembuatan bola lampu, sampai pada penggunaan pada alat-alat olah raga.

DAFTAR PUSTAKA http://revival44.wordpress.com/2010/03/02/logam-besi/ http://metal-hamzah.blog.friendster.com/2008/04/pengolahan-bijih-timah/ http://moslemchemistry.blogspot.com/2011/04/besi.html http://www.encangirul.com/2011/04/proses-ekstraksi-timah-dari-ore.html http://www.chem-is-try.org/ http://rimayantisihite.blogspot.com/2011/03/timah.html http://www.ypb97.com/2010/02/proses-pemurnian-mineral.html https://dananglistiyanto.wordpress.com/2013/01/24/metode-pengolahan-timah/

Makalah Proses Pengolahan Timah

17

Related Documents

Proses: Ekstraksi
November 2019 49
Ekstraksi Fix.docx
November 2019 48
Ekstraksi Vakum
October 2019 56
Tinpus Ekstraksi
November 2019 44

More Documents from "diden ganjar"