EKSTRAKSI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Disusun oleh: Felix Yuwono
17.I1.0041
Nadya Putri Prasetija
17.I1.0054
Retno Widyaningsih
17.I1.0105
Daniel Franβs Juari T
17.I1.0110
Kelompok D2
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2018
1. DESKRIPSI ACARA Praktikum dengan judul βEkstraksiβ ini diadakan untuk kloter D khususnya kelompok kita D2 pada hari Kamis, tanggal 5 April 2018 yang dimulai pada pukul 15.00 WIB di laboratorium Ilmu Pangan. Praktikum ini dibantu oleh asisten praktikum Fang, Andreas Leonardo C dan Steven Caprileo serta dibantu dengan asisten praktikum lainnya. Yang pertama kita lakukan dilaboratorium adalah mempersiapkan diri menggunakan APD yaitu jas laboratorium dan masker serta sarung tangan, setelah itu kita melakukan pengecekan alat dan pengumpulan buku diagram alir. Setelah itu kita belajar dan kuis sesuai dengan materi pada saat ini yaitu Ekstraksi. Lalu setelah itu kita diberi tahu lebih lanjut oleh asisten praktikum mengenai materi dan cara praktikum Ekstraksi ini, kemudian kita langsung melakukan praktikun sesuai petunjuk modul dan arahan dari asisten praktikum. Dalam praktikum kali ini, bahan yang digunakan oleh praktikan adalah vaselin, aquades, larutan trichloroacetat, larutan NaOH 0,2 M, indikator PP, dan eter. Sedangkan alat yang digunakan adalah labu pemisah (separatory funnel), gelas piala, buret, statif, corong, labu erlenmeyer, pipet tetes, pipet ukur, pompa pilleus, dan botol penampung eter bekas. Serta tidak lupa menggunakan APD (Alat pelindung Diri) yang berupa jas laboratorium, masker, dan sarung tangan. Dalam praktikum ini terdapat 3 percobaan yang dilakukan untuk mengetahui berat trikloroasetat yaitu Menentukan konsentrasi awal TCA dalam air, Ekstraksi TCA dengan satu tahap ekstraksi, dan Ekstraksi TCA dengan dua tahap ekstraksi. Tetapi sebelum 3 percobaan tersebut yaitu persiapan semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Dan praktikum berakhir pada pukul 17.30 WIB.
2. TUJUAN Tujuan dari praktikum bab ekstraksi kali ini adalah agar praktikan dapat melakukan proses ekstraksi dengan bantuan labu pemisah; mengetahui prinsip dasar ekstraksi antara larutan trikloroasetat dengan pelatur eter; mengetahui konsentrasi trikloroasetat dalam air; mambandingkan hasil trikloroasetat menggunakan satu tahap ekstraksi dan hasil trikloroasetat menggunakan dua tahap ekstraksi; serta mengetahui fungsi eter, trikloroasetat, indikator PP dan NaOH dalam proses ekstraksi.
1
3. MATERI METODE
3.1. Materi 3.1.1.Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah labu pemisah (separatory funnel), beaker glass, buret, statif, corong, labu Erlenmeyer, gelas arloji, pipet tetes, pipet volume, pompa Pilleus, dan botol penampung eter bekas, masker dan sarung tangan.
3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah eter, larutan trikloroasetat, laOH 0,2 M, vaselin, indikator PP (Phenol Phthalein) dan aquades.
3.2. Metode 3.2.1. Persiapan Langkah pertama tutup diolesi dan cerak labu pemisah menggunakan vaselin. Kemudian corong pemisah diisi dengan aquades dan dikocok beberapa kali (tutup dan ceraknya dipastikan tidak bocor). Lalu aquades tersebut dibuang. Kemudian 4 gram trikloroasetat dilarutkan dalam 50 ml aquades kedalam Erlenmeyer. Lalu larutan disimpan dalam erlenmeyer yang ditutup menggunakan gelas arloji.
3.2.2. Percobaan I : Menentukan konsentrasi awal TCA dalam air Langkah awal sebanyak 5 ml larutan trikloroasetat dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 5 tetes indikator PP (Phenolphtalein). Lalu buret diisi dengan larutan NaOH 0,2M dan larutan dititrasi sampai warna larutan berubah menjadi warna merah muda. Volume yang diperlukan untuk mentitrasi larutan dicatat. Setalah itu massa trikloroasetat dihitung yang terdapat dalam 5ml larutan dengan rumus : πππ π π π‘πππππππππ ππ‘ππ‘ (π) = ( π ππππ» π₯ π ππππ»(πΏ) π₯ π΅π π‘πππππππππ ππ‘ππ‘ )π
3.2.3. Percobaan II : Ekstraksi TCA dengan satu tahap ekstraksi Pertama 5 ml larutan trikloroasetat dan dimasukkan ke dalam labu pemisah. Kemudian ditambahkan 10 ml eter sebagai zat pelarut. Labu pemisah dikocok dengan hatihati atau lembut selama beberapa detik untuk mencampur larutan. Labu pemisah dibalik dan
2
3 ceraknya dibuka untuk mengurangi tekanan yang dihasilkan uap eter. Lanjutkan pengocokan (tetap dengan lembut) dan diselingi dengan membuka cerak untuk mengurangi tekanan. Hal itu dilakukan beberapa kali sampai tidak ada lagi suara berdesis, kemudian dikocok dengan agak kuat selama 1-2 menit. Cerak ditutup dan labu pemisah diletakkan tegak lurus di penyangganya. Tutup corong dibuka dan dibiarkan sampai terbentuk 2 lapisan cairan. Lapisan air dipisahkan ke dalam erlenmeyer, 5 tetes indikator PP ditambahkan dan dititrasi seperti di Percobaan I. Lalu berat trikloroasetat dihitung dengan rumus yang sama dengan Percobaan I, yaitu : πππ π π π‘πππππππππ ππ‘ππ‘ (π) = (π ππππ» π₯ π ππππ»(πΏ) π₯ π΅π π‘πππππππππ ππ‘ππ‘ )π Selisih berat trikloroasetat pada percobaan I dan II merupakan berat zat yang diekstraksi ke dalam eter tersebut. Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 2 Kemudian bagian lapisan eter dipisahkan melalui corong ke dalam botol penampung eter bekas. 3.2.4. Percobaan III : Ekstraksi TCA dengan dua tahap ekstraksi Percobaan II diulangi yaitu ekstraksi 5 ml larutan trikloroasetat dengan 5 ml eter. Lapisan air dipisahkan ke beaker glass dan lapisan eter dibuang ke botol penampung eter bekas. Lapisan air dituang kembali ke labu pemisah dan ekstrak dengan 5 ml eter lain. Lapisan air ditampung ke dalam Erlenmeyer dan dititrasi dengan NaOH 0,2 M. Berat trikloroasetat dihitung dengan rumus : πππ π π π‘πππππππππ ππ‘ππ‘ (π) = (π ππππ» π₯ π ππππ»(πΏ) π₯ π΅π π‘πππππππππ ππ‘ππ‘ )π Kemudian massa trikloroasetat dalam 10ml eter dihitung dengan rumus : Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 2
4. HASIL PENGAMATAN
Kelompok
D1
D2
D3
D4
D5
D6
Volume NaOH
Massa TCA
Massa TCA
(L)
dalam air (g)
dalam eter (g)
I
0,0112
0,36
-
II
0,0103
0,34
0,02
III
0,0041
0,13
0,23
I
0,0117
0,38
-
II
0,0024
0,08
0,30
III
0,0046
0,15
0,23
I
0,0014
0,37
-
II
0,0103
0,34
0,03
III
0,0073
0,24
0,13
I
0,0164
0,53
-
II
0,0076
0,25
0,28
III
0,0057
0,19
0,34
I
0,0115
0,38
-
II
0,0690
0,23
0,15
III
0,0570
0,19
0,19
I
0,0235
0,77
-
II
0,0008
0,26
0,51
III
0,0027
0,09
0,68
Percobaan
4
5. PEMBAHASAN
Menurut Day & Underwood (1986), ekstraksi merupakan suatu metoda operasi yang digunakan dalam proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah massa bahan yaitu solven sebagai tenaga pemisah. Jika komponen yang akan dipisahkan (solute) berada dalam fase padat, maka proses tersebut dinamakan leaching. Sedangkan istilah ekstraksi umumnya dipakai jika solute berada dalam fase cair. Dalam ekstraksi dikenal alat penunjang berlangsungnya ekstraksi yang disebut separatory funnel (Daintith, 1999). Alat ini juga digunakan dalam praktikum yang dilakukan oleh praktikan. Ekstraksi cair-cair merupakan salah satu metode sederhana untuk melakukan pemisahan suatu komponen dalam suatu larutan. Biasanya dipergunakan labu pemisah (separatory funnel). Dengan penggunaan pelarut yang tidak dapat bercampur (immiscible), biasanya digunakan suatu pelarut organik dan air sebagai parameter dalam ekstraksi (Meloan, 1987). Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama.(e-jurnal). Ekstraksi yang dilakukan dalam percobaan merupakan ekstraksi caircair yang memiliki keunggulan atau kelebihan metoda ini antara lain, pelarut organik yang dipergunakan dapat didaur ulang, sehingga dapat terus digunakan, asam-asam karboksilat hasil ekstraksinya dapat dipisahkan antara satu asam dengan lainnya dan memiliki kemurnian yang tinggi. Dengan demikian metoda ini bermanfaat ganda. Disamping dapat membersihkan lingkungan dari pencemaran asam-asam organik yang larut dalam limbah cair, asamasam karboksilatnya dapat dijual kembali, sebab memiliki kemurnian yang tinggi.
Prinsip dasar ekstraksi yaitu bila ada suatu substansi yang dimasukkan ke dalam dua larutan yang tidak bisa bercampur maka substansi yang dimasukkan tadi akan terdistribusi ke dalam dua pelarut tersebut. Proporsi substansi tersebut di dalam dua pelarut itu tergantung pada tingkat kelarutannya yang berbeda-beda pada masing-masing pelarut (Lee, 1992). Dalam praktikum ini alat yang digunakan yaitu labu pemisah atau separatory funnel yang 5
6 berfungsi untuk memisahkan dua lapisan yang nantinya di ekstraksi. Lalu beaker glass, buret, statif, corong, labu Erlenmeyer, pipet tetes, pipet volume, pompa pilleus,gelas arloji, botol penampung eter bekas. Serta menggunakan masker dan sarung tangan. Kemudian bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah eter, larutan trikloroasetat, laOH 0,2 M, vaselin, indikator PP (Phenol Phthalein) dan aquades.
Dalam praktikum ini, larutan yang akan diekstrak adalah larutan tricloroasetat, dimana larutan tricloroasetat ini akan dilarutkan dengan eter. Eter adalah pelarut umum yang banyak digunakan, karena eter memiliki kekuatan untuk melarutkan tinggi, mudah dipisahkan dari ekstraknya memiliki titik didih rendah, yaitu 34,6 oC. Namun eter memiliki dua kelemahan antara lain votalitasnya yang tinggi sehingga sangat mudah terbakar dan sangat mudah membentuk peroksida. Reaksi dari eter dengan udara akan dikatalis dengan cahaya dan hasil dari peroksida yang mempunyai titik didih tinggi daripada eter, akan meninggalkan residu ketika eter menguap. Beberapa pelarut lain yang mungkin juga bisa digunakan yaitu petroleum eter, carbon tetraclorida, cloroform, haxane, benzene, serta etil acetat (Wiliamson, 1989).
Karakter eter ini, sesuai digunakan sebagai pelarut. Menurut Wiliamson (1989), kriteria pelarut yang perlu diperhatikan adalah : 1. Pelarut harus mempunyai kemampuan melarutkan yang tinggi sehingga bisa melarutkan komponen yang dituju dengan efisien 2. Pelarut sebaiknya tidak mudah bereaksi dengan larutan/pelarut lainnya, tidak terkontaminasi dengan zat yang lain, dan tidak dapat bercampur/larut dalam air. 3. Pelarut yang baik adalah pelarut yang mempunyai volatilitas tinggi sehingga titik didihnya rendah.
Pada praktikum ini, percobaan dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama adalah percobaan titrasi antara larutan standar NaOH dengan asam tricloroasetat yang ditambah eter untuk mengetahui berat tricloroasetat itu. Sedangkan tahap kedua dan ketiga adalah ekstraksi dan titrasi untuk juga untuk mengetahui berat C(Cl3)COOH atau TCA. Namun, jumlah eter yang digunakan berbeda. Sebelum dilakukan percobaan dengan separatory funnel, harus dipastikan terlebih dahulu agar tidak bocor pada saat digunakan. Hal ini dapat dilakukan
7 dengan pengolesan vaselin pada tutup creak labu pemisah. Namun pengolesan juga harus dilakukan secara hati β hati agar vaselin tidak menutup lubang pada keran yang dapat mengakibatkan cairan tidak dapat keluar. Pada percobaan pertama, larutan asam tricloroasetat dipipet dan ditambah dengan eter sebagi pelarut. Setelah itu, larutan dititrasi dengan larutan NaOH 0,2 M namun sebelumnya diberi beberapa tetes indikator PP. Kemudian larutan dititrasi dan volume yang dibutuhkan dicatat. Phenolphtalein atau pp merupakan indikator asam-basa yang tidak berwarna dalam larutan asam, dan merah muda dalam larutan basa. Jika phenolphtalein ditambahkan dalam larutan asam, larutan tersebut akan tidak berwarna dan akan tetap, sementara ion hidrogen berlebihan. Dan setelah larutan natrium hidroksida ditambahkan dan bereaksi dengan semua ion hidrogen maka penambahan basa yang lebih akan menyebabkan ion hidroksi berlebih dan larutan akan berubah menjadi merah muda (Rogers, 1986). Pada percobaan kedua, larutan tricloroasetat yang ditambah dengan eter dicampur lalu dimasukkan ke dalam labu pemisah. Langkah awal yang dilakukan dalam separatory funnel dimulai dengan mencampur suatu larutan atau suspensi dengan pelarut yang tidak dapat bercampur dengan air (immiscible), kemudian campuran tersebut digojog. Tahap selanjutnya adalah memisahkan dua fase cair yang terbentuk pada tahap pertama dengan membuka keran pada labu pemisah dan hasil pemisahan dua fase cair tersebut ditampung dalam suatu wadah tertentu. Ekstraksi yang baik, pada umumnya dapat memperoleh komponen yang dituju sebanyak-banyaknya (Daintith, 1999). Selama pengocokan, sesekali creak dibuka untuk mengurangi tekanan yang dihasikan dari uap eter. Hal ini, menurut Hein (1993), eter merupakan senyawa yang mudah menguap karena. di dalam eter terdapat ikatan C dengan O yang memudahkannya untuk menguap, serta memiliki massa molar yang rendah sehingga bersifat volatile. Setelah terbentuk 2 lapisan, lalu kedua lapisan tersebut dipisahkan dan ditambah dengan indikator PP. Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH seperti pada percobaan pertama. Pada saat terbentuk 2 lapisan menurut Perry (1950) pemisahan kedua fase seimbang tersebut dengan mudah dapat dilakukan jika density fase rafinat dan fase ekstrak mempunyai perbedaan yang cukup. Pada percobaan dilihat bahwa fase yang berada di bawah adalah air karena berat jenisnya yang lebih besar. Hal ini pun sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Petrucci (1989), yang mengatakan berat jenis air 1 gram/ml, sedangkan berat jenis minyak
0,93
gram/ml
dan
berat
jenis
eter
adalah
0,8
gram/ml.
8
Percobaan ketiga dilakukan dengan langkah yang sama dengan langkah kerja namun menggunakan eter dengan jumlah yang lebih sedikit. Dari ketiga percobaan yang telah dilakukan, diketahui volume NaOH yang digunakan pada percobaan pertama adalah 11,7 ml, pada percobaan kedua 2,4ml dan pada percobaan ketiga 4,6 ml. Dari data yang diperoleh, dapat dicari berapa berat dari larutan asam tricloroasetat Jika suatu proses ekstrasi dilakukan dengan menggunakan solven dalam jumlah banyak maka akan didapat hasil yang kurang maksimal karena hanya sedikit komponen yang bisa dipulihkan, namun bila dilakukan dengan jumlah solven sedikit maka dilakukan berulangulang maka akan lebih banyak komponen yang dipulihkan sehingga hasilnya lebih maksimal. (Baum & Bowen, 1972). Dari teori Baum & Bowen (1972), dapat dikatakan bahwa hasil yang diperoleh praktikan tidak sesuai. Dalam hal ini seharusnya berat tricloroasetat pada percobaan 3 labih besar dari percobaan kedua. Hal ini dikarena pada percobaan kedua jumlah eter yang digunakan lebih banyak dan seharusnya dengan pelarut yang makin banyak didapatkan hasil yang semakin sedikit. Hal ini terjadi dikarenakan kesalahan praktikan dalam memisahkan kedua cairan atau pun dalam menentukan titik akhir titrasi.
6. KESIMPULAN ο Ekstraksi adalah pemisahan suatu komponen dari campurannya berdasarkan kelarutan selektifnya. ο Alat yang digunakan dalam praktikum ekstraksi adalah separatory funnel. ο Vaselin digunakan sebagai pelicin pada bagian tutup dan cerak labu pemisah dan mempermudah keluarnya gas. ο Eter merupakan pelarut yang digunakan dalam praktikum ekstraksi. ο Eter memiliki kekuatan untuk melarutkan tinggi, mudah dipisahkan dari ekstraknya memiliki titik didih rendah, yaitu 34,6 oC. ο
Proses ekstrasi yang dilakukan dengan solven sedikit dan berulang-ulang lebih efektif daripada yang dilakukan dengan solven banyak dan tidak berulang
ο
Suatu substansi yang berada dalam dua larutan yang tidak bisa bercampur maka komponen-komponennya akan terdistribusi ke dalam dua pelarut tersebut.
ο Sesekali tutup creak dibuka untuk mengurangi tekanan yang dihasilkan oleh uap eter. ο Indikator pp berfungsi untuk membantu menentukan titik akhir titrasi, karena dapat bereaksi dengan basa dan menghasilkan warna merah muda. ο
Berat asam trikloroasetat dapat diketahui dengan melakukan titrasi pada larutan yang telah diekstrak.
ο Jumlah NaOH yang diperlukan akan semakin berkurang untuk larutan yang sudah diekstraksi karena sebagian dari larutan trikloroacetat terdistribusi dalam eter.
Semarang, 13 April 2018 Praktikan, -
Felix Yuwono (17.I1.0041)
-
Nadya Prasetija (17.I1.0054)
-
Retno W (17.I1.0105)
-
Daniel Franβs (17.I1.0110)
Asisten Praktikum
Fang, Andreas Leonardo C
Kelompok D2
9
10
7. DAFTAR PUSTAKA
Bailey, J. E. & D. F. Ollis. (1986). Biochemical Engineering Fundamentals. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Baum, S.J. & W.R. Bowen. (1972). Exercise in Organic and Biological Chemistry. The Macmillan Company. New York.
Chang, R. (1991). Chemistry. McGraw β Hill, Inc. New York.
Connors, K.A. (1992). Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi. IKIP Semarang Press. Semarang.
Daintith, J. (1999). Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.
Day, R. A & A. L. Underwood. (1992). Analisa Kimia Kuantitatif Erlangga. Jakarta.
Day, R.A. & A.L. Underwood. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Graham,R P. (1956). 7he Essentials qf Chemistry. Clarke Irwin Company. Washington.
Greenway, F. L.; L. Jonge; D. Blanchard; M. Frisard & S. R. Smith. (2004). Effect of a Dietary Herba Supplement Containing Caffeine and Ephedra on Weight, Metabolic Rate, and Body Composition.
11
8. LAMPIRAN A. PERHITUNGAN D1.) * Percobaan 1 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0112 x 163,38 = 0,36 gram * Percobaan 2 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0108 x 163,38 = 0,34 gram Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 2 = 0,36 β 0,34 = 0,02 gram * Percobaan 3 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0041 x 163,38 = 0,13 gram Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 3 = 0,36 β 0,13 = 0,23 gram
D2.) * Percobaan 1 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0117 x 163,38 = 0,38 gram * Percobaan 2 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0024 x 163,38 = 0,08 gram Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 2 = 0,38 β 0,08 = 0,30 gram 10
13
* Percobaan 3 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0046 x 163,38 = 0,15 gram Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 3 = 0,38 β 0,15 = 0,23 gram
D3.) * Percobaan 1 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0114 x 163,38 = 0,37 gram * Percobaan 2 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0103 x 163,38 = 0,34 gram Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 2 = 0,37 β 0,34 = 0,03 gram * Percobaan 3 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0073 x 163,38 = 0,24 gram Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 3 = 0,37 β 0,24 = 0,13 gram
D4.) * Percobaan 1 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0164 x 163,38 = 0,53 gram
12 * Percobaan 2 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0076 x 163,38 = 0,25 gram Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 2 = 0,53 β 0,25 = 0,28 gram * Percobaan 3 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0057 x 163,38 = 0,19 gram Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 3 = 0,53 β 0,19 = 0,34 gram
D5.) * Percobaan 1 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0115 x 163,38 = 0,38 gram * Percobaan 2 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0069 x 163,38 = 0,23 gram Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 2 = 0,35 β 0,23 = 0,15 gram * Percobaan 3 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0057 x 163,38 = 0,19 gram Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 3 = 0,38 β 0,19 = 0,19 gram
15
D6.) * Percobaan 1 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0235 x 163,38 = 0,77 gram * Percobaan 2 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0008 x 163,38 = 0,26 gram Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 2 = 0,77 β 0,26 = 0,51 gram * Percobaan 3 Massa TCA = M NaOH x V NaOH x BM TCA = 0,2 x 0,0027 x 163,38 = 0,09 gram Massa TCA eter = massa TCA air percobaan 1 β massa TCA air percobaan 3 = 0,77 β 0,08 = 0,69 gram
14 B. LAPORAN SEMENTARA C. JURNAL