1
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Nyeri persalinan menjadi lebih ringan seiring dengan makin sering dan efektifnya pengendalian nyeri intervantif sehingga ikatan antara persalinan dan nyeri masih dianggap kuat. Anggapan yang tetap ada mengenai tak terelaknya nyeri persalinan bahkan jika hal itu sebagai konsep yang hadir untuk mempegaruhi ibu untuk memikirkan metode pengendalian nyeri. Untuk mengendalikan nyeri persalinan adalah endorpin massage, tindakan utama massage dianggap menutup gerbang untuk menghambat perjalanan nyeri pada pusat lebih tinggi sistem saraf, selanjutnya rangsangan taktil dan perasaan positif yang berkembang ketika dilakukan bentuk sentuhan yang penuh perhatian
dan
empatik,
bertindak
memperkuat
efek
massase
untuk
mengendalikan nyeri, para penulis ini berpendapat bahwa manfaat masase diperkuat oleh respon relaksasi yang ditimbulkan oleh pengalaman masase. Mereka menghubungkan efek peredam nyeri dengan masase. Dan mereka menghubungkan efek peredm nyeri dengan massase untuk mengurangi kecemasan yang dapat diperburuk dengan nyeri (Mander, 2012). Seorang ahli kebidanan, Constance Palinsky, tergerak menggunakan endorphin untuk mengurangi atau meringankan rasa sakit pada ibu yang akan melahirkan. Diciptakanlah Endorphin Massage, yang merupakan teknik sentuhan serta pemijatan ringan, yang dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu hamil
2
dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Terbukti dari hasil penelitian, teknik ini dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasi persalinan. Data dari Dines Kesehatan Luwu Timur tahun 2015 ibu bersalin sebanyak 6.181 orang, yang ditolong nakes 5.731 dan yang ditolong dukun sebanyak 12 orang, tahun 2016 sebanyak 6.164 ibu bersalin, yang ditolong nakes 5.676 dan yang ditolong dukun sebanyak 16 orang, tahun 2017 jumlah ibu bersalin sebanyak 6.293
orang, yang ditolong nakes 5.719 dan yang
ditolong dukun sebanyak 13 orang, meninggal 4 orang. Sementara data dari Puskesmas Mahalona jumlah ibu bersalin tahun 2015 sebanyak 111 orang, tahun 2016 jumlah ibu bersalin sebanyak 133, tahun 2017 jumlah ibu bersalin sebanyak 142 orang. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “pengaruh endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan di Puskesmas Mahalona Kabupaten Luwu Timur tahun 2018”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah ada pengaruh endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan di Puskesmas Mahalona Kabupaten Luwu Timur tahun 2018?”. C. Tujuan Peneliti 1. Tujuan Umum
3
Untuk mengetahui adakah pengaruh endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan di Puskesmas Mahalona Kabupaten Luwu Timur tahun 2018.
2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui pengaruh endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan di Puskesmas Mahalona Kabupaten Luwu Timur tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan. 2. Manfaat Praktis Memberikan informasi bagi masyarakat, khususnya ibu bersalin mengenai endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan. 3. Manfaat Institusi Sebagai bahan acuan yang diharapkan dapat bermanfaat terutama sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan
4
pelaksanaan program bagi instansi di Puskesmas Mahalona Kabupaten Luwu Timur tahun 2018.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan umum tentang Persalinan 1. Pengertian Persalinan a. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan pada umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Prawirohardjo, 2016). b. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjai pada kehamilan cukup bulan (3742 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Ichemi sukarni dan wahyu, 2013) c. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan 37-42 minggu lahir spontan tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Naomy Marie Tando, 2016) d. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
6
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2014) e. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Jannah, 2017). 2. Bentuk persalinan berdasarkan teknik a. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir. b. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria c. Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang (Rukiyah; Ai yeyeh; dkk, 2012). 3. Teori Persalinan Terdapat berbagai teori persalinan, di antaranya adalah : a. Teori Penurunan Progesteron Villi koriales mengalami perubahanperubahan, sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun. Menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai (Wiknjosastro dkk, 2016).
7
b. Selanjutnya otot rahim menjadi sensitif terhadap oksitosin. Penurunan kadar progesteron pada tingkat tertentu menyebabkan otot rahim mulai kontraksi (Manuaba, 2014). c. Teori Oksitosin Menjelang persalinan, terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim, sehingga mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan
pembentukan
prostaglandin
dan
persalinan
dapat
berlangsung terus (Manuaba, 2014). d. Teori Keregangan Otot Rahim Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi (Wiknjosastro dkk, 2016). Otot rahim mempunyai kemampuan meregang sampai batas tertentu. Apabila batas tersebut sudah terlewati, maka akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai (Manuaba, 2014). e. Teori Prostaglandin Prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua dari minggu ke-15 hingga aterm, dan kadarnya meningkat hingga ke waktu partus (Wiknjosastro dkk, 2016). Diperkirakan terjadinya penurunan progesteron dapat memicu interleukin-1 untuk dapat
melakukan
“hidrolisis
gliserofosfolipid”,
sehingga
terjadi
pelepasan dari asam arakidonat menjadi prostaglandin, PGE2 dan PGF2 alfa. Terbukti pula bahwa saat mulainya persalinan, terdapat penimbunan dalam jumlah besar asam arakidonat dan prostaglandin dalam cairan
8
amnion. Di samping itu, terjadi pembentukan prostasiklin dalam miometrium, desidua, dan korion leave. Prostaglandin dapat melunakkan serviks dan merangsang kontraksi, bila diberikan dalam bentuk infus, per os, atau secara intravaginal (Manuaba, 2014). f. Teori Janin Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal yang menghasilkan sinyal kemudian diarahkan kepada maternal sebagai tanda bahwa janin telah siap lahir. Namun mekanisme ini belum diketahui secara pasti. (Manuaba, 2014) f. Teori Berkurangnya Nutrisi Teori berkurangnya nutrisi pada janin diungkapkan oleh Hippocrates untuk pertama kalinya (Wiknjosastro dkk, 2016). g. Hasil konsepsi akan segera dikeluarkan bila nutrisi telah berkurang (Asrinah dkk, 2010). g. Teori Plasenta Menjadi Tua Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron sehingga timbul kontraksi rahim (Asrinah dkk, 2010). 4. Proses terjadinya persalinan Esterogen yang meningkat sensitivitas otot rahim, memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglanding, rangsangan mekanis. Progesterone yang menurunkan sensitive otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglanding, rangsangan mekanis dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi (Manuaba, 2014).
9
Eterogen dan progesterone terapat dalam keseimbangan sehingga kehamilan dapat dipertahankan, perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofidid pars posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Broxton hicks. Kontraksi Braxton hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan, oleh karena itu makin tua usia kehamilan frekuensi kontraksi semakin sering. Oksitosin diduga bekerja bersama prostaglanding yang makin meningkat mulai dari usia kehamilan minggu ke 15. Disamping itu faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk memulainya kontraksi rahim. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukan beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan (Manuaba, 2014). 5. Mekanisme persalinan Pada minggu-minggu terakhir kehamilan segmen bawah rahim meluas untuk menerima kepala janin, terutama pada primi sedangkan pada multi peluasan tersebut terjadi pada saat dimulainya partus, untunglah hamper 96% janin adalah letak kepala. Pada letak belakang kepala (LBK) dapat di jumpai ubun-ubun kecil kiri depan 58%, ubun-ubun kecil kanan depan 23%, ubun-ubun kecil kanan belakang 11% atau ubun-ubun kecil kiti belakang 8%, dikemukan dua teori untuk menjelaskan mengapa lebih banyak letak kepala dibandingkan letak lain:
10
a. Teori akomodasi, bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang besar volumenya untuk berada diatas, sedangkan kepala berada di bawah menempati ruang sempit. b. Teori gravitasi karena relative besar dan berat kepala akan turun kebawah, karena his yang kuat, teratur dan sering kepala janin turun memasuki pintu atas panggul (engagement) karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk (fleksi maksimal) sehingga lingkar kepala memasuki panggul dengan ukuran kecil diameter suboksipito-brsgmatika 9,5 cm dan sirkumferensi suboksipito bragmatika 32 cm (Manuaba, 2014). 6. Tahap Persalinan Persalinan dibagi menjadi 4 tahap : a. Kala I (Kala Pembukaan) Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. Tanda dan gejala kala II. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada
11
rektum dan/atau vagina. Perineum terlihat menonjol. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah. c. Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Perubahan psikologis kala III 1. Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya. 2. Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga merasa sangat lelah. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu dijahit. 4. Menaruh perhatian terhadap plasenta. d. Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV: Tingkat kesadaran. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan pernapasan. Kontraksi uterus. 7. Beberapa faktor esensial dalam persalinan Faktor esensial adalah faktor yang sangat penting dan menentukan kelancaran suatu proses persalinan. Pada akhir kehamilan ibu dan janin mempersiapkan diri untuk menghadapi proses persalinan, janin tumbuh dan berkembang untuk mempersiapkan proses persalinan dan menjadi ibu. a. Passenger (bayi dan plasenta) b. Passageway (jalan lahir) c. Kekuatan (power) d. Posisi ibu e. Respon psikologi (psychologic respon)
12
B. Tinjauan Umum tentang Endorphin Massase 1. Pengertian Kata pijat (massage) sejak zaman kuno hingga saat ini telah dipakai dalam berbagai bahasa di dunia. Pertama kali pijat (massage) ditemukan oleh manusia di muka bumi ini sebagai salah satu kegiatan sederhana yaitu mengelus-ngelus dengan lembut bagian yang dirasa sakit, misalnya dahi dan bagian tubuh lainnya yang terasa panas. Hal ini dilakukan sebagai permulaan sikap atau gerakan spontan untuk dapat menghasilkan efek yang lebih baik (Anonym, 2017). Endorphin massage adalah teknik sentuhan dan pijatan, teknik endorphin sangat penting bagi ibu hamil sebab teknik ini dapat membantu memberikan rasa tenang dan nyaman baik disaat menjelang maupun di saat proses persalinan akan berlangsung. Endorphin sebenarnya adalah sebuah zat di dalam tubuh yang memiliki sekali manfaat adalah gabungan dari endogenous dan morphine, yaitu zat yang merupakan unsure dari protein yang di produksi oleh sel-sl tubuh serta sistem saraf manusia. Sebagai suatu sistem saraf manusia, sebagai suatu zat didalam tubuh, endorphin memiliki sejumlah manfaat penting, seperti mengatur produksi hormone pertumbuhan dan
seks,
mengendalikan
rasa
nyeri
serta
sakit
yang
menetap,
mengendalikan perasaan stress serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Endorphin Massage merupakan sebuah terapi sentuhan atau pijatan ringan yang cukup penting diberikan pada ibu hamil di waktu menjelang hingga saatnya melahirkan. Pijatan ini dapat merangsang tubuh untuk
13
melepaskan senyawa endorfin yang merupakan pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan nyaman. Selama ini, endorfin sudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya. Beberapa diantaranya adalah mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan stress, serta munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernafasan yang dalam dan relaksasi, serta meditasi (Kartikasari, 2016). Endorphin Massage antara lain, membantu dalam relaksasi dan menurunkan kesadaran nyeri dengan meningkatkan aliran darah ke area yang sakit, merangsang reseptor sensori di kulit dan otak dibawahnya, mengubah kulit, memberikan rasa sejahtera umum yang dikaitkan dengan kedekatan manusia, meningkatkan sirkulasi lokal, stimulasi pelepasan endorfin, penurunan katekiolamin endogen rangsangan terhadap serat eferen yang mengakibatkan blok terhadap rangsang nyeri (Kartikasari, 2016). 2. Tujuan Endorphin masase berarti pemijatan endorphin yang bertujuan untuk meningkatkan zat endorphin di dalam tubuh. Endorphin massase adalah suatu metode sentuhan ringan. Teknik ini dipakai untuk mengurangi rasa tidak nyaman selama proses persalinan dan meningkatkan relaksasi dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Kesimpulan endorphin masase adalah sentuhan ringan untuk meningkatkan zat endorphin dalam tubuh sehingga dapat member rasa nyaman bagi ibu.
14
3. Langkah-langkah Langkah langkah endorphin massage adalah sebagai berikut; Minta ibu untuk berbarig atau duduk dengan posisi senyaman mungkin, minta ibu untuk tarik napas dalam lalu keluarkan dengan lembut sambil memejamkan mata kemudian mengelus permukaan lengan ibu, mulai dari tangan sampai lengan bawah, dalam memberikan setuhan harus hati-hati dan laukan selembut mungkin sentuhn ini cukup dilakukan mengunakan jari-jari atau hanya ujung ujung jari saja. Lakukan sentuhan atau pijatan ringan selama kurang 5 menit. Setelah itu pindah ketangan sebelah atau bagian tubuh yang lain. Walaupun sentuhan ini hanya dilakukan pada kedua tangan namun dampaknya sangat luar biasa ibu akan merasa seluruh tubuh rileks dan tenang (Putra, 2016). Cara melakukan endoprin massage. 1. Ambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakukan dengan duduk atau berbaring 2. Tarik nafas yang dalam, lalu embuskan dengan lembut sambil tutup mata, sementara bidan mengelus permukaan luar lengan ibu mulai dari tangan atas sampai bawah, membelai dengan lembut mengunakan jari-jari atau ujung-ujung jari. 3. Setelah sekitar 5 menit pindah ketangan yang lain 4. Meski sentuhan ini hanya dilakukan di kedua lengan namun dampaknya bisa membuat rileks dan tenang
15
5. Endoprin massase sebaiknya dilakukan pada usia kehamilan setelah 36 minggu, karena endoprin massage dapat merangsang keluarnya hormone oksitosin yang memicu datangnya proses persalinan (Kuswansi, 2016).
C. Kerangka Konsep Rasa nyaman selama Proses persalinan
Endorphin Massase
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep Keterangan : : Variabel Independen : Variabel Dependen
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif Tabel 2.1 Defenisi operasional dan kriteria objektif N Variabel o Variable Dependen 1 Rasa nyaman selama proses persalinan
Variabel Independen
Definisi
Keadaan dimana ibu merasa tenang dan bisa mengatasi rasa sakit yang sedang dialami
Alat Ukur
Observasi
Cara Ukur
Menilai keadaan ibu
Hasil Ukur
Skala
1. ya : jika ibu Oridinal merasa lebih rileks dan nyaman 2. Tidak : jika ibu merasa rileks dan nyaman
16
2 Endorphin Massase
Pijatan ringan yang dilakukan oleh ibu saat proses persalinan sehingga merangsang untuk menciptakan rasa nyaman
Observasi
Endorphin Massage
1. Ya : jika ibu dilakukan endorphin massase 2. Jika ibu tidak dilakukan endorphin massase
Oridinal
E. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Null (Ho) Tidak ada hubungan endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan di Puskesmas Mahalona tahun 2018. 2. Hipotesis alernatif (Ha) Ada hubungan endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan di Puskesmas Mahalona tahun 2018.
17
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian Experimental dengan rancangan pretest-posttest design. Pada penelitain responden diberikan perlakuan endorphin massase untuk member rasa nyaman selama proses persalinan . Pretest intervensi
O1
kontrol
O1
perlakuan
posttest X
O2
X
O2
Gambar 3.1 pretest-posttest design B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Mahalona kabupaten Luwu Timur, tahun 2018. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan bulan Maret sampai September Tahun 2018.
18
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu in partu yang ada di Puskesmas Mahalona sebanyak 35 orang periode Maret sampai September 2018. 2. Sampel Sampel dalam penelitin ini adalah ibu yang in partu di Puskesmas Mahalona tahun 2018 sebanyak 32 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik secara puerposive Sampling. Rumus pengambilan sampel mengunakan solvin:
n=
35 35 x ( 0,05 ) 2+1
n=
35 35 x ( 0,0025 )+1
n=
35 1,087
n=32 D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah terstruktur dimana pengumpulan data telah menyiapkan instrument bentuk chek lis.
19
E. Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Pre dalam penelitian ini adalah peneilaian yang dilakukan pada ibu bersalin sebelum melakukan endorpin massase dan post dalam penelitian ini adalah penilaian setelah dilakukan endorhin massase pada ibu. 2. Data sekunder Disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari rekam medik. F. Pengolahan dan Penyajian Data Langkah-langkah pengolahan data secara manual pada umumnya melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1) Editing (penyunting data) Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui koesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner dikeluarkan (droup out). 2) Membuat lembaran kode (coding sheet) atau kartu kode (codin sheet)
20
Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-kolom untuk merekan data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden dan nomor-nomor pertanyaan. 3) Memasukkan data (data Entry) Yakin mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. 4) Tabulasi Yakin membuat table-tabel, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh penelitian.
G. Analisis data 1. Analisis Univariat Analisis univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi menurut berbagai karakteristik variabel yang diteliti baik untuk variabel bebas maupun variabel terikat. 2. Analisis Bivariat Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan test kemaknaan berupa uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% (α = , 05).
H. Etika penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika meliputi:
21
1. Izin penelitian Izin dilaksanakan sebelumnya penelitian mengajukan permohonan izin pada institusi penelitian dan melibatkan proposal riset. 2. Informed consent Selanjutnya sebelum informed consent ditandatangai oleh semua partisipan. Peneliti menjelaskan judul riset, manfaatnya bagi subjek, sifat partisipasi (sukarela), kerahasiaan data, apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Prinsip ini tertuang dalam informed consend yaitu persetujuan
untuk
partisipasi
sebagai
subjek
penelitian
setelah
mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan penelitian. 3. Animity Untuk menjamin kerahasian subjek peneliti tidak mencantumkan nama mereka (animity). Data akan disimpan dengan nama kode khusus nama subjek hanya diketahui peneliti atau masing-masing subjek bila mereka menginginkannya. 4. Confidentiality Kepada subjek juga disampaikan bahwa segala informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya (Confidentiality) hanya akan diketahui oleh kelompok tertentu saja informasi tersebut akan peneliti sajikan, utamanya dilaporkan pada hasil riset. Setelah mereka setuju untuk berpartisipasi dalam riset ini semua partisipan diberikan bahwa mereka
22
tetap
saja
mengundurkan
diri
dari
penelitian
kalaupun
mereka
menghendaki. Mereka juga diberitahu jika selama proses pengumpulan data menyebabkan ketidaknyamanan emosional atau stress mereka dapat langsung menghentikan saat itu juga. Tujuan penelitian harus etik dalam arti hak responden dan yang lainnya harus dilindungi.
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan data telah dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian maka penyajian data dilakukan sebagai berikut. A.
Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat a. Endorphin massase Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan di Puskesmas Mahalona Kabupaten Luwu Timur tahun 2018 Endorphin massase frekuensi (%) Ya 16 50 Tidak Total
16 32
50 100%
Sumber : Laporan Persalinan Puskesmas Mahalona tahun 2018
Tabel 4.1 menggambarkan bahwa dari 32 ibu bersalin terdapat 16 orang (50%) yang di massase endorphin dan 16 orang (50%) yang tidak di massase endorphin. b. Rasa nyaman selama proses persalinan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi rasa nyaman selama proses persalinan terhadap rasa nyaman di Puskesmas Mahalona Kabupaten Luwu Timur tahun 2018 Rasa nyaman selama proses frekuensi (%) persalinan Ya 19 59,4 Tidak Total
13 32
Sumber : Laporan Persalinan Puskesmas Mahalona tahun 2018
40,6 100%
24
Tabel 4.2 menggambarkan bahwa dari 32 ibu bersalin terdapat 19 orang (59,4%) yang mengalami rasa nyaman selama proses persalinan dan terdapat 13 orang (40,6) yang tidak memiliki rasa nyaman selama proses persalinan. 2. Analisis Bivariat Pengaruh endorphin massase terhaadap rasa nyaman selama proses persalinan Tabel 4.3 Pengaruh endorphin massase terhaadap rasa nyaman selama proses persalinan di Puskesmas Mahalona tahun 2018 Rasa nyaman selama proses persalinan Endorphin Total Value Tidak massase Ya n
%
n
%
N
%
Ya
15
46,9%
1
3,14%
16 50,0%
Tidak
4
12,5%
12
37,5%
16 50,0%
Total
19
59,4%
13
40,6%
32 100%
P= 0.000
Uji Chi Square
Pada tabel 4.4 diatas bahwa dari 16 ibu yang dilakukan endorphin massase terdapat 15 ibu (46,9%) yang mengalami rasa nyaman selama proses persalinan terdapat 1 ibu (3,14%) yang tidak mengalami rasa nyaman selama proses persalinan dan 16 ibu yang tidak dilakukan endorphin massase terdapat 4 ibu (12,5%) yang mengalami rasa nyaman selama proses persalinan dan terdapat 12 ibu (37,5%) yang tidak mengalami rasa nyaman selama proses persalinan dan hasil uji statistik secara komputerisasi dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p
25
adalah 0.000 dimana ada pengaruh endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan.
B.
Pembahasan Pengaruh endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan. Berdasarkan tabel 4.3 pengaruh endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan. bahwa dari 16 ibu yang dilakukan endorphin massase terdapat 15 ibu (46,9%) yang mengalami rasa nyaman selama proses persalinan terdapat 1 ibu (3,14%) yang tidak mengalami rasa nyaman selama proses persalinan dan 16 ibu yang tidak dilakukan endorphin massase terdapat 4 ibu (12,5%) yang mengalami rasa nyaman selama proses persalinan dan terdapat 12 ibu (37,5%) yang tidak mengalami rasa nyaman selama proses persalinan dan hasil uji statistik secara komputerisasi dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p adalah 0.000 dimana ada pengaruh endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa Endorpin massage yang dilakukan pada ibu yang akan melahirkan membuat ibu lebih nyaman dan rileks selama proses persalinan hal ini ditandai dengan adanya sikap ibu yang lebih tenang, tidak banyak mengeluh, tidak menangis dan tidak berterik saat sedang mengalami sakit ibu hanya menarik napas kemudian ibu tenang dan menghadapi proses persalinannya dengan lebih baik.
26
Rangsang massage mebantu memberikan rasa nyaman, rasa tenang disaat menjelang persalinan maupun saat persalinan hal ini dikarenakan Endorphin sebenarnya sebuah zat di dalam tubuh yang memiliki sekali manfaat adalah gabungan dari endogenous dan morphine, yaitu zat yang merupakan unsure dari protein yang di produksi oleh sel-sl tubuh serta sistem saraf manusia. Sebagai suatu sistem saraf manusia, sebagai suatu zat didalam tubuh, endorphin memiliki sejumlah manfaat penting, seperti mengatur produksi hormone pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan stress serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Iin 2015 dengan variabel yang berbeda dimana didapatkan hasil bahwa Nyeri persalinan Ada pengaruh endorphin massage terhadap intensitas nyeri kala I persalinan normal ibu primipara di BPS S dan B Demak (p value = 0,000 < 0,05). Ada pengaruh Endorphin Massage terhadap intensitas nyeri kala I persalinan normal ibu primipara di BPS S dan B Demak Tahun 2011.
27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diambil kesimpulan ada pengaruh endorphin massase terhadap rasa nyaman selama proses persalinan yang dibuktikan dengan uji statistik chi square nilai p adalah 0,000 (p < 0.05) yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima.
B.
Saran 1. Perlunya pengenalan lebih baik lagi kepada ibu bersalin terhadap teknik endorpin massage sehingga ibu akan tidak akan canggung dan merasa malu saat akan dilakukan massage serta perlunya pendampingan suami selama proses persalinan berlangsung. 2. Perlunya peningkatan pengetahuan bagi bidan dalam hal endorpin massage sehingga bidan lebih menguasai cara melakukan endorpin massase pada ibu bersalinan, sehingga dapat terbina hubungan baik antara petugas dan pasien. 3. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang endorpin massage sehingga program ini dapat lebih dikembangkan dan ditingkatkan lagi.
28